Anda di halaman 1dari 18

PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi eISSN: 2502-2903, pISSN: 2356-3591

Volume 3, Nomor 1, 2016: 77-94 DOI: 10.15575/psy.v3i1.668

Post-Power Syndrome dan Perubahan


Perilaku Sosial Pensiunan Guru
Abdul Rahmat, Suyanto
Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jenderal Sudirman No.6
e-mail: abdulrahmat@ung.ac.id

Abstract
This study intended to determine the symptoms and the factors of post-power syndrome, as well as
some efforts of the teachers in deal with retirement. The qualitative method was used in this study
and data was collected through observation, interview and some documentations studied. Sources
of data were two retired teachers in MAN 2 Yogyakarta. The result shown some symptoms
experienced by the subjects comprised to get closer in worship activities, but emotionally be more
temperamental. The most prominent factors of post-power syndrome among the two informants
included the loss of social contact with their co-workers, in addition to losing positions, loss of
dignity and a sense of meaning, as well as the loss of income sources. Due to retirement, their
activities and routines seemed disconnected from other teacher’s activities so both of them felt
losing social contact with colleagues. Some efforts for minimizing the symptoms of post-power
syndrome was involving in forum gathering that held by the school.

Keywords: post-power syndrome, teacher, retirement, social contacts

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala, faktor-faktor post-power syndrome, serta
upaya guru pensiun dalam menghadapi post-power syndrome. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi
terhadap obyek yang diteliti. Sumber data adalah dua orang pensiunan guru di MAN 2
Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan ada beberapa gejala yang dialami oleh
subyek, antara lain lebih mendekatkan diri mereka pada kegiatan ibadah namun secara emosi
menjadi lebih temperamental. Faktor-faktor post-power syndrome yang paling menonjol pada dua
informan dalam penelitian ini adalah kehilangan kontak sosial dengan rekan kerja mereka, selain
kehilangan jabatan, kehilangan kewibawaan dan perasaan berarti, serta kehilangan sebagian
sumber penghasilan. Setelah mereka pensiun aktivitas dan rutinitas mereka seakan terputus dari
guru yang lainnya terlihat dari kehilangan kontak sosial dengan rekan kerja. Sedangkan upaya
informan dalam meminimalisir gejala post-power syndrome adalah adanya forum silaturahmi yang
diadakan di sekolah.

Kata Kunci: post-power syndrome, pensiunan guru, kontak sosial

Pendahuluan fasilitas, gaji dan materi lain, maupun


ganjaran non materil berupa penghargaan,
Bagi hampir semua orang yang normal
status sosial dan prestise yang sangat
dan sehat, bekerja menyajikan kehidupan
berarti bagi harkat diri individu.
sosial yang mengasyikkan dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam hal
persahabatan, yaitu dua hal yang menjadi
ini adalah guru di MAN 2 Yogyakarta juga
sumber pokok bagi perolehan kebahagiaan,
mendapat hal semacam itu. Namun
kesejahteraan, status sosial dan jaminan
berbagai hal yang didapat selama bekerja
sosial (Jacinta F.R. 2013:11). Oleh karena
tersebut pada akhirnya akan hilang atau
itu jawatan atau tempat bekerja adalah
berkurang setelah pensiun datang. Sesuai
sentra sosial yang memberikan makna
dengan UU tentang Guru dan Dosen pasal
tersendiri bagi kehidupan individu.
1 ayat 1 No. 14 tahun 2005 peraturan
Disamping menjamin kesehatan mental,
pemerintah bahwa PNS akan mengalami
lembaga atau jawatan tempat bekerja
masa pensiun saat berumur 50-58 tahun,
memberikan ganjaran materil berupa uang,

77
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

dimana mereka telah menjalani masa kerja tidak dapat dielakkan. Hal ini disebabkan
antara 30 sampai 40 tahun, dengan masa karena adanya perasaan tidak rela untuk
kerja yang begitu lama maka telah terjalin melepas jabatan yang selama ini telah
berbagai hubungan baik interpersonal dimiliki dan dinikmati, jadi pasti ada
maupun intrapersonal seperti: kecintaan perasaan cemas dan khawatir, hal ini
individu pada pekerjaan, aktifitas kerja, apabila berlebihan dapat mengganggu
hubungan dengan murid-murid, ling- keadaan fisik dan psikologisnya. Individu
kungan kerja dan masyarakat. Hal tersebut yang mengalami masa pensiun akan
akan membuat individu sedih, melankolis, mengalami kecemasan dan goncangan
dan perasaan negatif lainnya jika berbagai perasaan yang begitu berat. Kecemasan ini
hubungan yang terjalin selama ia bekerja terjadi karena mereka harus meninggalkan
harus ditinggalkan karena datangnya teman-teman baik sebagai atasan ataupun
pensiun (dalam M.W Nasrun, 2013:13) bawahannya. Status sosial ekonomi serta
Berbagai fasilitas dalam bentuk materi fasilitas-fasilitas lain yang mereka peroleh
seperti: gaji pokok yang berkurang 25% selama bekerja. Kekhawatiran, kecemasan
setelah pensiun, tunjangan fungsional dan dan ketakutan yang berkelanjutan akan
kesejahteraan personal akan hilang setelah berdampak pada keseimbangan emosional
pensiun. Hal itu membuat banyak orang individu dan akhirnya akan termanifestasi
menghadapi masa pensiun dengan dalam berbagai keluhan fisik, keadaan
perasaan negatif atau tidak senang. Bahkan seperti itu dikenal dengan sebutan post-
mereka yang belum siap mentalnya akan power syndrome (Haditono, 2012:90).
mengalami shock (kejutan) mental yang Masalah kesehatan jiwa akan muncul
hebat, sebab kejadian tersebut dianggap bila usia tua tidak dapat menyesuaikan diri
sebagai kerugian, keaiban, degradasi dengan baik terhadap perubahan-
sosial, sebagai hal yang memalukan dan perubahan yang terjadi seiring dengan
sebagainya. Timbulnya perasaan-perasaan proses penuaan, salah satunya timbul
negatif tersebut menyebabkan pegawai dalam bentuk depresi. Kemampuan usia
yang akan menghadapi masa pensiun tua dalam beradaptasi tersebut dipengaruhi
cenderung dihinggapi perasaan cemas, oleh tipe kepribadian yang mereka miliki.
takut dan khawatir dengan berbagai Tipe kepribadian akan menentukan keren-
dampak psikologis dan manifestasi yang tanan usia tua terhadap terjadinya depresi
menyertainya (Idris, 2004:87). (Puspasari, 2013:09). Menjalani masa tua
Individu yang mengalami kecemasan dengan bahagia dan sejahtera, merupakan
akan terus-menerus mengkhawatirkan dambaan semua orang. Keadaan seperti ini
segala macam masalah yang mungkin hanya dapat dicapai oleh seseorang apabila
terjadi dan sulit berkonsentrasi untuk orang tersebut merasa sehat secara fisik,
mengambil keputusan. Ditambahkan oleh mental dan sosial, merasa dibutuhkan,
Rumke dalam Hurlock (1996:122) merasa dicintai, mempunyai harga diri
ecemasan sering muncul pada saat individu serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan.
akan menghadapi masa pensiun, hal ini Post-power syndrome banyak dialami oleh
disebabkan dalam menghadapi pensiun, mereka yang baru saja menjalani masa
dalam diri individu terjadi goncangan pensiun. Istilah tersebut muncul untuk
perasaan yang begitu hebat karena individu mereka yang mengalami gangguan
harus meninggalkan pekerjaannya, teman- psikologis saat memasuki waktu pensiun.
temannya dan segala aktivitas lain yang Stress, depresi, tidak bahagia merasa
mereka peroleh selama masih bekerja kehilangan harga diri dan kehormatan
(Hurlock, 1996:125). Perubahan- adalah beberapa hal yang dialami oleh
perubahan yang terjadi pada masa pensiun mereka yang terkena post-power syndrome
akan menimbulkan goncangan mental yang (Santoso dan Lestari, 2008:99).

