Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah SDGTL

“ Proposal Keanekaragaman Morfologi Kuda jantan Batak “

Disusun Oleh :

Herpina Tumangger (1905104010010)

Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga Makalah
tentang proposal keanekaragam morfologi kuda jantan batak makalah ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya. Salawat beriringan salam marilah kita hanturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
terang benderang seperti saat ini.
Terima kasih kepada Ibu Elmy Mariana. selaku dosen mata kuliah Umum Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas kepada kami.
Makalah ini dipersiapkan dan diharapkan dapat membantu adik-adik di masa yang akan
datang dalam melaksanakan kegiatan belajar dengan lebih baik, terarah dan terencana sesuai
panduan yang telah ditetapkan.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penyusun mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini dan yang telah membantu baik secara langsung maupun tak
langsung.

Banda Aceh, April 2020

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
Latar Belakang.........................................................................................................................................4
Rencana Pengembangan.........................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
ASAL-USUL KUDA BATAK............................................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................................8
DESKRIPSI KUDA BATAK.............................................................................................................................8
BAB IV.......................................................................................................................................................10
POPULASI DAN WILAYAH SEBARAN.........................................................................................................10
Kabupaten Humbang Hasundutan.........................................................................................................10
BAB V........................................................................................................................................................11
KEBERAGAMAN MORFOLOGI...................................................................................................................11
KUDA JANTAN DI HUMBANG HASUNDUTAN...........................................................................................11
BAB VI.......................................................................................................................................................13
CARA PENGUKURAN KEANEKARAGAMAN...............................................................................................13
MORFOLOGIKUDA JANTAN DI HUMBANG HASUNDUTAN......................................................................13
Metode Pengumpulan Data..................................................................................................................13
BAB VII......................................................................................................................................................14
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................................................14
Pengukuran Morfologi Kuda..................................................................................................................14
BAB VIII.....................................................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sumberdaya genetik merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna, baik secara nyata
maupun yang masih berupa potensi. Wilayah Indonesia yang membentang luas dengan kondisi geografis
dan ekologi yang bervariasi telah menciptakan keanekaragaman sumberdaya genetik, terbuka peluang
yang besar bagi upaya program pemuliaan guna memperoleh manfaat secara optimal.
Untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya erosi genetik yang makin meningkat
terhadap sumberdaya genetik, maka perlu perhatian yang besar terhadap sumberdaya genetik yang ada
terutama varietas-varietas lokal baik tanaman maupun hewan. Perhatian diberikan dalam bentuk
kegiatan inventarisasi (koleksi), pendataan (dokumentasi), dan pelestarian (konservasi). Guna
meningkatkan nilai gunanya perlu diikuti dengan upaya identifikasi karakter penting melalui kegiatan
karakterisasi dan evaluasi secara sistematis dan berkelanjutan seperti melalui seleksi maupun rekayasa
genetik agar dapat dimanfaatkan.
Kuda lokal atau kuda asli Indonesia adalah jenis kuda yang berasal dari Indonesia dan sudah
hidup di dataran Indonesia selama bertahun-tahun lamanya. Kuda lokal yang berada di kabupaten
Humbang Hasundutan adalah kuda Batak. Kuda Batak memiliki postur tubuh yang jauh lebih kecil dan
pendek dari jenis kuda yang berasal dari negara lainnya seperti kuda Australia dan Inggris, kuda batak
memiliki warna bulu coklat terang dan mengkilat.
Rencana Pengembangan
Beberapa kabupaten di Sumatera Utara memiliki potensi dalam memelihara ternak kuda seperti
Kabupaten Karo, Siborong-borong, Humbang Hasundutan, Samosir, Deli Serdang. namun dalam
pemeliharaan yang diterapkan masyarakat di daerah tersebut tidak cukup maksimal dan efisien,
akibatnya pertumbuhan dan perkembang biakan dari ternak kuda tersebut tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan fakta yang didapat dilapangan banyak populasi ternak kuda jantan tidak sebanding dengan
banyaknya jumlah populasi betina. Hal yang memprihatinkan diketahui bahwa satu ekor kuda jantan
mengawini seluruh populasi betina dan mengingat hal ini sudah terjadi selama bertahun-tahun, bila hal
ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan keragaman genetik dari ternak kuda itu
dan mempengaruhi kualitas semen kuda jantan.

