Anda di halaman 1dari 9

Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No.

4 (2016) 138-146

JIAP Vol. 2, No. 4, pp 138-146, 2016


© 2016 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
U R L : h t t p : / / e j o u r n a l f i a . u b . a c . i d / i n d e x. p h p / j i a p

Perencanaan Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen, Studi tentang


Konsistensi Pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan
Kepanjen Tahun 2014-2034
Rina Trivinata a 
a
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia

I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT

Article history: This paper examines spatial planning and consistency between planning and field
Dikirim tanggal: 15 Oktober 2016 condition facts. The author collected the data from Observations, interviews, and
Revisi pertama tanggal: 20 Oktober 2016 documentation. Results: Findings showed that spatial planning at Kepanjen Urban
Diterima tanggal: 08 November 2016 Areas is relevant to the ninth principles of spatial planning in accordance with the
Tersedia online tanggal: 28 November 2016
Law on Spatial Planning and also control results (licensing) and the nine aspects of
the control system to see the consistency of the implementation of Kepanjen Urban
Keywords: planning, spatial, urban areas Area 2014-2034. The results indicate that spatial planning of Kepanjen Urban Area
of Kepanjen, consistency is relevant with the nine principles of spatial planning but there has been no form of
partnership in planning. There is consistency in the implementation of Kepanjen
Urban Area 2014-2034 in 12 suburbs/villages.

INTISARI
Tulisan ini menelaah tentang perencanaan tata ruang dan konsistensi antara
perencanaan dengan fakta di lapangan. Data berasal dari observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa perencanaan tata ruang di BWP
Kepanjen memperhatikan 9 (Sembilan) asas penataan ruang dan konsistensi
pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen ditinjau dari hasil kontrol perijinan dan sistem
pengendalian yang meliputi 9 (Sembilan) aspek. Kesimpulannya, dalam
perencanaan tata ruang di BWP Kepanjen belum terdapat bentuk kemitraan dan
terdapat konsistensi pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen Tahun 2014-2034 pada 12
(dua belas) kelurahan/ desa.

