Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5914042, 5914043, 5912546, 5912564 Fax (031) 5981841
Website : http://www.unair.ac.id ; e-mail : rektor@unair.ac.id

SALINAN

PERATURAN
REKTOR UNIVERSITAS AIRLANGGA
NOMOR 18/H3/PR/2009

TENTANG

DEWAN ETIKA
UNIVERSITAS AIRLANGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REKTOR UNIVERSITAS AIRLANGGA,

Menimbang : a. bahwa norma dan etika akademik yang telah ditetapkan oleh
Senat Akademik Universitas Airlangga perlu dijalankan dan
ditegakkan dalam rangka menjaga kebebasan akademik yang
dilandasi moral;

b. bahwa dalam rangka menegakkan norma dan etika akademik,


perlu ditetapkan suatu Dewan yang menjalankan fungsi
pemeriksaan dan memutus dugaan pelanggaran norma dan etika
akademik;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Rektor tentang
Dewan Etika.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1954 tentang Pendirian


Universitas Airlangga Di Surabaya Sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1955 tentang
Pengubahan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1954.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 99
Tambahan Lembaran Negara Nomor 695 juncto Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 4 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 748);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2006 tentang Penetapan
Universitas Airlangga sebagai Badan Hukum Milik Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 66);

5. Keputusan Presiden Nomor 74/M Tahun 2006 tentang


Pengangkatan Rektor Universitas Airlangga Masa Jabatan Tahun
2006 - 2010;

6. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga Nomor


12/P/MWA-UA/2008 tentang Anggaran Rumah Tangga
Universitas Airlangga;

7. Peraturan Senat Akademik Universitas Airlangga Nomor


01/H3/SA/P/2008 tentang Norma dan Etika Akademik Universitas
Airlangga;

8. Peraturan Senat Akademik Universitas Airlangga Nomor


08/H3/SA/P/2008 tentang Pemberian Sanksi Terhadap
Pelanggaran Norma dan Etika Akademik Universitas Airlangga;

9. Peraturan Rektor Universitas Airlangga Nomor 318/J03/HK/2008


tentang Perubahan Struktur Organisasi Universitas Airlangga –
Badan Hukum Milik Negara.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN REKTOR TENTANG DEWAN ETIKA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Rektor ini yang dimaksud dengan :

1. Universitas adalah Universitas Airlangga sebagai Badan Hukum Milik Negara.


2. Senat Akademik adalah badan normatif Universitas di bidang akademik.
3. Rektor adalah rektor Universitas Airlangga.
4. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang
pendidikan nasional.
5. Fakultas adalah unsur pelaksana pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi di
Universitas yang mengkoordinasikandan melaksanakan kegiatan akademik dalam
satu atau beberapa disiplin ilmu, teknologi, dan seni.
6. Dekan adalah pemimpin Fakultas yang mengkoordinasikan pengelolaan
sumberdaya dan penjaminan mutu di Fakultas.
7. Departemen adalah unsur pengelola program studi, dan melaksanakan
penyelenggaraan akademik dalam satu atau lebih bidang keilmuan dalam Fakultas.
8. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
pada masyarakat.
9. Etika akademik adalah berbagai nilai luhur yang wajib ditaati insan akademik dalam
berpikir, bersikap dan berperilaku sebagai seorang intelektual guna mengemban
berbagai tugas keilmuan di Universitas berdasarkan moral agama, adat istiadat,
sopan santun, dan kesusilaan serta tolok ukur akhlak.
10. Norma akademik adalah suatu pedoman berperilaku bagi insan akademik yang
dibuat oleh Universitas yang bilamana dilanggar akan selalu diberi sanksi.
11. Insan akademik adalah pengemban tugas keilmuan, teknologi dan seni di
Universitas, yang meliputi dosen, peneliti, dan mahasiswa.
12. Dewan Etika adalah Dewan yang mempunyai kewenangan menerima, memproses
dan/atau memutuskan dugaan pelanggaran Etika dan Norma Akademik.
13. Pelapor adalah pihak yang menyampaikan laporan/aduan tentang dugaan
terjadinya pelanggaran norma dan etika akademik.
14. Terlapor adalah insan akademik yang dilaporkan/diadukan oleh sivitas akademik
atau pihak lain atas dugaan melakukan pelanggaran norma dan etika akademik.