78
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

Uraian di atas dapat diinterpretasi nanggulangi post-power syndrome tersebut


bahwa bagi seseorang yang memasuki ?. Dengan masalah tersebut, maka tiga
masa pensiun akan membutuhkan waktu tujuan dari penelitian ini. Pertama, untuk
untuk merubah orientasi kehidupannya dari mengetahui gejala-gejala post-power
suasana bekerja ke suasana waktu luang syndrome pada pensiunan guru di MAN 2
yang panjang. Masa pensiun, khususnya di Yogyakarta. Kedua, untuk mengetahui
Indonesia merupakan masa yang akan faktor yang mempengaruhi post-power
menimbulkan gejolak psikologis meng- syndrome pada pensiunan guru di MAN 2
ingat ketika seseorang berusia 55 tahun ia Yogyakarta. Ketiga, untuk mengetahui
harus memasuki masa pensiun. Hal ini upaya pensiunan guru dalam me-
menyebabkan timbulnya gejolak psikologi, nanggulangi post-power syndrome.
yaitu suatu perasaan yang ditandai dengan Penelitian ini merupakan field
emosi yang tidak stabil, mudah tersing- reseacrh (penelitian lapangan) dengan
gung dan marah, serta sering berada dalam pendekatan kualitatif sehingga hasil yang
keadaan gelisah dan cemas (Avin Fadhilla, diteliti bersifat deskripsi-analitis (Moleong,
2000: 42-55). 2010). Pada awalnya, data-data mengenai
Maka dari itu untuk melihat lebih jauh post-power syndrome bagi pensiunan guru
tentang syndrome yang dialami para di MAN 2 Yogyakarta dikumpulkan
pensiunan khususnya guru, perlu peng- dengan metode pengamatan secara lang-
kajian lebih jauh dengan melakukan sung, wawancara mendalam dan studi
penelitian yang mendalam. Dalam hal ini dokumentasi. Metode pengamatan terlibat
peneliti merasa terpanggil untuk melihat digunakan untuk mengamati tentang
seberapa jauh post-power syndrome yang kondisi, aktivitas dari pensiunan guru,
dialami oleh para pensiunan guru di MAN dimana peneliti turut melibatkan diri dari
2 Yogyakarta. Adapun alasan memilih bagian keseharian individu yang diteliti
MAN 2 Yogyakarta dijadikan sebagai dalam penelitian ini. Metode wawancara
obyek dari penelitian ini, karena peneliti dilakukan secara dialogis dengan kedua
melihat bahwa bekerja di MAN termasuk subyek penelitian yang merupakan
bagian dari status sosial, bahwa menjadi pensiunan guru di MAN 2 Yogyakarta.
seorang guru bisa diindikasikan gengsi Sementara itu, studi dokumentasi diharap-
jabatan ataupun peranan guru di kan untuk menguji dan menafsirkan data-
masyarakat cukup menyita perhatian serius data dari pengamatan dan wawancara
untuk dikaji lebih dalam.(Wawancara mendalam.
dengan RK, 5 September. 2013). Dengan
asumsi inilah peneliti merasa terpanggil Tinjauan Teori: Post-Power Syndrome
untuk terlibat jauh dan untuk mengetahui Pengertian post-power syndrome.
persoalan-persoalan apa saja yang akan Post-Power Syndrome dialami terutama
menjadi kajian mendalam dalam hal post- orang yang sudah lanjut usia dan pensiun
power syndrome bagi pensiunan guru di dari pekerjaannya. Hanya saja banyak
MAN 2 Yogyakarta tersebut. orang yang berhasil melalui fase ini
Berdasarkan pemikiran di atas, maka dengan cepat dan dapat menerima
peneliti mengajukan tiga rumusan masalah kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi
yang akan dijadikan dalam penelitian ini pada kasus-kasus tertentu, dimana
yakni 1) Gejala post-power syndrome apa seseorang tidak mampu menerima
saja yang dialami oleh pensiunan guru di kenyataan yang ada, ditambah dengan
MAN 2 Yogyakarta ? 2) Faktor apa yang tuntunan hidup yang terus mendesak, dan
memengaruhi post-power syndrome pada dirinya adalah satu-satunya penopang
pensiunan guru di MAN 2 Yogyakarta? 3) hidup keluarga, resiko terjadinya Post-
Upaya pensiunan guru dalam me-

79
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

Power Syndrome semakin besar (Elia, Orang-orang yang menaruh arti


2003). hidupnya pada prestasi jabatan dan pada
Menurut Elia (2003:5) yang dimaksud kemampuan untuk mengatur hidup orang
dengan Post-Power Syndrome adalah lain, untuk berkuasa terhadap orang lain.
kumpulan gejala. Power adalah Istilah orang yang menganggap kekuasaan
kekuasaan. Jadi, terjemahan dari Post- itu segala-galanya.
Power Syndrome adalah gejala pasca Post-Power Syndrome adalah gejala
kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi ketidakstabilan psikis seseorang yang
pada orang-orang yang tadinya mem- muncul pada dirinya setelah hilangnya
punyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan atau kekuasaan. Gangguan ini
jabatan, namun ketika sudah tidak men- terjadi pada orang yang merasa dirinya
jabat lagi, seketika itu terlihat gejala- sudah tidak dianggap dan tidak dihormati
gejala kejiwaan atau emosi yang kurang lagi.
stabil. Gejala itu biasanya bersifat negatif,
itulah yang diartikan Post-Power Gejala-gejala post power syndrome
Syndrome. Gejala-gejala Post-Power Syndrome
Prawitasari (2012:14) menambahkan menurut Elia akan dirasakan individu
Post-Power Syndrome biasanya dialami dengan meiliputi beberapa gejala, di-
oleh pejabat-pejabat pemerintah yang antaranya;
memiliki kekuasaan yang tinggi yang Gejala fisik, misal bagi orang-orang
biasa disanjung oleh anak buah atau orang yang menderita Post-Power Syndrome
lain yang mempunyai kepentingan biasanya tampak menjadi jauh lebih cepat
dengannya. tua dibandingkan pada waktu dia masih
Masa pensiun ini dapat menim-bulkan menjabat. Tanpa diduga tiba-tiba
masalah karena tidak semua orang siap rambutnya menjadi putih, berkeriput,
untuk menghadapinya. Pensiun akan menjadi pemurung dan mungkin sakit-
memutuskan seseorang dari aktivitas rutin sakitan.
yang telah dilakukan selama bertahun- Gejala emosi, miaslnya cepat mudah
tahun, selain itu akan me-mutuskan rantai tersinggung, merasa tidak berharga, ingin
sosial yang sudah terbina dengan rekan menarik diri dari lingkungan pergaulan,
kerja, dan yang paling vital adalah meng- ingin bersembunyi dan lain-lain.
hilangnya identitas diri seseorang yang Gejala perilaku, missal malu bertemu
sudah melekat begitu lama (Agustina, dengan orang lain, lebih mudah
2008:89). melakukan pola-pola kekerasan atau
Maka dari itu, Post-Power Syndrome menunjukan kemarahan baik di rumah
memiliki ciri yang melekat pada diri yang atau tempat lain (Elia, 2003:99).
mengalaminya, se-bagaimana yang Menurut Supeno individu yang
diungkapkan oleh Elia bahwa ciri-ciri mengalami Post-Power Syndrome me-
tersebut adalah; nunjukkan adanya gangguan baik sikap
Orang yang senang dihargai dan maupun perilaku. Gaya sikap atau
dihormati orang lain, yang permintaannya perilaku merupakan manifestasi dari
selalu dituruti, yang suka dilayani orang reaksi-reaksi kejiwaan yang terjadi pada
lain. diri individu tersebut (Supeno, 1992:62).
Orang-orang yang membutuhkan Gangguan sikap dan perilaku tersebut
pengakuan dari orang lain karena adalah reaksi eksplosif, seperti kehilangan
kurangnya harga diri, sehingga jika kendali, emosi meledak-ledak, marah-
individu tersebut memiliki jabatan dia marah, serta agresi verbal dan fisik,
merasa diakui oleh orang lain. memperlihatkan gejala frustasi yang
ditandai dengan timbulnya kecemasan dan