2016 FIA UB. All rights reserved.

1. Pendahuluan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah wujud


penyelenggaraan penataan ruang daerah kabupaten/ kota
Perencanaan kota pada hakekatnya merupakan yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 26
konsiliasi berbagai kepentingan yang ada di masyarakat, Tahun 2007. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
dimana para elit politik dan pemimpin hanya merancang seringkali tidak dapat dilaksanakan secara efisien
political judgement (Nurmandi, 2006:231), sehingga dilapangan, karena golongan masyarakat yang mampu
perencanaan menjadi penyeimbang kepentingan dari atau mempunyai akses ke pengambil keputusan berusaha
berbagai kelompok atau golongan yang ada di sedemikian rupa untuk memanfaatkan ruang sesuai
masyarakat kota. Perencanaan kota merupakan salah satu dengan kepentingan mereka.
kewenangan pemerintah dalam penataan ruang.
———
 Corresponding author. Tel.: +62-813-3049-50505; e-mail: rinatrivinata@gmail.com
138
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kepanjen dikembangkan lagi oleh Cooke (Allmendinger, 2009),
termasuk kawasan perkotaan dalam Wilayah yang mengemukakan pendapat bahwa teori prosedural
Pengembangan Kepanjen yang diarahkan sebagai Pusat dan substantif adalah salah dalam suatu dualisme. Cooke
Kegiatan Lokal (PKL) yang diprediksi akan mengalami mengemukakan tiga teori perencanaan dan hubungan
perkembangan cukup pesat terutama setelah pusat spasial antara lain teori dari proses pembangunan, teori
kegiatan Pemerintahan Kabupaten Malang pindah ke dari proses perencanaan, dan teori- teori negara.
BWP Kepanjen. Oleh karena itu, BWP Kepanjen Pendapat yang dikemukakan oleh Taylor dan Cooke
memerlukan perencanaan tata ruang yang komprehensif mendapatkan kritik dari Yiftachel (Allmendinger, 2009)
Perencanaan yang disusun di BWP Kepanjen sudah karena mereka dianggap (a) gagal dalam menjelaskan
disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah Kabupaten yang berkaitan dengan teori prosedural dan substantif; (b)
Malang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Detail penafsiran teori- teori yang tidak akurat, seolah- olah
Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun mereka bersaing dalam menjelaskan fenomena umum;
2014 – 2034. dan (c) tidak menetapkan batasan yang jelas untuk bidang
Berdasarkan pengamatan sementara dilapangan, penelitian perencanaan. Dalam upaya mengatasi hal
terdapat konsistensi pelaksanaan Rencana Detail Tata tersebut, Yiftachel membingkai teori perencanaan
Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014 menjadi tiga pertanyaan antara lain perdebatan analitis
– 2034 yang ditunjukkan melalui rekomendasi pengajuan (apakah perencanaan kota?); bentuk debat perkotaan
ijin masyarakat. Dan beberapa ketidakkonsistenan (apakah rencana perkotaan yang baik);dan perdebatan
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai peruntukan seperti prosedural (apakah proses perencanaan yang baik?).
pembangunan ruko deret pada peruntukan ruang untuk Yiftachel menyatakan bahwa tiga bentuk teori telah
ruko tunggal dan pembangunan sarana kesehatan yang dikembangkan saling melengkapi karena mereka
dekat dengan permukiman. dijalankan pada tingkat yang berbeda dari proses sosial.
Merujuk pada hal diatas, rumusan masalah Yiftachel menginterpretasikan sendiri dalam kerangka
penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah perencanaan tata teori substantif dan prosedural, sangat penting untuk
ruang di Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen?; dan memisahkan dua teori tersebut karena (a) teori prosedural
Bagaimanakah konsistensi pelaksanaan RDTR BWP terlalu banyak preskriptif sedangkan teori analitis jelas;
Kepanjen Tahun 2014 – 2034?. Dengan tujuan penelitian dan (b) dua teori tersebut tidak selalu berkaitan dengan
meliputi: 1) Mendeskripsikan dan menganalisis fenomena atau permasalahan yang sama. Perbedaan
perencanaan tata ruang di Bagian Wilayah Perkotaan antara teori substantif dan prosedural diperkuat oleh
Kepanjen; dan 2) Mengidentifikasi dan menganalisis Faludi dan Yiftachel sepaham bahwa kedua teori tersebut
konsistensi pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen Tahun diperlukan dalam perencanaan dan tidak mendominasi
2014 – 2034. satu sama lain.
2. Teori 2.2 Tata Ruang

2.1 Teori Perencanaan Tata ruang adalah wujud struktur dan pola ruang.
Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat
Teori perencanaan yang digunakan adalah model permukiman dan sistem jaringan sarana prasarana yang
perencanaan yang dikemukakan oleh Andreas Faludi mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat secara
(1973), yaitu: teori prosedural dan substantif. Dimana hierarkis dan memiliki hubungan fungsional. Pola ruang
teori prosedural seharusnya memiliki porsi yang lebih adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
besar dalam menjalankan fungsinya. Sedangkan teori yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
substantif sebagai pendukung teori prosedural. Tetapi peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
kenyataannya teori substantif berperan lebih besar
melalui metode analisis yang diserap oleh teori 2.3 Konsistensi
prosedural. Konsistensi menekankan pada kegiatan
Beberapa ahli teori melakukan upaya untuk mengungkapkan kemampuan manajemen puncak dan
mengembangkan perspektif baru terkait teori jajarannya di lingkungan pemerintah daerah, dalam
perencanaan. Salah satu upaya yaitu dengan merencanakan program berkelanjutan dan proyek
memperhitungkan pluralisasi teori yang dikemukakan tahunan yang berkesinambungan (konsisten) dalam arti
oleh Nigel Taylor (dalam Allmendinger, 2009). Taylor saling menunjang, baik dalam tahun anggaran yang sama,
membuat konsepsi alternatif dalam upaya untuk beralih dua tahun anggaran, atau lebih secara berkelanjutan.
dari teori prosedural dan substantif. Dengan menolak Konsistensi sebuah program dan proyek dapat dilihat dari
dualisme Faludi, Taylor menggantinya dengan menyoroti hasil kontrol dan sistem pengendalian (Nawawi, 2003).
perbedaan antara teori sosiologi (berdasarkan empiris) Pengendalian (controlling) mempunyai peran yang
dan filosofis (ideologis dan normatif). Pendekatan Taylor sangat penting. Pengendalian merupakan usaha untuk

