Anda di halaman 1dari 28

HASIL PENGKAJIAN DIDAPATKAN:

2.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data primer maupun sekunder dari Ruang RBK
dilakukan tanggal 6 sampai dengan 18 September 2021, meliputi ketenagaan,
sarana dan prasarana, metode, sumber keuangan, serta pangsa pasar.

2.2 Analisa Situasi


2.2.1 Ketenagaan (Man/ M1)
a. Analisis ketenagaan jumlah tenaga keperawatan dan non
keperawatan
RS Sehat Sejahtera memiliki 3 fasilitas pelayanan
instalasi antara lain Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat
Jalan (Poli), dan Instalasi Rawat Inap (IRNA). Salah satu ruangan
yang terdapat pada Instalasi Rawat Inap adalah RBK yang memiliki
9 ruangan yakni Ruang IIA, IIB, IIC, IID, IIIA, IIIB, IIIC, IIID, IIIE,
IIIF. Ruang RBK (RBK) memiliki 13 orang tenaga keperawatan
yang terdiri dari satu kepala ruangan (Karu), satu wakil kepala
ruangan (Wakaru), dua ketua tim (Katim), lima penanggung jawab
shift (PJS), lima orang perawat pelaksana (PP).

b. Latar belakang pendidikan, masa kerja, jenis pelatihan yang


diikuti
Tabel 2.1 Latar Belakang Tenaga Kerja Ruang RBK (RBK)
Pendidi
Masa
kan Pelatihan
No. Nama Jabatan tahun
terakhi yang diikuti
(Kerja)
r
PPGD,
Kamar
operasi,
1. Ns. KG, S.Kep KARU Ners 19 tahun
sterilisasi,
CCM

2. EA, Amd.Kep KATIM I D3 29 tahun MPKP


CCM &
3. Ns. BW, S.Kep Ners 20 tahun PPGD, CCM
KATIM II

5
4. DB, S.Kep PJS S1 9 tahun BCLS
PPGD,
Kamar
5. Ns. AS, S.Kep PJS Ners 20 tahun operasi,
sterilisasi,
CCM
6. Ns. SS, S.Kep PJS Ners 12 tahun PPGD
7. NH, Amd. Kep PJS D3 12 tahun BCLS
8. FH, Amd. Kep PJS D3 12 tahun BCLS
9. Ns. NY, S.Kep PP Ners 3 tahun BCLS
10. HN, Amd. Kep PP D3 5 tahun BCLS
11. Ns. RA, S.Kep PP Ners 5 tahun BCLS
12. F.B.A, Amd.Kep PP D3 3 tahun BCLS
13. RJ, Amd. Kep PP D3 4 tahun BCLS
14. NH, S.E Admin S1 0 -
15. Restu CS - 0 -
16. Joko CS - 0 -
17. Aris CS - 0 -
18. Niswa CS - 0 -
Sumber : Data primer dan sekunder di RBK RS Sehat Sejahtera, 2021
c. Struktur organisasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di RBK
diketahui bahwa terdapat struktur organisasi dalam ruangan RBK
adalah sebagai berikut:

6
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Ruang RBK RS Sehat Sejahtera

d. Tingkat ketergantungan pasien (3 hari)


Tingkat ketergantungan pasien di Ruang RBK RS Sehat Sejahtera
selama 3 hari sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tingkat Ketergantungan Pasien Ruang RBK
Kategori Perawatan Paien
No. Hari Jumlah
Total care Partia Self care
Pasien
l care
1. Senin, 6/9/2021 1 12 5 18
2. Selasa, 7/9/2021 1 7 7 15
3. Rabu, 8/9/2021 1 6 9 16
Sumber: Data Primer di Ruang RBK RS Sehat Sejahtera, September 2021

e. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan


pasien
Berdasarkan rumus Douglas, PPNI dan Gielliis
f. Tenaga Keperawatan
Ruang RBK RS Sehat Sejahtera memiliki 13 orang tenaga
keperawatan termasuk kepala ruang, ketua tim, penanggung jawab
shift dan perawat pelaksana. Tenaga keperawatan yang ada di ruang
RBK dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore dan malam.
Pembagian waktu shift tenaga keperawatan di RS Sehat Sejahtera
yaitu:
1) Shift pagi : 07.00-14.00 WIB
2) Shift sore : 14.00-21.00 WIB
3) Shift malam : 21.00-07.00 WIB
g. BOR
a) Hitunglah BOR pasien di ruang RBK (Jumlah TT = 24)

7
h. Jenis 10 Diagnosa Medis Terbanyak dan 10 Jenis Tindakan
Tersering di Ruangan RBK (RBK) RS Sehat Sejahtera
10 Diagnosa medis terbanyak di Ruangan RBK (RBK) RS Sehat
Sejahtera selama 1 bulan terakhir (Agustus 2021), sebagai berikut:
Tabel 2.7 Daftar 10 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang RBK
No. Diagnosa Medis
1. Hernia
2. BPH
3. Ca Mamae
4. Appendix
5. Katarak
6. COR
7. COS
8. COB
9. Impaksi
10. Tonsilitis

2.2.2 Sarana dan Prasarana (Material/ M2)


a. Lokasi dan denah ruangan
1) Lokasi ruangan
Ruang RBK memiliki beberapa ruang perawatan yang
mengelilingi nurse station meliputi Ruang IIA, IIB, IIC, IID, IIIA,
IIIB, IIIC, IIID, IIIE, IIIF. Ruang IIA, IIB, IIC, IID berada di
sebelah kanan nurse stasion, ruang IIIA, IIIB, IIIC, IIID, IIIE, IIIF
berada di depan nurse stasion.