80
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

depresi, reaksi mekanisme pertahanan diri, semua orang yang bertanggungjawab dan
seperti reaksi substitusi, dan selalu yang berwenang terhadap pendidikan
mengenang hal-hal yang menyenangkan murid-muridnya baik secara individu
di masa lalu sehingga timbul sikap-sikap ataupun secara klasikal, di sekolah
yang kadang tidak diterima oleh keluarga. maupun diluar sekolah. Pensiun berarti
Berdasarkan pada uraian di atas maka bahwa perusahaan memberikan sejumlah
dapat disimpulkan dari gejal-gejala orang uang tertentu secara berkala kepada
yang mengalami Post-Power Syndrome karyawan yang telah berhenti bekerja
adalah gejala fisik, emosi dan perilaku. setelah mereka bekerja dalam waku yang
Faktor yang mempengaruhi post- lama, atau setelah mencapai suatu batas
power syndrome. Banyak faktor yang usia tertentu.
memengaruhi seseorang menderita gejala Flippo menyebut pensiun me-rupakan
Post-Power Syndrome, dalam hal ini suatu peran tanpa peran. Dalam suatu
paling tidak yang khusus tentang masyarakat dibangun berdasarkan etika
pensiunan guru ada beberapa faktor kerja, peralihan dari suatu peran kerja
diantaranya adalah; produktif yang nyata pada suatu hari telah
Kepuasan kerja dan pekerjaan. Ketika menanamkan keyakinan bahwa pensiun
seseorang sudah memasuki masa pensiuan mengakibatkan penyakit mental dan
secara otomatis kepuasan dalam diri jasmani serta kadang-kadang ke-matian
mereka untuk bekerja menjadi salah satu yang terlalu cepat. Pensiun merupakan
faktor mengalami Post-Power Syndrome. suatu peritiwa dalam daur kehidupan
Usia. Usia memang menjadi faktor seseorang, pensiun memaksa suatu
penentu dalam mengalami gejala Post- peningkatan dalam ruang lingkup
Power Syndrome. Karena ketika usia pengambilan keputusan tentang kehidupan
semakin lanjut, maka pola pikir dan pribadi seseorang (Flippo, 1987:283).
perilaku pun akan semakin menurun. Schwartz dalam Hurlock (1992)
Kesehatan. Jelas sekali kesehatan berpendapat bahwa pensiun merupakan
akan memengaruhi gejala Post-Power akhir pola hidup atau transisi ke pola
Syndrome pada diri seseorang. Semakin hidup baru. Pensiun selalu menyangkut
tua seseorang, maka gejala kesehatan yang perubahan peran, perubahan keinginan
menurun pun akan terlihat. dan nilai, serta perubahan secara ke-
Status sosial sebelum pensiun. seluruhan terhadap pola hidup setiap
Biasanya orang yang menderita gejala individu (Hurlock, 1992:417). Jadi dapat
Post-Power Syndrome mengalami depresi ditarik benang merahnya bahwa pensiunan
yang cukup akut, karena dalam status guru adalah seseorang yang mengalami
sosial mereka akan terpengaruhi, masa transisi menuju ke hidup baru karena
sebagaimana menjadi orang biasa lagi kondisi fisik dan batasan usia, setelah
(Rini, 2001:90). sekian lama mengabdikan dirinya kepada
Berdasarkan pada faktor-faktor bangsa sebagai pengajar.
tersebut, maka dapat diambil kesimpulan Kategori sikap terhadap pensiun.
bahwa yang memengaruhi Post-Power Hurlock (1992) membagi sikap pensiun ke
Syndrome itu adalah faktor kepuasan kerja dalam dua kategori, yaitu;
dan pekerjaan, usia, kesehatan, dan status Pengalihan peran (Transformer),
sosial di masyarakat sebelum pensiun. yaitu mengubah gaya hidup dengan
Pengertian pensiunan guru. menciptakan gaya hidup baru dan
Menurut Poerwadarminta guru adalah menyenangkan diri sendiri. Melepaskan
orang yang kerjanya mengajar berbagai peran lama dan menjalankan
(Poerwadarminta, 1983:335). Sedangkan peran baru.
menurut Djamarah (2005:21) guru adalah

81
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

Pemeliharaan peran (Maintainers). Untuk mendapatkan data penelitian


Terus bekerja dengan melakukan ini, menggunakan langkah-langkah pe-
pekerjaan penggal waktu setelah pension. ngumpulan data sebagai berikut:
Pekerjaan yang dilakukan merupakan
lanjutan dari pekerjaan yang sebelumnya Wawancara
((Hurlock, 1992:418). Dalam penelitian ini yang dilakukan
Berdasarkan dengan pembagian dengan cara tanya jawab langsung dengan
kategori tersebut, maka dapat diambil semua informan yang dipilih berdasarkan
kesimpulan bahwa peran pensiun dapat kebutuhan dalam penelitian sebagai
menjadi pengalihan peran dan peme- sumber data yang utama dalam penelitian
liharaan peran. Bagi yang sudah terbiasa ini. Dalam kegiatan wawancara ini, penulis
dengan gaya hidup peran ganda ketika menggunakan panduan sehingga wawan-
mereka masih menjabat sebagai guru, cara dapat berjalan sesuai kebutuhan
dampak terhadap gejala post-power penelitian dan akan dilaksanakan secara
syndrome tidak akan terlalu berdampak berulang-ulang sampai diperoleh data yang
buruk. meyakinkan apa yang akan diteliti. Hal ini
dimaksud agar wawancara dapat beerlang-
Metode Penelitian sung dengan lancar dan informan dapat
memberi informasi secara akurat, terbuka
Penelitian ini menggunakan metode
dan menyeruh tanpa keraguan terhadap
kualitatif dengan pendekatan penelitian
peneliti.
lapangan (field research). Pengumpulan
data diambil dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi terhadap Observasi
Dalam penelitian ini, penulis
obyek yang diteliti. Sumber data adalah
melakukan pengamatan langsung, sehingga
pensiunan guru di MAN 2 Yogyakarta.
untuk menjaring informasi yang diperlukan
Hasil penelitian menunjukan ada beberapa
dalam penelitian ini dilakukan secara
gejala yang dialami oleh dua subyek.
berstruktur yang berarti apa yang di-
Dalam penelitian kualitatif informasi yang
lakukan dan diamati telah disusun se-
dikumpulkan dan diolah harus tetap
belumnya oleh peneliti dan mencatat
obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pen-
langsung hasil pengamatan sesuai kondisi
dapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif
banyak diterapkan dalam penelitian situasi yang ditemui dilokasi penelitian.
historis atau deskriptif. Sumber data utama
dalam penelitian adalah informan kunci. Dokumentasi
Data yang diperoleh dari dokumen-tasi
Alasan ditetapkannya informan kunci
terdiri atas berbagai tulisan dan rekaman
karena yang bersangkutan memiliki oto-
data, seperti profil Meubel Sepakat ,
ritas kepemimpinan tertinggi. Di samping
catatan harian dan data lain yang
itu, dianggap sebagai seseorang yang
berhubungan dengan fokus penelitian.
paling mengerti dan bertanggung jawab
Untuk menganalisaan data ditempuh
terhadap ber-langsungnya pendidikan
melalui langkah-langkah yakni:
kursus. Peneliti juga akan mencari infor-
man-informan lain yang dianggap dapat Reduksi Data
Reduksi data bermaksud untuk
melengkapi informasi yang dibutuhkan.
merangkum dengan menonjolkan hal-hal
Informan-informan lain tersebut adalah
pokok yang refelen dan fokus penelitian,
para wakil atau jabatan lain yang selevel
proses ini dimulai dari menelaah data yang
yang ditentukan dengan teknik snowball
ada.
sampling.

82
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

Penyajian Data perilaku, gejala emosi dan gejala fisik.


