Abstract
This study intended to determine the symptoms and the factors of post-power syndrome, as well as
some efforts of the teachers in deal with retirement. The qualitative method was used in this study
and data was collected through observation, interview and some documentations studied. Sources
of data were two retired teachers in MAN 2 Yogyakarta. The result shown some symptoms
experienced by the subjects comprised to get closer in worship activities, but emotionally be more
temperamental. The most prominent factors of post-power syndrome among the two informants
included the loss of social contact with their co-workers, in addition to losing positions, loss of
dignity and a sense of meaning, as well as the loss of income sources. Due to retirement, their
activities and routines seemed disconnected from other teacher’s activities so both of them felt
losing social contact with colleagues. Some efforts for minimizing the symptoms of post-power
syndrome was involving in forum gathering that held by the school.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala, faktor-faktor post-power syndrome, serta
upaya guru pensiun dalam menghadapi post-power syndrome. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi
terhadap obyek yang diteliti. Sumber data adalah dua orang pensiunan guru di MAN 2
Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan ada beberapa gejala yang dialami oleh
subyek, antara lain lebih mendekatkan diri mereka pada kegiatan ibadah namun secara emosi
menjadi lebih temperamental. Faktor-faktor post-power syndrome yang paling menonjol pada dua
informan dalam penelitian ini adalah kehilangan kontak sosial dengan rekan kerja mereka, selain
kehilangan jabatan, kehilangan kewibawaan dan perasaan berarti, serta kehilangan sebagian
sumber penghasilan. Setelah mereka pensiun aktivitas dan rutinitas mereka seakan terputus dari
guru yang lainnya terlihat dari kehilangan kontak sosial dengan rekan kerja. Sedangkan upaya
informan dalam meminimalisir gejala post-power syndrome adalah adanya forum silaturahmi yang
diadakan di sekolah.
77
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
dimana mereka telah menjalani masa kerja tidak dapat dielakkan. Hal ini disebabkan
antara 30 sampai 40 tahun, dengan masa karena adanya perasaan tidak rela untuk
kerja yang begitu lama maka telah terjalin melepas jabatan yang selama ini telah
berbagai hubungan baik interpersonal dimiliki dan dinikmati, jadi pasti ada
maupun intrapersonal seperti: kecintaan perasaan cemas dan khawatir, hal ini
individu pada pekerjaan, aktifitas kerja, apabila berlebihan dapat mengganggu
hubungan dengan murid-murid, ling- keadaan fisik dan psikologisnya. Individu
kungan kerja dan masyarakat. Hal tersebut yang mengalami masa pensiun akan
akan membuat individu sedih, melankolis, mengalami kecemasan dan goncangan
dan perasaan negatif lainnya jika berbagai perasaan yang begitu berat. Kecemasan ini
hubungan yang terjalin selama ia bekerja terjadi karena mereka harus meninggalkan
harus ditinggalkan karena datangnya teman-teman baik sebagai atasan ataupun
pensiun (dalam M.W Nasrun, 2013:13) bawahannya. Status sosial ekonomi serta
Berbagai fasilitas dalam bentuk materi fasilitas-fasilitas lain yang mereka peroleh
seperti: gaji pokok yang berkurang 25% selama bekerja. Kekhawatiran, kecemasan
setelah pensiun, tunjangan fungsional dan dan ketakutan yang berkelanjutan akan
kesejahteraan personal akan hilang setelah berdampak pada keseimbangan emosional
pensiun. Hal itu membuat banyak orang individu dan akhirnya akan termanifestasi
menghadapi masa pensiun dengan dalam berbagai keluhan fisik, keadaan
perasaan negatif atau tidak senang. Bahkan seperti itu dikenal dengan sebutan post-
mereka yang belum siap mentalnya akan power syndrome (Haditono, 2012:90).
mengalami shock (kejutan) mental yang Masalah kesehatan jiwa akan muncul
hebat, sebab kejadian tersebut dianggap bila usia tua tidak dapat menyesuaikan diri
sebagai kerugian, keaiban, degradasi dengan baik terhadap perubahan-
sosial, sebagai hal yang memalukan dan perubahan yang terjadi seiring dengan
sebagainya. Timbulnya perasaan-perasaan proses penuaan, salah satunya timbul
negatif tersebut menyebabkan pegawai dalam bentuk depresi. Kemampuan usia
yang akan menghadapi masa pensiun tua dalam beradaptasi tersebut dipengaruhi
cenderung dihinggapi perasaan cemas, oleh tipe kepribadian yang mereka miliki.
