Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota

vol. X, no. X, hal. XX-XX, Bulan Tahun

Pemantauan progres pemanfaatan ruang kawasan prioritas RDTR


Perkotaan Singaparna menggunakan UAV
(Monitoring the progress of space utilization in the Singapore RDTR priority area using a UAV)

Abizar Aria Ghifar1, Ira Safitri2, Irland Fardani3


Universitas Islam Bandung1
Universitas Islam Bandung2
Universitas Islam Bandung3
abizararia@gmail.com

ABSTRAK
Dewasa ini tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan dalam perkembangan sebuah kota. Indikasi
perkembangan kota dapat dilihat dari meningkatnya kawasan terbangun akibat dari bertambahnya jumlah penduduk.
Akibatnya terbatasnya ruang kota, maka banyak lahan kota dimanfaatakan secara illegal atau tidak sesuai dengan aturan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). RDTR perkotaan Singaparna 2017-2037 telah ditetapkan dan layak sebagai
pedoman untuk perencanaan tata ruang di Kabupaten Tasikmalaya. Penyusunan tersebut berlandaskan pada Peraturan
Mentri PU No.20 tahun 2011 menjadi Peraturan Menteri ATR No.16 tahun 2018. Penyusunan RDTR perkotaan
Singaparna dilakukan pada tahun 2011, maka perlu dilakukan evaluasi sebagaimana syarat dalam melakukan evaluasi
ketika adanya perubahan payung hukum.

Kata kunci: RDTR, Kawasan Prioritas, GIS, UAV.

ABSTRACT
Today, regional spatial planning is one of the challenges in the development of a city. Indications of the development of
the city can be seen from the increase in the area built due to the increasing population. As a result, city space is limited,
so much urban land is used illegally or not in accordance with the rules of the Spatial Detail Plan (RDTR). Singaporean
urban RDTR 2017-2037 has been established and is suitable as a guide for spatial planning in Tasikmalaya Regency.
The compilation is based on Minister of Public Works Regulation No.20 of 2011 to Minister of ATR Regulation No.16 in
2018. The preparation of the Singapore urban RDTR was carried out in 2011, so it is necessary to evaluate the conditions
in evaluating when there is a change in the legal umbrella.

Keywords: RDTR, Urban Priority, GIS, UAV.

PENDAHULUAN akibat bertambahnya jumlah penduduk. Disisi


lain, ketersediaan ruang kota berbanding
Penataan ruang merupakan suatu terbalik dengan peningkatan jumlah penduduk
system proses perencanaan tata ruang, yang terus meningkat dan luas ruang kota yang
pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang tersedia relatif tetap. Akibatnya terbatasnya
(UU No 26, 2007). Pengendalian ruang sebagai ruang kota, maka banyak lahan kota
bagian dari proses penataan ruang diperlukan dimanfaatakan secara illegal atau tidak sesuai
sebagai upaya mengendalikan pengembangan dengan aturan Rencana Detail Tata Ruang
dan pembangunan perkotaan yang terus (RDTR). Perubahan pemanfaatan lahan yang
berkembang dengan sejalannya bertambahnya terjadi di suatu daerah terkadang tidak sesuai
kebutuhan masyarakat di Kawasan perkotaan. dengan rencana tata ruang yang telah dibuat dan
ditetapkan pemerintah daerah setempat, seperti
Dewasa ini tata ruang wilayah menjadi RDTR. Adanya peta rencana pola ruang yang
salah satu tantangan dalam perkembangan meliputi peruntukan kawasan lindung dan
sebuah kota. Indikasi perkembangan kota dapat budidaya diharapkan dalam pembangunan
dilihat dari meningkatnya kawasan terbangun