Peternak seperti di Kabupaten Karo juga mengawinkan ternak kuda betina mereka ke luar
daerah dan mendatangkan kuda jantan dari Australia guna memperbaiki kualitas genetik dimasa depan.
Namun tidak semua kabupaten di Sumatera Utara dapat mendatangkan kuda dari luar daerah maka
perlu dilakukan beberapa pengujian baik dari segi reproduksi dan produksi dari ternak kuda jantan di
salah satu Kabupaten di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Humbang Hasundutan.

Untuk meningkatkan produksi dan reproduksi ternak kuda tidak cukup hanya faktor pakan,
lingkungan dan genetik melainkan kondisi semen dan reproduksi. Untuk mencegah kekerabatan yang
dekat dari hasil perkawinan yang sama di kabupaten ini dan untuk mengetahui kondisi semen kuda
maka dilakukan pemeriksaan semen dan morfologi.

4
BAB II
ASAL-USUL KUDA BATAK

Kuda merupakan salah satu jenis ternak yang termasuk dalam golongan hewan sebagai berikut:
Filum : Chordata, yaitu hewan bertulang belakang
Kelas : mammalia yaitu binatang menyusui
Ordo : Perissodactyla
Famili : Equidae
Spesies : Equus caballus
caballus yang berkembang sekitar 5 juta tahun yang lalu pada zaman es.
Penyebaran kuda di dunia dimulai dari Amerika Utara ke arah Amerika Selatan, Asia, Eropa dan
Afrika yang terjadi sekitar 1 juta tahun yang lalu pada akhir zaman es (9000 SM). Sekitar abad ke-16
penjelajah Spanyol mendarat di Mexico dengan membawa 16 ekor kuda dan selanjutnya kuda-kuda ini
berkembang dan menyebar di wilayah Amerika (Edward 1994). Dari penyebaran ini maka tetua kuda
berasal dari tiga tipe primitif kuda yaitu : Forest Horse (Equus cabalus silvaticus), Asiatic Wild Horse
(Equus cabalus przewalskii przewalskii) dan Kuda Tarpan (Equus cabalus gmelini). Berdasarkan tipe
tetua tersebut maka berkembanglah empat dasar tipe kuda yaitu Pony tipe I, hidup di daerah Utara
sampai Eropa Barat dengan tinggi 1.22 – 1.27m, memiliki warna tubuh coklat dan bay, Pony tipe II, hidup
di daerah Utara Eurasia, tahan pada kondisi dingin dan mimiliki tinggi badan 1.42-1.47m, Pony tipe III,
hidup di daerah Asia Tengah dan tahan pada kondisi panas dengan tinggi badan sekitar 1.5 m dan Pony
tipe IV, hidup di daerah Asia Barat merupakan kuda padang pasir dan tahan pada kondisi panas dengan
tinggi badan sekitar 1.22 m (Edward 1994).
Perkembangan kuda di Indonesia dimulai sejak berdirinya kerajaan Hindu dan Budha pada abad
ke-7 Masehi. Kerajaan-kerajaan ini memiliki armada maritim yang kuat sehingga mempercepat usaha
pengembangbiakan dan penyebaran kuda keseluruh wilayah Indonesia mulai dari pulau Jawa sampai
Sulawesi bahkan sampai ke pulau-pulau kecil lainnya (Soehardjono 1990). Kuda yang terdapat di wilayah
Asia Tenggara khususnya Indonesia termasuk jenis kuda pony yang merupakan keturunan kuda
Mongolia (keturunan kuda Przewalski) yang menyebar dari wilayah bagian Timur dan Selatan dari
pegunungan India dan Tibet sampai ke Indonesia melewati Thailand dan Cina. Kuda pony pada
umumnya memiliki tinggi badan antara 1.13 – 1.33 m dengan bentuk badan yang kurang serasi karena
kaki bagian depan lebih berkembang dibandingkan kaki bagian belakang (Edward 1994).