takut dan khawatir dengan berbagai Tipe kepribadian akan menentukan keren-
dampak psikologis dan manifestasi yang tanan usia tua terhadap terjadinya depresi
menyertainya (Idris, 2004:87). (Puspasari, 2013:09). Menjalani masa tua
Individu yang mengalami kecemasan dengan bahagia dan sejahtera, merupakan
akan terus-menerus mengkhawatirkan dambaan semua orang. Keadaan seperti ini
segala macam masalah yang mungkin hanya dapat dicapai oleh seseorang apabila
terjadi dan sulit berkonsentrasi untuk orang tersebut merasa sehat secara fisik,
mengambil keputusan. Ditambahkan oleh mental dan sosial, merasa dibutuhkan,
Rumke dalam Hurlock (1996:122) merasa dicintai, mempunyai harga diri
ecemasan sering muncul pada saat individu serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan.
akan menghadapi masa pensiun, hal ini Post-power syndrome banyak dialami oleh
disebabkan dalam menghadapi pensiun, mereka yang baru saja menjalani masa
dalam diri individu terjadi goncangan pensiun. Istilah tersebut muncul untuk
perasaan yang begitu hebat karena individu mereka yang mengalami gangguan
harus meninggalkan pekerjaannya, teman- psikologis saat memasuki waktu pensiun.
temannya dan segala aktivitas lain yang Stress, depresi, tidak bahagia merasa
mereka peroleh selama masih bekerja kehilangan harga diri dan kehormatan
(Hurlock, 1996:125). Perubahan- adalah beberapa hal yang dialami oleh
perubahan yang terjadi pada masa pensiun mereka yang terkena post-power syndrome
akan menimbulkan goncangan mental yang (Santoso dan Lestari, 2008:99).
78
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
79
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
80
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
depresi, reaksi mekanisme pertahanan diri, semua orang yang bertanggungjawab dan
seperti reaksi substitusi, dan selalu yang berwenang terhadap pendidikan
mengenang hal-hal yang menyenangkan murid-muridnya baik secara individu
di masa lalu sehingga timbul sikap-sikap ataupun secara klasikal, di sekolah
yang kadang tidak diterima oleh keluarga. maupun diluar sekolah. Pensiun berarti
Berdasarkan pada uraian di atas maka bahwa perusahaan memberikan sejumlah
dapat disimpulkan dari gejal-gejala orang uang tertentu secara berkala kepada
yang mengalami Post-Power Syndrome karyawan yang telah berhenti bekerja
adalah gejala fisik, emosi dan perilaku. setelah mereka bekerja dalam waku yang
Faktor yang mempengaruhi post- lama, atau setelah mencapai suatu batas
power syndrome. Banyak faktor yang usia tertentu.
memengaruhi seseorang menderita gejala Flippo menyebut pensiun me-rupakan
Post-Power Syndrome, dalam hal ini suatu peran tanpa peran. Dalam suatu
paling tidak yang khusus tentang masyarakat dibangun berdasarkan etika
pensiunan guru ada beberapa faktor kerja, peralihan dari suatu peran kerja
diantaranya adalah; produktif yang nyata pada suatu hari telah
Kepuasan kerja dan pekerjaan. Ketika menanamkan keyakinan bahwa pensiun
seseorang sudah memasuki masa pensiuan mengakibatkan penyakit mental dan
secara otomatis kepuasan dalam diri jasmani serta kadang-kadang ke-matian
mereka untuk bekerja menjadi salah satu yang terlalu cepat. Pensiun merupakan
faktor mengalami Post-Power Syndrome. suatu peritiwa dalam daur kehidupan
Usia. Usia memang menjadi faktor seseorang, pensiun memaksa suatu
penentu dalam mengalami gejala Post- peningkatan dalam ruang lingkup
Power Syndrome. Karena ketika usia pengambilan keputusan tentang kehidupan
semakin lanjut, maka pola pikir dan pribadi seseorang (Flippo, 1987:283).