Penyajian dalam penelitian ini juga Secara sederhana pensiunan akan
dimaksudkan untuk menemukan suatu menghadapi gejala fisik dari akibat stress
makna dari data-data yang telah diperoleh, yang akan dihadapinya. Gejala fisik ini
kemudian disusun secara sistematis, dari akan dilihat dari beberapa unsur berikut
bentuk informasi yang kompleks menjadi yang nantinya peneliti teliti dilapangan
sederhana namun selektif. Penyajian data terhadap dua subyek pensiunan guru di
akan disajikan dalam bentuk naratif, sesuai MAN 2 Yogyakarta, yakni:
dengan focus penelitian. Reaksi eksplosif, seperti kehilangan
Penarikan Kesimpulan Atua kendali, emosi meledak-ledak, marah-
Verifikasi marah, serta agresi verbal dan fisik.
Penarikan kesimpulan dmaksud untuk Memperlihatkan gejala frustasi yang
memadukan semua data yang diperoleh ditandai dengan timbulnya kecemasan dan
lalu dikumpulkan guna menarik depresi.
kesimpulan dari berbagai hasil analisis Reaksi mekanisme pertahanan diri,
yang baik melalui catatan lapangan, hasil seperti reaksi substitusi.
observasi dan dokumen-dokumen. Selalu mengenang hal-hal yang
Pengecekan keabsahan data me- menyenangkan di masa lalu sehingga
rupakan konsep penting dalam jenis timbul sikap-sikap yang kadang tidak
penelitian kualitatif. Adapun teknik yang diterima oleh keluarga.
digunakan peneliti untuk memperoleh hasil Maka dari itu, untuk mengetahui
yang maksimal dalam pengecekan seberapa jauh gejala yang dialami oleh
keabsahan data yaitu memperpanjang ke- subyek penelitian yang diteliti pada kajian
hadiran peneliti di lokasi penelitian ini, kami mencoba menganalisis dengan
sehingga dapat mengamati dengan teliti melakukan wawancara dan observasi
seluruh kegiatan dilokasi penelitian. langsung ke lapangan sebagai bagian dari
cara pengambilan data dalam penelitian
Hasil dan Pembahasan ini. Untuk itu, kami mencantumkan hasil
analisis tersebut dari gejala yang dialami
Gejala Post-Power Syndrom subyek penelitian.
Post power syndrom pada umumnya
akan dialami bagi mereka yang Gejala yang dialami subyek penelitian 1
mempunyai jabatan. Hal ini akan Untuk mengetahui gejala yang
dirasakan karena setiap individu sudah dialami oleh subyek 1, maka peneliti
merasakan nyaman pada posisi se- menceritakan kronologis dari hasil
belumnya. Di masa sudah tua atau dalam observasi di lapangan sebagaimana
menghadapi pensiunan pasti akan berikut, setelah bercerita tentang pengala-
merasakan hal baru dalam hidupnya. man yang dialami sewaktu di sekolah,
Tadinya disegani oleh bawahannya, kini mulai dari waktu mengajar pertama kali
setiap individu yang akan pensiun harus hingga diangkat PNS sampai pada masa
menjadi orang biasa kembali. Akan tetapi, pensiun, subyek 1 bercerita sambil
gejala post power syndrom akan dirasakan bercanda dengan penuh tawa sambil
oleh setiap orang yang berada di bawah mengingat-ingat masa lalu yang
lingkungan instansi atau pegawai dijalaninya. Setelah ngobrol dengan rasa
pemerintahan. Hal ini dikarenakan banyak tenang peneliti secara langsung
faktor yang menyebabkan hal demikian. mengamati dengan seksama perilaku
Secara umum gejala post power subyek 1, mengamati secara emosi
syndrom yang dialami oleh pensiunan ada maupun secara fisik. Pengamatan secara
tiga komponen pokok yakni dalam gejala fisik ketika bertemu untuk melakukan

83
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

wawancara, subyek 1 kelihatan sudah yang kurang terkontrol dengan baik


mulai menua. Secara fisik semakin terlihat dari tempo, tekanan serta volume
berkurang, dilihat dari kulit yang mulai bicaranya (Observasi 3 September, 2013).
mengkerut di bagian wajah dan tangan. Dilihat dari segi perilaku, tidak terlalu
Karena subyek 1 memakai kerudung, kelihatan ada indikasi post power
peneliti hanya melihat sebagian saja. syndrom. Tetapi setelah intens melakukan
Tetapi peneliti melihat rambut beliau observasi dan mendengarkan cerita yang
semakin memutih, sedikit terlihat di sela- disampaikan subyek 1, terlihat ada gejala
sela pinggir kerudung. Waktu itu, subyek perilaku dari post power syndrom. Ketika
1 memakai baju kebaya putih mengenakan berbicara terkait aktivitas yang dilakukan.
kerudung abu-abu. Selain itu, peneliti Sebagaimana dulu ketika masih mengajar,
melihat subyek 1 secara emosi tidak kegiatan subyek 1 berangkat pagi dan
terlalu menggebu-gebu. ketika berbicara pulang sore telah menjadi rutinitas yang
(Observasi 3 September, 2013). Saat dilakukan selama puluhan tahun. Tetapi
sedang bercerita, subyek 1 terlihat senang setelah pensiun ia hanya mengikuti
dengan kehidupan di masa tua. Ybs masih kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat
terbilang stabil secara emosi di usia renta seperti mengikuti pengajian mingguan,
ibu NZ. Hanya saja dari mimik wajah aktif di PKK, maupun ikut organisasi
nampak gejala-gejala post-power pensiunan guru MAN Pacitan.
syndrome. Misalnya dalam penuturan Sebagaimana hasil wawancara berikut ini:
kata-kata yang kurang fasih dalam ”Nggak saya ga gelisah... saya masih
penyampaian kalimat. tenang soalnya saya lebih memperbanyak
Setelah proses wawancara tersebut ibadah kepada Allah, memperbanyak
selesai, kemudian peneliti mengamati sholat sunah, memperbanyak puasa sunah,
kembali perkembangan emosi yang aktif mengikuti pengajian-pengajian, ya
dialami dan dirasakan sejauh perkem- jadi seneng... tidak begitu juga, ketika mau
bangan yang ada. Hal ini berdasarkan sholat sunat ya saya sempatkan ke masjid
observasi dan analisis peneliti berikut ini; untuk sohlat dhuha. Kalau puasa ya saya
dalam proses pengamatan yang dialami sempatkan..setiap ba’da shubuh ada
peneliti, kondisi fisik dan secara emosi pengajian ibu–ibu membahas kaidah yang
dari subtek 1 memperlihatkan dalam ada dalam tafsir Al-Misbah. Yang di-
kondisi yang tidak stabil. Misalnya saat lakukan madrasah, saya kan pembina
memanggil pembantunya untuk mengam- bidang keagamaan di madrasah ya 2 tahun
bilkan minuman. Selain itu, dalam sebelum pensiun saya malah dipindah
memberikan jawaban-jawaban yang tugaskan ke DEPAG, ya sebenarnya
diungkapkan pada peneliti. Subyek nanggung”. (Wawancara 3 September,
mengakui bahwa tidak mengalami 2013).
masalah ketika menghadapi pensiunan, Kebiasaan subyek 1 saat ini tentu
tetapi dilihat dari pemaparan yang disam- berbeda dengan saat ketika ia masih men-
paikannya dan pengamatan secara jadi guru. Kini ia harus kembali menjadi
langsung seakan ada sesuatu yang dirasa- masyarakat biasa, hal ini menunjukan
kan, namun berusaha ia sembunyikan. bahwa dalam segi sikap subyek 1
Seperti halnya ia ingin menjalankan tugas- mengalami post power syndrome, tetapi
nya sebagai PNS lebih lama lagi. Subyek jika perhatikan tidak begitu akut, karena ia
1 sudah pensiun sejak tahun 2009, jadi mampu mencari jalan lain untuk mengisi
sebetulnya ia sudah cukup lama pensiun waktu yang kosong. Analisis yang
sekitar 3 tahun yang lalu. Ketika proses dilakukan oleh peneliti terhadap terhadap
wawancara, subyek 1 dalam menjawab data dari subyek 1 mengasumsikan bahwa
setiap pertanyaan menunjukkan emosi ia masuk dalam kategori penyandang post