ISSN 01412-0690 © 20XX UNISBA, ASPI dan IAP


2 Nama Penulis

dapat dievaluasi terarah dan sesuai dengan direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan
penataan ruangnya. eksising di lapangan.
Produk Rencana Tata Ruang (RTR)
memiliki masa berlaku selama 20 tahun. Sejak RDTR perkotaan Singaparna
Produk tersebut dapat ditinjau kembali setiap 5 diperdakan pada tahun 2017 belum ada
(lima) tahun atau kurang dari 5 (lima) tahun pemantauan pemanfaatan ruang sejak perda
dengan syarat terjadinya bencana alam, ditetapkan untuk mengetahui percepatan
perubahan payung hukum dan perubahan batas pembangunan di lapangan jauh lebih lambat
terirorial (PP 15, 2010). Kebijakan tersebut dibandingkan dengan apa yang direncanakan
diperkuat pada UUPR No.26 tahun 2017 Pasal atau tidak. Sejalan dengan permasalahan
5 yaitu eovaluasi dalam RTR sangat dibutuhkan tersebut, maka perlu dilakukan pemantauan
dalam meninjau perkembangan di suatu progres RDTR kawasan perkotaan Singaparna
wilayah sesuai dengan rencana yang sudah sesuai dengan PP Nomor 15 Tahun 2010 pasal
ditetapkan. 101 bahwa diperlukan pemantauan
Konsep dari penyusunan dokumen tata pemanfaatan ruang setiap tahunnya. Tetapi,
ruang bersifat hierarkis, sinergis dan tidak berdsarkan komplesitas masalah pada pada
bertentangan pada undang-undang. Hierarki pelaksanaan pemanfaatan ruang di Kawasan
dari tata ruang bermula dari RTRW Nasional prioritas perkotaan Singaparna belum berjalan
yang mengantur peruntukan fungsi pada untuk mencapai mewujudkan perencanaan
seluruh wilayah negara Indonesia, lalu menuju yang sesuai sebagaimana mestinya.
RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Usaha pemantauan ini difokuskan untuk
RDTR sebagai penjabaran lebih detail dari mengamati, mengawasi dan memeriksa
dokumen RTRW. dengan cermat perubahan kualitas tata ruang
Informasi yang dipublikasi oleh dan lingkungan yang tidak sesuai dengan
Prabowo (2018) dalam media online rencana tata ruang di dalam pola ruang RDTR.
menyatakan bahwa Kementrian Agraria dan Pemantauan rutin terhadap perubahan tata
Tata Ruang bahwa sebanyak 97,8% dari total ruang dan lingkungan dilakukan oleh
1.838 Rancangan Detail Tata Ruang (RDTR) pemerintah Kabupaten atau Kota masing-
daerah di Indonesia belum selesai diperdakan. masing. Pemantauan ini menjadi kewajiban
Sekertaris Direktorat Jendral Tata Ruang perangkat pemerintah daerah sebagai
Kementrian Agraria Tata Ruang/Badan kelanjutan dari rencana yang sudah disusun
Pertahanan Nasional (ATR/BPN) menyatakan sebagai pengendaliannya ditiap tahun setelah
hingga tahub 2019 RDTR di Indonesia baru 53 rencana diperdakan.
yang diperdakan dan hanya 17 yang sesuai
dengan OSS (Online Submission System). Dari Pemerintah daerah saat ini diberi
53 tersebut salah satunya RDTR Kawasan kewenangan dalam penyusunan rencana tata
Pekotaan Singaparna yang diperdakan tahun ruang wilayah, di samping kewenangan
2017. tersebut pemerintah daerah juga perlu
meningkatkan kemampuan memantau dan
Pemanfaatan ruang ini sebagai produk mengevaluasi pemanfaatan ruang yang berjalan
rencana pola ruang harus dipantau agar tidak untuk menilai kesesuaiannya terhadap rencana
terjadi penyimpangan di lapangan. Saat ini di tata ruang wilayah yang telah diperdakan.
kawasan prioritas perkotaan Singaparna belum Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut,
ada kegiatan pemantauan pemanfaatan ruang, perlu adanya pedoman monitoring dan evaluasi
yang seharusnya menjadi tugas dari PPNS pemanfaatan ruang wilayah sebagai panduan
(Penyidik Pegawai Negeri Sipil) penataan bagi pemerintah daerah dalam melakukan
ruang. Pemanfaatan ruang sangat penting kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap
sebagai pemantauan kontrol dari pemanfaatan ruang yang berlangsung di
pembangunan. Pemantauan pemanfaatan ruang wilayah administratifnya.
salah satunya dapat dilakukan dengan
menggunakan UAV. Sejak RDTR kawasan Tujuan dari evaluasi ini dimaksudkan
prioritas Perkotaan Singaparna disyahkan, sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
sudah terdapat beberapa penyimpangan, monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang
khususnya untuk kawasan permukiman yang wilayah dalam rangka memberi masukan atau
Judul Penelitian 3

