(67 %) (59 %)
(Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022; Buku SNARS Edisi 1.1., KARS, 2019)
P r o s e s S u r ve i
Dimensi PCC:
1. Patient Engagement & Empowerment. →(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2)
2. DPJP sbg Clinical Leader. →(AKP 3.1., PAP 1.2.)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
*CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi. →(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6,
TKRS 8, 9.)
4. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. →(AKP 3, AKP 5, PAP 1.1.)
5. Integrated Discharge Planning. →(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.)
6. Asuhan gizi terintegrasi. →(PP 1.2., PAP 3)
7. Budaya Keselamatan. →(TKRS 13, PMKP 10)
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care
1. Dasar : Pelayanan Berfokus pd Pasien/ PCC, APT (Asuhan Pasien Terintegrasi) dan Proses primer I-A-R.
2. Pengkajian:
• Triase: pemilahan pasien yg membutuhkan pertolongan segera: →AKP 1.1.
• Skrining: identifikasi kebutuhan pasien, menentukan: admisi/ transfer/ dirujuk: →AKP 1, PAP 5. Pd penerimaan pasien :
Identifikasi-pelayanan yg dgn Hambatan (Lansia dsb) → AKP 2.
• Skrining pd admisi ranap utk penetapan proritas pelayanan preventif/paliatif/kuratif/rehabilitatif, pembedahan mendesak: →AKP
1.2, PP 1.1. EP d).
• Pengkajian Awal: →PP 1, 1.1, PAB 7, SKP 4, Prognas 2.
• Skrining/Pengkajian cepat: →AKP 1.1, PAP 4, SKP 6, 6.1. (a.l. nyeri, risiko jatuh).
• Pengkajian lanjutan: →PP 1, 1.1, 1.2, PAP 4, SKP 6.
• Pengkajian Ulang: →PP 1, 2, PAB 7.3.
3. Pengkajian awal oleh 2 profesi : medis & keperawatan: IGD, Rajal, Ranap →PP 1.1.
4. Pengkajian Awal menggali isi minimal 13 elemen: →PP 1, 1.1, 1.2 & PKPO 4.
a) Keluhan saat ini, h) Pengkajian nyeri, →PQRS NB. : Saran: dalam melakukan pengkajian, penggalian elemen
b) Status fisik, i) Risiko jatuh, a) s/d m) dapat dilakukan sesuai dgn kebutuhan profesi antara
c) Psiko-sosio-spiritual, j) Pengkajian fungsional, medis dan keperawatan yg diatur oleh RS. Proporsi penggalian
d) Ekonomi, k) Risiko nutrisional, elemen antara profesi medis dan keperawatan disesuaikan dgn
e) Riwayat kesehatan pasien, l) Kebutuhan edukasi, keunikan/kebutuhan RS, misalnya pd RS Umum porsi
f) Riwayat alergi, m) Perencanaan Pemulangan Pasien keperawatan akan lebih luas, pd RS Jiwa porsi medis lebih luas.
g) Riwayat Penggunaan Obat (Discharge Planning)
Lanjutan Beberapa Prinsip Proses Pengkajian…..
5. Dgn Prinsip APT, Pengkajian para PPA lainnya direviu & verifikasi oleh DPJP → PAP
1.2, AKP 3.1.
6. Pengkajian Tambahan sesuai populasi pasien : →PP 1.3.
7. Jumlah dan Jenis / Disiplin Pengkajian Awal ditetapkan RS. Medis: misalnya PD, Bedah, Anak,
Obgin dsb. Keperawatan: misalnya Dewasa, Anak, Maternitas dsb. →PP 1., 1.1., 1.2.
8. Ada contoh RS dgn Pilihan Pola Sentral Pengkajian (Keperawatan) di Rajal: misalnya
Dewasa, Anak, Maternitas.
9. Pengkajian Ulang : oleh semua PPA yg terkait, dicatat di CPPT: Medis, Perawat/Bidan, Farmasi,
Gizi, dll sesuai regulasi RS nya. →PP 2.
Standar PAB 1. RS menerapkan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam untuk
memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan kapasitas pelayanan, standar profesi dan
perUUan yg berlaku.