84
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

power syndrome. Hal ini dibuktikan pengawas itu kan ada mobil dinas, jadi
dengan adanya tanda-tanda yang menjadi untuk kemana-mana mengawasi madrasah
batasan gejala post power syndrom dalam bisa menggunakan mobil dinas yang
penelitian ini, yakni melihat dari segi disediakan. Jadi sudah ada sopirnya tinggal
emosi, sikap dan perilaku. Dilihat dari sisi jalan. Menurut beliau saya itu kan sudah
emosi memperlihatkan bahwa subyek 1 lama di madrasah jadi dinilai dari segi
nampak gugup dalam menyampaikan pengalaman, manajemen itu mampu.. saya
jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh dilantik saja pada waktu itu tidak datang
peneliti. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh karena ada rapat persiapan BP3 dengan
faktor usia yang semakin menua. Sisi fisik wali murid. Kalau saya mau memilih saya
terlihat jelas dengan semakin banyaknya memilih untuk sampai dengan pensiun
uban yang tumbuh dikepala, hal ini tetap di MAN, ya ibarat sudah melekat hati
membuktikan salah satu gejala post power saya dengan madrasah. Ya sudah seperti
syndrom. rumah sendiri. Mudah–mudahan MAN
bisa memiliki pendidik yang berkarakter
Gejala yang dialami Subyek penelitian 2
Islami sehingga menciptakan generasi
Post Power Syndrome adalah gejala yang unggul di mata Allah SWT. Cucuran
yang muncul ketika seseorang tidak lagi air mata yang mengalir karena kami
menduduki suatu posisi sosial, biasanya dianggap orang tua disitu, guru–guru juga
suatu jabatan dalam institusi tertentu. merasa kehilangan sekali namun sebagai
Misal seorang direktur yang mencapai usia manusia saya memberikan semangat dan
pensiun. Gejala ini bisa pula dirasakan oleh tidak larut dan kondisi seperti ini, saya
orang-orang yang tadinya memiliki karier berpesan inilah generasi yang harus kita
yang cemerlang, tapi harus melepaskan didik dan kita bina untuk menjadi anak
kariernya tersebut karena faktor-faktor yang berguna. Ya yang baik kita pegang
tertentu. dan yang tidak baik kita perbaiki”
Biasanya gejala ini akan ditandai (Wawancara 5 September, 2013).
dengan munculnya gangguan emosional Mencermati hasil wawancara ter-
yang bersifat negatif. Kecemasan, rasa sebut, gejala post power syndrome yang
putus asa, ketakutan, kekhawatiran akan dirasakan oleh subyek 2 terlihat jelas
masa depan, dan lain sebagainya ketika prosesi pelepasan ybs dari seorang
cenderung tampak pada orang-orang yang guru menjadi pengawas dengan istilah
mengalami gejala ini. Hal ini tampak lebih BP3. Tentu jika dilihat dari analisis
jelas ketika wawancara yang dilakukan perilaku menjelaskan bahwa post power
oleh peneliti dengan subyek 2, dimana syndrome telah menjadi persoalan yang
hasil wawancaranya sebagai berikut ini: muncul pada subyek 2. Selain dari segi
”Saya waktu di Aliyah sebelum perilaku, peneliti melihat dari segi emosi
pensiun ada promosi pengawas, maksud- terlihat labil dan dari fisik semakin tua.
nya dialih tugaskan gitu. Pada prinsip dan Ketika bertemu untuk wawancara, subyek
hati nurani saya sebenarnya saya tidak 2 terlihat terus memperhatikan peneliti.
mau. Sampai datang seorang pengawas Ybs lupa-lupa ingat dengan saya sewaktu
untuk menarik saya ikut menjadi pengawas di MAN Pacitan. Tak panjang lebar yang
madrasah kabupaten Pacitan, saya merasa dibahas dalam wawancara kali ini, peneliti
tidak mampu apalagi keadaan saya sudah mengobservasi subyek 2 baik secara fisik,
tua, tau sendiri jalan pacitan itu seperti apa emosi maupun perilaku selama wawan-
saya katakan saya tidak sanggup. Akhirnya cara berlangsung. Wawancara lebih
saya menghadap kepala sekolah menyam- menggali seputar pengalaman hidup
paikan keluhan takutnya saya tidak bisa subyek 2 dan di akhir masa-masa pensiun
melaksanakan tugas. Kata kepala sekolah

85
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

dari sekolah (Observasi 5 september, silaturahmi kepada madrasah”(Wawancara


2003). 3 September, 2013).
Bila dianalisis terhadap subyek 2 ini, Peralihan tugas yang dialami oleh
secara teoritik dan aplikasi terhadap objek subyek 1 membuat dirinya terpukul,
yang dianalisis maka peneliti bisa karena dengan dipindahtugaskan ia me-
menyimpulkan bahwa subyek 2 memiliki rasa kehilangan anak-anak yang dicintai-
gejala post power syndrome. Hal ini bisa nya - dalam arti anak didik - ia merasa
dilihat dari segi fisik yang terlihat semakin kewajiban menjadi seorang guru terampas
tua juga mengalami gejala kolestrol dan haknya untuk bisa memerhatikan lebih
gula darah. Begitu pula secara emosi, intens kepada para siswa seperti perhatian
terkadang subyek 2 kurang mampu siapa yang akan membimbing mereka
mengontrol emosi. Inilah salah satu yang sholat, belajar dengan rajin dan lain-lain.
menyebabkan subyek 2 terkena post Karena menjadi penyuluh agama terasa
power syndrome yang bisa peneliti sebut membebaninya untuk interaksi dengan
pada ring satu. Setelah pensiun dari guru, murid terkekang oleh ruang dan waktu.
ybs tidak berdiam diri. Tetapi melakukan Walaupun secara esensial sama saja,
aktivitas lain seperti rutin mengikuti mungkin aktivitas yang lebih dekat tidak
pengajian mingguan, aktif di PKK dan begitu bisa memerhatikan dengan jelas.
lain-lain. Begitu pula yang dialami oleh subyek
2, ia mengalami goncangan batin ketika
Faktor-Faktor Post Power Syndrom
dipindah tugaskan dari Aliyah ke Depag
Setelah melakukan pencarian dan dengan status penyuluh agama.
pendalaman data kepada subyek 1 dan Sebagaimana hasil wawancara berikut ini:
subyek 2, dapat memperjelas dan mem- ”Cucuran air mata yang mengalir
permudah pemahaman pada gejala yang karena kami dianggap orang tua disitu,
dialami oleh kedua subyek tersebut. guru–guru juga merasa kehilangan sekali
Untuk itu, beberapa faktor yang me- namun sebagai manusia saya memberikan
mengaruhi hal ini adalah sebagaimana semangat dan tidak larut dan kondisi
dijelaskan dalam sub bab berikut ini. seperti ini, saya berpesan inilah generasi
Usia yang bertambah tua. Beberapa yang harus kita didik dan kita bina untuk
kasus terkait usia yang bertambah tua dan menjadi anak yang berguna. Ya yang baik
berakhirnya masa jabatan dirasakan oleh kita pegang dan yang tidak baik kita
subyek 1, ber-dasarkan hasil observasi dan perbaiki”(Wawancara 5 September. 2013).
wawancara berikut ini: Pengalaman yang dirasakan oleh
”Waktu itu saya sampai sakit lho, subyek 2 sampai pada tingkat bimbang
nangis ya gimana saya sudah mengabdi berlanjut pada kesedihan saat harus
selama 25 tahun di madrasah. Waktu itu dipindahtugaskan. Awalnya ia berstatus
madrasah belum punya tanah dan gedung. guru Aliyah, kini harus menjadi penyuluh
Bapak ibu guru itu iuran untuk membeli agama dilingkungan Kementerian Agama
tanah itu, ya yang sekarang untuk asrama, Wilayah Kabupaten Pacitan yang bertugas
duuuh tinggal dua tahun lagi pensiun untuk mengawasi perkembangan di setiap
masya Alloh, ya ko malah dipindah, sekolah dan madrasah di Kabupaten
sewaktu saya masih jadi pembina ke- Pacitan.
agamaan saya mengontrol anak-anak Peneliti mengamati terhadap perilaku
gimana sholatnya, wudhunya udah bener dan kondisi fisik dari kedua subyek
apa belum, saya menangis menghadap penelitian. Secara fisik kedua subyek dari
kepala Depag, ko saya harus dipindahkan, sisi usia semakin tua, terlihat uban
ibarat pohon itu kita nanam dari bibitnya, semakin banyak tumbuh. Perubahan kulit
tapi ya alhamdulillah masih tetap ada semakin terlihat keriput sejalan dengan