2) Denah ruangan

8
Ruang RBK adalah ruang perawatan umum yang terdiri dari 9 jenis
ruangan, yaitu terdiri dari Ruang kelas IIIA yang yang terdiri dari 4 tempat
tidur. Ruang kelas III B yang terdiri dari 4 tempat tidur. Ruang kelas III C
yang terdiri dari 4 tempat tidur. Ruang kelas III D yang terdiri dari 4 tempat
tidur dan ruang III E yang terdiri dari 4 tempat tidur, sedangkan untuk ruang
kelas IIA-D beserta ruang kelas IIIF masing-masing memiliki kapasitas 4
tempat tidur. Sehingga jumlah tempat tidur pasien di Ruang RBK sebanyak
24 tempat tidur.
b. Lingkungan kerja
Ruang RBK memiliki ruang kerja perawat yang sekaligus menjadi
ruang pertemuan, ruang alat, ruang penyimpanan obat. Bentuk pelayanan
yang dilakukan di ruang RBK , yaitu layanan konsul bagi keluarga,
kegiatan timbang terima, discharge planning, dan mempersiapkan obat
untuk pasien yang dilakukan dalam satu ruangan. Tempat penyimpanan
obat berada di ruang yang sama dengan nurse station. Tempat
penyimpanan obat terdiri dari lemari obat dan peralatan, laci obat setiap
pasien yang berada didalam troli obat. Kursi roda berada didekat gudang
disamping lift dan oksigen berada di luar atau di depan ruangan pasien.
Alat EKG, rawat luka, dan sebagainya berada di dalam ruangan nurse
stasion dan berada di trolly. Fasilitas spoelhack di ruang RBK (RBK)
seperti pispot berada di kamar mandi/wc di setiap ruang perawatan pasien.
c. Peralatan dan fasilitas
1) Peralatan
Tabel 2.8 Peralatan kesehatan di Ruang RBK
JENIS
No JUMLAH Kondisi Ideal Usulan
KELENGKAPAN
1 Ambubag 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
2 Bak instrumen besar 1 Buah Baik 4/Ruangan Ditambah
3 Bed set Kabinat 21 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
4 Brangkard / streacher 2 Buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi
5 Cucing 2 Buah Baik 4/Ruangan Ditambah
6 Cucing Besar 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
7 Cucing Kecil 1 Buah Baik 4/Ruangan Ditambah

9
8 Dressing Card 2 buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi
9 EKG / Cardio Max 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
10 Gunting Jaringan 1 Buah Baik 3/Ruangan Ditambah
11 Gunting Verban 1 Buah Baik 3/Ruangan Ditambah
12 Gunting Verban Besar 1 Buah Baik 3/ Ruangan Ditambah
13 Gunting Verban Kecil 1 Buah Baik 3/Ruangan Ditambah
14 Hospital Bed 21Buah Baik 18/Ruangan Terpenuhi
15 Klem ½ Kocher 1 Buah Baik 3/Ruangan Ditambah
16 Klem Anatomis 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
17 Klem Kocher 1 Buah Baik 2/ruangan Ditambah
18 Klem Sirugis 2 Buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi
19 Korentang 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
20 Termometer 4 Buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi

21 Lemari obat 2 buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi


22 Kereta obat 2 buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi
23 Bengkok 2 buah Baik 5/Ruangan Ditambah
25 Kursi Roda 3Buah Cukup 2/Ruangan Terpenuhi
Baik
26 Manometer O2 central 8 Buah Baik 3/Ruangan Ditambah
27 Pinset Anatomi 1 Buah Baik 8/Ruangan Ditambah
28 Pinset Sirugis 1 Buah Baik 4/Ruangan Ditambah
29 Pispot 10 Buah Baik 4/Ruangan Ditambah

30 Standart Infus 25 Buah Baik 10/Ruangan/ Terpenuhi


kamar
31 Sterilisator 1 Buah Baik 25/Ruangan/s Ditambah
etiap bed
32 Stetoscop 3 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
33 Suction pump 1 Buah Baik 3/Ruangan Terpenuhi
34 Syringe Pump 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
35 Tempat Korentang 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
36 Tensimeter 3 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
37 Tong Spatel 2 Buah Baik 3/Ruangan Terpenuhi
38 Tromol Gass Besar 1 Buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi
39 Tromol Gass Kecil 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
40 Urinal 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
Sumber : Ruang Perawatan RBK RS Sehat Sejahtera (2021)

10
Tabel 2.9 Perlengkapan Keselamatan Laboratorium
NO JENIS JUMLAH KONDISI IDEAL USULAN
KELANGKAPAN
1 Alat Pemadam Api 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
2 Laboratorium Jas 3 Buah Baik 3/ruangan Terpenuhi
3 Alat Bantu Pipet / Bulb - - - -

4 Sarung Tangan Sesuai Baik secukupnya Terpenuhi


Kebutuhan
Perawat
5 Waskom / Wastafel 9 Buah Baik Setiap Ditambah
Untuk Cuci Tangan ruangan
6 Klem Tabung (Tuba Sesuai Baik Baik Terpenuhi
Holder) Kebutuhan
Pasien
7 Pipet 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
Container/tempatmerend
ampipethabispakai

8 Pemotongan jaringan dan 2 Buah Baik 2/Ruangan Terpenuhi


wadah pembuangan

9 Desinfektan Sesuai Baik - Terpenuhi


Kebutuhan
10 Perlengkapan PPPK 1 Buah Baik - Terpenuhi

Sumber : Ruang RBK RS Sehat Sejahtera (2021)