5
Gambar 1. Nenek moyang kuda yang berkembang di Asia (Equus cabalus przewalskii przewalskii) dan
Kuda Modern
Pemuliaan kuda dikepulauan Indonesia dimulai sejak tahun 1800 dengan mendatangkan
beberapa ekor kuda yaitu kuda Arab, kuda Australia dan kuda Eropa. Jenis kuda Eropa didatangkan dari
negara Belanda, Jerman dan Belgia. Kuda-kuda ini selanjutnya disebarluaskan ke beberapa daerah di
Indonesia untuk dikawinkan dengan kuda lokal yang terdapat di daerah tersebut. Kuda Arab
disebarluaskan dan dikembangbiakan di daerah Sumatera Barat, kuda Australia di daerah Jawa dan kuda
Eropa di daerah Sulawesi Utara (Soehardjono 1990). Keturunan kuda yang dihasilkan di Sumatera Barat
dinamakan kuda Sandel Arab Sumatera Barat (SA), di daerah Jawa dinamakan kuda Priangan dan di
daerah Sulawesi Utara dinamakan kuda Minahasa (Soehardjono 1990). Hingga tahun 2003, di Indonesia
terdapat 11 jenis kuda lokal, yaitu kuda Gayo, kuda Batak, kuda Jawa, kuda Priangan, kuda Sulawesi,
kuda Lombok, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Sandel, kuda Flores dan kuda Timor (Sudardjat, 2003).
Secara umum karakteristik kuda lokal Indonesia disajikan pada tabel 1

Tabel 1. Karakteristik Kuda Lokal Indonesia

Jenis Kuda Tinggi Badan Karakteristik


(cm)

Kuda Sumba 127 Bentuk kepala lebih besar dibanding kaki, ukuran leher yang pendek,
sifatnya jinak dan cerdas, konformasi badan kurang sempurna tetapi
memiliki bagian punggung kuat.

Kuda Timor 122 Bentuk badan lurus dan leher pendek, bagian punggung lurus
dengan bahu dan ekor yang tinggi, bagian tengkuk dan ekor penuh
dengan bulu

Kuda Sandel 135 Tubuh kecil, bentuk kepala kecil dan bagus. Mata yang besar, bulu
yang lembut dan berkilauan, mempunyai kecepitan yang baik dan

6
sangat aktif dengan kuku kaki yang keras dan kuat.

Kuda Batak 132 Bentuk kepala bagus,bagian muka yang lurus, leher pendek dan
lemah. Bagian punggung yang panjang dan sempit dengan kaki
bagian belakang ramping, bagian rump tinggi, ekor dan tengkuk
mempunvai rambut yang bagus, serta posisi ekor cukup tinggi
sehingga sangat baik dalam pergerakan.

Kuda Jawa 127 Stamina yang baik dan tahan terhadap panas, ukuran tubuh lebih
besar dibandingkan kuda poni lainnya dan jinak. Kaki dan
persendiannya tidak berkembang dengan baik sehingga
mempengaruhi kekuatannya.

Kuda Padang 127 Kuku kaki keras dan bentuknya bagus, bagian tumit lemah.
Mempunyai konformasi yang baik, tetapi pertulangannya kecil.

Kuda Sulawesi 125 Daya tahan tubuh kuat, kaki tegap dan kuat dan bertemperamen
stabil.

Kuda Flores 124 Bentuk badan kecil dan jinak.

Kuda Bima - Badan kecil, pinggang yang pendek dengan daya tahan tubuh baik
dan memiliki langkah yang cepat.