86
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

usia yang semakin lanjut. Secara teori nya, pada saat pensiun, mereka merasa
tidak ada yang bisa terlepas dari faktor kehilangan harga diri dan kesepian, karena
usia yang akan membawa seseorang tidak memiliki teman-teman. Untuk
menjadi lupa atau pikun bahkan bisa saja mengatasi kehilangan kontak sosial yang
menjadi faktor utama dalam hal dirasakannya, maka individu harus
munculnya gejala post power syndrome. mencari aktivitas-aktivitas dan orang-
Gejala ini tidak hanya dirasakan oleh orang di lingkungan yang baru sebagai
individu yang mempunyai jabatan, tetapi sumber dukungan sosial baginya.
semua pihak yang ada pastinya akan Sedangkan pada subyek 2 kehilang-an
terpengaruhi oleh hal tersebut. Seseorang kontak sosial bukan merupakan faktor
yang masih muda belum tentu bisa tua, penyebab terjadinya gejala post power
tetapi yang tua pasti pernah mengalami syndrome, karena hubungan komunikasi
masa muda. subjek masih berjalan melalui telepon
maupun SMS dan mengikuti ibu-ibu PKK.
Berdasarkan kasus diatas dapat dilihat
Kepuasan Kerja dalam Pekerjaan
perbedaan yang cukup signifikan antara
Berdasarkan pada data yang di dapat
keduanya. Hal ini disebabkan subyek 1
dilapangan faktor selanjutnya terkait post
secara usia sudah lanjut sedang-kan untuk
power syndrome bagi pensiunan guru
subyek 2 usianya kurang lebih berbeda 5
adalah kepuasan kerja dalam pekerjaan.
tahun. Jadi diantara dua subyek yang
Ini artinya, yang biasanya setiap hari pergi
diteliti pada kasus ini keduanya sama-
ke kantor selain untuk mengajar para guru
sama kehilangan kelompok sosial yang
pun biasanya memanfaatkan waktu luang
biasanya menjadi bagian hidup walaupun
dengan bersosialisasi sesama temen guru
satu subyek masih sering melakukan
lainnya. Ketika pensiun hal ini akan
komunikasi via telpon, sms maupun
berkurang karena sudah tidak ada lagi
aktivitas organisasi PKK. Sesuai dengan
beban tugas yang diembannya sebagai
hasil wawancara berikut ini:
PNS. Hal ini senada dengan hasil
“Sebetulnya saya ini mas kesepian
observasi berikut ini dengan studi kasus
karena sejak saya pensiun di tahun 2009
yang diolah oleh peneliti. Terdapat dua
yang lalu. Tapi saya coba untuk mengganti
subyek yang menjadi pokok bahasan
aktivitas lain untuk menghilangkan
dalam penelitian ini. Hasil dari kedua
kesepian tersebut. Ya mungkin saya mem-
subyek memperlihatkan perbedaan pada
perbanyak ibadah kepada Allah, ikut
persoalan yang dihadapi tentang per-
pengajian sama ibu-ibu dikampung dan
temanan sewaktu di sekolah mengajar.
lebih mendekatkan dirilah pada Tuhan. Ya
Pada kasus subyek 1, diperoleh data
mas, ibu juga tahu hal ini membuat jalinan
mengenai faktor penyebab post power
komunikasi dengan teman-teman selama
syndrome yaitu kehilangan kontak sosial
dikantor terputus tetapi tidak dijadikan
pada rekan kerja, subyek mengatakan
sebuah alasan bagi saya untuk tidak
tidak pernah berhubungan dengan teman-
bangkit donk. Harus tetap melakukan
temannya. Komunikasi subyek dengan
aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi
teman-teman di kantor juga sudah tidak
masyarakat” (Wawancara 5 September
berjalan lagi. Pensiun tentunya menyebab-
2013).
kan individu kehilangan sebagian besar
Semua itu tidak terlepas dari
kelompok sosialnya. Individu yang
kepuasan kerja yang dialami oleh kedua
sebagian besar waktunya digunakan di
informan di atas. Karena semua pastinya
lingkungan pekerjaan maka kelompok
akan mengalami hal-hal sulit dalam
sosial yang paling besar dimilikinya
bekerja. Biasanya kesalahan waktu
adalah teman-teman sejawat, bawahan,
bekerja karena belum sempat memper-
atasan, maupun klien-kliennya. Akibat-

87
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

baikinya karena sudah saatnya pensiun, ditolak apabila ia menghadapi masa


orang cenderung merasakan tidak puas pensiun dengan sikap masa bodoh dengan
dalam bekerja. Begitu pula yang dirasakan menganggap biasa saja dan mereka tidak
oleh kedua subyek dalam kepuasan kerja mempersiapkan dengan hati-hati. Maka
jelas terlihat ketika adanya penjelasan hal tersebut akan dirasakan oleh sebagian
merasa sedih ketika masa pensiun tiba. pensiunan. Selain itu, jabatan memberikan
perasan berarti yang menunjang
Status Sosial Sebelum Pensiun peningkatan kepercayaan diri seseorang.
Salah satu yang menjadi beban dan Misalnya saja, kehilangan kewibawaan di
menjadi salah satu faktor terjadinya krisis depan anak buah atau lingkungan sekitar
post power syndrome pada individu adalah karena sudah tidak menjabat lagi.
status sosial sebelum pensiun. Apabila Pekerjaan yang dilakukan individu
subyek pernah menjabat jabatan struktural sebelum pensiun mungkin merupakan
di instansi pemerintah tentu hal ini akan pekerjaan yang dapat menimbulkan
menyebabkan kenyataan lain dan berbeda. kepuasan dan keberartian diri bagi
Untuk melihat lebih jelas tentang individu. Memasuki masa pensiun, berarti
kehilangan wibawa bagi subyek peneliti segala atribut yang dimilikinya harus
menyajikan hasil observasi dan ditanggalkan termasuk pekerjaan yang
mengamati proses interaksi subyek 1 dan menimbulkan kepuasan tersebut, maka
2 yang memiliki karakteristik yang individu perlu menyiapkan kegiatan
berbeda. pengganti agar kehilangan tersebut tidak
Kedua subyek mengatakan setelah menjadi masalah.
pensiun mereka merasakan kehilangan
Kesehatan dan Sumber Penghasilan
pekerjaan yang dahulu dikerjakannya. Kehilangan sebagian sumber
Selain itu, pada subyek 2 mengatakan
penghasilan merupakan dampak yang
pada usianya saat itu dirinya tidak mampu nyata dirasakan oleh kedua subyek. Pada
melakukan suatu pekerjaan baru. kasus subyek 1 mengenai faktor-faktor
Sedangkan subyek 1 masih ada keinginan penyebab post power syndrome yaitu
untuk tetap bekerja akan tetapi keadan kehilangan sebagian sumber penghasilan.
fisik subyek sudah tidak mendukung Setelah pensiun, subyek 1 merasakan
karena sesuai dengan UU tentang Guru berkurangnya penghasilan selain itu
dan Dosen pasal 1 ayat 1 bahwa usianya terjadi perubahan pola hidup keluarga.
sudah memasuki usia pensiun. Kedua Terjadinya perubahan pola hidup tersebut,
subyek juga mengatakan setelah pensiun subyek 1 mendapat protes dari keluarga
ini, subyek jarang berkunjung ke kantor khususnya cucu-cucunya yang selalu
atau bahkan tidak pernah. Bahkan subyek minta uang. Sedangkan pada kasus subyek
1 mengatakan bahwa ia merasa menjadi
2, setelah pensiun ia merasakan pe-
orang asing apabila datang ke tempat masukan gajinya berkurang, subyek 2
bekerjaya dulu, sedangkan pada kasus hanya menerima tiga perempat dari
subyek 2 mengatakan bahwa rekan gajinya saja. Perubahan juga terjadi pada
seangkatannya sudah tidak bekerja lagi di pola hidup keluarganya menjadi lebih
madrasah tersebut, sehingga ia tidak hemat dan keluarga bisa menerimanya
pernah datang ke madrasah. terutama anak-anak subyek 2 yang tidak
Jika dianalisis dari hasil observasi banyak menuntut. Ia selalu menanamkan
tersebut, masa pensiun merupakan masa pada keluarganya apabila menginginkan
kesenangan karena bebas dari kewajiban sesuatu harus berusaha terlebih dahulu
untuk bekerja, akan tetapi masa pensiun (Wawancara 6 September, 2013).
juga harus menghadapi kehilangan teman Bagi sejumlah individu, tidak bekerja
sejawat, merasa diri tidak dihargai dan
lagi berarti hilangnya sumber keuangan.