16
PAB 2.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
2. RS telah menetapkan penanggung R Regulasi tentang penetapan penanggung jawab 10 TP
jawab pelayanan anestesi dan sedasi pelayanan anestesi dan sedasi adalah seorang dokter 5 TS
adalah seorang dokter anastesi yang anastesi yang kompeten yang melaksanakan tanggung 0 TT
kompeten yg melaksanakan tanggung jawabnya meliputi :
jawabnya meliputi poin a) – d) pada a) Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi;
maksud dan tujuan. b) Melakukan pengawasan administratif;
c) Melaksanakan program pengendalian mutu yang
dibutuhkan; dan
d) Memantau dan mengevaluasi pelayanan sedasi dan
anestesi.
3. Bila memerlukan profesional D 1) Bukti tentang rekomendasi dan evaluasi pelayanan 10 TP
pemberi asuhan terdapat PPA dari dari penanggung jawab pelayanan anastesi dan sedasi 5 TS
luar RS untuk memberikan pelayanan terhadap pelayanan anestesi dan sedasi oleh PPA dari 0 TT
anestesi dan sedasi, maka ada bukti luar rumah sakit, untuk kondisi kedaruratan.
rekomendasi dan evaluasi pelayanan 2) Untuk pengganti sementara, ada bukti proses
dari penanggung jawab pelayanan kredensial melalui Komite Medis dan SIP di rumah sakit
anastesi dan sedasi terhadap PPA tsb. asal ybs.
❑ Pelayanan Sedasi
• Kebutuhan apa saja dalam kebijakan dan prosedur RS bagi sedasi moderat dan
dalam?
• Apakah kualifikasi ini bagi seseorang untuk memberikan sedasi moderat dan
dalam?
• Bagaimana kita memastikan bahwa kebijakan diimplementasikan?
(JCI, 2014)
b. Pelayanan Sedasi
23
PAB 3.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
2. Peralatan dan perbekalan GD O Lihat ketersediaan peralatan dan perbekalan gawat 10 TP
tersedia di tempat dilakukan sedasi darurat tersedia di tempat dilakukan sedasi moderat dan 5 TS
moderat dan dalam serta dalam serta dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan 0 TT
dipergunakan sesuai jenis sedasi, kondisi pasien.
usia, dan kondisi pasien.
W *Penanggung jawab pelayanan anestesi
*Staf anestesi
3. PPA yg terlatih dan berpengalaman D Daftar jaga PPA yang kompeten dan berwenang untuk 10 TP
dalam memberikan bantuan hidup memberikan bantuan hidup lanjut (advance) selama 5 TS
lanjut (advance) harus selalu tindakan sedasi dilakukan. 0 TT
mendampingi dan siaga selama
tindakan sedasi dikerjakan. W *Penanggung jawab pelayanan anestesi
24
Maksud dan Tujuan PAB 3. Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yg diberikan secara
intravena tidak bergantung pada berapa dosisnya. oleh karena prosedur pemberian sedasi seperti
layaknya anestesi mengandung risiko potensial pada pasien. Pemberian sedasi pada pasien harus
dilakukan seragam dan sama di semua tempat di RS termasuk unit di luar kamar operasi.
Keseragaman dalam pelayanan sedasi sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan
dilaksanakan oleh tenaga medis yg kompeten dan telah diberikan kewenangan klinis utk melakukan
sedasi moderat dan dalam meliputi:
a) area2 di dalam RS tempat sedasi moderat dan dalam dapat dilakukan;
b) kualifikasi staf yg memberikan sedasi;
c) persetujuan medis (informed consent) untuk prosedur maupun sedasinya;
d) perbedaan populasi anak, dewasa, dan geriatri ataupun pertimbangan khusus lainnya;
e) peralatan medis dan bahan yg digunakan sesuai dgn populasi yg diberikan sedasi moderat atau
dalam; dan
f) cara memantau.
Standar PAB 3.1. Tenaga medis yg kompeten dan berwenang memberikan
pelayanan sedasi moderat dan dalam serta melaksanakan pemantauan.
33
PAB 3.2.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
2. RS telah menerapkan pemantauan D Bukti penerapan pemantauan pasien selama sedasi 10 TP
pasien selama dilakukan pelayanan moderat dan dalam oleh staf anestesi yang kompeten 5 TS
sedasi moderat dan dalam oleh PPA dicatat di rekam medis. 0 TT
yang kompeten dan di catat di rekam
medik. W *Penanggung jawab pelayanan Anestesi
3. Kriteria pemulihan telah digunakan D Bukti dalam rekam medis tentang kriteria pemulihan 10 TP
dan didokumentasikan untuk telah digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang 5 TS
mengidentifikasi pasien yg sudah sudah pulih kembali dan atau siap untuk ditransfer/ 0 TT
pulih kembali dan atau siap untuk dipulangkan.
ditransfer/dipulangkan.
