Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama
dengan 2500 gram, sedangkan bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gr termasuk bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (Lestari, 2016).
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berta badan kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk
umur kehamilan (Proverawati & S, 2015).

2.1.2 Etiologi BBLR


Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yng lain adalah
umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler kehamilan kembar/ ganda,
serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Pantiawati, 2019). BBLR dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
b. Usia ibu
1) Usia < 16 tahun
2) Usia > 35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun

2.1.3 Patofiologi dan Pathway BBLR

Bayi dengan BBLR secara umum berhubungan dengan umur kehamilan ibu yang belum
mencapai 9 bulan atau umur janin belum cukup untuk dilahirkan (premature) di samping juga
dikarenakan faktor belum matang (dismaturitas). Hal tersebut berarti bahwa bayi lahir cukup
bulan (umur kehamilan ibu yaitu 38 minggu), tapi BB lahir bayi lebih kecil dari umur
kehamilannya, dalam kata lain berta badan bayi tidak sampai 2.500 gram. Gangguan tersebut
terjadi oleh karena terdapatnya masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi pada saat bayi
dalam Rahim yang dikarenakan penyakit ibu pada saat hamil seperti terdapat masalah gangguan
pada plasenta, terjadinya infeksi, ibu hamil mengalami hipertensi dan kondisi lain yang
mengakibatkan berkurangnya suplai nutrisi ke janin.

Seorang ibu hamil memerlukan gizi yang baik supaya pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam Rahim tidak mengalami retardasi atau hambatan, dan seterusnya ibu akan
melahirkan bayi dengan BB yang normal pada saat dilahirkan. Keadaan kesehatan yang adekuat,
sitem reproduksi ibu hamil yang normal, ibu hamil tidak menderita suatu penyakit atau sedang
sakit saat hamil, dan tidak terjadi masalah gizi pada waktu sebelum hamil ataupun pada waktu
ibu sedang masa kehamilan, ibu akan melahirkan bayi dengan ukuran BB lebih besar dan bayi
juga akan tumbuh dan berkembang menjadi lebih sehat dari pada ibu hamil yang mempunyai
keadaan sebaliknya. Ibu yang hamil dengan keadaan gizi kronis (KEK) sering kali mempunyai
bayi dengan berat badan lahir rendah pada saat dilahirkan, terlebih jika ibu pada saat kehamilan
mengalami kurang darah atau anemia.

Pada saat hamil, ibu biasanya juga mengalami penyusutan zat besi dalam tubuhnya
sehingga janin hanya mendapatkan sedikit zat besi yang diperlukan bayu untuk metabolism besi
dalam ubuh janin secara normal. Kekurangan zat besi (Fe) yang dialami oleh seorang ibu pada
saat hamil dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
Rahim baik sel otak maupun sel tubuh. Anemia gizi yang dialami oleh ibu pada masa kehamilan
menyebabkan kematian janin di dalam kandungan (KJDK), keguguran atau abortus, bayi
mengalami kelainan kongenital atau cact bawaan, dan bayi berpeluang untuk mengalami BBLR.
Hal ini menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian ibu serta kematian bayi pada masa
perinatal secara bermakna lebih meningkat, sedhigga probabilitas ibu untuk melahirkan bayi
premature dengan kondisi bayi bBLR menjadi lebih besar pula (Marcdante, Kliegman, Jenson, &
Behrman, 2015).
Faktor ibu Faktor plasenta Faktor janin

Anemia atau kadar Hb < 11 gr% Bayi kembar


Plasenta previa identik

Kekurangan suplai darah pada


tubuh ibu Terlepasnya Cenderung berbagi Bertempat di satu kantung
plasenta sebagian satu plasenta ketuban yang sama
atau seluruhnya

Distribusi nutrisi ibu ke janin Ketidakstabilan aliran darah


terganggu pada bayi kembar

Pasokan nutrisi
Pertumbuhan dan terganggu Salah satu bayi menerima sedikit
perkembangan janin terganggu darah yang membawa nutrisi

