TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Burnout
keletihan yang lama dan menghilangnya ketertarikan terhadap suatu hal. Burnout
terjadi karena adanya intensitas yang kontinuitas terhadap suatu kegiatan atau
burnout sebagai suatu keadaan kelelahan fisik, mental, sikap, dan emosi individu atau
pekerjaan karena keterlibatan yang intensif dengan pekerjaan dalam jangka waktu
yang panjang. Walaupun pada kenyataannya, ketahanan dari setiap individu terhadap
sinisme yang muncul di antara orang-orang yang bekerja pada “people work”,
13
14
misalnya: guru, perawat, pekerja sosial, dan konselor. Muchinsky menjelaskan leih
jauh, di dalam suatu organisasi terdapat dua kekuata yang berpengaruh di tempt kerja,
suatu kekuatan berasal dari individu, dan yang lain berasal dari organisasi. Kekuatan
yang berasal dari individu ini antara lain faktor pribadi, (misalnya: umur, jenis
kepribadian. Semua itu merupakan input atau andil yang diberikan oleh seseorang
Burn-out terjadi ketika masalah dalam pekerjaan di masa lalu dan saat ini
terus-menerus muncul dan sulit untuk dapat diatasi. Pekerja kemanusiaan yang
mengalami burnout karena dituntut untuk dapat berempati secara mendalam dalam
berbagai situasi sulit msyarakat yang dihadapinya sehari-hari.Hal ini sangat menyita
energi pekerja kemanusiaan tersebut. Burn-out adalah keadaan fisik, emosi dan
kelelahan mental yang dialami seseorang karena keterlibatan jangka panjang dalam
situasi yag menuntut keterlibatan emosi secara mendalam (Sumampouw & Mundzir,
2017).
Dengan kata lain, burnout dapat diartikan kondisi emosional ketika seseorang
merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan
yang meningkat. Dampak psikis dari kelelahan fisik tersebut akan berdampak pada
emosional, fisik, dan mental ditunjang oleh perasaan rendahmya self esteem, dan self
efficacy, disebabkan penderitaan stress yang intens dan berkeanjangan (Baron dan
Greenberg,1990). Dalam definisi ini tampak bahwa burnout dapat muncul akibat
kondisi internal seseorang yang ditunjang oleh faktor lingkungan berupa stress yang
emosional pada orang-orang yang bekerja pada pelayanan kemanusiaan dan bekerja
erat dengan masyarakat. Dari sini terlihat bahwa burnout lebih banyak dialami oleh
orang-orang yang pekerjaannya melayani orang lain dan bekerja dengan orang
Burnout adalah kelelahan fisik, emosi dan kelelahan mental yang dialami
ditandai dengan kelelahan, stress kerja dan berkurangnya pencapaian pribadi. Burnout
tujuan pribadi seseorang individu atas apa yang dia kerjakan (Kartono, 2017).
Burnout syndrome adalah keadaan lelah atau frustasi yang disebabkan oleh
bahwa burnout syndrome merupakan kelelahan fisik, emosi dan mental karena berada
sebagai suatu perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara
16
seseorang yang tidak berhasil mengatasi stress kerja sehingga menyebabkan stress
kerja sebagai suatu perasaan keputusan yang diakibatkan oleh stress berlarut-larut
yang berkitan dengan kerja. Schaufeli et al. (2004) menjabarkan kelelahan kerja
sebagai sutu bentuk stress kerja yang spesifik pada seseorang pegawai yang bekerja
dalam bidang pelayanan sosial, sebagai dampak dari tuntutan emosional dalam
hubungan antara pekerja dengan orang yang haru dilayani (Kartono, 2017)
Schaufeli, Leiter, 2001; Schaufeli & Enzamann, 1998; Schmidt, Neubach, & Heuer,
2007; Taris, 2006; Dam, Keijers, Verbraak, Eling & Becker, 2012).Menurut (Pines &
Aronson dalam Enzmann & Schaufeli, 1998).Burnout merupakan bagian dari bentuk
kelelahan fisik, emosional, dan mental yang diakibatkan oleh keterlibatan individu
dalam waktu yang panjang terhadap sebuah situsi dengan penuh tuntutan emosional
(Kartono, 2017).
Burnout lebih sering terjadi pada kategori profesi tertentu yang menuntut
interaksi dengan orang lain seperti guru, profesi dibidang kesehatan, pekerja sosial,
polisi dan hakim. Selain bekerja dengan masyarakat, individu yang bekerja dalam
17
lingkungan lain yang melibatkan tanggung jawab yang tidak disukai, berada pada
berada pada resiko tertinggi kelelahan. Beberapa alas an menjadi poin utama dalam
asuhan keperawatan, beban kerja yang berat atau tekanan saat harus memberikan
banyak perawatan bagi banyak pasien saat shift kerja, kurangnya rasa hormat dari
kurangnya kejelasan peran, serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Faktor
lain yang sangat terkait denggan pengembangan burnout adalah jenis kepriadian yang
2013).