perilaku pun akan semakin menurun. Schwartz dalam Hurlock (1992)
Kesehatan. Jelas sekali kesehatan berpendapat bahwa pensiun merupakan
akan memengaruhi gejala Post-Power akhir pola hidup atau transisi ke pola
Syndrome pada diri seseorang. Semakin hidup baru. Pensiun selalu menyangkut
tua seseorang, maka gejala kesehatan yang perubahan peran, perubahan keinginan
menurun pun akan terlihat. dan nilai, serta perubahan secara ke-
Status sosial sebelum pensiun. seluruhan terhadap pola hidup setiap
Biasanya orang yang menderita gejala individu (Hurlock, 1992:417). Jadi dapat
Post-Power Syndrome mengalami depresi ditarik benang merahnya bahwa pensiunan
yang cukup akut, karena dalam status guru adalah seseorang yang mengalami
sosial mereka akan terpengaruhi, masa transisi menuju ke hidup baru karena
sebagaimana menjadi orang biasa lagi kondisi fisik dan batasan usia, setelah
(Rini, 2001:90). sekian lama mengabdikan dirinya kepada
Berdasarkan pada faktor-faktor bangsa sebagai pengajar.
tersebut, maka dapat diambil kesimpulan Kategori sikap terhadap pensiun.
bahwa yang memengaruhi Post-Power Hurlock (1992) membagi sikap pensiun ke
Syndrome itu adalah faktor kepuasan kerja dalam dua kategori, yaitu;
dan pekerjaan, usia, kesehatan, dan status Pengalihan peran (Transformer),
sosial di masyarakat sebelum pensiun. yaitu mengubah gaya hidup dengan
Pengertian pensiunan guru. menciptakan gaya hidup baru dan
Menurut Poerwadarminta guru adalah menyenangkan diri sendiri. Melepaskan
orang yang kerjanya mengajar berbagai peran lama dan menjalankan
(Poerwadarminta, 1983:335). Sedangkan peran baru.
menurut Djamarah (2005:21) guru adalah
81
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
82
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
83
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
84
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
power syndrome. Hal ini dibuktikan pengawas itu kan ada mobil dinas, jadi
dengan adanya tanda-tanda yang menjadi untuk kemana-mana mengawasi madrasah
batasan gejala post power syndrom dalam bisa menggunakan mobil dinas yang
penelitian ini, yakni melihat dari segi disediakan. Jadi sudah ada sopirnya tinggal
emosi, sikap dan perilaku. Dilihat dari sisi jalan. Menurut beliau saya itu kan sudah
emosi memperlihatkan bahwa subyek 1 lama di madrasah jadi dinilai dari segi
nampak gugup dalam menyampaikan pengalaman, manajemen itu mampu.. saya
jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh dilantik saja pada waktu itu tidak datang
peneliti. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh karena ada rapat persiapan BP3 dengan
faktor usia yang semakin menua. Sisi fisik wali murid. Kalau saya mau memilih saya
terlihat jelas dengan semakin banyaknya memilih untuk sampai dengan pensiun
uban yang tumbuh dikepala, hal ini tetap di MAN, ya ibarat sudah melekat hati
membuktikan salah satu gejala post power saya dengan madrasah. Ya sudah seperti
syndrom. rumah sendiri. Mudah–mudahan MAN
bisa memiliki pendidik yang berkarakter
Gejala yang dialami Subyek penelitian 2
Islami sehingga menciptakan generasi
Post Power Syndrome adalah gejala yang unggul di mata Allah SWT. Cucuran
yang muncul ketika seseorang tidak lagi air mata yang mengalir karena kami
menduduki suatu posisi sosial, biasanya dianggap orang tua disitu, guru–guru juga
suatu jabatan dalam institusi tertentu. merasa kehilangan sekali namun sebagai
Misal seorang direktur yang mencapai usia manusia saya memberikan semangat dan
pensiun. Gejala ini bisa pula dirasakan oleh tidak larut dan kondisi seperti ini, saya
orang-orang yang tadinya memiliki karier berpesan inilah generasi yang harus kita
yang cemerlang, tapi harus melepaskan didik dan kita bina untuk menjadi anak
kariernya tersebut karena faktor-faktor yang berguna. Ya yang baik kita pegang
tertentu. dan yang tidak baik kita perbaiki”
Biasanya gejala ini akan ditandai (Wawancara 5 September, 2013).