88
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

Hal ini mengakibatkan ber-ubahnya cara Jika dilihat dari aspek kesehatan,
atau pola hidup individu dan keluarganya, rekam medis kedua subyek dalam pe-
yang sebelumnya hidup dengan berlebihan nelitian ini tidak mempunyai penyakit
atau berkecukupan, kini harus lebih yang beresiko tinggi. Tetapi karena
hemat. Individu juga harus keterbatasan menggali informasi yang
mempersiapkan aktivitas atau usaha-usaha lebih dalam dari kedua subyek, hanya
tertentu yang dapat menggantikan diperoleh informasi bahwa keduanya tidak
kekurangan yang dialami. pernah mempunyai rekam medis yang
Pada subyek 1 setelah pensiun yang berat selama perjalanan karirnya menjadi
menjadi sumber perekonomian keluarga guru. Menghadapi masa tua kini kondisi
yaitu tambahan penghasilan suami dan tubuh yang sering dialaminya yaitu mun-
dana pensiun. Setelah pensiun yang culnya kolesterol yang mudah menyerang
menjadi sumber perekonomian keluarga pada kedua subyek penelitian.
subyek 1 dan suaminya, diperoleh dari
Upaya Pensiunan Guru Menghadapi
pemberian anak-anaknya yang sudah
Post-Power Syndrome
bekerja, serta subyek 1 yang memiliki Untuk mengatasi kejenuhan pasca
simpanan tabungan pensiun. Strategi yang kerja, para pensiunan melakukan beberapa
dapat dilakukan menghadapi masa kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya
persiapan pensiun yaitu dengan me-
sendiri maupun orang lain, diantaranya
rencanakan dana pensiun yang dimiliki, dalam bidang agama, sosial, ekonomi, dan
sebagai kebutuhan mendasar yang pendidikan. Hal inilah yang bisa menjadi
menunjang kelangsungan hidup dimasa contoh untuk para pensiunan yang lain
pensiun dan untuk mengantisipasi masalah agar pasca kerja mempunyai sesuatu yang
besar yang akan terjadi dikemudian hari berharga untuk dirinya sendiri maupun
dalam hal ini berkurangnya pendapatan
untuk orang lain. Adapun setiap individu
rutin. mempunyai kegiatan yang berbeda dengan
Individu yang merupakan penopang individu yang lainnya, ini sama halnya
hidup utama keluarga memiliki risiko dengan kedua subyek. Meskipun mereka
terjadinya post power syndrome yang se- mempunyai kesibukan yang sama dalam
makin besar. Faktor internal kemungkinan setiap bidang, tetapi waktu mereka tidak
juga dapat menyebabkan post power sama.
syndrome. Subyek 1, ia cederung memiliki
pribadi yang tertutup, apabila mengalami Bidang Agama
masalah subyek cenderung menyimpan Upaya yang dilakukan dalam bidang
masalahnya sendiri dari pada mem- keagamaan antara lain adalah sebagai
bicarakannya ke orang lain. Ia pun cen- berikut:
derung kurang memahami masalah yang Dalam bidang keagamaan subyek 1
dirasakan setelah pensiun. Beberapa kasus memanfaatkan waktu luang yang ada,
post power syndrome terjadi lebih parah seperti mengikuti kegiatan rutin pengajian
bagi individu yang memiliki pribadi- yasinan yang dilaksanakan pada setiap
pribadi yang dimana sakit yang di- malam jumat setelah shalat isya’ sampai
sebabkan beban emosi tidak dapat selesai, dalam acara tersebut ia turut serta
tersalurkan. Sedangkan subyek 2, ia menjdi pemateri. Pada kesempatan
berusaha untuk menjalin komunikasi de- tersebut subyek 1 sering berbagi pe-
ngan semua keluarga besar dan anak- ngalaman yang pernah ia dapatkan. Selain
anaknya, terkadang subyek bertukar kegiatan pengajian yasinan subyek 1 juga
pikiran dengan keluarga lain yang tinggal aktif mengikuti kultum setiap subuh di
di depan rumah karena mereka sama-sama mesjid dekat rumahnya. Dalam rangka
pensiunan PNS. menambah khasanah ilmu agama ia juga

89
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

sering mengikuti pengajian akbar yang di sekitar lingkungannya dan juga meles-
laksanakan di mesjid Agung Pacitan dari tarikan lingkungan supaya tetap bersih,
jam 19.00-selesai setiap dua minggu indah, dan nyaman (Wawancara 5
sekali (Wawancara 3 September, 2013). September, 2013).
Dalam bidang keagamaan subyek 2
Bidang Ekonomi
memanfaatkan waktu luang yang ada yaitu Dalam bidang ekonomi subyek 1
seperti mengikuti kegiatan rutin pengajian memanfaatkan waktu yang ada dengan
yasinan yang dilaksanakan pada malam berbisnis kecil-kecilan untuk menambah
jumat sehabis shalat isya’ sampai selesai. penghasilan. Ia memiliki bisnis yang
Disini ia menjadi ketua penggerak yasinan mudah dan mampu di jalani pada usianya
ibu-ibu. Disamping mengikuti kegiatan yaitu dengan beternak ayam. Subyek 1
pengajian yasinan beliau juga mengikuti menekuni bidang ini semenjak beliau
kegiatan lain dalam bidang keagamaan
masih menjadi PNS, sehingga ternak
yaitu mengikuti kultum tiap ba’da subuh ayam yang ia miliki sudah sangat banyak.
di masjid dekat rumah beliau (Wawancara Subyek 1 membagi tugas ini dengan
5 September, 2013). partner terbaiknya yaitu suaminya. Hingga
Bidang Sosial saat ini pun ia sangat menyukai kegiatan
Selain bidang keagamaan kedua ini (Wawancara 3 September, 2013).
subyek juga mengisi waktu luangnya yang Berbeda dengan subyek 1, subyek 2 juga
berhubungan dengan kegiatan sosial membuka usaha kecil-kecilan dengan
kemasyarakatan diantaranya yaitu: mendirikan kios sembako yang berada di
Meskipun memasuki lansia akan depan rumahnya dan usaha ini ia tekuni
tetapi subyek 1 aktif mengikuti kegiatan bersama dengan suaminya hingga saat ini.
PKK dan menjadi anggota aktif. Ia Subyek 2 memiliki pemikiran bahwa
menekuni kegiatan ini sudah dari dulu, usaha tersebut adalah usaha yang bagus,
sehingga subyek 1 faham betul dengan banyak diminati oleh konsumen dan
organisasi yang ada. Kegiatan ini merupakan kebutuhan sehari-hari. Subyek
dilaksanakan 1 bulan sekali yaitu setiap 2 berkeyakinan bahwa dengan mendirikan
minggu ke 3. Disamping kegiatan PKK kios ia dapat mengisi waktu luang selain
subyek 1 juga turut serta dalam kegiatan itu juga bisa untuk investasi masa depan
sosial lainnya seperti mengikuti sosialisasi (Wawancara 5 September, 2013).
lingkungan baik itu sosialisasi kesehatan,
Bidang Pendidikan
pendidikan, ataupun kewirausahaan. Hal Dalam mengembangkan dibidang
ini ia lakukan supaya waktu yang ada pendidikan subyek 1 turut serta mengajar
sangat bermanfaat, kegiatan sosialisasi ini TPA atau sebagai guru mengaji. Hal ini ia
di laksanakan setiap 3 bulan sekali lakukan untuk menyalurkan ilmu yang
(Wawancara 3 September, 2013). subyek miliki dan tabungan amal untuk
Sama dengan subyek 1 dalam bidang kehidupan akhirat kelak. Dengan
sosial kemasyarakatan, subyek 2 juga mengajar ngaji ia merasakan seperti
mengikuti kegiatan PKK yang di bekerja kembali seperti dulu, subyek 1
laksanakan setiap 1 bulan sekali. Akan tidak merasa bosan dan sangat bahagia
tetapi ia mengikuti kegiatan ini hanya ketika bisa menyalurkan apa yang dia
untuk mengisi waktu luangnya saja. Jadi miliki, walaupun tidak mendapatkan gaji
subyek 2 tidak rutin setiap bulan datang. seperti yang dulu diterimanya ia tetap
Selain PKK, ia juga sebagai tim merasa bahagia. Subyek 1 mengajar TPA
penggerak kebersihan lingkunggan di pada sore hari di masjid dekat rumahnya
sekitar rumahnya. Subyek 2 aktif disini (Wawancara 3 September, 2013). Peran
karena mempunyai misi yaitu ingin pensiun dapat diartikan dalam pengalihan
menjalin kekompakan dengan warga