(Lowpersonalaccomplishment).
lama baik secara fisik, seperti; sakit fisik, insomnia, dan lain-lain. Kelelahan
mental, seperti; merasa tidak bahagia, merasa gagal, dan lain-lain. Kelelahan
dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, terhadap pekerjaan, dan
keberhasilan diri.
Berliner, & Shapira 2005) menjelaskan bahwa kejenuhan meliputi tiga aspek yang
untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan feksi ditempat kerja, termasuk
Komponen terakhir dari taksonomi Shirom adalah kelelahan kognitif yang ditandai
kumulatif dari ketiga jenis kelelahan yang bertahap terbentuk pada individu dari
waktu ke waktu yang bukan merupakan hasil dari satu komponen saja dan waktu
dikelompokkan sebagai reaksi fisik, reksi emosional, dan reaksi perilaku, misalnya:
1. Reaksi fisik
b. Sakit kepala
2. Reaksi emosional
a. Depresi
c. Perasaan terjebak
e. Frustasi
3. Reaksi perilaku
a. Membolos kerja
h. Mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain atas setiap masalah yang ada
Berbagai gejala burnout juga dapat dikelompokkan menjadi 8 tema utama, yaitu:
1. Menurunnya rasa humor: jarang tersenyum, sulit tertawa ketika ada lelucon.
obatan
burnout, diantaranya :
1. Faktor individual
a. Umur
fisik seseorang pekerja dapat berubah, namun disisi lain kekuatan fisik
(Maurits, 2017).
b. Jenis kelamin
c. Tingkat pendidikan
22
juga turut berperan dalam sindrom burnout. Hal ini didasari oleh
luas, makin tinggi daya inisiatifnya dan makin mudah pula untuk
sesuai dengan kehendak hatinya mereka lebih sulit merasa puas, lebih
mudah bosan dan jenuh dalam bekerja serta makin tinggi tuntutan
d. Status perkawinan
lebih lanjut untuk status perkawinan.Mereka yang sudah menikah bisa saja
2. Faktor pekerjaan
a. Masa kerja
dapat diperberat bila dalam melakukan variasi dalam bekerja. Secara tidak
2009). Pada keseluruhan keluhan yang dirasakan tenaga kerja dengan masa
keluhan tersebut berkurang ada tenaga kerja setelah bekerja 1-5 tahun.
Namun, keluhan akan meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja pada masa
b. Beban kerja
Beban kerja adalah lama dan beratnya serta banyaknya tugas dikantor
yang meliputi, resiko kerja yaitu dampak yang dapat dialami oleh para
75/2004, beban kerja sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang
c. Stres kerja
lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit
(Mangkunegara, 2015).
3. Faktor kepribadian
b. Perilaku tipe A
keras, kompetitif dan gaya hidup yang penuh dengan tekanan waktu.
mereka cenderung menarik diri dari kerja dan hal ini akan menghambat
yang dialami disebabkan oleh kekuatan dari luar diri. Mereka meyakini
(Sari I K, 2015)..
4. Faktor organisasi
Burnout tidak muncul secara tiba-tiba melainkan melalui suatu proses. Burn-
out juga berkembang dari merasa lelah sampai masalah serius yang dapat mengancam
Pada tahap ini, pekerja kemanusiaan merasa puas dengan pekerjaannya dan
pekerjaan menjadi sesuatu yang tidak menarik lagi dan pekerja kemaanusiaan
3. Tahap kronis
Hal ini berdampak pada kondisi psikologisnya, seperti: mudah marah atau
merasa depresi.
4. Tahap krisis
ke istri/anak.
Masalah fisik dan psikologis yang dialami menjadi lebih serius dan
keperawatan.
2. Taylor C., Lilis C., Le Mone, mendefinisikan perawat adalah seseorang yang
Registrasi dan Praktik Perawat, pada Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:
“Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam
yang berlaku”.
1 MotherInstink
Setiap manusia pada tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga
2 Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah
disebabkan oleh arwah atau ruh halus yang ada pada manusia yang hidup atau
pada alam (batu besar, pohon, gunung, sungai, api, dan lain-lain). Untuk
Pada tahan ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-
tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuil adalah
4 Ketabiban
tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul dimana program itu
Hotel Dien dan Lion Prancis yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu
yang paling klasik sampai dengan terciptanya tenaga keperawatan yang profesional
yang diakui oleh dunia internasioanl tentu dapat dijadikan cerminan bagi
Hospital adalah RSq pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan yang
melayani adalah para dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi.
Pekerjaan perawat pada saat itu bukan pekerjaan perawat pada saat itu bukan
dilakukan oleh prajurit yang bertugas pada kompeni.Tugas perawat pada saat itu
kerja.