rekomendasi untuk mewujudkan kesesuaian 2. Pemanfaatan ruang (On-going


pemanfaatan ruang aktual terhadap rencana tata Evaluation). Menentukan tingkat
ruang wilayah yang ditetapkan. Landasan dari kemajuan pelaksanaan rencana
pemantauan ini tercantum di dalam pedoman pemanfaatan ruang, dengan cara
monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang membandingkan rencana penataan
yang disusun oleh Peraturan Menteri Pekerjaan ruang dengan realisasi penataan ruang;
Umum. 3. Pasca pemanfaatan ruang (Ex-post
Evaluation). Menilai efisiensi
METODE (keluaran dan hasil dibandingkan
Pemerintah daerah saat ini diberi masukan), efektivitas (hasil dan
kewenangan dalam penyusunan rencana tata dampak terhadap sasaran), ataupun
ruang wilayah, di samping kewenangan manfaat (dampak terhadap kebutuhan)
tersebut pemerintah daerah juga perlu dari kegiatan penataan ruang.
meningkatkan kemampuan memantau dan Hasil persentase simpangan di
mengevaluasi pemanfaatan ruang yang berjalan terjemahkan ke dalam rentang kalitatif, dari
untuk menilai kesesuaiannya terhadap rencana simpangan rendah hingga tinggi. Ukuran
tata ruang wilayah yang telah diperdakan. simpangan rendah hingga tinggi diukur dengan
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, npenilaian kuantitatif dengan 5 skala (nilai 0 –
perlu adanya pedoman monitoring dan evaluasi kurang dari 1% sampai dengan > 99%), dimana
pemanfaatan ruang wilayah sebagai panduan 0% - <1% menunjukkan angka terendah (yang
bagi pemerintah daerah dalam melakukan berarti sesuai) dan >99% menunjukkan angka
kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap tertinggi (yang berarti tidak ada kesesuaian
pemanfaatan ruang yang berlangsung di bahkan penyimpangan). Klasifikasinya adalah
wilayah administratifnya. sebagai berikut :

Tujuan dari evaluasi ini dimaksudkan  > 99% : tidak sesuai dengan
sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan arahan pemanfaatan ruang
monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang  50 - <99% : simpangan tinggi
wilayah dalam rangka memberi masukan atau  25% - 50% : simpangan sedang
rekomendasi untuk mewujudkan kesesuaian  1% - <255 : simpangan rendah
pemanfaatan ruang aktual terhadap rencana tata  0% - <1% : sesuai dengan arahan
ruang wilayah yang ditetapkan. Landasan dari pemanfaatan ruang
pemantauan ini tercantum di dalam pedoman
monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang HASIL DAN PEMBAHASAN
yang disusun oleh Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum. Dari hasil analisis spasial didapatkan
Analisis tingkat kesesuaian pemanfaatan persentase realisasi rencana dengan kondisi
ruang merupakan suatu analisis yang berfungsi eksisting, hasil yang didapatkan dengan
untuk melihat tingkat keberhasilan dari kondisi observasi lapangan dan digitasi. Lebih jelasnya
yang ingin dicapai dalam rencana tata ruang mengenai pemantauan pemanfaatan ruang di
dalam RDTR. Untuk mendapatkan jawaban tiap kawasan prioritas dapat di lihat pada
atas tingkat kesesuaian rencana yang telah gambar 1 hingga gambar 5
diharapkan, analisis ini diuraikan melalui
analisis kuantitatif.