Tabel 2.10 Alat kebutuhan perawat


NO JENIS JUMLAH KONDISI IDEAL USULAN
KELANGKAPAN
1 Etalase 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
2 TV 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
3 White Board 2 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
4 Kunci Inggris 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
5 Telephone 2 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
6 Loker 16 pintu 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
7 Kulkas 1 Buah Baik 2/Ruangan Ditambah
8 AC 16 Buah Baik Peruangan Terpenuhi
9 Kipas Angin 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi

11
10 Meja Tulis 4 Buah Baik 4/Ruangan Terpenuhi
11 Rak Kartu 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
12 Meja Tambahan 1 Buah Baik 1/Rungan Terpenuhi
13 Dispenser 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
14 Kompor Listrik 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
15 Kursi Kayu 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
16 Kursi Putar 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
17 Meja Tv 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
18 Lemari Stenlis 1 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
19 Kipas Angin 4 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
20 Kursi Lipat 8 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
21 Komputer 2 Buah Baik 1/Ruangan Terpenuhi
22 Jam Dinding 2 Buah Kurang 1/Ruangan Ditambah
baik

Sumber : Ruang RBK RS Sehat Sejahtera (2021)


2) Fasilitas
Tabel 2.11 Fasilitas untuk petugas kesehatan
No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
Rungan Ners 1/Ruangan Terpenuhi
Bersih,
1 Station 1
Rapi
Ruang pertemuan 1/Ruangan Terpenuhi
Bersih,
2 perawat 1
Rapi
3 Ruang sidang - - 1/Ruangan Ditambah
4 Ruang periksa - - 1/Ruangan Ditambah
Kamar mandi dan 1/Ruangan Terpenuhi
5 1 Bersih
wc
Ruang kepala 1/Ruangan Ditambah
6 - -
ruangan
7 Ruang supervisior - - 1/Ruangan Ditambah
8 Ruang staf dokter - - 1/Ruangan Ditambah
9 Ruang alat - - 1/Ruangan Ditambah
10 Ruang Beribadah 1 Bersih 1/Ruangan Terpenuhi
Sumber : Ruang Perawatan RBK RS Sehat Sejahtera (2021)

12
Tabel 2.12 Fasilitas untuk pasien di Ruang RBK
No Nama barang Jumlah Kondisi
1 Tempat tidur 21 Baik, kamar menggunakan
tempat tidur standart
2 Meja pasien 21 Baik
3 Kursi 21 Baik
4 Kipas angin / AC 9 Baik
5 Kipas angin perawat 1 Baik
6 Kipas angin R.tunggu 1 Baik
7 Kursi roda 3 Baik
8 Branchart 2 Baik
9 Jam dinding 1 Baik
10 Timbangan 1 Baik
11 Kamar mandi dan WC pasien 10 Cukup, kebutuhan air
12 Kamar mandi dan WC 1 terpenuhi
13 perawat 1 Cukup, kebutuhan air
14 Dapur 35 terpenuhi
15 Sprei 10 Cukup
16 Selimut 21 Baik
17 Bantal 35 Baik
18 Sarung bantal 11 Baik
19 Perlak 12 Baik
Gorden penyekat Baik
Baik
Sumber :Ruang RBK RSU Sehat Sejahtera (2021).

d. Administrasi penunjang- RM
NO Nama Jumlah
1. BukuInjeksi 1
2. BukuObservasi 1
3. LembarDokumentasi 1
4. BukuObservasiSuhudanNadi 1
5. BukuTimbangTerima 2
6. SOP 100
7. SAK 1 bandel
8. Bukuvisite 1
9. BukuDalin -
10. Leaflet -
Sumber :Ruang RBK RSU Sehat Sejahtera (2021)

13
2.2.3 Metode (Methode/ M3)
a. Model Penugasan Asuhan Keperawatan
Proses manajeman keperawatan dalam aplikasinya
dilapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga
keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk
mempermudah proses keperawatan sehingga dapat mengarahkan
keperawatan menuju profesionalisme (Nursalam, 2011). Salah satu
sistem pelayanan keperawatan profesional adalah dengan
melaksanakan model asuhan keperawatan profesional tim yang
merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Keuntungan dari
model asuhan keperawatan profesional tim di antaranya
memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh,
mendukung pelaksanakaan proses keperawatan dan memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim. Hal ini diharapkan mampu
meningkatkan kepuasaan bagi pasien, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya sehingga tercapai suatu pelayanan yang paripurna (Nursalam
2014).
Berdasarkan pengkajian yang dilaksanankan diruang RBK
(RBK) Rumah Sakit Umum Daerah Sehat Sejahtera pada tanggal 6
sampai dengan 18 September 2021, didapatkan bahwa model asuhan
keperawatan yang digunakan diruang RBK adalah model asuhan
keperawatan profesional TIM. Model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga
diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat, Namun, ada

14
beberapa komponen MAKP TIM ini belum terlaksana dengan
optimal dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah tenaga keperawatan
yang sedikit sehingga ada beberapa tugas dari tim yang terbengkalai.
b. Timbang Terima
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai
dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran
dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik
melalui komunikasi yang efektif antara perawat maupun dengan tim
kesehatan lainnya. Salah satu bentuk komunikasi yang harus
ditingkatkan efektifitasnya adalah saat penggantian shift, yaitu
timbang terima pasien.
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan
dengan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/ belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat kepada perawat yang dinas sore atau dinas
malam secara tulisan dan lisan. Timbang terima diruang RBK
(ruang bedah kecelakaan) saat ini sudah dilaksanakan dengan baik.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 6
-18 September 2021 dimana kegiatan timbang terima dilakukan jika
terdapat semua perawat terutama pada saat shift pagi dipimpin oleh
kepala ruangan. Perawat pada shift malam melaporkan pasien pada
perawat yang shift pagi sesuai dengan bagian timnya disertai
pencatatan dibuku operan. Setelah selesai perawat melakukan
keliling kepada pasien setelah itu kembali ke ners stasion dan
melaksanakan tugasnya kembali, namun ada beberapa kekurangan
dimana materi timbang terima tidak berfokus pada masalah
keperawatan hanya menyebutkan nama, diagnosis, keluhan, tidakan