BBLR

Jaringan lemak
Permukaan tubuh Prematuritas Fungsi organ-organ belum baik
sub kutan lebih
relative lebih luas
tipis

Penguapan
berlebih Kehilangan Kekurangan Penurunan Hati Usus Ginjal Mata
Pernapasan
dengan panas cadangan daya tahan
suhu luar melalui kulit energi
Kehilangan Konjugasi Dinding Peristaltik Imaturitas Imaturitas
cairan Resiko bilirubin lambung belum ginjal ginjal
Kehilangan Malnutrisi infeksi belum baik lunak sempurna Sekunder
panas
efek O2
Terapi
Hipoglikemia Hiper
Dehidrasi Pengosongan sekunder Retrolentra
Hipotermia bilirubin Mudah
lambung l
kembung
belum baik fibroplasia
Ikterus
Paru-paru Otak Kulit

Pertumbuhan Vaskuler paru


dinding dada Imaturitas Halus mudah
imatur sentrum vital
belum sempurna leset

Otot pernapasan
Reflek menelan Regulasi Resiko infeksi
lemah Insufisiensi
belum sempurna pernapasan pioderma
pernapasan

Penyakit membrane Pernapasan


Daya kembang Sepsis
hialin Resiko deficit
periodic
paru menurun nutrisi

Gangguan
Pernapasan integritas kulit
Pola napas tidak efektif Biot
Apnea, asfiksia

Gangguan
pertukaran gas

Sumber: Nanda Noc Nic 2015, Proverawati & Ismawati, 2010


2.1.4 Tanda dan Gejala BBLR
Tanda-tanda bayi BBLR menurut buku Lestari (2016):
a. BB < 2500 gram, TB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Tanda-tanda neonatus:
1. Kulit keriput, tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi,
pelipis, telinga dan lengan, lemah alam jaringan sub-kutan sedikit.
2. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
3. Bayi premature laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan labia
minora lebih menonjol
c. Tanda-tanda fisiologis:
1. Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih banyak tidur
dan malas
2. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermis

2.1.5 Klasifikasi BBLR


Ada bebrapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR menurut Proverawati &
Cahyo Ismawati (2020), yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000 – 1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram
2. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggi dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau
biasa disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB – SMK)
b. Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK)
2.1.6 Pencegahan BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali


selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda, ibu
hamil yang di duga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam Rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin
yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinnanya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.
(Pantiawati, 2019)

2.1.7 Masalah-masalah BBLR


Masalah-masalah yang akan terjadi pada bayi dengan BBLR jika tidak segera
dilakukan pencegahan terhadap ibu yang sedang mengandung maupun yang akan
melakukan program kehamilan. Menurut Proverawati & Cahyo Ismawati (2020)
masalah- masalah tersebut terbagi kedalam 2 jenis masalah yaitu masalah jangka
pendek dan masalah jangka panjang yang akan terjadi pada BBLR.
1. Masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR
Pada bayi BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahan pada system
tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tida stabil. Kematian perinatal pada
bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal.di bawah ini adalah
risiko permasalahan yang sering terjadi pada bayi BBLR dan memerlukan
perawatan khusus. Pada bayi premature dengan BBLR, ada beberapa
risiko permasalahan yang mungkin timbul:
a. Gangguan metabolic
1. Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak utubuh dan system
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun
ciri-ciri bayi BBLR yang mengalami hipotermia adalah sebagai
berikut:
a. Suhu tubuh < 32 C
b. Mengantuk dan sukar dibangunkan
c. Menangis sangat lemah
d. Seluruh tubuh dingin
e. Pernapasan lambat
f. Pernapasan tidak teratur
g. Bunyi jantung lambat
h. Mengeras kaku (sklerema)
i. Tidak mau menetek sehingga berisiko dehidrasi