Sumber: Edward (1994) dan FSI (2009)


Kuda Batak memiliki pengaruh dari darah kuda Arab yang dikembangkan oleh pemerintah
Belanda dalam rangka meningkatkan keturunan ternak kuda Indonesia melalui persilangan antara kuda
lokal dengan kuda Arab. Kuda Batak berasal dari Sumatera Tengah dan biasa digunakan oleh suku Batak
sebagai sumber daging dan alat pembayaran. Masa sekarang, kuda Batak merupakan kuda kerja dan
secara luas digunakan untuk berkuda. Kuda Batak memiliki peranan penting sebagai inti dari
perkembangbiakan kuda Indonesia. Kuda Batak merupakan kuda yang cakap, dengan karakter kuda
Arab dan proposi yang baik, serta memiliki tinggi badan sampai 1,32 m. Sifat kuda Batak antara lain
jinak, gesit dan cerdas sehingga mudah dalam pemiliharaannya (Edwards, 1994).

7
BAB III
DESKRIPSI KUDA BATAK

Kuda Batak merupakan kuda terbaik dari jenis kuda Sumatera yang banyak diternakan di daerah
Toba dan Karo. Kuda ini banyak digemari sebagai kuda penarik. Ciri-ciri kuda Batak adalah berahang
besar, leher bagian bawah sempit, tulang bahu berbentuk lurus dan bentuk tulang punggung
melengkung (Bongianni, 1995).

Kuda batak termasuk kuda yang ramping, tapi masih kuat dan kokoh. Secara umum, mereka
penurut, dan sebagian besar kesalahan mereka disebabkan oleh akses untuk mendapatkan makanan.
Satu-satunya jenis lain dari negara yang kualitas yang lebih baik adalah Sandalwood Pony. Kuda memiliki
kepala baik dengan profil lurus atau sedikit cembung. Leher pendek dan ramping, pundak yang
menonjol. Dada dan bentuk tidak lebar, punggung biasanya panjang, dan kuartal miring. Ekor teratur
dan cukup tinggi. Kuda batak dianggap penurut, dan cukup kuat. Mereka biasanya rata-rata tingginya
sekitar 1,1 meter tetapi mungkin berdiri untuk 1,3 meter , dan umumnya warna cokelat, tetapi bisa juga
warna apa saja.

Kuda Batak pernah digunakan sebagai hewan kurban untuk para dewa, tetapi sekarang
digunakan sebagai tunggangan. Darah Arab membuatnya bersemangat bila diperlukan, tetapi umumnya
tenang ditunggangi anak-anak dengan temperamennya yang sangat baik. Kecepatan mereka juga
membuat mereka populer untuk balap di kalangan penduduk setempat.

Terdapat di sekitar danau Toba

a. Tinggi antara 1,10-1,18 m.

b. tubuh cukup dalam dan lebar.

c. Anggota cukup besar.

d. Dada lebar dan dalam.

e. Kumba agak rendah dan pendek.

f. Punggung pendek dan kencang.

g. Urat-urat kemudi kebanyakan kurang baik.

h. Kuku biasanya kecil akan tetapi kualitasnya cukup baik.

i. cara berdiri biasanya baik.

j. Kebanyakan sendi loncat tegak.

k. Warna bermacam-macam

8
Hasil pengukuran morfologi kuda jantan di kabupaten Humbang Hasundutan adalah:

 panjang kepala berkisar antara 53 ± 57,8 cm total 836,6; rata-rata 55,77; simpangan baku 1,52
dan koefisien keragaman 2,71%.
 Lebar kepala berkisar antara 17,8 ± 20,7 cm; total 280,2; rata-rata 18,68; simpangan baku 0,847;
koefisien keragaman 4,53%.
 Panjang leher berkisar 56,8 ± 79,76 cm; dengan rata-rata 74,09; simpangan baku 5,98; koefisien
keragaman 8,07%.
 Tinggi pundak berkisar antara 128 ± 144 cm; dengan total 2034,7; rata-rata 138,49; simpangan
baku 13,31; koefisien keragaman 9,61.
 Lingkar dada berkisar antara 131 ± 148 cm; total 2044, 1; rata-rata 138,94; simpangan baku
8,50; koefisien keragaman 6,12%.
 Kedalaman dada memiliki ukuran berkisar antara 60,4 ± 77 cm; total 979,28; rata-rata 65,28%;
simpangan baku 4,46; koefisien keragaman 6,83%
 Panjang badan memiliki ukuran berkisar antara 72 ± 80,1 cm; total 1130,4; rata-rata 75,36;
simpangan baku 2,83; koefisien keragaman 3,76%.
 Tinggi pinggul memiliki ukuran berkisar antara 130 ± 139,2 cm; total 2035,4; rata-rata 135,69;
simpangan baku 2,94; koefisien keragaman 2,168%.
 Lebar pinggul memiliki ukuran berkisar antara 38 ± 42 cm; total 602,85; rata-rata 40,19;
simpangan baku 1,26; koefisien keragaman 3,143%. Diameter scrotum memiliki ukuran berkisar
antara 9,33 ± 11,62 cm; total 157,31; rata-rata 10,48; simpangan baku 0,99; koefisien
keragaman 9,45%.