139
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

mengevaluasi apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat sama. Serta lintas pemangku kepentingan yang diperoleh
dicapai, apabila tidak dapat dicapai maka dicari faktor dari masukan masyarakat dan swasta pada saat seminar
penyebabnya sehingga dapat dilakukan perbaikan mulai dari seminar pendahuluan, fakta dan analisa, dan
(corrective action)(Amirullah, 2015). seminar akhir.
3. Metode Penelitian 4.1.2 Keserasian, Keselarasan, dan Keseimbangan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Potensi pembangunan pusat perekonomian terletak
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui di Kelurahan Kepanjen tetapi tidak sejalan dengan Desa
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data Dilem karena desa tersebut didominasi oleh peruntukan
menggunakan model interaktif Milles, Huberman dan perumahan. Sedangkan Kelurahan Penarukan juga tidak
Saldana. Menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014) sejalan dengan Kelurahan Kepanjen karena di Kelurahan
terdapat empat tahapan yang harus dilakukan yaitu: Penarukan diarahkan pusat pemerintahan Kabupaten
pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, serta Malang. Potensi pertanian tertinggi pada Desa Kemiri
penarikan kesimpulan: verifikasi dengan proses siklus selain lahan pertanian yang luas, sarana pendukung
dan interaktif. pertanian juga tersedia di desa tersebut seperti KUD.
Desa Jenggolo kurang sejalan dengan Desa Kemiri
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan karena luas lahan pertanian yang mulai tergeser dengan
pembangunan permukiman penduduk dan sarana
BWP Kepanjen terbagi menjadi empat kelurahan
pendukung yang kurang (dapat dilihat pada gambar 1).
dan 14 desa yaitu Kelurahan Kepanjen; Kelurahan
Cepokomulyo; Kelurahan Penarukan; Kelurahan Keserasian antara struktur ruang dan pola ruang
Ardirejo; Desa Dilem; Desa Ngadilangkung; Desa dapat dilihat dari hasil pemetaan yang telah disusun tidak
Mojosari; Desa Jatirejoyoso; Desa Curungrejo; Desa hanya teoritis tetapi juga berdasarkan analisis kondisi
Sukoraharjo; Desa Kedungpedaringan; Desa Tegalsari; eksisting fisik wilayah, sosial budaya
Desa Panggungrejo; Desa Mangunrejo; Desa Kemiri; kemasyarakatannya, dan memperhatikan keselarasan
Desa Jenggolo; Desa Sengguruh; dan Desa Talangagung. antara kehidupan manusia dengan lingkungannya.
BWP Kepanjen memiliki luas wilayah 4.624,4 ha dengan Pertumbuhan dan perkembangan antar kelurahan dan
sektor pertanian menjadi andalan dalam pembangunan desa di Perkotaan Kepanjen belum seimbang, dari hasil
ekonomi masyarakatnya dan secara geografis BWP peninjauan lapangan dapat dilihat bahwa di Kelurahan
Kepanjen terletak di pusat wilayah Kabupaten Malang. Kepanjen, Cepokomulyo, dan sekitarnya perkembangan
Karakteristik pola penggunaan lahan di BWP wilayahnya sangat pesat dengan sarana prasarana
Kepanjen dapat digambarkan, yaitu sebagai berikut: kebutuhan masyarakat yang lengkap dibandingkan
a) Secara keseluruhan penggunaan lahan non pertanian dengan Desa Kemiri dan sekitarnya yang minim sarana
cenderung mengumpul didaerah pusat kota, yaitu prasarana. Dalam peta rencana pola ruang dapat dilihat
Kelurahan Kepanjen dan sekitarnya; dan pembagian zona yang terintegrasi pada setiap kelurahan
b) Jenis kegiatan disepanjang jalan utama cenderung dan desa sehingga menjadi kesatuan yang utuh dalam
untuk kegiatan yang bersifat komersial seperti: perencanaan Perkotaan Kepanjen dengan meninjau
perdagangan, jasa dan pelayanan umum (pendidikan, kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang baik
perkantoran pemerintah, dan sebagainya). secara finansial maupun sumber daya manusianya.
4.1 Perencanaan Tata Ruang di Bagian Wilayah 4.1.3 Keberlanjutan
Perkotaan Kepanjen
Dokumen RDTR BWP Kepanjen dilengkapi dengan
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
studi dokumen ditemukan beberapa hal sebagai berikut: Penyusunan KLHS merupakan amanat UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
4.1.1 Keterpaduan
Hidup. KLHS RDTR BWP Kepanjen Tahun 2014-2034
RDTR BWP Kepanjen diselenggarakan dengan memuat tentang Kebijakan, Rencana dan/ atau Program
menyatukan kepentingan yang bersifat lintas sektor RDTR BWP Kepanjen, identifikasi isu-isu pembangunan
(perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, berkelanjutan yang meliputi isu strategis, isu strategis
pelayanan umum, perlindungan setempat, peruntukan hipotesis, dan isu strategis prioritas. Kajian pengaruh
khusus, dan peruntukan lain). Lintas wilayah antar dampak Kebijakan, Rencana dan/ atau Program RDTR
kelurahan dan desa yaitu setiap perencanaan disesuaikan BWP Kepanjen terhadap pembangunan berkelanjutan,
dengan karakteristik masing- masing kelurahan dan desa mitigasi dampak, serta rekomendasi alternatif- alternatif
sehingga perencanaan untuk setiap sub BWP terdiri dari penyelesaian masalah.
dua atau lebih kelurahan/ desa yang mempunyai karakter