dengan munculnya gangguan emosional Mencermati hasil wawancara ter-
yang bersifat negatif. Kecemasan, rasa sebut, gejala post power syndrome yang
putus asa, ketakutan, kekhawatiran akan dirasakan oleh subyek 2 terlihat jelas
masa depan, dan lain sebagainya ketika prosesi pelepasan ybs dari seorang
cenderung tampak pada orang-orang yang guru menjadi pengawas dengan istilah
mengalami gejala ini. Hal ini tampak lebih BP3. Tentu jika dilihat dari analisis
jelas ketika wawancara yang dilakukan perilaku menjelaskan bahwa post power
oleh peneliti dengan subyek 2, dimana syndrome telah menjadi persoalan yang
hasil wawancaranya sebagai berikut ini: muncul pada subyek 2. Selain dari segi
”Saya waktu di Aliyah sebelum perilaku, peneliti melihat dari segi emosi
pensiun ada promosi pengawas, maksud- terlihat labil dan dari fisik semakin tua.
nya dialih tugaskan gitu. Pada prinsip dan Ketika bertemu untuk wawancara, subyek
hati nurani saya sebenarnya saya tidak 2 terlihat terus memperhatikan peneliti.
mau. Sampai datang seorang pengawas Ybs lupa-lupa ingat dengan saya sewaktu
untuk menarik saya ikut menjadi pengawas di MAN Pacitan. Tak panjang lebar yang
madrasah kabupaten Pacitan, saya merasa dibahas dalam wawancara kali ini, peneliti
tidak mampu apalagi keadaan saya sudah mengobservasi subyek 2 baik secara fisik,
tua, tau sendiri jalan pacitan itu seperti apa emosi maupun perilaku selama wawan-
saya katakan saya tidak sanggup. Akhirnya cara berlangsung. Wawancara lebih
saya menghadap kepala sekolah menyam- menggali seputar pengalaman hidup
paikan keluhan takutnya saya tidak bisa subyek 2 dan di akhir masa-masa pensiun
melaksanakan tugas. Kata kepala sekolah
85
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
86
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
usia yang semakin lanjut. Secara teori nya, pada saat pensiun, mereka merasa
tidak ada yang bisa terlepas dari faktor kehilangan harga diri dan kesepian, karena
usia yang akan membawa seseorang tidak memiliki teman-teman. Untuk
menjadi lupa atau pikun bahkan bisa saja mengatasi kehilangan kontak sosial yang
menjadi faktor utama dalam hal dirasakannya, maka individu harus
munculnya gejala post power syndrome. mencari aktivitas-aktivitas dan orang-
Gejala ini tidak hanya dirasakan oleh orang di lingkungan yang baru sebagai
individu yang mempunyai jabatan, tetapi sumber dukungan sosial baginya.
semua pihak yang ada pastinya akan Sedangkan pada subyek 2 kehilang-an
terpengaruhi oleh hal tersebut. Seseorang kontak sosial bukan merupakan faktor
yang masih muda belum tentu bisa tua, penyebab terjadinya gejala post power
tetapi yang tua pasti pernah mengalami syndrome, karena hubungan komunikasi
masa muda. subjek masih berjalan melalui telepon
maupun SMS dan mengikuti ibu-ibu PKK.
Berdasarkan kasus diatas dapat dilihat
Kepuasan Kerja dalam Pekerjaan
perbedaan yang cukup signifikan antara
Berdasarkan pada data yang di dapat
keduanya. Hal ini disebabkan subyek 1
dilapangan faktor selanjutnya terkait post
secara usia sudah lanjut sedang-kan untuk
power syndrome bagi pensiunan guru
subyek 2 usianya kurang lebih berbeda 5
adalah kepuasan kerja dalam pekerjaan.
