Anda di halaman 1dari 4

3.1.

Definisi
Burnout merupakan sebuah ungakapan yang menggambarkan keadaan seseorang yang
sedang mengalami tekanan dalam menghadapi sebuah permasalahan. Menurut
(Adawiyah,2013) bahwa burnout merupakan sebuah kondisi di mana seseorang
mengalami kelelahan pada fisik, mental, serta emosionalnya, hal ini diakibatkan dari
stress yang dialami individu tersebut dalam jangka waktu yang panjang serta dalam
keadaan situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi. Lalu, Santrock
(2002) menyebutkan bahwa burnout merupakan sebuah keadaaan di mana seseorang
mengalami rasa putus asa dan tidak berdaya yang disebabkan oleh stres yang
berkelanjutan dari pekerjaannya. Sedangkan menurut (Maslach & Laiter, 2000) bahwa
burnout merupakan sebuah kelelahan secara emosional, fisik, dan mental yang
diakibatkan suasana yang kaku, keras, serta sangat menuntuk, baik dari secara
ekonomi maupun psikologis. Dengan hal ini, dapat disimpulkan bahwa burnout
merupakan kondisi seseorang yang tengah mengalami tekanan baik secara fisik dan
mental yang mengakibatkan kelelahan dalam diri seorang individu
3.2. Dimensi Burnout
Terdapat 3 aspek burnout yang dikemukakan oleh Maslach, (2003) yakni
a. Emotional Exhaustion
Emotional Exhaustion atau kelelahan emosi merupakan kondisi di mana
seseorang mengalami emosi mereka terkuras habis akan keadaan yang tengah
mereka alami. Mereka akan merasa kekurangan energi untuk menghadapi hari.
Mereka tidak dapat untuk mengisi kembali energi mereka yang telah habis.
b. Depersonalization
Depersonalization atau depersonalisasi yakni keadaan di mana seseorang akan
merasakan deperesi yang disebabkan oleh tugas-tugas yang diberikan padanya.
Mereka merasa kelelahan dan jenuh atas tuntutan dan tanggung jawab yang
diminta padanya, sehingga mereka akan mengabaikan pekerjaan yang tengah
dilakukannya.
c. Reduced Personal accomplishment
Penurunan prestasi merupakan keadaan di mana seseorang merasa bahwa
kehilangan keyakinan ataas kemampuan mereka, sehingga mereka akan
membebankan diri dengan sebuah kegagalan.
3.3. Faktor Penyebab Burnout
Faktor penyebab munculnya burnout menurut Gold & Roth (2001) menyebutkan ada
11 faktor, yakni
a. Lack of Support
Dalam hal ini kurangnya dukyungan sosial terhadap seseorang dapat
menyebabkan terjadinya burnout dalam diri seseorang. Hal ini berkaitan
dengan dukungan emosional dan sosial. Dukungan sosial berkaitan dengan
salah satu dari 6 fungsi dukungan sosial yakni mendengarkan, mendengarkan
merupakan sebuah pemberian saran maupun penilaian yang baik dari orang
lain. Lalu, dukungan emosional dapat dimaknai sebagai pendampingan secara
emosional terhadap seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pentingnya dukungan sosial dan emosional guna mengatasi permasalahan
burnout yang dialami oleh seseorang.
b. Demographic factors
Faktor demografis berkaitan dengan bagaimana seorang pria cenderung
mengalami permasalahan burnout lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
Pria lebih membutuhkan dukungan sosial yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita. Kurangnya dukungan sosial kepada pria dapat menyebabkan
perasaan teralienasi dan munculnya rasa kekecewaan, yang hal ini mengarah
kepada burnout.
c. Self Concept
Konsep diri yang buruk juga berkaitan denga tingginya tingkat burnout pada
seseorang. Seseorang yang memiliki konsep diri yang tinggi juga
memungkinkan untuk mempertahankan rasa prestasi pribadi ketika belajar di
bawah tekanan.
d. Role Conflict and Role Ambiguity
Seorang individu yang mengerjaka pekerjaan yang tidak sesuai dengan nilai
yang ada dirinya akan menjadikan munculnya konflik peran. Hal ini
menjadikan adanya ketidak konsitensi antara perilaku peran terhadap apa yang
diharapkan. Sedangkan role ambiguity adalah ketika seseorang tidak memiliki
informasi dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab
dan kewajiban atas apa yang dilakukan. Hal ini biasanya muncul dari
ketidakjelasan informasi dari pihak atasan
e. Isolation
Isolasi terjadi ketika seseorang individu pada awalnya memiliki keyakinan
untuk menjadi sebuah bagian dari kelompok. Akan tetapi, pada kenyataanya
keadaan tersebut tidak dapat terjadi, individu tersebut tidak diterima dengan
baik oleh kelompoknya sehingga individu menjadi rentan kritik dan mengalami
kekecewaan yang akhirnya mengarah pada keadaan burnout
f. Kelebihan beban kerja
Beban kerja yang tidak seimbang dan terlalu tinggi dan tidak sesuai kapasitas
akan menjadikan kondisi seseorang mengalami keletihan baik secara fisik dan
mental.
g. Kurangnya kontrol
Banyaknya jenis tugas yang ada dan harus dikerjakan oleh seorang individu
menjadikan individu kesulitan dalam menentukan prioritas yang tepat, karena
dari semua tugas memiliki prioritas yang sama dan memiliki tingkat urgensi
yang sama. Ketika seseorang individu mengerjakan terlalu banyak tugas
tersebut akan memunculkan seseorang untuk kesulitan dalam mengidentifikasi
dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut.
h. Sistem imbala yang tidak memadai
Kurangnya imbalan dengan apa yang dikerjakan juga membuat seseorang
menjadi turun dan motivasi kerjanya, sehingga muncul kejenuhan dalam
bekerja. Sistem imbalan ini juga bersifat ekstrinsik dan instrinsik.
i. Terganggunya sistem komunikasi
Iklim pekerjaan yang kompetitif dan individualis akan menjadikan peraaan
pekerja menjadi kurang nyaman dalam konteks hubungan sosial. Hal ini
tmenimbulkan keterpisahan diri dari lingkungan. Sehingga menjadikan pola
komunikasi yang kurang bauik dan memunculkan sebuah peraan tidak aman
bagi seorang individu yang pada akhirnya akan menimbulkan konflilk.
j. Hilangnya Keadilan
Kondisi manajemen yang tidak konsisten dalam mengatasi permasalahan yang
ada menjadikan seseorang yang mengalami ketidak adilan menjadi menarik diri
dari lingkungan sosial dan mengurangi keterlibatan dalam mengatasi sesuatu.
k. Konflik Nilai
Ketika tidak adanya tempat untuk penyaluran keluhan bagi karyawan, akhirnya
terjadi sebuah proses exhaustion akibat dari mereka merasa harus
menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa adanya bantuan dari organisasi