140
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

Gambar 1 Peta Potensi Pembangunan BWP Kepanjen


Sumber: Dokumen RDTR BWP Kepanjen Tahun 2014-2034

Keterangan: proyeksi kebutuhan ruang masing- masing zona yang


ditentukan berdasarkan proyeksi perkembangan jumlah
 Klasifikasi I (potensi sangat tinggi): Kelurahan
penduduk dan kebutuhannya selama 20 tahun mendatang
Kepanjen
dengan tetap memperhatikan prosentase antara ruang
 Klasifikasi II (potensi tinggi): Desa Kemiri
terbangun dan ruang terbuka yang harus dipenuhi.
 Klasifikasi III (potensi sedang): Desa Talangagung,
Berdasarkan gambar 2 dibawah, diketahui bahwa
Desa Ngadilangkung, dan Desa Tegalsari
efektifitas perencanaan tata ruang di BWP Kepanjen
 Klasifikasi IV (potensi rendah): Kelurahan
dapat dilihat melalui pembagian zona-zona yang disusun
Cepokomulyo, Kelurahan Ardirejo, Desa Mojosari,
sesuai fungsi masing- masing kawasan dan kegiatan yang
Desa Jatirejoyoso, Desa Curungrejo, Desa
ada di masing-masing desa/ kelurahan yang sudah selaras
Sukoraharjo,Desa Panggungrejo, Desa Mangunrejo,
dengan rencana tata ruang wilayah.
dan Desa Sengguruh.
 Klasifikasi V (potensi sangat rendah) terdapat pada, 4.1.5 Keterbukaan
Kelurahan Penarukan, Desa Dilem, Desa
Kedungpedaringan, dan Desa Jenggolo. Keterbukaan informasi terkait RDTR melalui
seminar, pemasangan baliho pada beberapa ruang publik
4.1.4 Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan yang biasa dikunjungi oleh masyarakat. Melalui website
kantor, yaitu ciptakarya.malangkab.go.id, dan melalui
Berdasarkan proyeksi kebutuhan ruang, efisiensi
informasi tata ruang yang bisa diajukan oleh masyarakat.
perencanaan tata ruang BWP Kepanjen dicapai melalui

