Skripsi Hotijatul Q.
Skripsi Hotijatul Q.
SKRIPSI
Oleh :
Hotijatul Qubro
NIM. 17040067
SKRIPSI
Oleh :
Hotijatul Qubro
NIM. 17040067
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal penelitian ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk
mengikuti seminar proposal pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas dr.
Soebandi
Pembimbing 1
Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN
sendiri, kecuali kutipan yang sudah disebutkan sumbernya, dan belum pernah
diajukan pada institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir yang berjudul STUDI AKTIVITAS TANAMAN DAUN CABE
RAWIT YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIINFLAMASI telah diuji dan
disahkan oleh Program Studi Sarjana Farmasi pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas dr. Soebandi
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
Dr. Moch. Wildan, A. Per. Pen. M. Pd., MM. apt. Dina Trianggaluh Fauziah. M.Farm
NIDN. 4021046801 NIDN. 0703028901
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas dr. Soebandi,
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji Allah SWT atas limpahan rahmat dan Ridha-Nya yang
1. Kedua orang tua saya yang selalu membuatku termotivasi dan selalu
menyirami kasih sayang, doa dan nasehat untuk menjadi lebih baik.
Terimakasih bapak dan ibu atas semua yang telah engkau berikan semoga
selalu diberi kesehatan dan panjang umur agar dapat menemani langkah
2. Terima kasih untuk kedua dosen pembimbing, bapak Dr. Moch. Wildan, A.
Per. Pen. M. Pd., MM dan Ibu apt. Dina Trianggaluh Fauziah. M.Farm yang
telah sabar membimbing dan selalu memberi motivasi kepada saya selama
3. Pada semua dosen dan keluarga besar Universitas dr. Soebandi yang telah
4. Terima kasih untuk diri saya sendiri yang sudah mampu untuk bertahan,
5. Terima kasih untuk teman terdekat saya yang selalu memberi semangat, doa
dan motivasi.
KATA PENGANTAR
kan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat ters
ama proses penyusunan proposal ini penulis dibimbing dan dibantu oleh
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepad
a:
2. apt. Dhina Ayu Susanti., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Sarjana Far
5. I Gusti Ayu Karnasih, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat selaku penguji yang
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
2.1.2 Klasifikasi.......................................................................................5
2.1.3 Morfologi.......................................................................................6
vi
2.2 Inflamasi...............................................................................................8
2.2.1 Definisi...........................................................................................8
2.2.2 Patofisiologi...................................................................................9
2.2.3 Terapi.............................................................................................10
b. Kortikosteroid.................................................................................11
1. Glukokortikoid...........................................................................12
2. Mineralokortikoid......................................................................12
2.3.1 Ekstraksi.........................................................................................13
4.2.1 Populasi..........................................................................................19
4.2.2 Sampel............................................................................................19
4.2.3 Intervensi…………………………………………………………..19
vii
4.6 Analisa data....................................................................................24
4.6.1Analisis Data...................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN
n yang disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya atau agen
pat bersifat lokal dan sistemik, dapat juga terjadi secara akutdan kronis y
ua aspek, yang pertama adalah meredakan nyeri yang sering kali menjad
tulang keropos (Priya nto, 2010). Oleh karena itu, untuk menghindari efe
1
syarakat memilih menggunakan obat tradisional dibandingkan dengan o
aik sebagai obat maupun tujuan lain merupakan salah satu fenomena yan
lit sekunder dari polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersus
Saat ini Pengobatan antiinflamasi dapat mencakup dua aspek, yang pertama
adalah meredakan nyeri yang seringkali menjadi gejala dan yang kedua
a sistemik dalam jangka waktu yang lama juga dapat memberikan efek s
asa digunakan adalah 100 sampai 200 mg per hari, diberikan dalam bebe
rapa dosis terbagi. Efek samping terjadi pada sekitar 30% penderita, mel
angguan fungsi ginjal, gangguan sistem saraf pusat, serta alergi. Natrium
ID konvensional lainnya. Obat ini juga memiliki kelebihan dari segi bia
ya karena telah tersedianya bentuk generik yang relatif murah. Obat ini
lam jangka waktu yang lama juga dapat memberikan efek samping beru
nase terdiri dari dua iso-enzim, yaitu COX-1 (tromboxan dan prostacycli
antara lain dipelat-pelat darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam k
ikan efek anti radang dari obat NSAIDs. NSAID yang ideal hanya meng
Proses pengobatan dengan cara ini dapat menimbulkan efek negatif seperti k
erusakan organ dan gangguan lainya yang merugikan. Selain dari efek n
terjangkau oleh semua kalangan. Berdasarkan hal ini maka perlu dicari a
miliki efek negatif pada tubuh penderita dan dengan biaya murah yang d
1.4.1 Instansi
efek uji antiinflamasi tanaman daun cabe rawit (Capsicum frutescens L.)
ada udema telapak kaki hewan uji yang diinduksi oleh agen penginduksi
antiinflamasi.