W *Penanggung jawab pelayanan anestesi
*Staf anestesi
34
Maksud dan Tujuan PAB 3.2. Tingkat kedalaman sedasi berlangsung dalam suatu kesinambungan mulai ringan
sampai sedasi dalam dan pasien dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Banyak faktor berpengaruh
terhadap respons pasien dan hal ini memengaruhi tingkat sedasi pasien. Faktor2 tsb termasuk obat2an yg diberikan,
rute pemberian obat dan dosis, usia pasien (anak, dewasa, serta lanjut usia), dan Riwayat kesehatan pasien. Misalnya,
pasien memiliki riwayat gangguan organ utama maka kemungkinan obat yg digunakan pasien dapat berinteraksi
dengan obat sedasi, alergi obat, efek samping obat sedasi atau anastesi sebelumnya. Jika status fisik pasien berisiko
tinggi maka dipertimbangkan pemberian tambahan kebutuhan klinis lainnya dan diberikan tindakan sedasi yg sesuai.
Pengkajian prasedasi membantu mengidentifikasi faktor yg dapat yang berpengaruh pada respons pasien terhadap
tindakan sedasi dan juga dapat diidentifikasi temuan2 penting dari hasil pemantaun selama dan sesudah sedasi.
PPA yg kompeten dan bertanggung jawab melakukan pengkajian prasedasi meliputi:
a) mengidentifikasi masalah saluran pernapasan yang dapat memengaruhi jenis sedasi yang digunakan;
b) mengevaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi;
c) merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan pasien berdasarkan prosedur/tindakan
yang akan dilakukan;
d) pemberian sedasi secara aman; dan
e) menyimpulkan temuan hasil pemantauan pasien selama prosedur
sedasi dan pemulihan.
Cakupan dan isi pengkajian dibuat berdasar atas Panduan Praktik Klinis dan kebijakan pelayanan
anastesi dan sedasi yg ditetapkan oleh RS.
Pasien yg sedang menjalani tindakan sedasi dipantau tingkat kesadarannya, ventilasi dan status
oksigenasi, variabel hemodinamik berdasar atas jenis obat sedasi yang diberikan, jangka waktu
sedasi, jenis kelamin, dan kondisi pasien. Perhatian khusus ditujukan pada kemampuan pasien
mempertahankan refleks protektif, jalan napas yg teratur dan lancar, serta respons thd stimulasi fisik
dan perintah verbal. Seorang yg kompeten bertangg-jawab melakukan pemantauan status fisiologis
pasien secara terus menerus dan membantu memberikan bantuan resusitasi sampai pasien pulih
dengan selamat.
Setelah tindakan selesai dikerjakan, pasien masih tetap berisiko terhadap komplikasi karena
keterlambatan absorsi obat sedasi, dapat terjadi depresi pernapasan, dan kekurangan stimulasi
akibat tindakan.
Ditetapkan kriteria pemulihan untuk mengidentifikasi pasien yg sudah pulih kembali dan atau siap
untuk ditransfer/dipulangkan.
c. Pelayanan Anestesi
Standar PAB 4. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan
telah diberikan kewenangan klinis pelayanan anestesi melakukan asesmen
pra-anestesi dan prainduksi.
W *DPJP
*Pasien/keluarga.
2. Pengkajian prainduksi telah D Bukti dalam rekam medis tentang pelaksanaan 10 TP
dilakukan secara terpisah untuk pengkajian pra induksi dengan konsep IAR oleh dokter 5 TS
mengevaluasi ulang pasien segera anestesi sesuai PPK. 0 TT
sebelum induksi anestesi.
W *DPJP.
3. Kedua pengkajian tsb telah D Bukti pengkajian pra anestesi dan pra induksi terisi 10 TP
dilakukan oleh PPA yg kompeten dan lengkap dan ditanda tangani oleh PPA yang kompeten. 5 TS
telah diberikan kewenangan klinis 0 TT
didokumentasikan dalam rekam W *Dokter Anestesi.
medis pasien.