141
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

Gambar 2 Peta Rencana Pola Ruang BWP Kepanjen Tahun 2014-2034


Sumber: Dokumen RDTR BWP Kepanjen Tahun 2014-2034
4.1.6 Kebersamaan dan Kemitraan 4.1.8 Kepastian Hukum dan Keadilan
Pelibatan pemangku kepentingan dalam Peraturan perundangan yang mendasari perencanaan
perencanaan tata ruang di BWP Kepanjen meliputi tata ruang di BWP Kepanjen meliputi, antara lain sebagai
pemerintah dari SKPD tingkat kabupaten sampai desa/ berikut:
kelurahan, swasta (salah satunya REI), dan tokoh a) Undang- undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
masyarakat di BWP Kepanjen. Hal tersebut menunjukkan Penataan Ruang;
bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan tata b) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
ruang di BWP Kepanjen cukup tinggi. Sedangkan dalam RPJPD Kabupaten Malang Tahun 2005-2025;
kemitraannya belum ada komunitas khusus binaan c) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
pemerintah yang beranggotakan masyarakat BWP RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2011-2015;
Kepanjen untuk mendukung perencanaan tata ruang. d) Renstra DCKTR Kabupaten Malang Tahun 2011-
2015;
4.1.7 Perlindungan Kepentingan Umum
e) RKPD Kabupaten Malang Tahun 2015;
Perlindungan terhadap kepentingan masyarakat f) Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang
dalam perencanaan tata ruang di BWP Kepanjen berupa RTRW Kabupaten Malang Tahun 2010-2030; dan
penentuan zona perumahan yang mendominasi g) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang
dibandingkan dengan zona lainnya. RDTR BWP Kepanjen Tahun 2014-2034.
Penataan ruang sudah menjadi prioritas dalam
perencanaan pembangunan nasional maupun daerah.

142
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

4.1.9 Akuntabilitas Kelurahan/ Rencana Pola


Kondisi Eksisting Analisis
Desa Ruang
 Perdagangan
Proses perencanaan tata ruang di BWP Kepanjen dan jasa
melalui proses seleksi sederhana. Sedangkan bentuk (ruko,dll)
Sebagian Desa Pusat olahraga,  Perdagangan Terdapat 2
pembiayaan dari perencanaan tata ruang BWP Kepanjen Panggungrejo, perdagangan jasa, dan jasa ketidakkons
Desa dan militer (Rumah makan, istenan di
dibagi menjadi empat termin dalam satu tahun anggaran. Mangunrejo, warung kopi Desa
Proses penyelenggaraan penataan ruang di Desa  Perumahan Kedungpeda
Kedungpedaring ringan
Perkotaan Kepanjen dapat dipertanggungjawabkan an, Desa
 Kawasan
militer yon
secara administrasi keuangan penyelenggaraan program Tegalsari,
sebagian Desa zipur
terhadap pemerintah dan masyarakat. Akan tetapi belum Jenggolo, dan  Pelayanan
Sebagian Desa umum (stadion
ada bentuk pertanggungjawaban tentang hasil penataan Kemiri kanjuruhan)
ruang terhadap masyarakat.  Pertanian
 Peternakan sapi
4.2 Konsistensi Pelaksanaan Rencana Detail Tata perah dan
wisata edukasi
Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan Desa Sengguruh, Pariwisata  Bendungan Sesuai
Kepanjen Tahun 2014-2034 Desa Kemiri)  Pertanian