1.4.2 Masyarakat
1.4.3 Peneliti
Cabai atau lombok merupakan tanaman semak dari famili Solanaceae, beras
al dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara- negara benu
a Amerika, Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Salah satu dari jenis cabai adalah
cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Tanaman dari anggota genus ditanam dari k
etinggian 0-2.000 m dpl pada suhu kurang lebih 24–27°C dengan kelembaban sed
ang. Cabai rawit memiliki sebutan berbeda di berbagai negara, misalnya chili (Ing
gris), pimenta (Portugis), chile (Spanyol), dan di Indonesia sendiri memiliki berba
gai sebutan, misalnya lombok, mengkreng, cengis, cengek, dan masih banyak lagi
2.1.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Magnoliophyta
Class: Magnoliospida
Order: Solanales
Family: Solanaceae
Genus: Capsicum
5
6
2.1.3 Morfologi
dengan tinggi bisa mencapai 130 cm. Ciri morfologi batang dari cabe rawit yaitu b
erbuku - buku dengan bagian atas bersudut pada cabang, memanjang, tegak, koko
h, dan hijau. Daun cabe rawit termasuk tipe daun tunggal dan menyirip dengan let
ak yang berseling, berbentuk bulat telur, panjang 2-5 cm × lebar 1-3 cm, berujung
lancip, bertepi rata, dan panjang tangkai daun sekitar 0,5 - 3 cm.
Bunga cabe rawit termasuk tipe bunga majemuk dengan jenis perbungaan
aksila hingga 3 bunga di tiap sudutnya, panjang gagang bunga sekitar 0,1 cm, bun
Kelopak bunga dari cabe rawit biasanya berjumlah 5, termasuk jenis bunga terom
pet, dan berbentuk cangkir (synsepalous) dengan panjang sekitar 1 cm, serta berw
arna putih kehijauan.Jenis bunga pada cabe rawit termasuk ke dalam bunga sempu
rna dikarenakan mempunyai putik dan benang sari dalam satu bunga atau disebut j
pous) dengan panjang sekitar 7 mm, berbentuk filamen, berwarna hijau, dan sediki
t melengkung pada ujungnya. Sementara itu, benang sari pada tumbuhan cabe raw
cat, dan benang sari melekat menjadi satu dengan mahkota bunga (epipetalous) (S
Buah cabe rawit juga memiliki bentuk morfologi yang khas yaitu berbentu
k tegak menggantung, berbentuk bulat telur dengan diameter 0,75-1,50 mm, serta
memiliki panjang sekitar 2,5-12 cm. Warna dari buah cabe berbeda beda seperti p
ada buah yang masih muda ada yang berwarna hijau tua, hijau muda, ungu, hitam,
putih, putih kekuningan, ketika setengah masak warnanya juga berbeda-beda ada y
ang hijau, cokelat kemerahan, dan setelah masak buah berwarna merah, hitam, ung
cernaan termasuk sakit perut, gas usus, sakit perut, diare, dan kram perut. Selain it
u juga digunakan untuk mengatasi penyakit jantung dan pembuluh darah seperti si
rkulasi darah yang buruk, pembekuan darah yang berlebihan, kolesterol tinggi, ser
ta mencegah penyakit jantung (Koffi-Nevry dkk., 2012). Fungsi lain dari tanaman
cabai rawit yaitu mengobati anoreksia, obesitas, batuk, demam, edema, bisul, rada
20).
hwa terdapat berbagai golongan senyawa yang bermanfaat dalam daun cabai rawit
oid, glikosida, senyawa fenolik, flavonoid, steroid, terpenoid, asam α-amino, pati,
8
gula reduksi, saponin, karbohidrat dan protein. Namun, pada penelitian yang dilak
ukan tersebut tes kandungan senyawa tanin memiliki hasil negatif sehingga senya
Cabe rawit mengandung zat oleoresin dan zat aktif capsaicin yang
saluran cerna, dan dapat digunakan sebagai antinyeri (Faris & Suparino, 2014).
memiliki kandungan senyawa glikon dan flavonoid. Salah satu aktivitas senyawa
tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga berlaku dibanyak negara karena carac
ara pengobatan ini menerapkan konsep “back to nature” atau kembali ke alam yan
g diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obat mod
ern. Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian dalam sistem pe
layanan kesehatan masyarakat cukup besar dan supaya dapat menjadi unsur dalam
sistem ini, obat alami perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat 9 memenuhi per
1. Nyaris tidak Memiliki Efek Samping : Apabila digunakan dalam dosis normal,
obat-obatan herbal tidak menimbulkan efek samping. Sebab, obat herbal terbuat d
ari bahan-bahan organil kompleks dan bereaksi secara alami sebagaimana makana
n biasa.