15
yang dilakukan dan akan dilakukan serta alur proses timbang terima
sudah sesuai dengan prosedur.

c. Supervisi keperawatan
Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari
manajemen keperawatan dan merupakan cara yang tepat untuk
menjaga mutu pelayanan keperawatan. Supervisi adalah teknik
pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu
fair, feedback, dan follow up. Supervisi merupakan ujung tombak
tercapainya tujuan pelayanan kesehatan dirumah sakit. Dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan RBK (ruang bedah kecalakaan)
supervisi keperawatan sudah dilakukan secara informal dan telah
dilakukan setiap saat oleh kepala ruang, wakil kepala ruangan dan
perawat lainnya yang didelegasikan untuk mengawasinya kinerja
perawat. Kepala ruangan dan wakilnya pada saat tertentu ikut terjun
secara langsung dalam tindakan keperawatan pada pasien . selain itu
kepala ruangan langsung atau pada saat morning report
menyampaikan pada penanggung jawab untuk segera di tindak
lanjuti hasil dari supervisi yang sudah dilakukan.
Pendokumentasian hasil supervisi diruang RBK yang
dilakukan hanya disampaikan secara lisan saat timbang terima
dilakukan. Superfisi secara formal dengan pendokumentasian secara
tertulis masih belum dapat dilakukan karena terkendalanya dengan
beban kerja yang cukup tinggi. Tenaga perawat yang kurang dan dan
sarana prasarana yang kurang memadai.
d. DRK
DRK merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan
seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan serta divisi terkait
(medis, gizi, rehabilitasi dan medis lainnya). DRK juga merupakan
suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat

16
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian teori secara
langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan DRK yang
berkesinambungan, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
perawat ruangan untuk berfikir secara kritis dalam peningatan
perawatan secara profesional. Dalam pelaksanaan DRK akan terlihat
kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama antar tim
kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi
pada pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan
dimana DRK diruang RBK belum pernah dilaksanakan secara
mandiri oleh ruangan.
e. Discharge Planning
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dilakukan secara berkesinambungan dimulai saat pasien masuk
rumah sakit sampai dengan pasien pulang. Rentang kesinambungan
asuhan keparawatan merupakan keperawatan yang selalu dibutuhkan
pasien dimanapun pasien berada. Rentang keparawatan yang
kontinue (continues of care) adalah integrasi sistem keperawatan
yang berfokus kepada pasien terdiri atas mekanisme pelayanan
keperawatan yang membimbing dan mengarahkan pasien sepanjang
waktu. Oleh karena itu diperlukan adanya perencanaan pasien pulang
(discharge planning), yang bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan pasien secara signifikan dan menurunkan biaya-biaya
yang diperlukan untuk rehabalitas lanjut. Dengan adanya discharge
planning, pasien diharapkan dapat mempertahankan kesehtannya dan
membantu pasien untuk lebih bertanggung jawab terhadap
kesehantan mereka sendiri (Nursalam 2014).
Ruang RBK (ruang bedah kecelakaan) sudah
menyediakan sarana discharge planning seperti discharge planning
card yang berisi identitas pasien, perencanaan perawatan dan jadwal
kontrol yang terlampir pada status pasien. Namun saat ini

17
perencanaan discharge planning bagi pasien yang dirawat belum
terlaksana dengan optimal, dikarenakan discharge planning yang
dilakukan diruangan hanya dilakukan sebelum pasien pulang.
Discharge planning yang dilakukan segera setelah pasien masuk
rumah sakit hingga pasien pulang bertujuan diharapkan pasien dan
keluarga memiliki kesiapan fisik, psikologis, dan sosial terhadap
kesehatannya, tercapainya kemandirian pasien dan keluarga dan
terlaksananya perawatan pasien yang berkelanjutan. Selebihnya
discaharge planning diharapkan dapat mendukung upaya
mengurangi angka kekambuhan dan komplikasi. Dengan demikian
dalam discharge planning card dibutuhkan adanya informasi yang
berfokus pada masalah pasien, sehingga dalam discharge planning
card perlu disertakan informasi mengenai penyakit, rehabilitasi,
pencegahan, perawatan rutin dan cara mengantisipasi masalah yang
dapat terjadi. Discharge planning diruangan RBK (ruang bedah
kecelakaan) belum dilaksanakan dengan optimal discharge planning
dilakukan kepada pasien-pasien yang kan pulang dan hanya
dilakukan secara lisan dan tidak mencangkup aspek discharge
planning yang meliputi penjelasan penyakit dalam sebuah leaflet.
Hal ini dikarenakan kurangnya sarana prasarana yang ada diruang
RBK ( ruang bedah kecelakaan).
f. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan
atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari
dokumentasi mencangkup aspek komunikasi, proses keperawatan,
dan standart keperawatan. Manfaat dan pentingnya dokumentasi
keperawatan terkadang sering terabaikan sebagian besar perawat,
manfaat dan pentingnya dokementasi keperawatan antara lain dari
segi hukum , karena semua catatan informasi tentang pasien
merupakan dokumentasi yang resmi dan bernilai hukum, oleh karena
itu data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan
ditandatangani oleh perawat dan tenaga kesehatan. Dalam hal ini