Desa Dilem, Sub pusat pelayanan  Perdagangan Terdapat 1
Desa Mojosari, dan jasa ketidakkons
Konsistensi pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen Ngadilangkung, (karaoke, pasar istenan di
Tahun 2014-2034 dilihat dari hasil kontrol antara dan sebagian burung, ruko) Desa
Kelurahan Mojosari
perencanaan yang sudah dibuat dengan fakta yang terjadi Ardirejo
Sumber: Hasil Analisis, 2016
dilapangan.
Tabel 1 Hasil Evaluasi Rencana Pla Ruang Konsistensi pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen
terhadap Kondisi Eksisting BWP Kepanjen Tahun 2014-2034 dapat dipertahankan apabila terdapat
Tahun 2014-2016 sistem pengendalian yang baik dengan karakteristik yang
Kelurahan/ Rencana Pola
Kondisi Eksisting Analisis
meliputi:
Desa Ruang
Kelurahan Pusat perekonomian  Perdagangan Terdapat 3 4.2.1 Akurat
Kepanjen dan dan jasa (guest ketidakkons
sebagian house, hotel, istenan di
Kelurahan warung, ruko, Kelurahan Penyampaian data dan informasi yang akurat terkait
Cepokomulyo dll) Kepanjen RDTR BWP Kepanjen Tahun 2014-2034 diperoleh
 Sarana
pendidikan melalui Perda No. 5 Tahun 2014 dan lampirannya,
(sekolah pengajuan informasi tata ruang, sosialisasi, baliho, dan
SD,SMP, SMA,
dll) website.
 Perkantoran
swasta (bank, 4.2.2 Secara Ekonomi Realistik
koperasi)
 Perumahan Pelaksanaan pengendalian sudah dianggarkan dalam
Desa Perumahan  Industri dan Terdapat 2
Curungrejo, pergudangan ketidakkons program pengendalian tata ruang melalui kegiatan
sebagian Desa istenan di
Jatirejoyoso,
(Gudang,
pemecah batu Desa
Pengawasan dan Pengendalian Ruang dan Bangunan
Desa dan kantor)00 Curungrejo (WASDAL-RUBANG). Setiap tahun terdapat anggaran
Sukoraharjo,  Perdagangan dan Desa
untuk kegiatan wasdalrubang yang sudah dimulai sejak
Desa dan jasa Ngadilangk
Ngadilangkung, (toko,rumah ung tahun 2010 dan dianggarkan setiap bulan untuk honor
Desa makan, ruko,
Talangagung, cucian mobil, operasional petugas lapangan yang meliputi 6 staf
dan Desa
Panggungrejo
rumah kos) kegiatan, 7 orang pengendali di Unit Pelaksana Teknis
 Perumahan
 Sarana
Dinas (UPTD) di Kecamatan Singosari, Tumpang,
pendidikan(sek Bululawang, Turen, Pagak, Kepanjen, dan Pujon. Serta
olah dan wisma
atlit, 33 orang petugas operasional. Selain itu operasional
perpustakaan) untuk perjalanan dinas petugas juga telah dianggarkan.
 Sarana
kesehatan Dengan anggaran tersebut diharapkan tujuan dari
(rumah sakit) pengawasan akan tercapai.
 Pertanian
 Wisata edukasi 4.2.3 Tepat Waktu
TPA
Talangagung
Kelurahan Pusat Pemerintahan,  Kantor Terdapat 1 Ketepatan waktu dalam menangani pelanggaran tata
Penarukan, sosial, dan ketidakkons
pemerintahan ruang masih belum optimal karena lebih dari 14 hari
Kelurahan pendukung zona  Perumahan istenan di
Ardirejo, perumahan
 Sarana
Kelurahan kerja. Keterlambatan tersebut disebabkan oleh kendala
Ardirejo
pendidikan non teknis yaitu personal pengendalianya yang kurang
(TK, SD, dll)
 Pelayanan fokus dalam penanganan. Apabila terjadi kelambatan
umum (tower) dalam penindakan penyimpangan, maka kerugian yang