9
2. Efektif Pengobatan herbal memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandi
ng obat kimia. Bahkan, tidak jarang ditemukan kasus penyakit yang sulit diobati s
ecara medis, bisa disembuhkan dengan obat herbal, kendati proses penyembuhann
3. Mudah didapat dan Harganya Bersahabat : Obat herbal cenderung lebih murah
biayanya dibandingkan obat kimia. Selisih biaya tersebut muncul dari proses pem
buatannya.
4. Bebas Toksin : Proses biologis pada tubuh kita menghasilkan toksin, yakni sisa-
sisa makanan yang tidak bisa dicerna seluruhnya oleh sistem pencernaan. Zat kimi
a adalah toksin bagi tubuh. Akumulasi toksin itulah yang memicu penyakit-penya
anggih sebagaimana pada obat-obatan kimia, sehinggga siapa saja bisa memprodu
ksinya sendiri.
6. Menyembuhkan penyakit dari akarnya : Efek obat herbal yang bersifat holistic
b penyakit. Obat herbal tidak berfokus pada penghilangan gejala penyakit, tetapi p
ada peningkatan sistem kekebalan tubuh agar bisa melawan segala jenis penyakit
(Atiek, 2011).
2.2 Inflamasi
2.2.1 Definisi
Secara garis besar inflamasi memiliki beberapa gejala yang dapat dikenali
dalam proses inflamasi antara lain adanya rubor (kemerahan), edema (pembengka
10
kan), kolor (panas), dolor (nyeri), dan functio laesa (hilangnya fungsi) (Octasari,2
011). Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daer
ecil dalam daerah yang mengalami kerusakan. Dengan vasodilatasi maka aliran da
rahyang menuju ke daerah tersebut akan semakin banyak sehingga terlihat warna
Gejala paling nyata dari peradangan akut yang mungkin terjadi adalah ede
ma lokal. Gejala ini timbul karena adanya migrasi cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun
di daerah peradangan disebut eksudat. Pada awal peradangan, sebagian besar isi d
ari eksudat adalah cairan plasma, tetapi kemudian sel-sel darah putihakan meningg
alkan aliran darah kemudian tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Octasari,201
1)
Dolor atau rasa sakit dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh adanya
perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujun
dan serotonin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang nosiseptor. Selain
itu, edema yang terjadi mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang menimbul
at mudah untuk dimengerti, mengapa bagian yang bengkak terasa nyeri dan berfun
gsi secara abnormal. Namun, sebetulnya tidak diketahui secara mendalam bagaim
011).Mediator lain yang dilepaskan selama respon inflamasi yaitu faktor kemotakt
ik neutrofil dan eusinofil, dilepaskan oleh leukosit (neutrofil dan eusonofil) yang d
apat menarik sel-sel ke daerah cedera. Selain itu, juga dilepaskan prostaglandin ter
utama seri E. Saat membran sel mengalami kerusakan, fosfolipid akan diubah men
jadi asam arakhidonat dikatalisis oleh fosfolipase A2. Asam arakhidonat ini selanj
016).
2.2.2 Patofisiologi
teri, virus, jamur,parasit) protein asing, bahan kimia, dan aktivitas fisik yang meny
ebabkan kerusakan jaringan (Artasya dan Parapasan, 2020). Jaringan yang cedera
atau terluka akan menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah dan iske
hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi per
peptida P (SP) dan kalsitoningen terkait peptida (CGRP) yang akan merangsang p
2.2.3 Terapi
sama dan juga memiliki efek samping yang serupa. Selain mempunyai banyak
aktivitas terapeutik yang sama, OAINS mempunyai beberapa efek samping yang
paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang
siklooksigenase yang kuat dengan efek anti inflamasi, analgesik dan antipiretik.
tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir. Dengan dihambatnya COX-1,
dengan demikian tidak ada lagi yang bertanggung jawab melindungi mukosa
lambung-usus dan ginjal sehingga terjadi iritasi dan efek toksik pada ginjal
prostaglandin saat terjadi inflamasi dan nyeri, serta dapat berperan sebagai
dominan dalam proses sintesis dengan melindungi epitel lambung dan hemostasis,
yang diinduksi oleh sitokin dan stres. Obat golongan NSAID bekerja dengan
b. Kortikosteroid
dengan reseptor kortikosteroid, dimana berperan pada transkripsi gen. Protein spes
ifik sebagai produk dari transkripsi gen tersebut akan tetap dihasilkan meskipun k
ortikosteroid sudah hilang dari dari sirkulasi darah. Ada 2 garis besar mekanisme
1) Glukokortikoid
elektrolit, ekskresi asam urat ginjal yang meningkat dan efek antiinflamasi serta
vaskular pada daerah yang mengalami inflamasi (Triasari dan Pinzon, 2017).
2) Mineralokortikoid
kelenjar usus, saliva dan keringat, dengan merangsang reabsorpsi natrium dan
bradikinin, serotonin, lipoxins, cytokine, dan growth factors (Nile et al., 2013).
16
antiinflamasi nonsteroid.