9
BAB IV
POPULASI DAN WILAYAH SEBARAN

Kabupaten Humbang Hasundutan

Populasi kuda batak banyak di daerah Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, sekitar
14 km dari Lembah Bakara.Kuda batak diketahui tersebar di daerah Provinsi Sumatera Utara. seperti
Kabupaten Karo, Siborong-borong, Humbang Hasundutan, Samosir, Deli Serdang Bentuk kuda ini
menyerupai kuda mongol. Tubuhnya kecil, perimbangan tubuhnya baik,memiliki hidung yang besar dan
relatif panjang, kepala sukar ditundukkan secara sempurna karena tengkuknya yang pendek, ekor
duduknya tinggi, warna bermacam-macam mulai dari hitam, coklat, merah, putih, kuda ini merupakan
jenis kuda beban (Sostroamidjojo dan Soerardji, 1990)
Kuda Batak merupakan kuda terbaik dari jenis kuda Sumatera yang Kuda ini banyak digemari
sebagai kuda penarik. Ciri-ciri kuda Batak adalah berahang besar, leher bagian bawah sempit, tulang
bahu berbentuk lurus dan bentuk tulang punggung melengkung banyak diternakan di daerah Toba dan
Karo
Jumlah sampel kuda di Kabupaten Humbang Hasundutan
1. Dolok Desa Sanggul Sirisirisi yaitu 43
2. Dolok Desa Sanggul Sait Nihuta yaitu 17
3. Pollung DesaDolok Nabolon yaitu 11
4. Parlilitan Desa Sihassima yaitu 6

10
BAB V
KEBERAGAMAN MORFOLOGI
KUDA JANTAN DI HUMBANG HASUNDUTAN

Morfologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu pengetahuan tentang bentuk
luar dan susunan mahluk hidup atau ciri yang tampak dari luar tubuh mahluk hidup. Parameter tubuh
adalah nilai-nilai yang dapat diukur dari bagian tubuh ternak termasuk ukuran-ukuran yang dapat dilihat
pada permukaan tubuh sapi, antara lain ukuran kepala, tinggi, panjang, lebar, dalam dan lingkar dada
(Natasasmita dan Mudikdjo, 1979).
Indicator penilaian produkstifitas ternak dapat dilihat berdasarkan parameter tubuh ternak
tersebut. Parameter tubuh yang sering dipergukan dalam menilai produktifitas antara lain tinggi badan,
lingkar dada dan panjang badan. Bobot badan juga merupakan indicator penilaian produktifitas dan
keberhasilan manajemen peternakan (Blakely dan Bade, 1991).
Kuda batak diketahui tersebar di daerah Provinsi Sumatera Utara. Bentuk kuda ini menyerupai
kuda mongol Pengukuran ukuran tubuh digunakan untuk membedakan keragaman baik ukuran maupun
bentuk tubuh terhadap populasi ternak berukuran besar seperti kuda (Dietl, Hoffmann & Reinsch. 2005).
Proporsi ukuran (size) kuda yang baik adalah sebesar 10%-11% untuk kepala dan 89%-90% untuk
tubuh yang meliputi badan dan leher. Ukuran tubuh, langkah kaki, kualitas kuku, gerak (jarak langkah,
elastisitas dan keteraturan) dan struktur gigi merupakan penciri konformasi tubuh kuda. Tinggi pundak,
tinggi panggul, panjang tubuh,lingkar
dada dan lingkar kanon merupakan ukuranukuran tubuh kuda pula. Lingkar dada memiliki
pengaruh yang besar terhadap performa (ukuran tubuh) ternak kuda (Anonim, 2011)