Dalam pelaksanaanya, dalam evaluasi


dikenal tiga tahap evaluasi yaitu evaluasi pada
tahap (Muta’ali 2013) :
1. Perencanaan (Ex-ante Evaluasi).
Dalam tata ruang telah dilakukan ketika
daerah melakukan konsultasi dan
persetujuan substansi tata ruang;

3
4 Nama Penulis

Gambar 3. Perbandingan pemanfaatan ruang


kawasan prioritas sentra komoditas
Gambar 2. Kawasan Prioritas Terminal agribisnis dan wisata agro eksisting
Terpadu dan rencana

Terlihat di dalam peta perbandingan


tersebut bahwa kasawan prioritas terminal Di dalam rencana kawasan prioritas sentra
terpadu dalam eksisting dan rencana belum komoditas agribisnis dan wisata agro tingkat
sesuai dengan semestinya karena pemanfaatan realisasi untuk sektor pariwisata belum ada
ruang yang diinginkan belum terlaksana. sesuai yang diharapkan pada rencananya.

Gambar 4. Perbandingan pemanfaatan ruang


kawasan prioritas jalan raya
Gambar 2. Perbandingan pemanfaatan ruang Singaparna eksisting dan rencana
kawasan prioritas pendidikan cipasung eksisting
dan rencana

Di dalam rencana tingkat zona


permukimannya hanya sebesar 1,47 hektare
Kawasan prioritas pendidikan cipasung
tetapi kondisi eksisting masih terdapat seluas
memiliki tingkat permukiman yang cukup
10.2 hektare. Maka perlu adanya penyesuaian
tinggi dibandingkan sarana prasarana umum di
dalam pemanfaatan ruang di kondisi eksisting.
dalam rencana. Bahkan di dalam rencana
kawasan permukiman di kawasan ini tidak ada,
tetapi di eksistingnya terdapat permukiman.
Judul Penelitian 5

Kabupaten Tasikmalaya dengan Kota


Tasikmalaya. Dan simpangan terkecil adalah
pada kawasan terminal terpadu dengan nilai 34
tetapi peruntukan sebagai terminal terpadu
belum terealisasi sama sekali, kondisi eksisting
masih di dominasi oleh pertanian milik
masyarakat.