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar yaitu : inflamasi akut dan
inflamasi kronik. Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat,
ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi leukosit,
neutrofilik. Sedangkan Inflamasi kronik berlangsung lebih lama dan ditandai khas
dengan influk limfosit dan makrofag disertai dengan proliferasi pembuluh darah
2.3.1 Ekstraksi
wan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur yang telahmassa atau serb
uk yang tersisa diperlukan hingga memenuhi baku yang ditetapkan. Selama proses
ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan dan akan
kstraksi senyawa kimia dari tumbuhanbergantung pada beberapa hal seperti; bagia
hu, sifat pelarut, konsentrasi pelarut, dan polaritas juga akan memengaruhi kuantit
Dilakukan dengan cara sampel kering daun cabe rawit ditimbang, kemudian
dimaserasi dengan 10.000 mL etanol 96%. Maserasi dilakukan dengan cara meren
dam 500 gram simplisia dalam 75 bagian etanol 96% (7.500 mL) sampai semua se
nyawa tertarik sempurna selama 5 hari dalam botol gelap untuk memaksimalkan
penarikan senyawa flavonoid oleh pelarut etanol, terlindung dari sinar matahari la
ngsung, dan berada pada suhu ruang, dengan beberapa kali pengadukan. Proses m
aserasi selesai setelah 5 hari, kemudian Setelah 5 hari diserkai, diperas hingga dip
eroleh maserat. Maserasi dilakukan sampai warna maserat yang diperoleh jernih at
au mendekati jernih. Lalu dilakukan remaserasi, yaitu ampas ditambahkan sisa pel
arut etanol 96% (2.500 mL) hingga didapat 5000 mL, kemudian disaring menggun
akan kain flanel. Seluruh maserat yang diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotar
unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya 10 semp
urna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu baha
n direndam dengan pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus menerus
sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tid
ak ada lagi senyawa yang terlarut. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperluka
18
han metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak dan proses j
uga memerlukan waktu yang cukup lama, serta tidak meratanya kontak antara pad
Merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik didih pelarut terseb
ut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (ko
ndensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pad
a rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki tekstur
kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak dengan metode ini.
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan jumlah pelarut yang banyak (Tiwari,
et al., 2011).
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendi
ngin balik (kondensor). Pada metode ini, padatan disimpan dalam alat soxhlet dan
ang lebih sebentar 11 dan jumlah pelarut yang lebih sedikit bila dibandingkan den
gan metode maserasi atau perkolasi. Kelemahan dari metode ini adalah dapat men
yebabkan rusaknya solute atau komponen lainnya yang tidak tahan panas karena p
emanasan ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (Tiwari, et al., 2011).
19
1. Jenis pelarut Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat
2. Suhu Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut
ke dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka
bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan
lebih banyak, karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.
alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk
yang digunakan untuk pengobatan. Pengertian simplisia adalah bahan alami yang
20
digunakan untuk obat dan belum mengalami pengolahan, dan kecuali dinyatakan
lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan dengan suhu pengeringan
1. Simplisia Nabati
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
dari tanamannya.
dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus dan sangat halus.
benda asing yang bukan merupakan ko,mponen asli dari simplisia yang
bersangkutan antara lain telu nematoda, bagioan dari serangga dan hama
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
21
murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
4. Pengumpulan Simplisia
dan bagian yang digunakan adalah kulit buah. Kadar senyawa aktif dalam
tumbuhan atau bagian tumbuhan saat dipanen, waktu panen dan tempat
tumbuh. Pemanenan atau pengumpulan dilakukan pada saat tua sudah tua.
5. Pengeringan Simplisia
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Hal-
sampai 90ºC, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60ºC.
22
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Simpilisia dinilai cukup aman
2.5 Pelarut
Pelarut adalah suatu zat untuk melarutkan zat farmasi lain atau suatu obat
dalam preparat larutan pemilihan pelarut yang akan digunakan dalam ekstraksi
dan bahan obat tertentu berdasarkan pada daya larut zat aktif dan zat tidak aktif.
Cairan penyari yang baik memenuhi syarat yaitu murah dan mudah
diperoleh, stabil dengan fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar dan hal yang menarik zat berhasiat yang dikehendaki.
terlarut dalam larutan jumlah maksimum aktif yang diharapkan larut dan sedikit
tidak toksik dibandingkan dengan cairan penyari yang lain, bersifat universal,
dapat menyinari semua senyawa secara optimal dan dapat memperbaiki stabilitas
bahan obat terlarut dan dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap,
udema. Senyawa uji diberikan secara oral dan kemudian volume udema diukur
dan dihitung persentase inhibisi udema. Aktivitas senyawa uji dilihat dari
penyuntikan formalin 2% pada kaki tikus secara subplantar (pada telapak kaki
hewan uji) ketebalan kaki tikus diukur sebelum dan sesudah induksi formalin.