18
perlu dicantumkan waktu dan sebaliknya dihindari adanya penulisan
yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah.
Fenomena yang sering terjadi terkait dokumentasi
keperawatan selain terabaikannnya pelaksanaan dokumentasi
keperawatan juga dalam pelaksanaan sering tidak sesuai dengan
standart atau kaidah-kaidah pembuatan dokumentasi.berdasarkan
hasil pengkajian terhadap pendokumentasian diruang RBK bahwa
pelaksanaan dokumentasi keparawatan sering terabaikan dan
pelaksanaannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pembuatan
dokumentasi keperawaran yang standar ada beberapa faktor yang
menyebabkan sering terabainya pendokumentasian diruang RBK
adalah salah satunya beban kerja perawat yang tinggi, dan jumlah
tenaga keperawatan yang tidak sebanding dengan jumlah pasien
diruangan.
g. Program pengendalian indikator mutu
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim, program
pengendalian indicator mutu di ruang perawatan RBK tidak pernah
dilakukan secara formal dikarenakan tugas perawat yang sangat
terbatas. Beberapa upaya atau program pengendalian indikator klinik
telah dilakukan oleh perawat ruang RBK adalah dengan perhitungan
angka kejadian dikubitus, angka kejadian flebitis, angka kejadian
infeksi luka. Perhitungan angka kejadian dikubitus jarang terjadi,
apabila ada kejadian decubitus biasanya memang pasien sudah
mengalami decubitus di rumah/ dari fisilitas kesehatan sebelumnya,
angka kejadian flebitis di hitung setiap hari dilaporkan setiap bulan,
selain itu juga biasanya dilakukan perhitungan angka kejadian
infeksi luka untuk meningkatkan mutu indicator klinik. Ruang
perawatan RBK sudah memiliki kotak saran dan kritik didepan ruang
nurse station untuk menampung keluhan atau saran dari pasien.
Kepuasan pasien diukur dengan menggubakan kuesioner kepuasan
pasien dari rumah sakit dan diberikan kepada pasien yang memiliki

19
keluhan dan resiko untuk memberikan kritik dan akan dihitung setiap
bulannya
h. Program pengendalian indikator klinik
Indicator klinik merupakan suatu ukuran kwantitas yang
digunakan sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi
kwaitas asuhan yang diberikan kepada pasien dan dampak terhadap
pelayanan (Depkes RI, 2009). Berdasarkan hasil wawancara pada 3
September 2021 dengan ketua tim di ruang RBK mengatakan bahwa
program pengendalian indikator mutu klinik di rumah sakit Sehat
Sejahtera sudah dilakukan dengan rapat yang diadakan setiap 1
bulan sekali, begitu juga pembuatan laporannya. Pengendalian
indikator klinik merupakan salah satu program berada dibawah
naungan Tim Peningkatan Mutu dan Kesehatan Pasien (PMKP).

i. Pelaksanaan standar SAK


SAK adalah Standar Asuhan Keperawatan yang ditetapkan
oleh Depkes dan dijadikan Pedoman di rumah sakit, sedangkan SAK
Khusus adalah Standar Asuhan yang dibuat oleh rumah sakit untuk
10 kasus terbanyak untuk masing-masing unit pelayanan. Ruang
RBK sudah memiliki buku SAK dengan revisi terbaru. (SAK)
standart asuhan keperawata dapat digunakan oleh perawat ruangan
sebagai pedoman dalam hal membimbing perawat dalam penentuan
tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan juga benar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa diruang
RBK sudah memiliki standart asuhan keperawatan namun belum
terlaksana dengan optimal dikarenakan banyak dari perawat yang
kurang memperhatikan dan kurangnya sosialisasi di ruang RBK .
j. Pelaksanaan standar SPO
Standart operasional prosedur adalah suatu standar /
pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

20
Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu (Perry dan Potter 2005).
Standar operasioal prosedur sangat diperlukan dalam
pelayanan keperawatan. Standar operasioal prosedur sangat
membantu perawat untuk mencapai asuhan yang berkualitas.
Tingkatan standar terbagi menjadi dua yaitu standar minimum dan
standar optimum. Standar minimum harus dicapai oleh perawat,
sementara standar optimum adalah suatu keadaan ideal yang ingin
dicapai. Ada empat ketentuan standar yaitu harus tertulis,
mengandung komponen struktur, proses, dan outcomes , berorientasi
pada pelanggan serta disetujui dan disahkan oleh yang berwenang.
Penggunaan standar terutama pada tiga proses evaluasi, menilai diri
sendiri, inspeksi, dan akreditasi.
Diruang RBK sendiri sudah memiliki standart opresional
prosedur sendiri yang terdiri dari 100 standart operasional yang
dapat dilakukan di ruang RBK sendiri. Kepala ruangan mengatakan
bahwa untuk setiap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien
disesuaikan dengan standart oprasional namun ada beberapa kendala
yang menjadi perhatian dalam pelaksanaannya salah satunya adalah
sarana-prasarana yang kurang mendukung, tenaga keperawatan yang
kurang dan penarapan tindakan sesuai SOP masih dalam tahap
pelaksanaan dan perlu adanyamonitoring yang ketat.
k. Program 6 sasaran keselamatan pasien
Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan
oleh standart akreditasi rumah sakit edisi 1 (kemenkes, 2011) dan
CCI akreditasi, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.
1) Sasaran I : ketepatan identifikasi pasien;
2) Sasaran II : peningkatan komunikasi yang efektif;
3) Sasaran III : peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
(high – alert medications);

21
4) Sasaran IV : kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi;
5) Sasaran V : pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan;
6) Sasaran VI : pengurangan resiko pasien jatuh.

