Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB 1

Dosen Pengampu : Ade Tika H, Skep.,Ners.,M.Kep.

Oleh:

Arumbi (191FK01015)

Tingkat 2 B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
Infeksi Saluran Penafasan Akut (ISPA)

A. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru paru yang berlangsung
kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara
stimulan atau berurutan (Muttaqin,2008).

B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah
satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang
biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak
menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibuibu rumah
tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan
bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya
telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk,
sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut
mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur,
Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI,
2002).

C. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan
silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong
virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983). 8 Iritasi virus pada
kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).
Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk
(Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang
paling menonjol adalah batuk.

D. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
1. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan
gejala batuk, pilek dan sesak.
2. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh
lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak
teraba,nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.

E. Tanda Gejala
Tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
1. Gejala dari ISPA Ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA
ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal
pada waktu berbicara atau menangis).
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak
diraba.
2. Gejala dari ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang
jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
a. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur
satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah 13 dengan
menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung
dapat digunakan arloji.
b. Suhu lebih dari 39º C (diukur dengan termometer).
c. Tenggorokan berwarna merah.
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
g. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
3. Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika
dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a. Bibir atau kulit membiru.
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas. 3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
c. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
d. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
f. Tenggorokan berwarna merah.

F. Pencegahan

1. Tindakan pencegahan utama ISPA adalah menerapkan perilaku hidup


bersih dan sehat. Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
2. Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
3. Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata,
untuk menghindari penularan virus dan bakteri.
4. Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau
batuk. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang
lain.
5. Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
6. Olahraga secara teratur.
7. Berhenti merokok.
8. Lakukan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, atau pneumonia.
Diskusikan dengan dokter mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari
vaksinasi ini.

G. Pengobatan
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila 17 demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda
bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009.
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association Comparison American Society for Hospital-System
Pharmacist.2008.

AHFS Drug Information Handbook. USA : ASHP Inc. Bethesda MD


Anonim.2014.ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 49.Jakarta : Penerbit
PT ISFI Bertram G.Katzung. 2013.

Farmakologi Dasar dan Klinik. 12th ed. Jakarta: EGC Gunawan, Gan Sulistia.
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen. Jakarta: Farmakologi dan
Terapeutik Tatro, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and
Comparison

Anda mungkin juga menyukai