Pemberian senyawa uji dilakukan kontinu selama 6 hari dan udema diukur 1 jam
berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
cukup mengenai berbagai aspek tentang sarana biologis dalam hal penggunaan
rcobaan yang sehat dan berkualitas sesuai dengan materi penelitian. Hewan terseb
ut dikembang biakkan dan dipelihara secara khusus dalam lingkungan yang diawa
si dan dikontrol dengan ketat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan defined labor
atory animals sehingga sifat genotipe, fenotipe (efek maternal), dan sifat dramatip
e (efek lingkungan terhadap fenotipe) menjadi konstan. Hal itu diperlukan agar pe
nelitian bersifat reproducible, yaitu memberikan hasil yang sama apabila diulangi
24
pada waktu lain, bahkan oleh peneliti lain. Penggunaan hewan yang berkualitas da
fisiologis metabolis manusia. Tikus putih sering digunakan dalam menilai mutu
Pengawasan Obat dan Makanan dan Pusat Teknologi Dasar Kesehatan Badan
Litbangkes.
dan terkadang berakhir dengan kematian. Berdasarkan hal tersebut, hewan yang
dan diusahakan agar bisa disesuaikan pola kehidupannya seperti di alam. Peneliti
penderitaan yang akan dialami oleh hewan percobaan dan manfaat yang akan
KERANGKA KONSEP
Agen pengenduksi
inflamasi
inflamasi
Stimulus tanaman
obat Indonesia
Penurunan persen
udem
18
19
perkebunan, tanaman hias, tanaman hortikultura dan tanaman obat. yang saya
fosfolipid diubah menjadi asam arakidonat yang kemudian diubah lagi menjadi
sehingga pada memberikan efek berupa penurunan persentase udem pada kaki
hewan coba.
.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.2.1 Inklusi
Jurnal penelitian dimulai pada tahun terbitan yaitu tahun 2016 - 2020 yang
sebagai antiinflamasi.
19
20
maksimal 5 tahun yaitu dimulai tahun 2016 – 2020. Untuk bahasa pada
artikel penelitian tersedia full teks dan tema isi Jurnal adalah tanaman obat
4.2.1 Eksklusif
4. Review artikel
Tabel 4.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi yang digunakan dalam artikel review
Kriteria Inklusi Eksklusi
Population Tanaman yang dipakai memiliki Tanaman yang dipakai tidak
efek antiinflamasi memiliki efek
antiinflamasi
Intervention Hewan coba diinduksi dengan Tidak memberi efek
agen penginduksi inflamasi antiinflamasi pada
kemudian dilakukan hewan coba
pemberian zat sebagai
antiinflamasi pada hewan
coba atau perlakuan yang
diberikan pada hewan coba
hingga menimbulkan efek
kelompok intervensi
Comparation Tidak ada perbandingan
Outcomes Mengalami penurunan udema Tidak mengalami penurunan
pada kaki hewan coba pada udema kaki hewan
coba
Study design pretest-post-test design
Publication years Artikel atau jurnal yang terbit Artikel atau jurnal yang
setelah tahun 2016 terbit sebelum tahun
2016
Language Indonesia dan Inggris
21
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman daun cabe
4.3.3 Intervensi
rawit sebagai antiinflamasi pada hewan coba atau perlakuan yang diberikan pada
ini fungsi dari definisi operasional variabel adalah untuk membatasi ruang lingkup
hingga kecoklatan, ada yang terbentuk butiran kasar nggak serbuk halus, tidak
berbau dan tidak berasa. (Rowe, dkk 2009). Karagenin sering digunakan sebagai
bahan induksi inflamasi. Karagenin ini termasuk salah satu iritan yang dapat
sebagai respon inflamasi pada hewan uji dan banyak digunakan untuk penelitian
inflamasi berupa merah nyeri bengkak perubahan fungsi dan panas dalam hal ini
yang diamati berupa literatur tentang pemberian zat tanaman daun cabe rawit
pencernaan termasuk sakit perut, gas usus, sakit perut, diare, dan kram perut.
Fungsi lain dari tanaman cabai rawit yaitu mengobati anoreksia, obesitas, batuk,
demam, edema, bisul, radang sendi, bronkitis, bekerja sebagai antibiotik, serta
21
22
glikosida, senyawa fenolik, flavonoid, steroid, terpenoid, asam α-amino, pati, gula
Scholar.
tanaman.
23
Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif atau nama lainnya
Bentuk penyajian data yang diutarakan dalam bentuk narasi text dan tabel.
Tabel tersebut terdiri atas judul penulis, nama tanaman, metode induksi dan hasil
penelitian.
24
BAB V
pubmed dan google scholar. Strategi awal yang digunakan untuk penelusuran
mencit jantan. Setelah ditemukan hasilnya jurnal diidentifikasi sesuai kriteria yang
telah ditentukan.
Identifikasi tersebut meliputi judul, tahun dan nama dari pengarang apabila
Sebanyak 58 jurnal telah dilakukan identifikasi , 13 jurnal yang sesuai (Full Text).
dari 13 jurnal dianalisa kembali untuk memastikan kelayakan dengan inklusi yang
ditentukan. Hasil yang didapatkan dari 2 database yaitu Pubmed dan Google
sebagai obat tradisional,salah satunya adalah daun cabe rawit dan tanaman-
antiinflamasi.