143
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

ditanggung oleh pemerintah daerah akan semakin besar.


Untuk pengendalian rutin, Petugas lapangan akan
memberikan laporan rutin setiap bulannya mengenai
adanya kegiatan dan pembangunan baru di Perkotaan
Kepanjen. Apabila kegiatan tersebut tidak sesuai dengan
rencana pola ruang RDTR BWP Kepanjen, maka dinas
terkait akan menyampaikan surat peringatan melalui Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan penindakan dalam
jangka waktu kurang dari 30 hari. Sedangkan
pengendalian non rutin dilaksanakan setiap hari.
4.2.4 Realistik secara Organisasi
Adanya reward atau imbalan yang sesuai dengan
tingkat prestasi petugas pelaksana pengendalian dalam Gambar 3 Skema Koordinasi Kelembagaan terkait
perencanaan tata ruang di BWP Kepanjen dalam bentuk RDTR BWP Kepanjen
immaterial yaitu berupa jadwal perjalanan dinas Instansi saling berhubungan dan bersifat koordinatif
pengawasan dan pengendalian yang dipercepat, reward dengan DCKTR sebagai leading sector atau pemegang
tersebut diatur sendiri oleh koordinasi dan kepala seksi kendali utama. SKPD lainnya merupakan mitra kerja
pengendalian tata ruang. Bentuk reward atau imbalan yang bersifat koordinatif dan sesuai kasus yang ada
dari pemerintah belum ada dalam penganggaran. (kasuistik) sesuai dengan kewenangan masing- masing.
4.2.5 Dipusatkan pada Pengendalian Strategis 4.2.7 Objektif dan Komprehensif
Perijinan menjadi salah satu instrumen dalam Pemahaman pelaksana pengendalian merupakan
pengendalian pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen. Ijin kunci dari objektif dan komprehensifnya pengendalian
tersebut tidak dikeluarkan oleh terkait apabila lokasi tata ruang di BWP Kepanjen.
berada di daerah sempadan sungai yang merupakan zona
perlindungan setempat, peruntukan tidak sesuai rencana 4.2.8 Fleksibel
pola ruang dan peraturan zonasi (rencana pola ruang Eksisting dilapangan dapat diketahui bahwa dalam
hanya diperuntukkan maksimal 2 lantai tetapi pada dua tahun terakhir RDTR BWP Kepanjen
pengajuan 3 lantai, peruntukan yang diajukan kurang mengakomodasi kepentingan para stakeholder dalam
detail, tidak terdapatnya klausul dalam peraturan zonasi, mendukung perkembangan Perkotaan Kepanjen.
dan berkas persyaratan administrasi tidak lengkap). Dinas Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dapat
Cipta Karya dan Tata Ruang mempunyai wewenang disimpulkan bahwa pelaksanaan tata ruang di BWP
untuk memberikan surat rekomendasi pemberian ijin Kepanjen fleksibel sesuai dengan kondisi BWP Kepanjen
maupun penolakan melalui pengembalian berkas kepada yang terus berubah. RDTR BWP Kepanjen Tahun 2014-
pihak pemohon ijin. 2034 akan mengalami evaluasi setiap lima tahun yang
Pengendalian strategis masih diupayakan pada dapat disebut sebagai evaluasi paruh waktu. Sehingga
kegiatan dengan skala besar yang bersifat persuasif baik produk yang dihasilkan akan dinamis mengikuti
lisan maupun tertulis, sehingga pengendalian terhadap perkembangan wilayah dan berkesinambungan. RDTR
kegiatan dengan skala kecil dan sedang belum terdapat BWP Kepanjen diharapkan dapat mengakomodasi
bentuk pengendalian strategisnya. Dalam pengendalian perkembangan Perkotaan Kepanjen yang semakin pesat
dibutuhkan sebuah sistem yang strategis untuk lebih dan bersifat luwes, akomodatif, adaptif serta inovatif
fokus terhadap tindakan perbaikan. (dapat dilihat pada Tabel 2).
4.2.6 Terkoordinasi dengan Arus Kerja Organisasi 4.2.9 Diterima Para Anggota Organisasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, Setiap pelaksana pengendalian harus menerima,
koordinasi antar seksi belum berjalan optimal karena mengerti, serta merasa ikut bertanggung jawab terhadap
proses pemanfaatan tata ruang yang tidak berjalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaksanaan RDTR BWP
baik. Sehingga sinergitas antar seksi kurang harmonis. Kepanjen Tahun 2014-2034.
Hal tersebut dapat diantisipasi dengan fungsi Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan yang lebih aktif dalam pendistribusian pelaksana pengendalian tata ruang dapat menyelesaikan
informasi untuk ketiga seksi tersebut. Sedangkan tanggungjawab dalam sistem pengendalian tata ruang.
koordinasi antar SKPD terkait dilaksanakan melalui Akan tetapi masing- masing pelaksana mempunyai
forum BKPRD.