Sedangkan tanda-tanda stadium lanjutan dari terjadinya hipotermia


ini adalah sebagai berikut:

a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang


b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutam pada
punggung kaki dan tangan (sklerema)
2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen
ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel syaraf di
otak mati dan memengaruhi kecerdasan bayi kelak. BBLR
membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum
sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.
3. Hiperglikemia
Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat
amat premature yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara
intravena tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya.
4. Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh
bayi dengan BBLR kecil, kurang energy, lemah, lambungnya kecil
dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering
mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI
dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. BAyi BBLR dengan
kehamilan ≥ 35 minggu dan berat lahir ≥ 2000 gram umumnya bisa
langsung menetek.
b. Gangguan imunitas
1. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi premature relative
belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap infeksi belum baik. karena system kekebalan tubuh
bayi BBLR belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat di
jalan lahir atau tertular infeksi ibu melalui plasenta.
2. Kejang saat dilahirkan
Biasanya bayi akan dipantau dalam 1x 24 jam untuk dicari
penyebabnya. Missal apakah karena infeksi sebelum lahir
(prenatal), perdarahan intrakrania, atau karena vitamin B6 yang
dikonsumsi ibu. Selain itu, bayi akan dijaga jalan nafasnya agar
tetap dalam kondisi bebas.
3. Icterus (kadar bilirubin yang tinggi)
Icterus adalah menjadi kuning warna kulit, selaput lender dan
berbagai jaringan oleh zat warna empedu. Icterus neonatal adalah
suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Icterus
dibagi menjdai 2 golongan, yaitu:
1. Icterus patologis, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah lahir
b. Jika dalam sehari kadar bilirubin meningkat secara pesat
atau progresif
c. Jika bayi tampak tdak aktif, tak mau menyusui, cenderung
lebih banyak tidur, disertai suhu tubuh yang mingkun
meningkat atau malah turun
d. Jika bayi kuning lebih dari 2 minggu
e. Jika air kencingnya berwarna tua seperti air teh
2. Icterus fisiologis, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Icterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
b. Tidak mempunyai dasar patologis
c. Kadarnya tidak melampaui batas yang membahayakan
d. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus (suatu
kerusakan otak akibat perlengketakan bilirubin indirek pada
otak)
c. Gangguan pernapasan
1. Sindroma gangguan pernafasan
Sindroma gangguan pernapsan pada bayi BBLR adalah
perkembangan imatur pada system pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru. Secara garis besar,
penyebab sesak napas pada neonates dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
kelainan medic: HMD, sindroma aspirasi meconium, pneumonia
atau kasus bedah choana atresia, fistula trachea esophagus, episema
lobaris kongenital. Gejala gangguan pernafasan dapat dikenali
sebagai berikut:
a. Frekuensi nafas takipneu (> 60x/menit)
b. Retraksi suprasternal dan substernal
c. Gerakan cuping hidung
d. Sianosis sekitar mulut dan ujung jari
e. Pucat dan kelelahan
f. Apneu dan pernafasan tidak teratur
g. Mendengkur
h. Pernafasan dangkal
i. Penurunan suhu tubuh
2. Asfiksia
Bayi BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernafasan wakttu lahir sehingga
mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan
keterampilan resusitasi.
3. Apneu periodic (henti napas)
Kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas. Organ paru-
paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna mengakibatkan
kadang-kadang bayi berhenti bernafas. Hal ini tentu memerlukan
pemantauan dengan saksama.
4. Retrolental fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi premature dimana disebabkan
ole gangguan oksigen yang berlebihan. Kelainan ini biasanya
terlihat pada bayi yang berat bandannya kurang dari 2 kg dan telah
mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 40%).
Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3-6 minggu
dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina. Kemudian diikuti oleh
pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada ujung
vena.kumpulan pembuluh darah baru ini tampak sebagai
perdarahan. Akhirnya sebagian kapiler baru ini tumbuh kea rah
korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema pada
retina dan retina dapat terlepas dari dasarnya dan keadaan ini
merupakan keadaan yang irreversible. Pada stadium akhir akan
terdapat masa retrolental yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan
ini dapat terjadi bilateral dengan mikroftalmus, kamar depan yang
menyempit, pupil mengecil dan tidak teratur serta virus
menghilang. Selain itu dapat pula disertai retardasi mental dan
cerebral palsi.
d. Gangguan system peredaran darah
1. Masalah perdarahan
Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena
kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan
darah abnormal atau menurun, gangguan trombosit, misalnya
trombositopenia, trombositopati dan gangguan pembuluh darah.
Faktor yang berperan serta dalam masalah perdarahan pada bayi
BBLR antara lain adalah:
a. Meningginya fragilitas kapiler, arteri, dan jaringan kapiler vena
dalam jaringan germinal paraventrikular yang mudah rusak
b. Meningginya tekanan vaskular
2. Anemia
Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi
eritropoesis pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta
bertambah besarnya volume drah sebagai akibat pertumbuhan yang
relative lebih cepat. Kehilangan darah pada janin atau neonates
akan memperberat anemiannya. Persediaan zat besi pada neonates
termasuk bayi dengan BBLSR biasanya mencukupi sampai berat
badannya menjadi 2 kali berat lahir.
3. Gangguan jantung
1. Patent ductus arteriosus (PDA)
Sejenis masalah jantung, biasanya dicatat dalam beberapa
minggu pertama atau bulan kelahiran. PDA yang menetap
sampai bayi berumur 3 hari sering ditemui pada bayi lahir
rendah, terutama pada bayi dengan penyakit membrane hialin.
2. Defek septum ventrikel
Frekuensi kejadian defek spectrum ventrikel paling tinggi pada
bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dan masa gestasinya
kurang dari 34 minggu dibandingkan dengan bayi yang lebih
besar dengan masa gestasinya yang cukup.
4. Gangguan pada otak
Gangguan pada otak antara lain adalah sebagai berikut:
a. Intraventricular hemorrhage, perdarahan intracranial (otak)
pada neonates. Bayi mengalami masalah neurologis, seperti
gangguan mengendalikan otot (cerebral palsi), keterlambatan
perkembanagn, dan kejang.
b. Periventricular leukomalacia (PVL), kerusakan dan pelunakan
materi putih bagian dalam otak yang mentransmisikan
informasi anatar sel-sel saraf dan sumsum tulang belakang,
juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain. Jaringan
otak yang rusak mempengaruhi sel-sel syaraf yang
mengendalikan gerakan motoric, akibatnya bayi tumbuh
dengan sel syaraf rusak dan menyebabkan otot menjadi
kejang.bayi dengan PVL berisiko mengalami cerebral palsi,
atau mungkin masalah intelektual (kesulitan belajar). Biasanya
gangguan ini terjadi pada bayi dengan masa gestasi < 32
minggu.
5. Bayi BBLR dengan icterus
Perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan
organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di
dalam darah. Penilaian icterus menurut KREMER: cara
pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan
lain-lain.
1. Kremer 1 : kepala sampai leher
2. Kremer 2 : kepala, badan sampai dengan umbilikus
3. Kremer 3 : kepala, badan, paha, sampai dengan lutut
4. Kremer 4 : kepala, badan, ekstremitas sampai dengan tangan
dan kaki.
6. Kejang
Suatu kondisi apabila ditemukan adanya tremor yang disertai
adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali
pada mulut, mata, atau anggota gerak lain, atau terjadi mulut
mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa adanya rangsangan.
Secara umum, tanda / gejala kejang pada bayi baru lahir adalah;
1. Ada riwayat kejang
2. Ada tanda/ gejala kejang
3. Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun
4. Menangis melengking tiba-tiba
5. Gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota
gerak
6. Mulut mencucu
7. Kaku diseluruh badan dengan atau tanpa rangsangan
7. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketidaknormalan kadar gula darah
bayi yang rendah dan di bawah normal. Bayi yang mengalami
hipoglikemia akan memperlihatkan tanda dan gejala sebagai
berikut:
a. Gerakan gelisah atau tremor
b. Apatis
c. Kejang
d. Sura tangis yang lemah
e. Lemah
f. Letargi
g. Kesulitan makan
h. Keringat banyak
i. Pucat mendadak