39
Maksud dan Tujuan PAB 4. Oleh karena anestesi memiliki risiko tinggi maka pemberiannya harus
direncanakan dengan hati2. Pengkajian pra-anestesi adalah dasar perencanaan ini utk mengetahui
temuan pemantauan selama anestesi dan pemulihan yg mungkin bermakna, dan juga utk
menentukan obat analgesi apa utk pascaoperasi. Pengkajian pra-anestesi juga memberikan
informasi yg diperlukan untuk:
a) mengetahui masalah saluran pernapasan; b) memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi;
c) memberikan anestesi yg aman berdasar atas pengkajian pasien, risiko yg ditemukan, dan jenis
tindakan; d) menafsirkan temuan pada waktu pemantauan selama anestesi dan pemulihan; dan
e) memberikan informasi obat analgesia yg akan digunakan pascaoperasi.
Dr Sp anestesi akan melakukan pengkajian pra-anestesi yg dapat dilakukan sebelum masuk ranap atau
sebelum dilakukan tindakan bedah atau sesaat menjelang operasi, misalnya pada pasien
darurat. Asesmen prainduksi terpisah dari asesmen pra-anestesi, krn difokuskan pada stabilitas fisiologis dan
kesiapan pasien utk tindakan anestesi, dan berlangsung sesaat sebelum induksi anestesi. Jika anestesi
diberikan secara darurat maka pengkajian pra-anestesi dan prainduksi dapat dilakukan berurutan atau simultan,
namun dicatat secara terpisah.
Standar PAB 5. Risiko, manfaat, dan alternatif tindakan sedasi atau anestesi didiskusikan
dengan pasien dan keluarga atau orang yg dapat membuat keputusan mewakili pasien sesuai
dengan peraturan perUUan.
Elemen Penilaian PAB 5.
a) RS telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yg
akan memberikan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat, alternatif dan analagsia analgesia
pasca tindakan sedasi atau anastesi.
b) Pemberian informasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan didokumentasikan
dalam formulir persetujuan tindakan anestesi/sedasi.
Maksud dan Tujuan PAB 5.
Rencana tindakan sedasi atau anastesi harus diinformasikan kepada pasien, keluarga pasien, atau
mereka yg membuat keputusan mewakili pasien tentang jenis sedasi, risiko, manfaat, dan alternatif
terkait tindakan tsb. Informasi tsb sebagai bagian dari proses mendapat persetujuan tindakan
kedokteran untuk tindakan sedasi atau anestesi sesuai dgn peraturan perUUan yang berlaku.
PAB 5.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
1. RS telah menerapkan pemberian D Bukti penerapan pemberian informasi kepada pasien dan 10 TP
informasi kepada pasien dan atau atau keluarga atau pihak yang akan memberikan 5 TS
keluarga atau pihak yg akan keputusan tentang jenis, risiko, manfaat, alternatif dan 0 TT
memberikan keputusan ttg jenis, analgesia pasca tindakan sedasi atau anestesi.
risiko, manfaat, alternatif dan
analagsia pasca tindakan sedasi atau W *DPJP
anastesi. *Pasien/keluarga…..
2. Pemberian informasi dilakukan oleh D Bukti dalam rekam medis pemberian informasi dilakukan 10 TP
dokter spesialis anestesi dan oleh dokter spesialis anestesi dan didokumentasikan di 5 TS
didokumentasikan dalam formulir formulir persetujuan atau penolakan tindakan 0 TT
persetujuan tindakan anastesi/sedasi.
anestesi/sedasi.
W *Dokter Anestesi
*Dokter Bedah
42
43
Standar PAB 6. Status fisiologis setiap pasien selama tindakan sedasi
atau anestesi dipantau sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
W *Dokter Anestesi
*Dokter Bedah
2. Pemantauan status fisiologis D Bukti dalam rekam medis tentang pemantauan status 10 TP
pasien sesuai dengan panduan fisiologis pasien yang menjalani anestesi. 5 TS
praktik klinis (PPK) dan 0 TT
didokumentasikan dalam rekam W *Dokter Anestesi
medis pasien. *Staf Anestesi
45
Maksud dan Tujuan PAB 6. Pemantauan fisiologis akan memberikan informasi mengenai status
pasien selama tindakan anestesi (umum, spinal, regional dan lokal) dan masa pemulihan. Hasil
pemantauan akan menjadi dasar untuk mengambil keputusan intraoperasi yang penting dan juga
menjadi dasar pengambilan keputusan pascaoperasi seperti pembedahan ulang, pemindahan ke
tingkat perawatan lain, atau pemulangan pasien.