26
Tanaman
Judul dan dan bagian Metode dan
Kandungan Hasil
Penulis yang Pelarut
digunakan
UJI alkaloid, fenol, Maserasi dan Ektrak daun cabe rawit (S
ANTIINFLAMA tannin, saponin pelarut Etanol dosis 50 mg, 100 mg, 150
frutescens.L) si yangdigunakan.
PADA MENCIT
JANTAN (Mus
muscullus)
DENGAN
METODE
INDUKSI
CARAAGENAN
ANTIINFLAMA
27
SI EKSTRAK
ETANOL DAUN
CABE RAWIT
(Solanum
frutescens.L)
PADA MENCIT
JANTAN (Mus
muscullus)
DENGAN
METODE
INDUKSI
CARAAGENAN
Efek antiinflamasi Masayu Tikus putih
150mg,
ekstrak daun Azizah jantan bb 160- Penurunan sebanyak
0,54ml/kgbb
bakung (Crynum (2017) 200gram 48,39%
setelah diinduksi
Selama 6 jam
karagenan
Uji aktivitas Helda Tikus putih . Penurunan sebanyak
polyanthum )
28
terhadap tikus
diinduksi dengan
karagenan 1%
putih (Rattus
norvegicus) yang
29
diinduksi
formalin
Aktifitas Maifitrianti, Tikus putih 5%,10%,278 Penurunan sebanyak
daun kersen
AUC (Area Under the Curve) yaitu luas daerah di bawah kurva antara rat
a-rata volume udem terhadap waktu pengamata (Nurul.M dan Muhtadi, 2017). Ha
sil dari data AUC (Area Under the Curve) didapatkan kontrol positif memilki pers
entase nilai AUC yang paling kecil yaitu 1,9 %, dosis 3 sebesar 2 %, dosis 2 sebes
ar 2,15 %, dosis 1 sebesar 2,35% dan kontol negatif sebesar 2,8 %. Pada hasil pers
sebesar 25 %, dosis 1 sebesar 17,60 % dan kontrol negatif 0%. Hal ini mengindika
sikan bahwa nilai AUC yang semakin kecil maka persen daya inflamasinya semak
in besar. Suatu bahan dikatakan memiliki daya inflamasi jika pada hewan uji coba
Pada penelitian ini dosis 3 150 mg ekstrak daun cabe rawit menunjukan ad
anya penurunan jumlah rata-rata volume inflamasi pada jam ke 1 sebesar 0,4 mL s
ampai jam ke 6 0,24 ml, persentase ratarata inflamasi sebesar 34,46%, persen inhi
bisi 27% rata-rata AUC sebesar 2,0 dan hasil daya inflamasi sebesar 30 %. Senya
30
wa yang terdapat dalam ekstrak daun cabe rawit yaitu flavonoid yang diduga berp
tanaman Indonesia didapat hasil searching bahwa tanaman yang memiliki potensi
sebagai informasi berdasarkan tabel tersebut terdapat diantaranya daun cabe rawit
flavonoid di mana komponen tersebut yang diduga kuat berpotensi sebagai anti
inflamasi.
induksi perlakuan
UJI Elmitra dkk, Mencit jantan 50mg, 100mg Penurunan sebesar 34,4
dengan induksi dan 150mg
EFEKTIVITAS 2019. karagenan Selama 6 jam 6%
ANTIINFLAMA
SI EKSTRAK
ETANOL DAUN
CABE RAWIT
(Solanum
frutescens.L)
PADA MENCIT
JANTAN (Mus
muscullus)
DENGAN
METODE
INDUKSI
CARAAGENAN
Efek antiinflamasi Masayu Tikus putih
150mg,
ekstrak daun Azizah jantan bb 160- Penurunan sebanyak
0,54ml/kgbb
bakung (Crynum (2017) 200gram 48,39%
setelah diinduksi
Selama 6 jam
karagenan
Uji aktivitas Helda Tikus putih . Penurunan sebanyak
polyanthum )
terhadap tikus
diinduksi dengan
karagenan 1%
putih (Rattus
norvegicus) yang
diinduksi
formalin
Aktifitas Maifitrianti, Tikus putih 5%,10%,278 Penurunan sebanyak
daun kersen
Berdasarkan (table 2) dari hasil analisa hewan coba yang paling umum
digunakan adalah tikus jantan. Tikus sering digunakan dalam penelitian karena
biakan yang cepat, ukuran lebih besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah
banyak. Dalam penelitian ini induksi yang paling sering digunakan yaitu
inflamasi pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu penurunan udema
pada kaki hewan coba dan darah yang tidak timbul efek antiinflamasi (udema
pada kaki hewan coba tidak mengalami penurunan). Parameter yang diamati yaitu
penurunan udema pada kaki hewan coba. Berdasarkan tabel 2 tersebut terdapat 8
jenis diantaranya daun cabe rawit (Capsicum frutescens L), daun bakung (Crinum
daun pakobah merah (Syzygium sp), daun srikaya (Annona squamosa. ), daun
afrika (Vernonia amygdalina) terbukti dapat menurunkan udema pada kaki hewan
coba.
