NIM : 19180041
Rangkuman Materi
PENSKORAN
Skor rata-rata adalah sebuah angka yang menunjukkan tingkat perolehan Skor
seluruh kelompok peserta tes secara umum. Skor rata-rata itu diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh skor yang ada, kemudian dibagi dengan jumlah peserta.
Median adalah angka pada daftar skor yang disusun menurut besarnya, yang
terletak tepat di tengah di antara skor terendah dan skor tertinggi.
Skor yang Paling Banyak Diperoleh Peserta Tes atau Mode (Mo)
Secara sederhana yang dimaksud dengan mode adalah skor pada suatu distribusi
skor seperti terlihat pada suatu daftar skor hasil tes, yang memiliki frekuensi paling
tinggi dibandingkan dengan frekuensi skor-skor lain yang berdekatan. Pada suatu distribusi
skor, umumnya terdapat satu mode (unimodal), meskipun ada kalanya terdapat dua mode
(bimodal), atau kadang-kadang tanpa mode (rectongular atau uniform).
Penyebaran skor tercermin pada rentangan skor (R), yaitu selisih antara skor
paling tinggi (H) dan skor paling rendah (L) pada daftar perolehan skor suatu
kelompok peserta tes. Semakin besar , semakin lebar rentangan skornya, dan semakin
besar tingkat perbedaan antar skor. Demikian pula sebaliknya. Semakin kecil R,
semakin besar tingkat perbedaan antar skornya.
Simpangan baku dapat dipahami sebagai semacam rata – rata dari selisih antara
semua skor suatu kelompok peserta tes dengan skor rata – ratanya. Simpangan yaitu
perbedaan antara masing – masing skor dengan skor rata – rata dan Simpangan yang baku
adalah akumulasi perbedaan antara semua skor dengan skor rata – rata.
Varian (variance)
Prosedur penghitungan simpangan baku itu dapat dilakukan secara lain, yaitu
dengan menghitung besarnya varian, yang dimengertikan sebagai simpangan baku pangkat
dua (S2) atau square of the standard deviation atau mean square devation.
Analisis tingkat kesulitan butir tes dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sulit atau
mudahnya tes yang telah diselenggarakan, baik tes secara keseluruhan maupun masing-
masing butir tesnya. Tingkat kesulitan itu diperhitungkan dari perbandingan antara jumlah
peserta tes yang dapat menjawab dengan benar dan yang tidak mampu menjawab dengan
benar. Dasar perhitungannya adalah bahwa semakin banyak peserta tes yang dapat menjawab
dengan benar, semakin mudah tes atau butir tes yang bersangkutan.
Selain tingkat kesulitan, aspek Iain dari butir tes yang dijadikan sasaran analisis
adalah kemampuan butir tes untuk membedakan peserta tes yang mampu dan yang kurang
mampu dalam menjawab pertanyaan tes atau mengerjakan tugas tes dengan benar.
Kemampuan butir tes untuk membedakan (mendiskriminasikan) peserta tes yang mampu dan
yang kurang mampu tersebut dikenal sebagai daya pembeda (item discrimination disingkat
ID atau D). Dari segi daya pembeda ini, butir tes dianggap baik, apabila peserta kelompok
mampu atau kelompo kelompok H (high) yaitu yang mereka yang perolehan skor secara
keseluruhannya tingg yang dapat menjawab butir tes bersangkutan dengan benar, berjumlah
lebih besar dibandingkan dengan peserta kelompok kurang mampu atau L (low) yang dapat
menjawab benar butir tes yang sama.
Analisis Pengecoh
Analisis pengecoh ini terutama diterapkan pada tes objektif jenis pilihan ganda.
Butir tes objektif jenis pilihan ganda ini terdiri dari pertanyaan atau pernyataan pokok,
diikuti dengan beberapa alternatif jawaban. Satu dari alternatif jawaban itu berupa
jawaban kunci yang merupakan jawaban yang benar, sedangkan alternatif - alternatif
jawaban lain berupa pengecoh. Sebagai jawaban pengecoh, alternatif - alternatif jawaban itu
memiliki ciri-ciri yang mirip dengan jawaban kunci, namun yang sebenarnya merupakan
jawaban yang salah, tidak benar, atau setidak - tidaknya kurang benar dibandingkan dengan
jawaban kunci.
Validitas tes dibuktikan melalui salah satu cara pembuktian yang paling sesuai,
berdasarkan data yang dapat disediakan untuk menyajikan interpretasi terhadap
kesesuaian skor hasil tes dengan kemampuan yang diukur dengan tes tersebut.
Pembuktian terhadap aspek-aspek validitas yang Iain dapat dilakukan, bila mungkin, untuk
melengkapi, memperkuat, dan lebih meyakinkan pembuktian tentang kesesuain
hasilsuatu tes dengan sasaran pokoknya. Pembuktian itu dapat dilakukan secara empirik
berdasarkan data yang dapat disediakan, atau secara penalaran dengan penjelasan,
disertai ringkasan dalam bentuk tabel atau kisi-kisi yang menunjukkan kesesuaian antara
tes dengan sasaran tes.
Berbeda dengan pembuktian dan analisis validitas tes yang dapat dilakukan secara
empirik atau penalaran, pembuktian dan analisis reliabilitas hanya dapat dilakukan secara
empirik. Tingkat reliabilitas tes hanya dapat diungkapkan melalui angka koefisein korelasi
yang terentang antara +1.00 dan -1.00 yang dihasilkan dari penerapan salah satu rumus
untuk penghitungan tingkat koefisien korelasi itu. Pemilihan rumus itu pada gilirannya
tergantung pada berbagai hal termasuk jenis kemampuan yang diukur, jenis tes yang
dipilih, tersedianya kesempatanuntuk mengulang penyelenggaraan tes, tersedianya tes
lain yang sejenis yang dapat digunakan sebagai alternatif atau pembanding, tingkat
kecanggihan dan ketepatan penghitungan yang diinginkan, dan lain-lain. Semua itu
perlu dikaji dan dipertimbangkan dalam penentuan pemilihan metode yang dapat dan akan
digunakan untuk perhitungan tingkat reliabilitas tes yang dikembangkan atau digunakan.
Pada akhir analisis reliabilitas tes diungkapkan dalam rumusan tentang tingkat korelasi yang
diperoleh disertai angka hasil penghitungan berdasarkan rumus yang telah digunakan.