Informasi hasil pemantauan akan memandu perawatan medis dan keperawatan serta
mengidentifikasi kebutuhan diagnostik dan layanan lainnya. Temuan pemantauan dimasukkan ke
dalam rekam medis pasien. Metode pemantauan bergantung pada status praanestesi pasien,
pemilihan jenis tindakan anestesi, dan kerumitan pembedahan atau prosedur lainnya yg dilakukan
selama tindakan anestesi. Meskipun demikian, pemantauan menyeluruh selama tindakan anestesi
dan pembedahan dalam semua kasus harus sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan
kebijakan RS. Hasil pemantauan didokumentasikan dalam rekam medis.
Standar PAB 6.1. Status pasca anestesi pasien dipantau dan
didokumentasikan, dan pasien dipindahkan /ditransfer /dipulangkan dari area
pemulihan oleh PPA yang kompeten dengan menggunakan kriteria baku yang
ditetapkan RS.
Elemen Penilaian PAB 6.1.
a) RS telah menerapkan pemantauan pasien pascaanestesi baik di ruang intensif
maupun di ruang pemulihan dan didokumentasikan dlm rekam medis pasien.
b) Pasien dipindahkan dari unit pascaanestesi (atau pemantauan pemulihan
dihentikan) sesuai dgn kriteria baku yg ditetapkan dgn alternatif a) – c) pada
maksud dan tujuan.
c) Waktu dimulai dan dihentikannya proses pemulihan dicatat di dalam rekam
medis pasien.
PAB 6.1.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
1. RS telah menerapkan D Bukti dalam rekam medis tentang pemantauan pasien 10 TP
pemantauan pasien pasca pascaanestesi baik di ruang intensif maupun di ruang pemulihan. 5 TS
anestesi baik di ruang intensif 0 TT
maupun di ruang pemulihan W *Dokter Anestesi, *Staf Anestesi.
dan didokumentasikan dlm
rekam medis pasien.
2. Pasien dipindahkan dari D Bukti dalam rekam medis ttg pelaksanaan pemindahan pasien 10 TP
unit pascaanestesi (atau dari unit pascaanestesi (atau pemantauan pemulihan dihentikan) 5 TS
pemantauan pemulihan sesuai dgn kriteria dengan alternatif : 0 TT
dihentikan) sesuai dgn kriteria a) Pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan)
baku yg ditetapkan dgn oleh seorang Dr Sp Anestesi yg kompeten berdasarkan kriteria
alternatif a) – c) pada maksud pascaanestesi yg ditetapkan oleh RS.
dan tujuan. b) pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan)
oleh seorang perawat atau penata anastesi yg kompeten
berdasarkan kriteria pascaanestesi yg ditetapkan oleh RS, tercatat
dalam rekam medis bahwa kriteria tsb terpenuhi.
c) Pasien dipindahkan ke unit yg mampu menyediakan perawatan
pascaanestesi misalnya di unit perawatan intensif.
W *Staf anestesi. 48
PAB 6.1.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
3. Waktu dimulai dan D Bukti dalam rekam medis tentang waktu dimulai dan 10 TP
dihentikannya proses dihentikannya proses pemulihan 5 TS
pemulihan dicatat di 0 TT
dalam rekam medis W *Staf Anestesi
pasien.
49
Maksud dan Tujuan PAB 6.1. Pemantauan selama anestesi menjadi dasar pemantauan
saat pemulihan pascaanestesi. Pemantauan pasca anestesi dapat dilakukan di ruang
rawat intensif atau di ruang pulih. Pemantauan pasca anestesi di ruang rawat intensif bisa
direncanakan sejak awal sebelum tindakan operasi atau sebelumnya tidak direncanakan
berubah dilakukan pemantauan di ruang intensif atas hasil keputusan PPA anestesi dan
atau PPA bedah berdasarkan penilaian selama prosedur anestesi dan atau pembedahan.
Bila pemantauan pasca anestesi dilakukan di ruang intensif maka pasien langsung di
transfer ke ruang rawat intensif dan tatalaksana pemantauan selanjutnya secara
berkesinambungan dan sistematis berdasarkan instruksi DPJP di ruang rawat intensif
serta didokumentasikan. Bila pemantauan dilakukan di ruang pulih maka pasien dipantau
secara berkesinambungan dan sistematis serta didokumentasikan. Pemindahan pasien
dari area pemulihan pascaanestesi atau penghentian pemantauan pemulihan dilakukan
dgn salah satu berdasarkan beberapa alternatif sbb:
Pemindahan pasien dari area pemulihan pascaanestesi atau penghentian pemantauan
pemulihan dilakukan dgn salah satu berdasarkan beberapa alternatif sbb:
a) pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang ahli anestesi
yg kompeten.
b) pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang perawat atau
penata anastesi yg kompeten berdasarkan kriteria pascaanestesi yang ditetapkan oleh RS,
tercatat dalam rekam medis bahwa kriteria tsb terpenuhi.
c) pasien dipindahkan ke unit yang mampu menyediakan perawatan pascaanestesi
misalnya di unit perawatan intensif.