j. Hipotermi
k. Henti jantung
e. Gangguan cairan dan eletrolit
1. Gangguan eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur
pembuangan sisa metabolism dan air masih belum sempurna.
Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya.
Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak
sanggup menngurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan
dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolic.
2. Distensi abdomen
Yaitu kelainan yang berkaitan dengan usus bayi. Distensi
abdomena akibat dari motalitas usus berkurang, volume lambung
berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya
untuk merencanakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin
yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang.
Kerja dari sfingter kardioesofagus yang belum sempurna
memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esophagus dan
mudah terjadi aspirasi.
3. Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi BBLR belum berfungsi sempurna
sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik.
aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna, sehingga
pengosongan lambung berkurang. Bayi BBLR mudah kembung,
hal ini disebabkan oleh karena stenosis anorektal, atresia ileum,
peritonitis meconium, dan mega colon. Evakuasi meconium lebih
dari 24 jam pertama dapat dicurigai kelainan bedah.
4. Gangguan elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan
lingkungan dan penyakit bayi. Diduga kehilangan cairan melalui
tinja dari janin yang tidak mendapat makanan melalui mulut,
sangat sedikit. Kebutuhan akan cairan sesuai dengan kehilangan
cairan insensible, cairan yang dikeluarkan ginjal, dan pengeluaran
cairan yang disebabkan kedaan lainnya. Kehilangan cairan
insensible berhubungan tidak langsung dengan masa gestasi. Bayi
premature sang sangat imatur (berat lahir kurang dari 1000 gram)
mendapat makanan melalui mulut, sangat sedikit. Kebutuhan akan
cairan sesuai dengan kehilangan cairan insensible berhubungan
tidak langsung dengan masa gestasi.
2. Masalah jangka panjang yang terjadi pada BBLR
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain adalah sebagai berikut:
a. Masalah psikis
1. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR, pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat
berkaitan dengan maturitas otak.
2. Gangguan bicara dan komunikasi
Penelitian longitudinal menunjukkan perbedaan kecepatan bicara
yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN). Pada
bayi BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan
BLN sampai usia 6 ½ tahun.
3. Gangguan meurologi dan kognitif
Luaran jangka panjang BBLSR erat berhubungan dengan usia
kehamilan dan kelainan neurologi berbanding terbalik dengan
derajat imaturitas bayi (ditinjau dari berat lahir atau masa gestasi).
Hal ini juga berlaku untuk kognisi abnormal atau IQ rendah, bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yang berhasil
melewati masa kritis neonatal tetap berisiko tinggi untuk lambat
berkembang dikemudian hari.
4. Gangguan belajar/ masalah pendidikan
Sulit menilai untuk Negara berkembang karena faktor kemiskinan
juga berperan pada kinerja sekolah. suatu penelitian longitudinal di
Negara maju (UK dan Eropa) menunjukkan bahwa lebih banyak
anak BBLR dimasukkan ke sekolah khusus.
5. Gangguan atensi dan hiperaktif
Penelitian menunjukkan bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi
pada anak laki-laki daripada perempuan. Lebih banyakpada anak
dengan berat lahir < 2041 gram. Sering disertai dengan gejala
ringan ( minor neurological sign) integrasi sensori (sensory
processing disorders).
b. Masalah fisik
1. Penyakit paru kronis
Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu
merokok selama kehamilan, dan radiasi udara di lingkungan.
2. Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran
Sering dikeluhkan gangguan penglihatan meskipun telah diberikan
oksigen terapi terkendali. Biasanya retinopathy of prematurity
(ROP) ini menyerang bayi BBKR dengan BB < 1500 gram dan
masa agestasi < 30 minggu. Bayi bisa mengalami kebutaan.
3. Kelainan bawaan (kelainan kongenital
Kelainan bawaan (kelainan kengenital) adalah suatu kelaina pada
struktur, fungsi maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada
bayi ketika dia dilahirkan. Cacat bawaan lebih sering ditemukan
pada bayi BBLR daripada bayi lahir hidup lainnya. Sekitar 3-4%
bayi baru lahir memiliki kalianan bawaan yang berat.
(Proverawati & Cahyo Ismawati, 2020)