6) Keperawatan preventif
bahwa tindakan kuratif hanya berdampak minimal bagi masayarakat dan hanya
ditujukan bagi mereka yang sakit.Pada tahun 1937 didirikan sekolah manti higene
berdirinya sekolah pengatur rawat (SPR) dan sekolah bidan di RS besar yang
disamping itu juga didirikan sekolah bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi
8) Keperawatan profesional
Depkes RI dan DPP PPNI, ditetapkan definisi, tugas, fungsi dan kompetensi
tenaga perawat profesional di Indonesia. Diilhami dari hasil lokakarya itu maka
33
Peran perawat diartikan sebagai tigkah laku yag diharapkan oleh orang lain
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan. Selain itu peran perawat secara
kebutuhan klien.
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain,
pelayanan keperawatan.
Tahun 1983
keperawatan.
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai
ada, perawat dalam menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi, seperti berikut.
1. Fungsi Independen
c. Perawat bertanggung jawab terhadap klien, akibat yang timbul dari tindakan
2. Fungsi Dependen
b. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab
dokter.
3. Fungsi interdependen
a. Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau
tim kesehatan.
keperawatan ini, dapat dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses keperawatan. Tugas
perawat ini disepakati dalam lokalkarya tahun 1983, yang berdasarkan tugas dan
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the
(derogatory).
6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang
society).
and supervisor).
umur, jenis kelamin, status kepegawaian, beban kerja, dukungan keluarga dan
kuesioner dan analisis data menggunakan uji statistic chi-square dan analisi regresi
Penelitian Swasti G.K, Ekawati W,dkk yang berjudul : Faktor – Faktor Yang
dengan Uji Chi Square dan Sommers d. Hasil analisi diketahui bahwa 55% responden
mengalami burnout ringan dan 42,5% lainnya mengalami burnout sedang. Burnout
bertujuan untuk mengetahui hubungan kejenuhan kerja dengan kinerja perawat dalam
penelitian perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri,
indenpenden kejenuhan kerja (burnout), dan variabel dependen kinerja perawat. Data
bahwa sebagian besar responden mengalami kejenuhan kerja ringan yaitu sebanyak
Penelitian Nugroho A.S, (2012) yang berjudul: Studi Deskriptif Burnout dan
Coping Stres Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya,
yang bertujuan untu melihat gambaran burnout yang dialami perawat dan
penggunaan bentuk strategi coping yang dapat mereduksi stress perawat. Penelitian
ini merupakan total population study. Subjek dalam peelitian ini adalah keseluruhan
jumlah perawat yang bekerja diruang rawat inap berjumlah 82 orang, terdiri 39
yang terdiri dari angket terbuka dan tertutup, adapun angket tertutup meliputi burnout
dan coping stress. Hasil analisis menunjukan bahwa perawat diruang rawat inap
40
menggunakan kedua jenis strategi coping stress dengan kategori sedang, problem
focused coping dengan persentase 53,7% dan emotional focused coping sebesar
57,3%. Burnout yang dihasilkan termaksuk dalam kategori rendah (68,3) dan sangat
rendah (26,8).
Penelitian Dewi & Paramita, (2013) yang berjudul: Tingkat Burnout Ditinjau
dari Karakteristik Demografis (Usia, Jenis Kelamin dan Masa Kerja) Guru SDN
Inklusi di Surabaya, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat burnout ditinjau dari
karakteristik demografis yang terdiri atas usia, jenis kelamin, dan masa kerja pada
guru SDN inklusi di Surabaya. Usia merupakan karakteristik seksual laki-laki dan
perempuan yang terbentuk dalam masyarakat. Masa kerja merupakan waktu yang
jangka panjang dari stress dan emosi yang akut pada individu atas pekerjaannya.
pengumpul data berupa kusioner MBI dengan skala Likert yang digunakan untuk
nama, usia, jenis kelamin, dan usia, dan Anova Satu Jalur untuk masa kerja. Secara
keseluruhan taraf signifikan >0.05 yaitu pada usia sebesar 0.760, jenis kelamin
sebesar 0.697, dan masa kerja sebesar 0.283, sehingga atas hal ini membuat hipotesis
nol diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat burnout pada usia,
Faktor individu
- Umur
- Jenis kelamin
- Status perkawinan
- Pendidikan
BURNOUT
(Kejenuhan Kerja)
Faktor pekerjaan
- Masa kerja
- Beban kerja
- Stress kerja
Penurunan
Produktivitas
Faktor kepribadian Kerja perawat
- Konsep diri rendah
- Perilaku tipe A
- Individu yang introvert
- Lows of conrol eksternal
Penurunan
Kualitas
Pelayanan
Faktor organisasi
- Gaya kepemiminan
- Iklim organisasi
- Sumber daya
- Kekuaatan struktur Penurunan
Kepuasan
Pasien
(Maslach,2001)