Sasaran I : ketepatan identifikasi pasien, meliputi standart berikut.

1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak


boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien;

2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk


darah;

3) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen


lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga);

4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan


/ prosedur;

5) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang


konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Sasaran II : peningkatan komunikasi yang efektif ( SBAR )

1) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil


pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut;

2) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara


lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut;

3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang


memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut;

4) Kebijakan dan prosedur,mendukung praktik yang konsisten dalam


melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan
melalui telepon.

Sasaran III : peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai


(high – alert medications)

22
1) Kebijakan danatau prosedur dikembangkan untuk mengatur
identifikasi, lokasi pemberian label, dan penyimpanan obat – obat
yang perlu diwaspadai;

2) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan;

3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali


jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila
diperkenankan kebijakan;

4) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien


diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi
akses (restrict access).

Sasaran IV : kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien


operasi

1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali


untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam
proses penandaan atau pemberian tanda;

2) Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk


melakukan verifikasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat atau benar, dan fungsional;

3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat atau


mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi) ;
‘’sebelum insisi atau time – out‘’ tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur atau tindakan pembedahan sign – out (sebelum
meninggalkan kamar operasi);

4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung


keseragaman proses guna memastikan proses tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan
pengobatan gigi atau dental yang dilaksanakan diluar kamar
operasi.

Sasaran V : pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand


hygien terbaru yang baru – baru ini diterbitkandan sudah diterima
secara umum (antara lain dari WHO patient safety)

2) Rumah sakit menerapkan program hand hygien yang efektif;

23
3) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.

Sasaran VI : pengurangan resiko pasien jatuh

1) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal resiko pasien jatuh


dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan;

2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi


mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko;

3) Langkah-langkah di monitor hasilnya, baik tentang keberhasilan


pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak disengaja;

4) Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan


berkelanjutan dari resiko cidera pasien akibat jatuh di rumah
sakit.

2.2.4 Sumber Keuangan (Money/ M4)


a. Sumber kesejahteraan karyawan/ruangan
Sumber kesejahteraan pegawai berasal dari pendapatan
rumah sakit dan dikelola oleh dari PT RNM. Penentuan Gaji perawat
di RS Sehat Sejahtera dilihat dari golongan dan masa kerja pegawai.
Hal ini mempengaruhi jumlah gaji dan jumlah tunjangan yang
didapat. Status kepegawaian dibedakan menjadi pegawai tetap dan
pegawai kontrak. Untuk pegawai tetap terdapat beberapa tunjangan
yang masuk, beberapa tunjangan tersebut meliputi : Jasa pelayanan
(pegawai tetap dan kontrak). Jasa pelayanan diberikan kepada setiap
perawat dengan jumlah masing-masing orang yang berbeda satu
sama lain. Jumlah jasa pelayanan yang diberikan kepada perawat
tergantung pada profesi di rumah sakit, ruangan, pendidikan, risiko
pekerjaan seperti kegawatan dan penuluran penyakitnya.

2.2.5 Mutu (Quality/ M5)


a. Tingkat kepuasan perawat

24
Kuosioner untuk pengukuran tingkat kepuasan perawat
masih belum tersedia di Ruang RBK . Berdasarakan wawancara
yang telah dilakukan dengan 8 perawat ruangan, menyatakan bahwa
dalam hal pendapatan bulanan di RS Sehat Sejahtera sudah merasa
cukup puas. Namun, perawat merasa kurang puas dengan beban
kerja yang kurang sebanding dengan jumlah perawat. Hal ini karena
jumlah perawat di ruangan tidak sebanding dengan jumlah pasien.
Perawat juga merasa cukup puas dengan kinerja rekan sejawatnya,
dan apabila terdapat permasalahan dengan rekan sejawat, maka
perawat cenderung untuk segera menyelesaikan dan tidak
memperpanjang permasalahan tersebut. Selain itu, perawat juga
merasa dihargai oleh teman sejawat.
b. Tingkat kepuasan pasien
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada hari/ tanggal
Selasa,7 September 2021 sebanyak 68% merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan, 12% merasa sangat puas, 10% merasa tidak puas dan 10% merasa
sangat tidak puas dan ada beberapa pasien yang tidak puas dengan pelayanan
yang diberikan, tetapi perbandingan persentase pasien mengatakan puas
artinya sebagian besar pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan
oleh Ruang RS Sehat Sejahtera.
Proses Manajemen Keperawatan
a. Perencanaan / Planing
1) Visi misi
Berdasarkan hasil pengkajian, Ruang RBK telah memiliki visi
dan misi. Pembuatan visi, misi tersebut telah melibatkan beberapa
pihak terkait unsur setiap tenaga keperawatan di RSUD. Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan disemua ruang ruangan, visi dan misi
ruangan sudah ada.
2) Perencanaan Strategi
Berdasarkan Hasil Wawancara yang dilakukan didapatkan
bahwa Rencana strategi ruang RBK sudah ada dan mengacu pada
program kerja yang dibuat.

25
3) Sistem Rekrutment Pegawai
Dari hasil wawancara yang dilakukan bagian kepegawaian
pada sistem perekrutan dilakukan dibagian kepegawaian berdasarkan
usulan darei masing-masing unit. Dari tiap-tiap bidang mengajukan
pegawai yang dibutuhkan. Pengajuan tenaga keperawatan diusulkan
oleh bidang keperawatan berdasarkan perhitungan kebutuhan
pegawai.