Waktu masuk dan keluar dari ruang pemulihan (atau waktu mulai dan dihentikannya
pemantauan pemulihan) didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
52
d. Pelayanan Pembedahan
Standar PAB 7. Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar atas
hasil pengkajian dan dicatat dalam rekam medis pasien.
Rawat Inap →
Pengkajian Prabedah
=PP 1, 1.1 (=PAB 7) Rawat Inap →
W *DPJP
2. Diagnosis praoperasi dan rencana D Bukti dalam rekam medis tentang diagnosis praoperasi 10 TP
prosedur/tindakan operasi dan rencana prosedur/tindakan operasi berdasarkan hasil 5 TS
berdasarkan hasil pengkajian pengkajian prabedah. 0 TT
prabedah dan didokumentasikan di
rekam medik. W *DPJP
55
Maksud dan Tujuan PAB 7. Karena prosedur bedah mengandung risiko tinggi maka
pelaksanaannya harus direncanakan dgn saksama. Pengkajian prabedah menjadi acuan untuk
menentukan jenis tindakan bedah yg tepat dan mencatat temuan penting. Hasil pengkajian
prabedah memberikan informasi tentang:
a) Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya;
b) Melakukan tindakan dengan aman; dan
c) Menyimpulkan temuan selama pemantauan.
Pemilihan teknik operasi bergantung pada riwayat pasien, status fisik, data diagnostik, serta
manfaat dan risiko tindakan yg dipilih. Untuk pasien yg saat masuk RS langsung dilayani oleh
dokter bedah, pengkajian prabedah menggunakan formulir pengkajian awal ranap. Sedangkan
pasien yg dikonsultasikan di tengah perawatan oleh DPJP lain dan diputuskan operasi maka
pengkajian prabedah dapat dicatat di rekam medis sesuai kebijakan RS. Hal ini termasuk diagnosis
praoperasi dan pascaoperasi serta nama tindakan operasi.
Standar PAB 7.1. Risiko, manfaat dan alternatif tindakan pembedahan
didiskusikan dgn pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg berwenang yg
memberikan keputusan.
Elemen Penilaian PAB 7.1.
a) RS telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga
atau pihak yg akan memberikan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat,
komplikasi dan dampak serta alternatif prosedur/teknik terkait dgn rencana
operasi (termasuk pemakaian produk darah bila diperlukan) kepada pasien
dan atau keluarga atau mereka yg berwenang memberi keputusan.
b) Pemberian informasi dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran.
PAB 7.1.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
1. RS telah menerapkan pemberian D Bukti ttg pelaksanaan pemberian informasi kpd pasien 10 TP
informasi kepada pasien dan atau dan atau keluarga atau pihak yang akan memberikan 5 TS
keluarga atau pihak yg akan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat, komplikasi dan 0 TT
memberikan keputusan ttg jenis, dampak serta alternatif prosedur/teknik terkait dgn
risiko, manfaat, komplikasi dan rencana operasi (termasuk pemakaian produk darah bila
dampak serta alternatif diperlukan) kepada pasien dan atau keluarga atau mereka
prosedur/teknik terkait dgn rencana yg berwenang memberi keputusan, meliputi: a) Risiko
operasi (termasuk pemakaian produk dari rencana tindakan operasi; b) Manfaat dari rencana
darah bila diperlukan) kepada pasien tindakan operasi; c) Memungkinan komplikasi dan
dan atau keluarga atau mereka yg dampak; d) Pilihan operasi atau nonoperasi (alternatif)
berwenang memberi keputusan. yang tersedia untuk menangani pasien; e) Sebagai
tambahan jika dibutuhkan darah atau produk darah,
sedangkan risiko dan alternatifnya didiskusikan.
W *DPJP, *Pasien/keluarga.