tahun. Jadi diantara dua subyek yang
Ini artinya, yang biasanya setiap hari pergi
diteliti pada kasus ini keduanya sama-
ke kantor selain untuk mengajar para guru
sama kehilangan kelompok sosial yang
pun biasanya memanfaatkan waktu luang
biasanya menjadi bagian hidup walaupun
dengan bersosialisasi sesama temen guru
satu subyek masih sering melakukan
lainnya. Ketika pensiun hal ini akan
komunikasi via telpon, sms maupun
berkurang karena sudah tidak ada lagi
aktivitas organisasi PKK. Sesuai dengan
beban tugas yang diembannya sebagai
hasil wawancara berikut ini:
PNS. Hal ini senada dengan hasil
“Sebetulnya saya ini mas kesepian
observasi berikut ini dengan studi kasus
karena sejak saya pensiun di tahun 2009
yang diolah oleh peneliti. Terdapat dua
yang lalu. Tapi saya coba untuk mengganti
subyek yang menjadi pokok bahasan
aktivitas lain untuk menghilangkan
dalam penelitian ini. Hasil dari kedua
kesepian tersebut. Ya mungkin saya mem-
subyek memperlihatkan perbedaan pada
perbanyak ibadah kepada Allah, ikut
persoalan yang dihadapi tentang per-
pengajian sama ibu-ibu dikampung dan
temanan sewaktu di sekolah mengajar.
lebih mendekatkan dirilah pada Tuhan. Ya
Pada kasus subyek 1, diperoleh data
mas, ibu juga tahu hal ini membuat jalinan
mengenai faktor penyebab post power
komunikasi dengan teman-teman selama
syndrome yaitu kehilangan kontak sosial
dikantor terputus tetapi tidak dijadikan
pada rekan kerja, subyek mengatakan
sebuah alasan bagi saya untuk tidak
tidak pernah berhubungan dengan teman-
bangkit donk. Harus tetap melakukan
temannya. Komunikasi subyek dengan
aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi
teman-teman di kantor juga sudah tidak
masyarakat” (Wawancara 5 September
berjalan lagi. Pensiun tentunya menyebab-
2013).
kan individu kehilangan sebagian besar
Semua itu tidak terlepas dari
kelompok sosialnya. Individu yang
kepuasan kerja yang dialami oleh kedua
sebagian besar waktunya digunakan di
informan di atas. Karena semua pastinya
lingkungan pekerjaan maka kelompok
akan mengalami hal-hal sulit dalam
sosial yang paling besar dimilikinya
bekerja. Biasanya kesalahan waktu
adalah teman-teman sejawat, bawahan,
bekerja karena belum sempat memper-
atasan, maupun klien-kliennya. Akibat-
87
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
88
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
Hal ini mengakibatkan ber-ubahnya cara Jika dilihat dari aspek kesehatan,
atau pola hidup individu dan keluarganya, rekam medis kedua subyek dalam pe-
yang sebelumnya hidup dengan berlebihan nelitian ini tidak mempunyai penyakit
atau berkecukupan, kini harus lebih yang beresiko tinggi. Tetapi karena
hemat. Individu juga harus keterbatasan menggali informasi yang
mempersiapkan aktivitas atau usaha-usaha lebih dalam dari kedua subyek, hanya
tertentu yang dapat menggantikan diperoleh informasi bahwa keduanya tidak
kekurangan yang dialami. pernah mempunyai rekam medis yang
Pada subyek 1 setelah pensiun yang berat selama perjalanan karirnya menjadi
menjadi sumber perekonomian keluarga guru. Menghadapi masa tua kini kondisi
yaitu tambahan penghasilan suami dan tubuh yang sering dialaminya yaitu mun-
dana pensiun. Setelah pensiun yang culnya kolesterol yang mudah menyerang
menjadi sumber perekonomian keluarga pada kedua subyek penelitian.