KESIMPULAN
Gambar 4. Perbandingan pemanfaatan ruang
kawasan prioritas pusat pemerintahan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab
Kabupaten Tasikmalaya eksisting dan sebelumnya dan menjawab rumusan masalah,
rencana tujuan penelitian serta mengacu pada proses
dan hasil analisis data dalam penelitian ini,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Tingkat kesesuaian yang ada di kawasan 1. Hasil dari studi ini menunjukan
prioritas pusat pemerintahan Kabupaten dari setiap Kawasan prioritas
Tasikmalaya eksisting dan rencana memiliki perkotaan Singaparna memiliki
tingkat realisasi yang rendah
tingkat realisasi yang rendah di sektor
serta memiliki penyimpangan
pariwisata dan peruntukan khusus karena yang tinggi untuk beberapa
memiliki tingkat realisasi 0% atau belum ada di Kawasan.
kondisi eksistingnya. 2. Perkermbangan Kawasan
prioritas perkotaan Singaparna
Tabel 1 Hasil Analisis Pemantauan dikatakan cukup berkembang
Progres Pemanfaatan Ruang dikarenakan adanya faktor
dorongan dari Kota Tasikmalaya
Nilai Klasifikasi Realisasi menuju arah timur, berdasarkan
No Kawasan Prioritas
(%) Pemanfaatan Ruang lokasi di bagian timur terhubung
1 Pendidikan Cipasung 49 Simpangan Sedang dengan jalan provinsi. Maka dari
2 Terminal Terpadu 34 Simpangan Sedang itu, semua kawasan prioritas
3 Sentra Komoditas 67 Simpangan Tinggi perkotaan Singaparna
Agribisnis dan Wisata
Agro berkembang menuju ke arah
4 Koridor Jalan Raya 208 TIdak Sesuai dengan Kota Tasikmalaya terutama
Singaparna Pemanfaatan Ruang kawasan prioritas koridor jalan
5 Pusat Pemerintahan 72 Simpangan Tinggi raya Singaparna.
Kabupaten 3. Hasil perekaman foto udara
Tasikmalaya dengan UAV sangat membantu
Rata -Rata 86 untuk proses pemantauan
Sumber: Hasil Analisis, 2019
progres pemanfaatan ruang
Dari hasil pemantauan progres sebagai alat bantu dalam
pemanfaatan ruang yang telah dilakukan efisiensi waktu dalam pendataan
dengan menggunakan alat bantu UAV melalui landuse.
pengolahan digitasi dengan GIS maka terlihat Hasil penelitian yang sudah dilaksanakan,
bahwa klasifikasi realisasi pemanfaatan ruang telah ditemukan beberapa hal yang dapat
yang tidak sesuai dengan pemanfaatan ruang menjadi diskusi, namun agar dapat
ada pada kawasan prioritas koridor jalan raya terealisasikan dengan baik ada beberapa
Singaparna karena didalam rencananya rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi
kawasan ini diperuntukan untuk perdagangan pihak berkaitan, rekomendasinya yaitu bahwa
dan jasa karena memiliki lokasi yang strategis berdasarkan rata-rata tingkat kesesuaian di
karena jalur utama mobilitas masyarakat antara Kawasan prioritas perkotaan Singaparna secara

5
6 Nama Penulis

umum dari 5 (lima) kawasan prioritas sebesar


86% dan perlu adanya evaluasi dari
pemantauan progres dengan alat bantu UAV.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan/Undang- Undang
Peraturan Menteri No 20 Tahun 2011
Peraturan MenterI ATR Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan
Singaparna 2017-2037
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2017
Tentang Penataan Ruang (UUPR)
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
Tentang Penyelenggaraan Ruang
Peraturan Menteri ATR Nomor 6 Tahun 2017
Tentang Tata Cara Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah
Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya
Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Rencana Detail
Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Perkotaan
Singaparna
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
Ramahani, Yoniar Hufan. 2015. Pementaan
Pulau Kecil Dengan Pendekatan
Berbasis Objek Menggunakan Data
Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Badan
Informasi Geospasial
Arifati, Dkk. 2017. Aplikasi UAV (Unmanned
Aerial Vehicle) untuk Mendukung
Pemantauan Tata Ruang. Badan
Informasi Geospasial
Utomo, Budi. 2017. Drone Untuk Percepatan
Pemtaan Bidang Tanah. E-Jurnal
UNDIKSHA
Shofiyanti, Rizatus. 2016. Teknologi Pesawa
Tanpa Awak Untuk Pemetaan Dan
Pemantauan Tanaman Dan Lahan
Pertanian. Ilmu Elautan Trunojoyo.
Maulana, Edwin. 2016. Uji Akurasi Data Uav
Di Kawasan Panatai Pelangi,
Parangteritis, Kretek, Kabupaten Bantul.
Ilmu Kelautan Trunojoyo.
Nex, Francesco & Fabio Remondino. 2014 Uav
For 3d Mapping Application.
Researchagate Publication
Ahmad, M.J. 2018. Large Scale Topographic
Mapping Based On Unmanned Aerial
Vehicle And Aerial Photogrammetic
Tecnique. Lop Science Organization
Koeve, M. 2016. Using UAVs For Map
Creation And Updating. A Case Studi In
Rwanda. Research Gate Publication.

Anda mungkin juga menyukai