Tenaga kepegawaian di RSUD terdiri dari 2 jenis, yaitu CPNs


dan BLUD. Pengajuan kepegawaian CPNS dilakukan usulan setelah
disepakati oleh pimpinan rumah sakit, setelah disetujui pimpinan
maka tim dari kepegawaian melaporkan kepada BKD (badan
kepegawaian daerah) setelah di setujui gubernur akan disusun jadwal
penerimaan pegawai. Setelah itu baru seleksi penerimaan pegawai
yang berkerjasama dengan BKD sampai dengan pembagian pegawai
sesuai dengan usulan.

Rekrutment pegawai BLUD dilakukan berdasarkan usulan dari


bidang keperawatan sesuai dengan kriteria pegawai yang dibutuhkan
kepada tim kepegawaian. Setelah di setujui pimpinan manajer rumah
sakit maka akan dibuka penerimaan pegawai dan disusun jadwal.
Dilakukan tes penerimaan sesuai dengan bekerjasama BKD dan tes
dilakukan dengan pengawasan inspektorat sehingga harapannya
tetap transparan.

Tes dilakukan beberapa tahap, mulai dari kemampuan dasar,


komputer, kompetensi, tes kesehatan (medical check up) dan
wawancara. Wawancara dilakukan oleh pejabat yang berwenang
dalam unit calon penerima pegawai atau oleh user yang
bersangkutan (alur terlampir, lihat web).

b. Pengorganisasian/Organizing

26
Berdasarkan struktur organisasi yang ada, terlihat cukup jelas
garis komando, garis koordinasi dan tanggung jawab masing-masing
jabatan dalam struktur tersebut dan satu sama lain saling menunjang
dalam pengembangan rumah sakit. Hasil pengkajian didapatkan data
bahwa organisasi ruang keperawatan yang ada saat ini dipimpin oleh
seorang case manager. Case manajer membawahi 4 ruangan. Uraian
tugas masing-masing sudah tertuang dalam struktur unit dari level
kepala bidang sampai kepada perawat pelaksana.
1) Sistem Penjadwalan
Sistem jadwal disemua ruangan di RS, dibuat oleh kepala ruang.
Setiap shift pagi terdapat 1 kepala ruang, 2 ketua tim, 2-3 perawat
pelaksana, shift siang 2-4 perawat jaga, shift malam 2-4 perawat
jaga, dan ada perawat yang libur, serta ada perawat yang cuti,
Sebelum penjadwalan dibuat perawat ruangan.
2) Metode Penugasan
Merupakan suatu kerangka kerja yang mendifinisikan empat unsur
yaitu standar, proses keperawata, pendidikan keperawatan dan sistem
MAKP. Yang dapat menentukan kualitas jasa layanan keperawatan.
Apabila tidak memiliki nilai tersebut sebagai pengambil
keperutusan, maka tujuan pelayanan keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. Berdasarkan hasil
pengkajian yang dilakukan penerapan MAKP tim telah dilaksanakan
disemua ruangan secara umum namun belum sepenuhnya tim
terkadang menjadi fungsional.

c. Pengarahan / Directing
1) Supervisi
Supervisi mempunyai pengertian yang luas yaitu meliputi
segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang
tertuju untuk perkembangan para perawat dan staf lain dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan ini berupa dorongan,
bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan keahlian serta

27
kecakapan para perawat. Maka supervisi dapat diartikan sebagai
suatu proses pemberian sumber – sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
Dari Hasil wawancara dengan bidang keperawatan supervisi
dirumah sakit dinamakan supervisi manjemen, dimana tugasnya
mensupervisi semua kegiatan dirumah sakit sedangkan untuk
supervisi keperawatan sudah dilakukan dengan baik, dimana sudah
ada supervisor yang bertugas untuk mensupervisi ruang rawat inap,
namun supervisi masih dilakukan secara umum karena belum adanya
pelatihan terkait supervisi sehingga supervisor hanya mencatat hal-
hal yang sifatnya masih umum seperti mencatat berapa jumlah
pasien, jumlah perawat jaga, masalah-masalah atau kejadian yang
terjadi dan berapa banyak pasien yang pulang. Begitu juga dengan
hasil wawancara dengan beberapa kepala ruangan ternyata supervisi
kepala ruang belum dilakukan secara optimal karena belum
mempunyai Standar prosedur operasional.
2) Sistem Pendelegasian Tugas
Hasil wawancara dengan setiap kepala ruang menerapkan
system pendelegasian dengan cara lisan, belum ada criteria yang
didelegasikan dan belum adanya SOP pendelegasian.
3) Sistem Reward
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat
disetiap ruangan didapatkan bahwa reward yang diberikan
berdasarkan indikator mutu yang disebut PPI Award setiap 3 bulan
sekali berupa piagam dan bingkisan kepada masing-masing unit
yang menang. Untuk perawat yang berprestasi belum ada reward
yang diberikan perorangan, ini masih direncanakan dan
diprogramkan. Selama ini belum ada pegawai yang melanjutkan
sekolah dengan bantuan biaya Rumah Sakit sebagai salah satu
bentuk reward. Reward juga diberikan dari uang insentif dan dari
jasa pelayanan.
4) Sistem Punishment