subyek 1 dan suaminya, diperoleh dari
Upaya Pensiunan Guru Menghadapi
pemberian anak-anaknya yang sudah
Post-Power Syndrome
bekerja, serta subyek 1 yang memiliki Untuk mengatasi kejenuhan pasca
simpanan tabungan pensiun. Strategi yang kerja, para pensiunan melakukan beberapa
dapat dilakukan menghadapi masa kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya
persiapan pensiun yaitu dengan me-
sendiri maupun orang lain, diantaranya
rencanakan dana pensiun yang dimiliki, dalam bidang agama, sosial, ekonomi, dan
sebagai kebutuhan mendasar yang pendidikan. Hal inilah yang bisa menjadi
menunjang kelangsungan hidup dimasa contoh untuk para pensiunan yang lain
pensiun dan untuk mengantisipasi masalah agar pasca kerja mempunyai sesuatu yang
besar yang akan terjadi dikemudian hari berharga untuk dirinya sendiri maupun
dalam hal ini berkurangnya pendapatan
untuk orang lain. Adapun setiap individu
rutin. mempunyai kegiatan yang berbeda dengan
Individu yang merupakan penopang individu yang lainnya, ini sama halnya
hidup utama keluarga memiliki risiko dengan kedua subyek. Meskipun mereka
terjadinya post power syndrome yang se- mempunyai kesibukan yang sama dalam
makin besar. Faktor internal kemungkinan setiap bidang, tetapi waktu mereka tidak
juga dapat menyebabkan post power sama.
syndrome. Subyek 1, ia cederung memiliki
pribadi yang tertutup, apabila mengalami Bidang Agama
masalah subyek cenderung menyimpan Upaya yang dilakukan dalam bidang
masalahnya sendiri dari pada mem- keagamaan antara lain adalah sebagai
bicarakannya ke orang lain. Ia pun cen- berikut:
derung kurang memahami masalah yang Dalam bidang keagamaan subyek 1
dirasakan setelah pensiun. Beberapa kasus memanfaatkan waktu luang yang ada,
post power syndrome terjadi lebih parah seperti mengikuti kegiatan rutin pengajian
bagi individu yang memiliki pribadi- yasinan yang dilaksanakan pada setiap
pribadi yang dimana sakit yang di- malam jumat setelah shalat isya’ sampai
sebabkan beban emosi tidak dapat selesai, dalam acara tersebut ia turut serta
tersalurkan. Sedangkan subyek 2, ia menjdi pemateri. Pada kesempatan
berusaha untuk menjalin komunikasi de- tersebut subyek 1 sering berbagi pe-
ngan semua keluarga besar dan anak- ngalaman yang pernah ia dapatkan. Selain
anaknya, terkadang subyek bertukar kegiatan pengajian yasinan subyek 1 juga
pikiran dengan keluarga lain yang tinggal aktif mengikuti kultum setiap subuh di
di depan rumah karena mereka sama-sama mesjid dekat rumahnya. Dalam rangka
pensiunan PNS. menambah khasanah ilmu agama ia juga
89
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
sering mengikuti pengajian akbar yang di sekitar lingkungannya dan juga meles-
laksanakan di mesjid Agung Pacitan dari tarikan lingkungan supaya tetap bersih,
jam 19.00-selesai setiap dua minggu indah, dan nyaman (Wawancara 5
sekali (Wawancara 3 September, 2013). September, 2013).
Dalam bidang keagamaan subyek 2
Bidang Ekonomi
memanfaatkan waktu luang yang ada yaitu Dalam bidang ekonomi subyek 1
seperti mengikuti kegiatan rutin pengajian memanfaatkan waktu yang ada dengan
yasinan yang dilaksanakan pada malam berbisnis kecil-kecilan untuk menambah
jumat sehabis shalat isya’ sampai selesai. penghasilan. Ia memiliki bisnis yang
Disini ia menjadi ketua penggerak yasinan mudah dan mampu di jalani pada usianya
ibu-ibu. Disamping mengikuti kegiatan yaitu dengan beternak ayam. Subyek 1
pengajian yasinan beliau juga mengikuti menekuni bidang ini semenjak beliau
kegiatan lain dalam bidang keagamaan
masih menjadi PNS, sehingga ternak
yaitu mengikuti kultum tiap ba’da subuh ayam yang ia miliki sudah sangat banyak.
di masjid dekat rumah beliau (Wawancara Subyek 1 membagi tugas ini dengan
5 September, 2013). partner terbaiknya yaitu suaminya. Hingga
Bidang Sosial saat ini pun ia sangat menyukai kegiatan
Selain bidang keagamaan kedua ini (Wawancara 3 September, 2013).
subyek juga mengisi waktu luangnya yang Berbeda dengan subyek 1, subyek 2 juga
berhubungan dengan kegiatan sosial membuka usaha kecil-kecilan dengan
kemasyarakatan diantaranya yaitu: mendirikan kios sembako yang berada di
Meskipun memasuki lansia akan depan rumahnya dan usaha ini ia tekuni
tetapi subyek 1 aktif mengikuti kegiatan bersama dengan suaminya hingga saat ini.