3.4. Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan burn out itu sendiri
cukup beragam, salah satunya adalah Mindfullness Based Stress Reduction (MBSR).
Menurut (Setyawati & Ratnasari, 2020) bahwa penerapan latihan berbasis mindfullnes
memiliki kebermanfaatan untuk membuat seseorang menjadi lebih tenang dan rileks
serta dapat mengurangi stress yang terjadi akibat burn out. Selanjutnya, program
MBSR sendiri terbukti dapat meningkatkan kemampuan mindfulness yang dapat
berpengaruh menurunkan stress dan menurukna kecemasan pada seorang individu
(Munazilah & Hasanat, 2018). Sedangkan menurut Song & Lindquist dalam
(Hardayati, dkk, 2023) menyebutkan bahwa MBSR yang dilakukian secara rutin
selama 2 jam setiap minggu hingga 8 minggu secara konsisten dapat menurunkan
tingkat depresi, kecemasan, serta stress secara signifikan pada mahasiswa
keperawatan di Korea. Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh Klien, maka intervensi
yang dapat dilakukan kepada klien adalah menggunakan teknik MBSR Mindfulness
Based Stress Reduction. Hal ini disebabkan penerapan teknik MBSR ini telah teruji
efektif untuk mengatasi permasalahan burn out.
Daftar Pustaka
Adawiyah, R. A. R. (2013). Kecerdasan emosional, dukungan sosial dan
kecenderungan burnout. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 99-107.
Gold, Y & Roth, R. A. (1993). Teachers Managing Stress and Preventing Burnout: the
Professional Health
Hardayati, Y. A., Kurniati, S. R., Salawali, S. H., & Keliat, B. A. (2023). Efektivitas
Manajemen Stres Multipel terhadap Stres, Burn Out dan Risiko Gangguan
Mental Emosional pada Mahasiswa Pascasarjana Keperawatan. Media
Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 6(9), 1768-1775.
Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. (2001). Job Burnout. Annual Review of
Psychology, 52(1), 397–422.
Munazilah, M., & Hasanat, N. U. (2018). Program mindfulness based stress reduction
untuk menurunkan kecemasan pada individu dengan penyakit jantung koroner.
Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), 4(1), 22-32.
Patel. Bhavesh. 2014. The Organisational Factors That Affect Burnout in Nurses.
RCN Education Conference. West Middlesex University Hospital
Santrock, J. W. (2003). Adolescence : Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga.
Setyawati, J. I., & Ratnasari, Y. (2020). Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR)
dan Psychological Capital Intervention (PCI) untuk Mengurangi Burnout pada
Perawat Lansia. Jurnal Psikogenesis, 8(2), 164-182
Solution. London: The Flamer PresMaslach, C., & Leiter, M,P. (1997). The truth
about burnout. San Francisco: jossey Bas

Anda mungkin juga menyukai