2. Pemberian informasi dilakukan oleh D Bukti ttg pemberian informasi dilakukan oleh DPJP 10 TP
dokter penanggung jawab pelayanan didokumentasikan dalam formulir persetujuan atau 5 TS
(DPJP) didokumentasikan dalam penolakan tindakan kedokteran. 0 TT
formulir persetujuan tindakan
kedokteran. W *DPJP 58
Maksud dan Tujuan PAB 7.1. Pasien, keluarga, dan mereka yg memutuskan
mendapatkan penjelasan untuk berpartisipasi dalam keputusan asuhan pasien
dengan memberikan persetujuan (consent).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien maka penjelasan tsb diberikan oleh DPJP yg
dalam keadaan darurat dapat dibantu oleh dokter di unit GD. Informasi yg
disampaikan meliputi:
a) Risiko dari rencana tindakan operasi;
b) Manfaat dari rencana tindakan operasi;
c) Memungkinan komplikasi dan dampak;
d) Pilihan operasi atau nonoperasi (alternatif) yang tersedia untuk menangani pasien;
e) Sebagai tambahan jika dibutuhkan darah atau produk darah, sedangkan risiko dan
alternatifnya didiskusikan.
Standar PAB 7.2. Informasi yang terkait dengan operasi dicatat dalam laporan
operasi dan digunakan untuk menyusun rencana asuhan lanjutan.
W *DPJP
2. Laporan operasi telah tersedia D 1) Bukti laporan operasi terisi lengkap sebelum pasien 10 TP
segera setelah operasi selesai dan dipindah ke ruang lain untuk perawatan selanjutnya. 5 TS
sebelum pasien dipindah ke ruang 2) Bukti laporan operasi bila dilakukan di ruang intensif 0 TT
lain untuk perawatan selanjutnya.
W *DPJP
61
Maksud dan Tujuan PAB 7.2. Asuhan pasien pascaoperasi bergantung pada temuan
dalam operasi. Hal yg terpenting adalah semua tindakan dan hasilnya dicatat di rekam
medis pasien. Laporan ini dapat dibuat dalam bentuk format template atau dalam
bentuk laporan operasi tertulis sesuai dengan regulasi RS. Laporan yg tercatat tentang
operasi memuat paling sedikit:
a) Diagnosis pascaoperasi;
b) Nama dokter bedah dan asistennya;
c) Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan;
d) Ada dan tidak ada komplikasi;
e) Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa;
f) Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat transfusi;
g) Nomor pendaftaran alat yg dipasang (implan), (bila mempergunakan)
h) Tanggal, waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
Standar PAB 7.3. Rencana asuhan pascaoperasi disusun, ditetapkan dan
dicatat dalam rekam medis.
Elemen Penilaian PAB 7.3.
a) Rencana asuhan pascaoperasi dicatat di rekam medis pasien dalam
waktu 24 jam oleh dokter penanggung jawab pelayanan(DPJP).
b) Rencana asuhan pascaoperasi termasuk rencana asuhan medis,
keperawatan, oleh PPA lainnya berdasar atas kebutuhan pasien.
c) Rencana asuhan pascaoperasi diubah berdasarkan pengkajian ulang
pasien.
PAB 7.3.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
1. Rencana asuhan pascaoperasi D Bukti rencana asuhan pascaoperasi dicatat di rekam 10 TP
dicatat di rekam medis pasien dalam medis dalam waktu 24 jam oleh dokter penanggung jawab 5 TS
waktu 24 jam oleh dokter penanggung pelayanan (DPJP). 0 TT
jawab pelayanan(DPJP). W *DPJP.
2. Rencana asuhan pascaoperasi D 1) Bukti dalam rekam medis rencana asuhan 10 TP
termasuk rencana asuhan medis, pascaoperasi termasuk rencana asuhan medis, 5 TS
keperawatan, oleh PPA lainnya keperawatan, oleh PPA lainnya berdasar atas kebutuhan 0 TT
berdasar atas kebutuhan pasien. pasien. → verifikasi DPJP
2) Rencana pascaoperasi dapat dibuat sebelum operasi.
W *DPJP, *Dokter yang menerima delegasi, *Perawat, *PPA
lain.
3. Rencana asuhan pascaoperasi D Bukti dalam rekam medis rencana asuhan pascaoperasi 10 TP
diubah berdasarkan pengkajian ulang diubah /dikembangkan berdasarkan pengkajian ulang 5 TS
pasien. pasien. 0 TT
W *DPJP, *Dokter yang menerima delegasi, *Perawat, *PPA
lain.
64
PAB 7.3.