Tabel . Pengukuran morfologi kuda di Kabupaten Nusantara Club Bogor

Morfologi Kuda

Panjang Lebar Panjang Tinggi Lingkar Kedalam Panjang Tinggi Lebar


Kepala Kepala Leher Pundak Dada an Dada Badan Pinggul Pinggul

RR 60, 954 21,227 49,090 149,54 167,90 42,454 ± 146 ± 150,636 38,954 ±
± 1,785 ± 1,998 ± 4,139 ± 5,040 ± 5,813 4,148 3,464 ± 4,726 1,963
Kk 2,92%. 9,41 % 8,43% 3,37 % 3,41% 9,77 % 2,37 % 3,13 % 5,03%
Sumber : Grantino F, dkk 2017

Tabel . Pengukuran morfologi kuda di Kecamatan Tompaso Barat

Morfologi Kuda

11
Panjan Lebar Panjang Tinggi Lingkar Kedalama Panjang Tinggi Lebar
g Kepala Leher Pundak Dada n Dada Badan Pinggul Pinggul
Kepala
RR 21,227 19,363 ± 56,590 ± 155,363 177,636 42,863 ± 150,363 152,818 ± 36,681
± 1,998 1,328 5,359 ± 5,150 ± 7,345 4,852 ± 4,530 4,283 ± 3,197
KK 9,41 % 6,85% 9,46.% 3,31 % 4,13%. 11,31%. 3,01 %. 2,80 %. 8,71%.
Sumber : Grantino F, dkk 2017

Kepala kuda merupakan bagian tubuh yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai
dengan jenis spesies, bangsa, jenis kelamin, habitat hidup dan kondisi kesehatan yang terlihat.
Kuda yang hidup di daerah pegunungan dan dataran tinggi memiliki kepala yang relatif pendek
dengan dahi yang lebih lebar dan panjang serta mempunyai moncong pendek (Sasimowski,
1987).
.Hasil pengukuran morfologi kuda jantan di kabupaten Humbang Hasundutan adalah:

 panjang kepala berkisar antara 53 ± 57,8 cm;


 Lebar kepala berkisar antara 17,8 ± 20,7 cm;.
 Panjang leher berkisar 56,8 ± 79,76 cm;
 Tinggi pundak berkisar antara 128 ± 144 cm;
 . Lingkar dada berkisar antara 131 ± 148 cm;.
 Kedalaman dada memiliki ukuran berkisar antara 60,4 ± 77 cm;