BAB II
KEDUDUKAN, WEWENANG DAN TUGAS

Pasal 2

(1) Dewan Etika berkedudukan di Universitas dan Fakultas.


(2) Dewan Etika di tingkat Universitas adalah Dewan pada tingkat banding dan
terakhir.
(3) Dewan Etika di tingkat Fakultas adalah Dewan pada tingkat pertama.

Pasal 3

Susunan keanggotaan Dewan Etika ditetapkan dengan Keputusan Rektor.

Pasal 4

(1) Dewan Etika berwenang menerima, memproses dan/ atau memutus dugaan
pelanggaran Etika dan Norma Akademik.
(2) Dewan Etika dalam memutus dugaan pelanggaran Etika dan Norma akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada :
a. Ketentuan yang termaktub dalam peraturan dan/ atau keputusan yang mengatur
atau menetapkan etika dan norma akademik yang berlaku di Universitas
Airlangga; dan/atau
b. Asas-asas Kepatutan yang menjadi kebiasaan dalam tata perilaku di lingkungan
Universitas Airlangga.

Pasal 5

Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, Dewan


Etika mempunyai tugas :

a. menerima laporan tentang dugaan adanya pelanggaran norma dan etika akademik
yang dilakukan oleh insan akademik Universitas;
b. memproses laporan tentang dugaan adanya pelanggaran norma dan etika akademik
yang dilakukan oleh insan akademik Universitas;
c. melakukan verifikasi dan mengumpulkan alat-alat bukti yang diperlukan untuk
proses pemeriksaan laporan/ pengaduan;
d. memanggil dan meminta keterangan para pihak terkait dalam proses pemeriksaan
laporan atau pengaduan;
e. memberikan keputusan terhadap dugaan pelanggaran Etika dan Norma Akademik;
f. mengusulkan kepada Rektor atas keputusan terhadap pelanggaran etika dan
norma akademik.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 6

(1) Anggota Dewan Etika di tingkat fakultas sebanyak 3 (tiga) orang.


(2) Anggota Dewan Etika Fakultas ditetapkan dengan Keputusan Rektor atas dasar
usulan dari Dekan.
Pasal 7

(1) Anggota Dewan Etika di tingkat Universitas sebanyak 5 (lima) orang.


(2) Anggota Dewan Etika Universitas ditetapkan dengan Keputusan Rektor.

Pasal 8

(1) Masa Jabatan Anggota Dewan Etika adalah selama 3 (tiga) tahun.
(2) Keanggotaan Dewan Etika dapat dilakukan pergantian antar waktu.

Pasal 9

Keanggotaan Dewan Etika berakhir apabila:

a. masa jabatan telah berakhir;


b. tidak dapat melaksanakan tugas secara tetap;
c. mengundurkan diri;
d. terbukti melanggar etika akademik dan aturan berperilaku di kampus;
e. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap;
f. menempuh studi Pascasarjana; atau
g. meninggal dunia.

BAB IV
ORGANISASI

Pasal 10

(1) Susunan organisasi Dewan Etika terdiri dari:


a. Ketua, merangkap anggota;
b. Sekretaris, merangkap anggota; dan
c. Anggota.
(2) Dalam melaksanakan tugas, Dewan Etika dapat membentuk Panitia ad-hoc.

BAB V
TATA BERACARA

Bagian Pertama
Laporan

Pasal 11

(1) Laporan kepada Dewan Etika dapat dilakukan oleh civitas akademi di Lingkungan
Universitas Airlangga maupun pihak lain.
(2) Laporan yang diajukan kepada Dewan Etika dibuat secara tertulis dalam Bahasa
Indonesia yang memuat:
a. Identitas Pelapor dilengkapi identitas diri yang sah, meliputi:
1. nama lengkap;
2. tempat tanggal lahir/umur;
3. jenis kelamin;
4. pekerjaan; dan
6. alamat lengkap/domisili.

b. Identitas Terlapor, meliputi:


1. nama lengkap; dan
2. pekerjaan.