90
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

peran, yaitu mengubah gaya hidup dengan tangan. Gejala dari perilaku tidak terlalu
menciptakan gaya hidup baru dan terlihat secara signifikan. Sedangkan,
menyenangkn diri sendiri. Melepaskan gejala yang dialami oleh subyek 2, dilihat
berbagai peran lama dan menjalankan dari segi emosi ia semakin labil, dilihat
peran baru. dair fisik gejala yang sangat terlihat
Menyalurkan kemampuannya dalam adalah uban di rambut terlihat lebat, kulit
bidang pendidikan setelah purna tugas semakin banyak keriput dan dilihat dari
dengan mendirikan yayasan PAUD dan perilaku seperti orang yang sedang
TK. Subyek 2 mengelola yayasan ini merasakan sesuatu yang dialami karena
dengan dibantu oleh guru honorer. penyakit.
Dengan mendirikan yayasan tersebut Faktor post power syndrome dari
banyak sekali manfaat yang dia dapat, kedua subyek dalam penelitian ini dapat
tidak lain adalah tidak mematikan potensi dilihat dari hilangnya jabatan subyek 1
yang ia miliki dengan menjadi guru dan di yang dulu konsisten untuk mengajar tetapi
salurkan kembali di yayasan yang ia setelah di usia yang cukup lanjut dipindah
dirikan. Walaupun kurikulum dan metode menjadi pengawas, dan subyek 2 pun
berbeda namun menurutnya, ia merasa stress ketika pertama kali
mendapatkan pembelajaran yang lebih mengghadapi peralihan tugas tersebut.
dari apa yang ia dapatkan dulu. Sampai Faktor kehilangan rekan kerja, ke-
sekarang subyek 2 masih aktif dalam wibawaan dan kehilangan sumber
yayasannya dan banyak sekali orang tua penghasilan. Tetapi dalam hal kehilangan
yang menitipkan anaknya di yayasan yang sumber penghasilan tidak menjadi faktor
ia dirikan. Ini dikarenakan yayasan yang utama dalam hasil yang didapat, karena
di kelola subyek 2 sangat baik sehingga kedua subyek bukan penopang hidup
orang tua yang menitipkan anaknya di utama (kepala keluarga) dalam status
yayasan tersebut sangat senang keluarganya. Hal ini bukan faktor yang
(Wawancara 5 September, 2013). utama, sebab masing-masing subyek
masih mempunyai suami. Kedua subyek
Simpulan
penelitian ini masuk dalam kategori sikap
Berdasarkan pada hasil penelitian pengalihan peran (Transformer), yaitu
pada bahasan sebelumnya, dapat ditarik mengubah gaya hidup dengan mencipta-
kesimpulan sebagai berikut: kan gaya hidup baru dan menyenangkan
Gejala post power syndrome yang ada diri sendiri, melepaskan berbagai peran
dalam kajian penelitian ini dapat lama dan menjalankan peran baru.
ditemukan bahwa emosi, fisik dan Kesimpulan yang diperoleh dari
perilaku menjadi salah satu yang bisa kedua subyek bahwa tidak menutup
dilihat dari subyek yang diteliti dalam kemungkinan dari kedua subyek tersebut
kajian ini. Hasil yang di peroleh melalui kini telah memiliki aktivitas yang cukup
proses wawancara dan observasi pada untuk mengisi hari tua mereka tanpa harus
kedua subyek dalam penelitian ini dilihat ada beban yang berarti di antara ke-
dari cara subyek berkomunikasi dan hidupan yang ada. Mereka tidak terlalu
informasi-informasi yang subyek sampai- dipusingkan dengan kegiatan yang
kan ketika proses pengambilan data. berhubungan dengan kehidupan dunia,
Gejala yang dialami oleh subyek 1 misal tentang gaji dan lain-lain. Tetapi
terlihat ketika bercerita ia terlihat kurang mereka syukuri hari tua dengan lebih lebih
fokus pada informasi yang ditanyakan, mendekatkan diri kepada sang kholiq
dari emosi ia mengalami sebuah gejala dengan rajin salat berjama’ah dan rutin
yang labil serta fisik sudah jelas terlihat mengikuti pengajian mingguan di kam-
dengan mengkerutnya kulit wajah dan pung halaman dan menjadikannya ibadah

91
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

sebagai jalan spiritual mereka dalam Hurlock, Elizabeth B. (1996) Psikologi


mengisi hidup di dunia ini. Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Husnan, Ranupandojo H. (1987)
Daftar Pustaka Manajemen Personalia. Yogyakarta:
BPFE
Abdurrahman, Dudung. (2002) Pengantar
Idris, Y dkk. (2004) Buku pedoman upaya
Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
pembinaan kesehatan jiwa usia lanjut
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
bagi petugas kesehatan. Jakarta:
Arikunto, Suharsimi. (2002) Prosedur
Departemen Kesehatan RI Direktorat
Penelitian Suatu Pendekatan
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Praktek. Cetakan ke-5. Jakarta: PT.
Idrus, M. (2007) Metode Penelitian Ilmu-
Reineke Cipta,
ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif
A.W. Widjaja. (2006) Administrasi.
dan Kuantitatif. Yogyakarta: UII
Jakarta: Rajawali Press
Press
Clara, Agustina Maria. (2008) Pensiun,
Jacinta F.R. Pensiun dan pengaruhnya.
Stress dan Bahagia. http://www.all-
http://www.e-psikologi.com.(diakses
about-stress.com (diakses tanggal 16
tanggal 15 Juni 2013).
Juni 2013).
Kamus Besar Indonesia.
Djamarah S.B. (2005) Guru dan Anak
www.wikipedi.com.(diakses tanggal
Didik dalam Interaksi Edukatif,
14 Juni 2013)
Suatu Pendekatan Teoritis
Lexy J. Moleong.(2010) Metodologi
Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta
Penelitian Kualitatif. Edisi revisi.
Elia. (2003) Post Power Syndrome.
Bandung: Rosda Karya
http://www.sabda.org/publikasi/e-
Lubis, Ilham Syuhada Aulya.(2011)
konsel079. (diakses tanggal 16 Juni
Hubungan Harga Diri (self Esteem)
2013)
Dengan Kecemasan Menghadapi
Fakhri, Syaiful. (2012) Dinamika Spiritual
Masa Pensiun Pada Anggota
Pada Pensiunan. Skripsi tidak
Kepolisian Daerah Sumatera Utara.
diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Ilmu Sosial dan Humaniora UIN
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Sunan Kalijaga
UIN Sunan Kalijaga
Flippo E.B. (1987) Manajemen Personalia,
jilid ke-2. Alih bahasa oleh Moh. Nasrun, M.W. Persiapan Mental untuk
Pensiun. http://www.kompas.com.
Masud. Jakarta: Erlangga
(diakses tanggal 15 Juni 2013)
Hadayaningrat, Soewarno. (1999)
Munandar. AS. (1991) Post Power
Adminstrasi Pemerintahan dalam
Syndrome: Beberapa Pokok Pikiran
Pembangunan Nasional. Jakarta:
Kelanggengan Usia Lanjut. Jakarta:
Gunung Agung
Fakultas Kedokteran UI
Haditono. (1989) Mempersiapkan Diri
Poerwadarminta. (1983) Kamus Umum
Menghadapi Masa Pensiun.
BahasaIndonesia. Jakarta: Balai
Yogyakarta: UGM Press
Putaka
Hamalik, Oemar. (2004) Proses Belajar
Puji Purwanti. (2009) Post Power
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Syndrome Pada Purnawirawan
Helmi, Avin Fadilla. (2000) Pengelolaan
Kepolisian Negara Republik
Stress Pra-Purna Bakti, Jurnal
Indonesia Ditinjau Dari Konsep Diri.
Psikologika 5(9)
Skripsi tidak diterbitkan. Semarang:
Hurlock E.B. (1992) Psikologi
Fakultas Psikologi
Perkembangan. Terjemahan
UNIKA.http://eprints.unika.ac.id.
Istiwidayati dan Soedjarwo. Jakarta:
(diakses tanggal 16 Juni 2013)
Erlangga

92
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)

Prawitasari JE. (1989) Mengelola Stress Lansia yang Mengalami Post Power
pada Masa Pensiun. Yogyakarta: Syndrome. Jurnal Media Ners, 2(1)
Fakultas Psikologi UGM Sudarilah. (2012) Kiat-Kiat dalam
Puspasari, Y. Hubungan antara Dukungan Menghadapi Pensiun. Jurnal
Sosial Teman dengan Tingkat Wawasan STIE Kusuma Negara.
Depresi pada Lanjut Usia di Panti 29(321) Juli-Agustus
Werdha Budhi Dharma Yogyakarta. Supeno. S. (1991) Realita Post Power
eprints.undip.ac.id. (diakses tanggal Syndrome Pada Keluarga:
15 Juni 2013) Kelanggengan Usia Lanjut. Jakarta:
Rini JF. (2001) Pensiun dan Pengaruhnya. Fakultas Kedokteran UI
www.e-psikologi.com. (diakses Tanzeh Ahmad (2009) Pengantar Metode
tanggal 16 Juni 2013) Penelitian.Yogyakarta: Teras.
Santoso, Agus & Lestari, Novia Budi. Undang-Undang. (2005) Tentang Guru dan
(2008) Peran Serta Keluarga pada Dosen pasal 1 ayat 1 No. 14

93
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94

94

Anda mungkin juga menyukai