28
Punishmen yang diberikan oleh pihak rumah sakit apabila ada
pegawai yang melakukan pelanggaran diruangan seperti terlambat
masuk kerja, sering tidak masuk kerja, yaitu berupa teguran secara
lisan dari kepala ruang dengan cara memanggil secara pribadi.
Apabila pegawai ingin izin tidak masuk dinas harus membuat surat
pemberitahuan terlebih dahulu. Dari hasil wawancara dengan
beberapa kepala ruang apabila ada perawat yang melakukan
pelanggaran akan diberi teguran secara lisan, bila lebih dari dua kali
maka akan dilaporkan ke bidang keperawatan.
5) Motivasi kerja
Berdasarkan hasil wawancara dari kepala ruang didapatkan
bahwa motivasi yang diberikan oleh kepala ruang diberikan pada
saat pre dan post conference, serta kepala ruang lebih menekankan
pada pelayanan patient centre care beberapa perawat diruangan
didatkan bahwa motivasi diberikan pada saat pertemuan rutin setiap
bulan dan diperoleh pemberian kepercayaan kepada pegawai. Hasil
observasi juga didapatkan bahwa motivasi perawat pelaksana dan
penanggung jawab ruangan cukup baik terbukti mereka selalu
mengikuti kegiatan rutin seperti apel pagi yang dilakukan oleh
rumah sakit.
6) Manajemen konflik
Berdasarkan wawancara dari kepala ruang mengatakan bahwa
apabila ada pegawai yang bermasalah yaitu dengan musyawarah
untuk mencapaian solusi bersama namun selama ini masalah
diruangan tidak terlalu fatal biasanya hanya miss communication saja
dan apabila masalah secara individu maka akan dipanggil untuk
diberikan pengarahan secara pribadi dan diselesaikan pada waktu itu
juga, jika kesulitan akan melibatkan middle manajer dan top
manajer. Juga dari wawancara dengan salah satu ruangan didapatkan
bahwa apabila ada masalah di ruangan terkhusus bagi perawat maka
akan siselesaikan dengan meminta penjelasana dari masing-masing

29
perawat yang terlibat, tetapi bila ada komplain dan masalah yang
berhubungan dari pasien maka langsung dilaporkan ke case manajer.

d. Controling
1) Pertemuan Berkala
Dari hasil pengakajian didapatkan bahwa komunikasi dan
koordinasi antar bidang keperawatan dan kepala ruang kemudian
kepala ruang dengan perawat pelaksana masing-masing ruangan
memiliki program pertemuan berkala.
2) Pengembangan Jenjang Karir
Hasil pengkajian ditemukan jenjang karir di Rumah Sakit saat
ini dilihat berdasarkan jenjang karir PNS yaitu berdasarkan golongan
dan jenjang karir dari perawat berdasarkan jenjang karir perawat,
yaitu akan dilakukan kredensial bagi perawat yang akan neik ke
jenjenag berikutnya dengan mengikuti proses kredensial.

3) BOR (Bed Occupation Rate = Angka penggunaan Tempat Tidur)


Juli = 80.09
Agustus = 78.96
4) LOS (Length of Stay = Rata-rata pasien dirawat)
Rata-rata LOS per tiga bulan yaitu 4.97.
5) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
Rata-rata TOI per tiga bulan yaitu 3.02
6) BTO (Bed Turn Over = Angka Perputaran tempat tidur)
Rata-rata BTO per tiga bulan yaitu 3.53.

1. Output
Output adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan
keperawatan yang berupa perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk
kepuasan dari konsumen, tanpa mengukur hasil kinerja RS/keperawatan

30
tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baikakan
menghasilkan output yang baik pula.

a. Indikator Mutu Pelayanan Umum


Efisien dan efektif suatu Rumah Sakit ditunjukkan dengan
indikator pelayanan dapat dilihat melalui Bed Ocupation Rate (BOR),
Length Of Stay (LOS), dan Turn Offer Interval (TOI) dan indeks
kepuasan pelanggan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.12 Indikator Kinerja RSUD Provinsi di Jawa Tengah

TAHUN
NO INDIATOR SATUAN STANDART
2018 2019 2020 2021

1. BOR % 65-85 82,52 82,60 69,82

2. ALOS Hari 3-12 5,15 5,81 5,94

3. TOI Hari 1-3 1,09 0,84 2,21

4. NDR 0/00 ≤ 25 12,56 14,66 14,21

5. GDR 0/00 ≤ 45 17,36 19,90 20,17

6. BTO % 40-50 58,64 60,58 49,94

b. Mutu Asuhan Keperawatan


Pengukuran mutu asuhan keperawatan sejauh ini belum dilakukan
secara optimal oleh Seksi pelayanan keperawatan. Adapun untuk
pelaksanaan penilaian pada kinerja perawat dalam asuhan keperawatan
pada saat ini belum dilakukan.

c. Kepuasan Perawat
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa di semua
ruangan belum pernah melakukan survey terkait kepuasan perawat.
d. Patient Safety
1) Adanya anggota tim PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
yang terlatih, dengan standar dan pencapaian 100% anggota Tim
PPI sudah terlatih

31
2) Adanya Alat Pelindung Diri (APD) disetiap instalasi/ departemen,
dengan pencapaian 100% sudah tersedia
3) Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial sudah
dilakukan 100% dan menjadi standart penilaian pada PPI awards
4) Tidak ada kejadian kematian di meja operasi
5) Tidak ada kejadian operasi salah sisi
6) Tidak ada kejadian operasi salah orang
7) Tidak ada kejadian salah tindakan pada operasi
8) Tidak ada kejadian tertinggal benda asing/lain pada tubuh pasien
setelah operasi
9) Terjadi 0,80% komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi
anastesi, dan salah penempatan endotraceal tube (ET) (standart
SPM ≤ 6%)
10) Kejadian infeksi pasca operasi 0,5 %. (Standart SPM ≤1,5%)
11) Kejadian infeksi nosokomial 0,1 % (Standart SPM ≤ 1,5%)
12) Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecatatan atau
kematian.
13) Kematian pasien ≤ 24 jam sebanyak 1/1000. (Standart SPM ≤
2/1000)

32

Anda mungkin juga menyukai