c. Uraian peristiwa/ fakta perbuatan yang diduga merupakan pelanggaran yang


dilakukan oleh Terlapor dengan disertai bukti awal.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh Pelapor.
(4) Dewan Etika dengan pertimbangan tertentu dapat pula menyelidiki dan/ atau
menindaklanjuti laporan yang dikirimkan oleh Pelapor dengan tanpa menyebutkan
identitas pelapor asalkan disertai bukti awal.
(5) Dewan Etika Fakultas dengan pertimbangan tertentu dapat menyelidiki, memeriksa
dan memutus dugaan pelanggaran etika dan norma akademik yang dilakukan oleh
insan akademik meskipun tanpa adanya laporan.
(6) Dalam hal tertentu Dewan Etika Universitas dapat menyelidiki, memeriksa dan
memutus dugaan pelanggaran etika dan norma akdemik yang dilakukan oleh insan
akademik meskipun tanpa adanya laporan dan/ atau apabila Dewan Etika Fakultas
tidak melakukan penyelidikan dan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5).
(7) Penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan berdasarkan
Keputusan Rektor.

Pasal 12

Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 gugur apabila:


a. Terlapor meninggal dunia;
b. Terlapor mengundurkan diri sebagai insan akademik; atau
c. Ketentuan yang diduga dilanggar dinyatakan tidak berlaku/dicabut.

Bagian Kedua
Persidangan

Pasal 13

(1) Dewan Etika wajib melakukan sidang pertama dalam waktu selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak diterimanya Laporan.
(2) Laporan dinyatakan gugur apabila Dewan Etika tidak melakukan persidangan
pertama dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 14

Dewan Etika melakukan verifikasi dalam sidang yang bersifat tertutup.


Pasal 15

Dewan Etika wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh mulai dari tahapan
penerimaan pengaduan, persidangan sampai dengan putusan.

Pasal 16

(1) Terlapor wajib hadir sendiri dan tidak boleh menguasakan kepada pihak lain serta
tidak boleh didampingi oleh pihak lain dalam setiap tahap Sidang verifikasi pada
Dewan Etika.
(2) Dalam hal Terlapor tidak menghadiri panggilan Sidang Verifikasi dengan alasan
sakit atau tugas Negara/ dinas, maka Sidang Verifikasi ditunda.
(3) Jangka waktu penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 60
(enam puluh ) hari terhitung sejak dilakukan sidang verifikasi pertama.
(4) Apabila jangka waktu penundaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terlampaui, Dewan Etika dapat melakukan verifikasi tanpa kehadiran Terlapor.

Pasal 17

Sidang Verifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 meliputi:


a. verifikasi pokok laporan;
b. pemeriksaan alat bukti; dan
c. pembelaan Terlapor.

Bagian Ketiga
Pembuktian

Pasal 18

(1) Pelapor dapat mengajukan alat bukti untuk membuktikan kebenaran Laporannya.
(2) Terlapor berhak mengajukan kontra alat bukti terhadap Laporan/Pengaduan yang
diajukan Pelapor.
(3) Dewan Etika dapat meminta alat bukti lain kepada pihak ketiga.

Pasal 19

Alat bukti yang dipakai dalam Sidang verifikasi Dewan Etika meliputi:
a. keterangan Saksi;
b. keterangan Ahli;
c. surat;
d. data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar yang dapat
dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik
atau optik yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda,
angka, atau perforasi yang memiliki makna; dan/atau
e. keterangan Pelapor/Pengadu dan Terlapor.

Pasal 20

(1) Dewan Etika menilai alat-alat bukti yang diajukan dalam verifikasi dengan
memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain.
(2) Dewan Etika menentukan sah atau tidaknya alat bukti sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19.

Pasal 21

Pembuktian menjadi dasar pengambilan keputusan pada Sidang verifikasi Dewan Etika.

Bagian Keempat
Keputusan

Pasal 22

Dewan Etika sebelum mengambil keputusan, melakukan verifikasi terlebih dahulu


terhadap:
a. risalah atau transkrip rekaman Rapat dan/atau Sidang verifikasi; dan
b. pendapat etik seluruh anggota Dewan Etika.

Pasal 23

Rapat pengambilan keputusan Dewan Etika didasarkan atas:


a. asas kepatutan;
b. fakta-fakta dalam hasil Sidang Verifikasi;
c. fakta-fakta dalam pembuktian;dan/ atau
d. fakta-fakta dalam pembelaan.