normal pelindung terhadap cedera jaringan disebabkan oleh trauma fisik bahan
kimia berbahaya atau agen mikrobiologis ini berupaya untuk menonaktifkan atau
yang mungkin jauh lebih buruk dari penyakit ini dalam kasus ekstrem juga dapat
sebagai obat tradisional,salah satunya adalah daun cabe rawit yang mengandung
senyawa flavonoid yang memiliki aktifitas antiinflamasi. Hal itu diduga karena
35
minyak atsiri, minyak esensial, minyak terpentin atau minyak etiris. Minyak ini
Senyawa terpena dan turunannya juga terdapat di dalam kayu misalkan dalam
kayu kapur barus dan kayu cendana atau dalam getah dammar pohon pinus.
mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil
senyawa fenol cenderung untuk larut dalam air karena paling sering bergabung
dengan gula glikosida Selain itu senyawa fenol dapat bergabung juga dengan
protein alkaloid dan terpenoid yang terdapat dalam rongga sel (Suradikusumah,
1989).
mengandung oksigen hanya ada beberapa saja ada pula alkaloid yang
mengandung unsur lain selain keempat unsur yang telah Disebutkan adanya
tersebut bersifat alkali Oleh karena itu golongan senyawa senyawa ini disebut
memberi warna, rasa pada biji, bunga dan buah. Dalam bidang kesehatan
Saponin adalah sekelompok glikosida tanaman yang dapat larut dalam air
dan dapat menempel pada steroid lipofilik (c27) atau triterpenoid (c30). Asimetri
saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson,
1995).
Tanin telah lama digunakan untuk menggambarkan zat organik yang ada
dalam ekstrak tumbuhan yang dapat larut dalam air adalah senyawa polifenol (C6-
polisakarida dan terdiri dari kelompok oligomer dan polimer yang sangat
terjadi gangguan pada dinding bakteri dan bakteri menjadi lisis (Sujatmiko,2014).
yang ada pada tanaman daun cabe rawit memiliki efek sebagai antiinflamasi di
(Solanum annum.L) 50 mg, 100 mg, 150 mg memiliki efek antiinflamasi yang
cabe rawit efektif untuk menurunkan presentase utama pada kaki hewan coba.
prinsip like dissolves like suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang
mempunyai tingkat kepolaran yang sama. Pelarut polar akan melarutkan senyawa
Dosis yang dipakai pada penelitian dari ke 6 jurnal yang saya ambil
dosis pada tanaman daun salam 50mg, 100mg, 200mg/kgbb dengan indukssi
karagenan dan lama perlakuan 24 jam, dosis pada tanaman pakoba merah
tanaman daun kersen 400mg/kgbb dengan lama perlakuan 24 jam, dosis pada
tanaman srikaya 100mg, 200mg/kgbb dengan lama perlakuan 180 menit, dosis
dosis dengan tanaman daun afrika 100mg, 150mg, 200mg/kgbb dengan lama
perlakuan 6 jam.
dema pada kaki hewan coba yang diinduksi inflamasi, dan ternyata setelah pembe
rian 8 tanaman tersebut persentase udem pada kaki hewan coba mengalami penuru
nan hal tersebut berarti bahwa ke 8 tanaman obat Indonesia berkhasiat sebagai ant
iinflamasi
BAB VI
6.1 Kesimpulan
yang diduga memiliki efek antiinflamasi yaitu komponen senyawa alkaloid, tanin,
2. Pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol dan desain yang digunakan adalah
desain penelitian induksi inflamasi hewan coba untuk induksi selama 30 menit
3. Tanaman daun cabe rawit ini mampu menurunkan edema pada kaki mencit dan
39
antiinflamasi ekstrak etanol daun cabe rawit (Solanum frutescens. L) pada mencit
5. Pada penelitian ini daun cabe rawit terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi
berupa penurunan presentase udem kaki mencit yang cukup baik yaitu penurunan
sebesar 34,46%.
6. Beberapa tanaman seperti daun bakung, daun salam, daun pakobah merah,
daun kersen, daun srikaya, daun krokot dan daun afrika juga memiliki potensi
sebagai antiinflamasi.
6.2 Saran
Perlu dilakukan pengujian ke tahap klinik agar tanaman daun cabe rawit
Daftar Pustaka
Agustina, S., Widodo, P., & Hidayah, H. A. (2014). Analisis Fenetik Kultivar
CabaiBesar (Capsicum Annuum L. ) dan Cabai Kecil (Capsicum Frutescens
L.). Scripta Biologica.