PKK dan menjadi anggota aktif. Ia Subyek 2 memiliki pemikiran bahwa
menekuni kegiatan ini sudah dari dulu, usaha tersebut adalah usaha yang bagus,
sehingga subyek 1 faham betul dengan banyak diminati oleh konsumen dan
organisasi yang ada. Kegiatan ini merupakan kebutuhan sehari-hari. Subyek
dilaksanakan 1 bulan sekali yaitu setiap 2 berkeyakinan bahwa dengan mendirikan
minggu ke 3. Disamping kegiatan PKK kios ia dapat mengisi waktu luang selain
subyek 1 juga turut serta dalam kegiatan itu juga bisa untuk investasi masa depan
sosial lainnya seperti mengikuti sosialisasi (Wawancara 5 September, 2013).
lingkungan baik itu sosialisasi kesehatan,
Bidang Pendidikan
pendidikan, ataupun kewirausahaan. Hal Dalam mengembangkan dibidang
ini ia lakukan supaya waktu yang ada pendidikan subyek 1 turut serta mengajar
sangat bermanfaat, kegiatan sosialisasi ini TPA atau sebagai guru mengaji. Hal ini ia
di laksanakan setiap 3 bulan sekali lakukan untuk menyalurkan ilmu yang
(Wawancara 3 September, 2013). subyek miliki dan tabungan amal untuk
Sama dengan subyek 1 dalam bidang kehidupan akhirat kelak. Dengan
sosial kemasyarakatan, subyek 2 juga mengajar ngaji ia merasakan seperti
mengikuti kegiatan PKK yang di bekerja kembali seperti dulu, subyek 1
laksanakan setiap 1 bulan sekali. Akan tidak merasa bosan dan sangat bahagia
tetapi ia mengikuti kegiatan ini hanya ketika bisa menyalurkan apa yang dia
untuk mengisi waktu luangnya saja. Jadi miliki, walaupun tidak mendapatkan gaji
subyek 2 tidak rutin setiap bulan datang. seperti yang dulu diterimanya ia tetap
Selain PKK, ia juga sebagai tim merasa bahagia. Subyek 1 mengajar TPA
penggerak kebersihan lingkunggan di pada sore hari di masjid dekat rumahnya
sekitar rumahnya. Subyek 2 aktif disini (Wawancara 3 September, 2013). Peran
karena mempunyai misi yaitu ingin pensiun dapat diartikan dalam pengalihan
menjalin kekompakan dengan warga
90
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
peran, yaitu mengubah gaya hidup dengan tangan. Gejala dari perilaku tidak terlalu
menciptakan gaya hidup baru dan terlihat secara signifikan. Sedangkan,
menyenangkn diri sendiri. Melepaskan gejala yang dialami oleh subyek 2, dilihat
berbagai peran lama dan menjalankan dari segi emosi ia semakin labil, dilihat
peran baru. dair fisik gejala yang sangat terlihat
Menyalurkan kemampuannya dalam adalah uban di rambut terlihat lebat, kulit
bidang pendidikan setelah purna tugas semakin banyak keriput dan dilihat dari
dengan mendirikan yayasan PAUD dan perilaku seperti orang yang sedang
TK. Subyek 2 mengelola yayasan ini merasakan sesuatu yang dialami karena
dengan dibantu oleh guru honorer. penyakit.