Rencana Postoperasi
65
Maksud dan Tujuan PAB 7.3. Kebutuhan asuhan medis, keperawatan, dan profesional
pemberi asuhan (PPA) lainnya sesuai dgn kebutuhan setiap pasien pascaoperasi berbeda
bergantung pada tindakan operasi dan riwayat kesehatan pasien. Beberapa pasien
mungkin membutuhkan pelayanan dari PPA lain atau unit lain seperti rehabilitasi medik
atau terapi fisik. Penting membuat rencana asuhan tsb termasuk tingkat asuhan, metode
asuhan, tindak lanjut monitor atau tindak lanjut tindakan, kebutuhan obat, dan asuhan lain
atau tindakan serta layanan lain. Rencana asuhan pascaoperasi dapat dimulai sebelum
tindakan operasi berdasarkan asesmen kebutuhan dan kondisi pasien serta jenis operasi
yang dilakukan. Rencana asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yang
segera. Rencana asuhan dicacat direkam medik pasien dalam waktu 24 jam dan
diverifikasi oleh DPJP sebagai pimpinan tim klinis untuk memastikan kontuinitas asuhan
selama waktu pemulihan dan masa rehabilitasi.
Standar PAB 7.4. Perawatan bedah yg mencakup implantasi alat medis
direncanakan dgn pertimbangan khusus ttg bagaimana memodifikasi proses
dan prosedur standar.
Elemen Penilaian PAB 7.4.
a) RS telah mengidentifikasi jenis alat implan yg termasuk dalam cakupan
layanannya.
b) Kebijakan dan praktik mencakup poin a) – h) pada maksud dan tujuan.
c) RS mempunyai proses utk melacak implan medis yg telah digunakan pasien.
d) RS menerapkan proses untuk menghubungi dan memantau pasien dalam
jangka waktu yg ditentukan setelah menerima pemberitahuan adanya
penarikan/recall suatu implan medis.
PAB 7.4.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
1. RS telah mengidentifikasi jenis alat R Regulasi tentang penetapan jenis alat implan yang 10 TP
implan yg termasuk dalam cakupan termasuk dalam pelayanan RS. 5 TS
layanannya. 0 TT
2. Kebijakan dan praktik mencakup R Regulasi tentang penggunaan implan bedah berupa hal 10 TP
poin a) – h) pada maksud dan tujuan. hal yang meliputi: 5 TS
a) Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundangan. 0 TT
b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan
ketersediaan implan di kamar operasi dan pertimbangan
khusus utk penandaan lokasi operasi. c) Kualifikasi dan
pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk
pemasangan implan (staf dari pabrik/perusahaan implan
untuk mengkalibrasi). d) Proses pelaporan jika ada
kejadian yang tidak diharapkan terkait implant. e) Proses
pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan
pabrik. f) Pertimbangan pengendalian infeksi yang
khusus. g) Instruksi khusus kepada pasien setelah
operasi. h) kemampuan penelusuran (traceability) alat
jika terjadi penarikan kembali (recall) alat medis misalnya
dengan menempelkan barcode alat di rekam medis. 68
PAB 7.4.
Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor
3. RS mempunyai proses utk melacak D Bukti proses untuk melacak implan medis yang telah 10 TP
implan medis yg telah digunakan digunakan pasien, Rumah Sakit (kamar Operasi) 5 TS
pasien. mempunyai format pelaporan penggunaan implan yang 0 TT
dapat ditelusur bila diperlukan.
69
Maksud dan Tujuan PAB 7.4. Banyak tindakan bedah menggunakan implan yg menetap/ permanen
maupun temporer antara lain panggul/lutut prostetik, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan operasi seperti ini
mengharuskan tindakan operasi rutin yg dimodifikasi dgn mempertimbangkan faktor khusus seperti:
a)Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundangan.
b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan implan di kamar operasi dan
pertimbangan khusus utk penandaan lokasi operasi.
c) Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yg dibutuhkan untuk pemasangan
implan (staf dari pabrik/ perusahaan implan untuk mengkalibrasi).
d) Proses pelaporan jika ada kejadian yg tidak diharapkan terkait implan.
e) Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan pabrik.
f) Pertimbangan pengendalian infeksi yg khusus.
g) Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi.
h) kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan kembali (recall) alat medis misalnya
dengan menempelkan barcode alat di rekam medis.
71
(Lampiran Hal 65-80)
72
Kick Off & Launching Serta WS Instrumen Akreditasi RS KARS,
Sesuai STANDAR AKREDITASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
14 -15 Juli 2022, The Stones Legian Bali – Marriot Autograph
Collection Hotels.