2.1.8 Pemeriksaan penunjang


Radiologi
1. Foto thoraks / baby gram pada bayi baru lahir dengan usi kehamilan
kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
2. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau
perdarahan intracranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur
otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka.
3. Laboratorium
a. Darah rutin
1. Hematocrit (HCT)
a. Bayi usia 1 hari 48-69%
b. Bayi usia 2 hari 48-75%
c. Bayi usia 3 hari 44-72%
2. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3. Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb
4. Hb F
a. Bayi usia 1 hari 63-92%
b. Bayi usia 5 hari 65-88%
c. Bayi usia 3 minggu 55-85%
d. Bayi usia 6-9 minggu 31-75%
5. Jumlah leukosit
1. Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 (uL)
2. Bayi usia 1 hari / 24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/ mm3 (uL)
3. Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 (uL)
b. Bilirubin
1. Total (serum)
a. Tali pusat < 2,0 mg/dl
b. 0-1 hari 8,0 mg/dl
c. 1-2 hari 12,0 mg/dl
d. 2-5 hari 16,0 mg/dl
e. Kemudian 2,0 mg/dl
2. Direk (terkonjugasi)
a. 0,0-0,2 mg/dl
c. Glukosa (8-12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi
glukosa plasma < 50 mg/dl.
1. Serum
a. Tali pusat 45-96 mg/dl
b. Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
c. Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl
d. Analisa gas darah
1. Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahit 27-40 mmHg
2. Tekanan parsial O2 (PO2)
a. Lahir 8-24 mmHg
b. 5-10 menit 33 – 75 mmHg
c. 30 menit 31-85 mmHg
d. > 1 jam 55-80 mmHg
e. 1 hari 54-95 mmHg
f. Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg
3. Saturasi oksigen (SaO2)
a. Bayi baru lahir 85-90%
b. Kemudian 95-99%
4. pH bayi premature (48 jam) 7, 35-7,50
e. Elektrolit darah
1. Natrium
a. Serum atau plasma
1) Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
2) Bayi 139-146 mEq/L
b. Urine 24 jam 40-220 mEq/L
2. Kalium
a. Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
b. Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c. Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit)
3. Klorida
a. Serum/ plasma
1) Tali pusat 96-104 mEq/L
2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L
4. Tes kocok / shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 cc,
kemudian ditambah 1 cc alcohol 95% dicampur dalam tabung
kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri. Interpretasi hasil:
a. (+): bila terdapat gelembung-gelembung yeng membentuk cincin
artinya surfaktan tedapat dalam paru dengan jumlah cukup
b. (-) : bila tida ada gelembung atau gelembung sebanyak ½
permukaan artinya paru-paru belum matang/ tidak ada surfaktan.
c. Ragu: bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil
menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
(Lestari, 2016)
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi premature akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relative luas.
Oleh karena itu, bayi premature harus dirawat di dalam incubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki incubator,
bayi premature dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir sehingga bayi kangguru dalam kantung ibunya.
b. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
ASI merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. ASI juga
dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup menghisap.
Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasanga sonde
ke lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kgBB/hari.
Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khusunya pada bayi BBLR dapat
digunakan susu formla yang komposisinya mirip ASI atau susu formula
khusus bayi BBLR.
Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dalam menghisap dan
sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan
diberikan melalui nasi gastric tube (NGT). Jadwal pemberian makanan
disesuaikan dengan kebutuhan dan berat bdan bayi BBLR. Pemberian
makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih
rendah.
c. Pencegahan infeksi
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi
BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak
dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan
baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan
mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptic alat-alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien
ideal, megatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama,
mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotic yang tepat. Bayi
premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat
dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas / BBLR.
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu, penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan heard box, konsentrasi O2
yang tinggi dalam masa yang panajang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan jalan nafas
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchioles, bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli.
Terhambantnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan
akhirnya kematian.selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan
asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan
asfiksia perinatal. Bayi berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi
surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan
pada posisi miring, merangsang pernapaan dengan menepuk atau
menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi
endotracheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama
pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat
dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi
BBLR.
(Proverawati & Cahyo Ismawati, 2020)

Anda mungkin juga menyukai