12
BAB VI
CARA PENGUKURAN KEANEKARAGAMAN
MORFOLOGIKUDA JANTAN DI HUMBANG HASUNDUTAN

Alat
Adapun alat yang digunakan adalah pita meter dan tongkat ukur dalam satuan cm untuk
mengukur morfologi tubuh dari kuda,
Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah 15 ekor kuda yang berjenis kelamin jantan yang sudah
dewasa kelamin dan dewasa tubuh didapat di Desa Janji 6 ekor, Desa Sihite 3 ekor, Desa
Saitnihuta 2 ekor, Desa Sirisirisi 3 ekor yang berada di Kabupaten Humbang Hasundutan, untuk
diambil sampel semen dan ukuran morfologi dari kuda, kapas dan alkohol 85% digunakan
untuk sterilisasi peralatan yang digunakan
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah survey pengamatan langsung dengan metode
pengambilan sampel purposive sampling (pengambilan sampel secara disengaja dengan
kriteria tertentu) kriteria yang dimaksud dipenelitian ini adalah kuda jantan lokal yang sudah
dewasa kelamin dan dewasa tubuh untuk diukur dari morfologinya.
Parameter Penelitian
Parameter bagian pengukuran morfologi kuda dibagi menjadi beberapa bagian pengukuran
yaitu :Kepala, leher pundak ,dada, badan,dan Pinggul,
Prosedur Penelitian
Pengukuran morfologi tubuh kuda dilakukan dengan menggunakan pita meter (cm) dan
tongkat ukur (cm). Pengukuran morfologi merupakan pengukuran yang dilakukan dengan jarak
antar tulang dari anggota tubuh kuda
Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari hasil pengukuran kualitas reproduksi semen dan morfologi tubuh kuda sesuai
dengan parameter penelitian (morfologi meliputi pengukuran panjang kepala, lebar kepala, panjang
leher, tinggi pundak, meliputi lingkar dada, lebar dada, dan kedalaman dada, lingkar badan, panjang
badan, tinggi badan, meliputi lebar pinggul, tinggi pinggul, panjang pinggul, diameter scrotum,
kekentalan, warna, pH konsentrasi, abnormalitas, motilitas dari kuda jantan yang sudah dewasa kelamin
dan dewasa tubuh). Data sekunder diperoleh dari berbagai jurnal ilmiah, text book, skripsi (laporan
penelitian), serta referensi lain. Data yang dihasilkan disusun secara tabulasi.

13
BAB VII
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Morfologi Kuda


Hasil pengukuran morfologi kuda di kabupaten Humbang Hasundutan adalah: panjang
kepala berkisar antara 53 ± 57,8 cm; total 836,6; rata-rata 55,77; simpangan baku 1,52 dan
koefisien keragaman 2,71%. Lebar kepala berkisar antara 17,8 ± 20,7 cm; total 280,2; rata-rata
18,68; simpangan baku 0,847; koefisien keragaman 4,53%. Panjang leher berkisar 56,8 ± 79,76
cm; dengan rata- rata 74,09; simpangan baku 5,98; koefisien keragaman 8,07%.Tinggi pundak
berkisar antara 128 ± 144 cm; dengan total 2034,7; rata-rata 138,49; simpangan baku 13,31;
koefisien keragaman 9,61. Lingkar dada berkisar antara 131 ± 148 cm; total 2044, 1; rata-rata
138,94; simpangan baku 8,50; koefisien keragaman 6,12%. Kedalaman dada memiliki ukuran
berkisar antara 60,4 ± 77 cm; total 979,28; rata-rata 65,28%; simpangan baku 4,46; koefisien
keragaman 6,83%.
Tabel . Total, rata-rata, simpangan baku, simpangan rata-rata, ragam, koefisien
keragaman dari morfologi kuda.

Morfologi Kuda

Panjang Lebar Panjang Tinggi Lingkar Kedalaman Panjang Tinggi Lebar Diameter
Kepala Kepala Leher Pundak Dada Dada Badan Pinggul Pinggul Scrotum

Tot 836,6 280,2 1121,98 2034,7 2044,1 979,28 1130,4 2035,4 602,85 157,31

RR
55,77 18,68 74,79 135,64 136,27 65,28 75,36 135,69 40,19 10,48

SB 1,52 0,84 3,76 2,575 4,635 4,46 2,83 2,942 1,264 0,99

KK 2,72% 4,53% 5,03% 1,89% 3,40% 6,83% 3,76% 2,16% 3,14% 9,45%
Keterangan :

Tot : Total
RR : Rata-
rata

SB : Simpangan Baku

KK : Koefisien Keragaman

Panjang badan memiliki ukuran berkisar antara 72 ± 80,1 cm; total 1130,4; rata-rata 75,36;
simpangan baku 2,83; koefisien keragaman 3,76%. Tinggi pinggul memiliki ukuran berkisar
antara 130 ± 139,2 cm; total 2035,4; rata-rata 135,69; simpangan baku 2,94; koefisien
keragaman 2,168%. Lebar pinggul memiliki ukuran berkisar antara 38 ± 42 cm; total 602,85;
rata-rata 40,19; simpangan baku 1,26; koefisien keragaman 3,143%. Diameter scrotum
memiliki ukuran berkisar antara 9,33 ± 11,62 cm; total 157,31; rata-rata 10,48; simpangan baku
0,99;koefisien keragaman 9,45%.