144
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

jangka waktu pengerjaan yang berbeda- beda sehingga Tugas/


Jumlah
mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai. No. Pendidikan Tanggung Analisis
(orang)
Jawab
Tabel 2 SDM Pengendalian Tata Ruang  1 orang mengendalikan
Jumlah modul tata ruang sesuai
Pendidikan Keahlian Analisis dan peta dengan
(orang)
perencanaan
S2 3 Non teknis/ Dari 20 yang ada
manajerial pegawai
terdapat 14
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016
S3 7 Teknis pelaksana
pengendalian 5. Kesimpulan
Perencanaan tata ruang
wilayah & dengan Perencanaan tata ruang BWP Kepanjen telah
kota rincian: memuat sembilan asas penataan ruang sesuai dengan
1 Teknis &  8 pelaksana
S1 Teknik Administrasi teknis
amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Industri 1 Teknis  6 pelaksana akan tetapi bentuk kemitraan dalam perencanaan tata
S1 Geodesi 1 Teknis & teknis ruang belum tersedia.
S1 Administrasi dengan Faktor Penghambat dalam perencanaan tata ruang
Psikologi 1 Teknis & tugas ganda BWP Kepanjen meliputi keterpaduan antar pemangku
Administrasi mengerjakan kepentingan masih kurang karena minimnya pemahaman
S1 Ekonomi 1 Administrasi administrasi masyarakat mengenai rencana tata ruang, perencanaan
1 Administrasi kantor
tata ruang BWP Kepanjen belum akomodatif terhadap
D3 3 Teknis & Dapat
SMU/SMK Administrasi disimpulkan kepentingan investasi, pertumbuhan antar wilayah belum
1 Umum informasi seimbang dan masih terpusat di pusat kota, belum adanya
pengendalian acuan penilaian untuk melaksanakan KLHS, kemitraan
tata ruang dengan masyarakat belum terjalin dengan baik, belum
mudah adanya bentuk laporan pertanggungjawaban hasil
dipahami oleh penataan ruang kepada masyarakat, penegakan sanksi
pelaksana dari pidana penerbitan ijin yang melanggar rencana tata ruang
berbagai
Pasal 73 Undang- undang Penataan Ruang.
disiplin ilmu,
karena Konsistensi pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen
hamper semua ditinjau hasil kontrol perijinan dapat disimpulkan bahwa
pelaksana terdapat konsistensi pelaksanaan RDTR BWP Kepanjen
dapat pada 12 (dua belas) kelurahan/ desa. Karakteristik sistem
melaksanakan pengendalian yang belum terakomodir meliputi aspek
tugas teknis. realistik secara organisasi dan dipusatkan pada
Sumber: Hasil Analisis, 2016 pengendalian strategis.
Faktor penghambat dalam konsistensi pelaksanaan
Tabel 3 Anggota Pengendalian Tata Ruang RDTR BWP Kepanjen antara lain: sistem pengendalian
Jumlah
Tugas/ yang belum tersedia, belum ada reward atau imbalan
No. Pendidikan Tanggung Analisis untuk pelaksana yang berprestasi; jumlah sumberdaya
(orang)
Jawab
manusia yang kurang memadai dan mempunyai tugas
1 S1 7  6 orang Dari 14 (empat
Perencanaan modul belas)pengendali ganda sehingga pengendalian kurang optimal;
Wilayah & dan peta tata ruang pelaksanaan Wasdalrubang kurang optimal disebabkan
kota  1 orang mempuyai oleh staf teknis yang kurang, baik dari kuantitas maupun
modul tanggung jawab
2 S1 Teknik 1  Modul yang sama yaitu
kualitas, laporan kejadian pengawasan yang tidak up to
industri dapat date; dan kurangnya kontrol pelaksanaan wasdalrubang
menyelesai kan oleh dinas terkait.
3 S1 Geodesi 1  Modul modul dan peta
dan peta pengendali tata
4 S1 1  Modul ruang. Dapat di
Daftar Pustaka
Psikologis dan peta simpulkan
bahwa Allmendinger, Philip. (2009). Planning Theory. Second
5 S1 Ekonomi 1  Modul pelaksana Edition. England: Palgrave Macmillan.
dan peta menerima dan
Amirullah. (2015). Pengantar Manajemen: Fungsi-
6 SMU/SMK 3  2 orang mengerti akan
modul tanggung jawab Proses – Pengendalian. Jakarta: Mitra Wacana
dalam Media.

145
Rina Trivinata/ JIAP Vol. 2 No. 4 (2016) 138-146

Faludi, Andreas. (1973). Planning Theory. Pergamon


Press Oxford, UK.
Kementerian Pekerjaan Umum, t.t. Undang- undang
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Jakarta.
Miles M. B., Huberman, A. Michael., & Saldana, Johnny.
(2014). Qualitative Data Analysis: a Methods
Sourcebook. Edition 3. California: Sage
Publications, Inc.
Nawawi, Hadari H. (2003). Manajemen Strategik
Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan:
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Cetakan
Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurmandi, Achmad. (2006). Manajemen Perkotaan:
Aktor, Organisasi, Pengelolaan Daerah
Perkotaan dan Metropolitan di Indonesia. Cetakan
Ketiga. Yogyakarta: Sinergi Publishing.
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 05 Tahun
2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034.
Malang: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang.

146

Anda mungkin juga menyukai