Dengan mendirikan yayasan tersebut Faktor post power syndrome dari
banyak sekali manfaat yang dia dapat, kedua subyek dalam penelitian ini dapat
tidak lain adalah tidak mematikan potensi dilihat dari hilangnya jabatan subyek 1
yang ia miliki dengan menjadi guru dan di yang dulu konsisten untuk mengajar tetapi
salurkan kembali di yayasan yang ia setelah di usia yang cukup lanjut dipindah
dirikan. Walaupun kurikulum dan metode menjadi pengawas, dan subyek 2 pun
berbeda namun menurutnya, ia merasa stress ketika pertama kali
mendapatkan pembelajaran yang lebih mengghadapi peralihan tugas tersebut.
dari apa yang ia dapatkan dulu. Sampai Faktor kehilangan rekan kerja, ke-
sekarang subyek 2 masih aktif dalam wibawaan dan kehilangan sumber
yayasannya dan banyak sekali orang tua penghasilan. Tetapi dalam hal kehilangan
yang menitipkan anaknya di yayasan yang sumber penghasilan tidak menjadi faktor
ia dirikan. Ini dikarenakan yayasan yang utama dalam hasil yang didapat, karena
di kelola subyek 2 sangat baik sehingga kedua subyek bukan penopang hidup
orang tua yang menitipkan anaknya di utama (kepala keluarga) dalam status
yayasan tersebut sangat senang keluarganya. Hal ini bukan faktor yang
(Wawancara 5 September, 2013). utama, sebab masing-masing subyek
masih mempunyai suami. Kedua subyek
Simpulan
penelitian ini masuk dalam kategori sikap
Berdasarkan pada hasil penelitian pengalihan peran (Transformer), yaitu
pada bahasan sebelumnya, dapat ditarik mengubah gaya hidup dengan mencipta-
kesimpulan sebagai berikut: kan gaya hidup baru dan menyenangkan
Gejala post power syndrome yang ada diri sendiri, melepaskan berbagai peran
dalam kajian penelitian ini dapat lama dan menjalankan peran baru.
ditemukan bahwa emosi, fisik dan Kesimpulan yang diperoleh dari
perilaku menjadi salah satu yang bisa kedua subyek bahwa tidak menutup
dilihat dari subyek yang diteliti dalam kemungkinan dari kedua subyek tersebut
kajian ini. Hasil yang di peroleh melalui kini telah memiliki aktivitas yang cukup
proses wawancara dan observasi pada untuk mengisi hari tua mereka tanpa harus
kedua subyek dalam penelitian ini dilihat ada beban yang berarti di antara ke-
dari cara subyek berkomunikasi dan hidupan yang ada. Mereka tidak terlalu
informasi-informasi yang subyek sampai- dipusingkan dengan kegiatan yang
kan ketika proses pengambilan data. berhubungan dengan kehidupan dunia,
Gejala yang dialami oleh subyek 1 misal tentang gaji dan lain-lain. Tetapi
terlihat ketika bercerita ia terlihat kurang mereka syukuri hari tua dengan lebih lebih
fokus pada informasi yang ditanyakan, mendekatkan diri kepada sang kholiq
dari emosi ia mengalami sebuah gejala dengan rajin salat berjama’ah dan rutin
yang labil serta fisik sudah jelas terlihat mengikuti pengajian mingguan di kam-
dengan mengkerutnya kulit wajah dan pung halaman dan menjadikannya ibadah
91
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
92
Post-Power Syndrome Dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru (Abdul Rahmat, Suyanto)
Prawitasari JE. (1989) Mengelola Stress Lansia yang Mengalami Post Power
pada Masa Pensiun. Yogyakarta: Syndrome. Jurnal Media Ners, 2(1)
Fakultas Psikologi UGM Sudarilah. (2012) Kiat-Kiat dalam
Puspasari, Y. Hubungan antara Dukungan Menghadapi Pensiun. Jurnal
Sosial Teman dengan Tingkat Wawasan STIE Kusuma Negara.
Depresi pada Lanjut Usia di Panti 29(321) Juli-Agustus
Werdha Budhi Dharma Yogyakarta. Supeno. S. (1991) Realita Post Power
eprints.undip.ac.id. (diakses tanggal Syndrome Pada Keluarga:
15 Juni 2013) Kelanggengan Usia Lanjut. Jakarta:
Rini JF. (2001) Pensiun dan Pengaruhnya. Fakultas Kedokteran UI
www.e-psikologi.com. (diakses Tanzeh Ahmad (2009) Pengantar Metode
tanggal 16 Juni 2013) Penelitian.Yogyakarta: Teras.
Santoso, Agus & Lestari, Novia Budi. Undang-Undang. (2005) Tentang Guru dan
(2008) Peran Serta Keluarga pada Dosen pasal 1 ayat 1 No. 14
93
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 77 - 94
94