14
Hasil data diatas memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dengan pernyataan Grantino F dkk
(2017) yang dilakukan di kabupaten Nusantara Polo Club Bogor Jawa barat dan Kecamatan
Tompaso Barat dan menyatakan bahwa pengukuran panjang kepala kuda, Lebar kepala, tinggi
pundak, dan lingkar dada, Didapati bahwa data pengukuran lebih besar dari hasil pengukuran
panjang leher dan dalam dada . Hasil panjang badan tinggi pinggul lebih kecil. Hasil lebar
pinggul memiliki nilai yang sama

15
BAB VIII
PENUTUP

Upaya pengembangan kuda Batak sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya pendukung
yaitu sumber daya pakan, kondisi agroekosistem, faktor manusia (skill, tenaga kerja), dan modal. Kuda
Batak berpotensi dikembangkan karena kuda Batak memiliki daya adaptasi yang cukup baik dengan
produksi dan reproduksi yang baik dengan harapannya kuda Batak dapat menjadi sumber bibit kuda
lokal Indonesia dan populasi dapat ditingkatkan melalui seleksi, pengaturan perkawinan dan manajemen
pemeliharaan yang lebih baik sehingga kuda Batak dapat menjadi ternak yang dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

Demikianlah proposal ini kami susun, sangat diharapkan bantuan dan partisipasi dari Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk
mengabulkan usulan penetapan kuda Batak sebagai galur ternak lokal Sumatera Utara. Dengan
penetapan tersebut, maka keberadaan kuda Batak mempunyai legalitas dari aspek hukum dan akan
menjadi pendorong bagi pemerintah bersama masyarakat untuk terus menjaga, melestarikan dan
mengembangkan, sehingga akan lebih memberi manfaat khususnya bagi masyarakat Smumatera Utara
dan Indonesia pada umumnya.dan mengharapkan pemerintah dapat menghimbau kepada kepada
peternak agar melakukan perkawinan secara berkala dengan kuda lokal saja yang ada dikabupaten
Humbang Hasundutan karena hasil koefisien keragaman yang dihasilkan menunjukan kualitas yang baik
dengan nilai yang seragam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Ahmad, I Wayan Arnata, Gusti Ayu Adek, 2011, Rancangan


Percobaan. Lintaskata publishing

Blakely and Bade, 1984. Ilmu Peternakan Gadjah Mada University Press
Yogyakarta.

Blakely and Bade, 1991. Ilmu Peternakan Edisi ke-4 Gadjah Mada University
Press Yogyakarta.

Bongianni, 1995. Dalam skripsi berjudul kuda beban sebagai alat transportasi
di kecamatan saipar dolok hole Tapanuli Selatan Sumatera Utara.
Rahmadani Siregar. 2011. Institusi Pertanian Bogor

Dietl. G. Hoffmann, S & N. Reinsch, 2005. Mecklenburger Warmblood hourse


judge in the mare performance test of warm blood horses. Arch Tiez.

Edwards, 1994, synthetic inhibitors of elastase. First published : history


DOI:10.1002/med.2610140202. Medicial Reserch Reviews

Ensminger, M.E. 1962. Animal Science (Animal Agriculsture Series). 5th Ed.
The Interstate Printers & Publisher Inc, Danville

.
Fahmy, M.M. dan C.S.Bernard. 1972. Interrelation between some reproductive
traits in swine.Can.J.Anim.Sci.52.39.
Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2016. diakses
dari http://humbanghasundutan.bps.go.id pada tanggal 17 april
2017 pukul
21.37 WIB

Lasley,T.J.1978. Genetic of livestock Improvement.3rd Ed. Prentice Hall of India


Private Ltd.New Delhi.

17
Liu,B.H. 1998. Statistical Genomic; linkage, mapping and QTL analysis. New
York: CRC Press

Mizainul Akbar, 2016. Estimasi Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Kuda di Sumatera
Utara Melalui Analisis Kraniometrik. USUpress

18

Anda mungkin juga menyukai