Pasal 24

(1) Keputusan atas laporan yang diverifikasi diambil dalam Rapat Dewan Etika.
(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dihadiri oleh sekurang-
kurangnya lebih dari separuh jumlah Anggota Dewan Etika.
(3) Dalam hal jumlah Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi,
Rapat ditunda paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing
tidak lebih dari 7 (tujuh) hari.
(4) Setelah 2 (dua) kali penundaan, kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
belum juga tercapai, cara penyelesaiannya diserahkan kepada Ketua dan
Sekretaris Dewan Etika.

Pasal 25

(1) Pengambilan keputusan dalam Rapat Dewan Etika diambil dengan cara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Dalam hal pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 26

Setiap Keputusan Dewan Etika harus memuat:


a. kepala keputusan berbunyi “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA” ;
b. identitas Terlapor;
c. ringkasan Pelaporan;
d. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam Sidang verifikasi;
e. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembuktian;
f. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembelaan;
g. pertimbangan norma dan etika yang menjadi dasar keputusan;
h. amar putusan;
i. hari dan tanggal keputusan; dan
j. nama dan tanda tangan seluruh Pimpinan dan Anggota Dewan Etika.

Bagian Kelima
Banding

Pasal 27

(1) Keputusan Sidang Dewan Etika di tingkat Fakultas dapat dilakukan upaya banding
ke Dewan Etika di tingkat Universitas.
(2) Banding dapat diajukan oleh pelapor atau terlapor.
(3) Pengajuan upaya banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
tertulis dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak ditetapkanya
keputusan Dewan Etika di tingkat Fakultas.

Pasal 28

Keputusan Sidang Dewan Etika di tingkat Universitas bersifat final dan mengikat

Pasal 29

(1) Amar putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf h berbunyi:


a. Menyatakan Terlapor tidak terbukti melanggar; atau
b. Menyatakan Terlapor terbukti melanggar.
(2) Dalam hal Terlapor tidak terbukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
keputusan harus disertai rehabilitasi kepada Terlapor.
(3) Dalam hal Terlapor terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, keputusan disertai usulan/ rekomendasi kepada Rektor untuk
memberikan sanksi berupa :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penundaan kenaikan pangkat, jabatan dan golongan;
d. skorsing aktivitas akademik di lingkungan Universitas dalam rangka pembinaan
baik bagi dosen, peneliti dan mahasiswa ;
f. pemberhentian sebagai mahasiswa Universitas Airlangga; atau
e. pengusulan kepada Menteri tentang pemberhentian sebagai pegawai negeri
sipil.

Pasal 30

(1) Keputusan Dewan Etika disampaikan kepada Rektor.


(2) Rektor menerbitkan suatu Keputusan untuk menetapkan sanksi dalam hal
keputusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (3), kecuali dalam hal
keputusan yang memberikan sanksi berupa teguran lisan.

Pasal 31

(1) Dalam hal anggota dewan etika sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) dan
Pasal 7 ayat (1) menjadi terlapor, Rektor menetapkan keputusan pemberhentian
sementara sebagai anggota sampai dengan adanya keputusan Dewan Etika.
(2) Dalam hal keputusan Dewan Etika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyatakan terbukti melakukan pelanggaran, Rektor menetapkan pemberhentian
definitif sebagai anggota Dewan Etika.
(3) Dalam hal keputusan Dewan Etika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran, Rektor mencabut penetapan
pemberhentian sementara sebagai anggota Dewan Etika.

Bagian Keenam
Ketentuan Tata Beracara

Pasal 32

Dewan Etika berwenang menetapkan tata beracara sepanjang tidak diatur dalam
Peraturan ini.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

(1) Dewan Etika harus terbentuk selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak ditetapkan
Peraturan Rektor ini.
(2) Dewan Etika berwenang menerima, memeriksa dan memutus laporan tentang
dugaan pelanggaran Norma dan Etika Akademik yang dilakukan sebelum
terbentuknya Dewan ini berdasarkan ketentuan Norma dan Etika Akademik yang
berlaku di Universitas Airlangga.

.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Peraturan Rektor ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 16 Desember 2009
Rektor,

ttd,

FASICH
NIP.130517155
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Universitas,

ttd,

Dr. M. HADI SHUBHAN, SH.,M.H.,CN.


NIP. 132303985

Salinan disampaikan Yth :


Pimpinan Unit Kerja di Lingkungan UA

Anda mungkin juga menyukai