Ansel, H. C., (2005), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibr
ahim, F., Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.
Aprilia, dkk (2017), Uji Anti Inflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper
Crocatum Ruiz).
Arisworo, Nururrahmah, N., & Nurasia, N. (2017). Pemanfaatan Ekstrak Bawang
Merah dan Asam Asetat Sebagai Pengawet Alami Bakso. Dinamika, 7(1), 9-
30.
Astarina.,et al. (2013) Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang
41
00.
Octasari, Fridayanti, A., & Ibrahim, A. (2011). Efektivitas Antiinflamasi Fraksi
Air Ekstrak Daun Sembukan (Paederia foetida L.) pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Jurnal Sains dan Kesehatan, 1(1), 29-33.
Payow, C. M., Maarisit, W., Hariyadi, H., Karundeng, E. Z., & Sambou, C.
(2019). Uji Anti-Inflamasi Daun Pangi Pangi edule Reinw Pada Tikus Putih
Rattus novergicus Yang Diinduksi Formalin. Biofarmasetikal Tropis,
2(2)Phytochemical Investigation Of Capsicum Frutescens L.(Leaves) And Its
Antimicrobial Activity. J. Myanmar Acad. Arts Sci. 18(4A).
Priyanto R. (2010). Efektivitas Antiinflamasi Fraksi Air Ekstrak Daun Sembukan
(Paederia foetida L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Sains dan
Kesehatan, 1(1), 29-33.
Ridwan A., Renault, H. (2019). Aktivitas Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Daun
Pakoba Merah Syzygium Sp. Pada Edema Telapak Kaki Tikus Putih Rattus
norvegicus Yang Diinduksi Formalin. Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2 (2),
48-54.
Rizki, M. M., & Saftarina, F. (2020). Tatalaksana Medikamentosa pada Low
BackPain Kronis. Jurnal Majority, 9(1), 62-68.
Simpson, M. G., (2010), Plant Systematics, Elsevier, Burlington, USA. Inc.
Publishers, Sunderland, Massachusetts, U. S. A.
Soeratri, W., Erawati, T., Rahmatika, D., & Rosita, N. (2014). Penentuan Dosis
Asam p-metoksisinamat (APMS) sebagai Antiinflamasi Topikal dan Studi
Penetrasi APMS melalui Kulit Tikus dengan dan Tanpa Stratum Kornemum.
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 1(1), 28-30.
Sudarma EM., D. F. Widyasari dan Suprapto. (2017). Uji Efek Anti Inflamasi
Ekstrak Etil Asetat BuahSemu Jambu Mete (Ana cardium Occidentale L.)
Terhadap Edema pada Telapak Kaki Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan
yang Diinduksi Karagenin.
Sukmawati, Yuliete, dan Hardani R. (2015). Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Terhadap Tikus Putih
(Rattus norvegicus L.) yang Diinduksi Karagenan. GALENIKA Journal
44
Pharmacy.
Tanko,NH, Furst DE. (2015). Nonsteroidal anti-inflammatory drugs, disease-
modifying antirheumatic drugs, nonopioid analgesics, and drugs used.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., & Kaur, H. (2011). Phytochemical
screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceuticasciencia,
1(1), pp. 98-106.
Triasari, T., & Pinzon, R. T. (2017). Penggunaan Metilprednisolon Sebagai
Pereda Nyeri Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Akut di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta
Wacana, 2(3), 467.
Tjay Tan H dan Kirana Rahardja. (2002). Obat-obat Penting: Khasiat Penggunaa
n,dan Efek-efek sampingnya, edisi ke-6. Cetakan pertama, Gramedia,Jakart
a.
Wilmana PF, Sulistia GG. 2007. Analgetic-antipiretik, analgesic-Antiinflamasi no
n steroid dan obat pirai. Dalam: Sulistia G.G. (ed). Farmakologi dan tera
pi. Ed Ke-5. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universita
s Indonesia. hlm 230-246, 500-506.
Yudhawati, R., & Wijaksono, W. (2019). Peran Steroid pada Pneumocystis
Pneumonia Ditinjau Berdasarkan Imunopatogenesis. Jurnal Respirasi, 5(2),
57-64.
Yuliantari, N. W. A., Widarta, I. W. R., & Permana, I. D. G. M. (2017). Pengaruh
Suhu dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan Flavonoid dan Aktivitas
Antioksidan Daun Sirsak (Annona muricata L.) menggunakan ultrasonik.
Media Ilmiah Teknologi Pangan (Scientific Journal of Food Technology),
4(1), 35-42.
Yunita. (2012).Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Ekstrak Daun
Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.) Dan Identifikasi Golongan Senyawa
Dari Fraksi Teraktif. Skripsi
Youssef, N. A. E., Amer, E., El Naga, A. O. A., & Shaban, S. A. (2020). Molten
Salt Synthesis of Hierarchically Porous Carbon for the Efficient Adsorptive
Removal of Sodium Diclofenac from Aqueous Effluents. Journal of the
45