Anda di halaman 1dari 30

Menu Berbasis Pangan Lokal

untuk Cegah Stunting bagi Balita

Dr. Siti Helmyati

Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia


FK-KMK, UGM
Outline
• Peluang emas mencegah stunting pada baduta
• Kebutuhan gizi anak
• Keanekaragaman hayati dan kekayaan kuliner Indonesia
• Contoh-contoh menu pangan lokal untuk cegah stunting
• Pemberian makanan untuk balita
Peta sebaran masalah stunting di
Indonesia
Selain stunting, Indonesia
tercatat juga mengalami
masalah anemia

30,8% anak Indonesia


stunting (RISKESDAS 2018)

149 juta (21.9%) balita di


seluruh dunia
diperkirakan mengalami
stunting

Target RPJMN Target global


menurunkan angka mengurangi angka
stunting hingga 14% stunting anak hingga
pada 2024 40% pada 2025
Kerangka penyebab stunting di
Indonesia
Peluang emas 1000 hari pertama
kehidupan
• Gagal mencapai pertumbuhan dan
Pada anak stunting,
Tidak ditangani perkembangan optimalnya
dengan baik gangguan pertumbuhan
• Penurunan fungsi kognitif
dan perkembangan
• Peningkatan risiko penyakit kronis di
Gangguan bersifat ireversibel
masa dewasa
pertumbuhan
terjadi sejak anak
dalam kandungan
hingga berusia 2 • 10 kali lebih mungkin untuk
tahun mencegah penyakit anak yang
berbahaya
• Performa anak di sekolah lebih baik
Ditangani • Memiliki kesejahteraan dan tingkat
dengan baik
pendapatan lebih baik di masa
dewasa
• Menjadi keluarga yang lebih sehat
Sumber: de Onis & Branca, 2016; UNICEF, 2017
Asupan gizi yang baik untuk anak
Baduta merupakan kelompok
yang tepat untuk
mengoptimalkan intervensi Lifelong nutrition
gizi mencegah stunting
Setiap fase kehidupan mulai dari
bayi, balita, anak-anak, dan remaja
memiliki karakteristik kebutuhan
gizi, perilaku makan, dan variasi
asupan yang perlu diperhatikan

Membentuk status gizi dan


Membentuk kesehatan, serta perilaku makan
Rawan kekurangan gizi, fase Perilaku makan
status gizi dan seumur hidup
pertumbuhan dan mudah terpengaruh
perkembangan yang cepat dengan lingkungan kesehatan
hingga dewasa
Makanan
dan gizi
untuk balita
Exposed to their peers

Sumber: UNICEF, 2019


5 Tahun Pertama Kehidupan Anak

Fase terjadi Asupan makanan dan Mendukung performa


pertumbuhan fisik gizi yang baik dapat di sekolah dan
dan perkembangan menurunkan risiko kesehatan hingga
otak yang cepat penyakit dan infeksi masa dewasanya

Masyarakat ekonomi lemah adalah kelompok berisiko


• Tidak mampu menyediakan makanan bergizi
• Tidak mengetahui bagaimana menyiapkan makanan bergizi

Kegagalan memenuhi asupan gizi yang baik sejak anak di


dalam kandungan hingga usia 2 tahun dapat meningkatkan
risiko stunting, wasting, dan defisiensi gizi mikro
Dampak masalah gizi pada kelompok usia ini dapat dirasakan
seumur hidup
ASI: makanan terbaik untuk
anak usia 0-6 bulan
Manfaat untuk anak Manfaat ekonomi
• Menurunkan angka kematian • Pada masa dewasanya memiliki
neonatus dan bayi potensi tingkat kesejahteraan
• Melindungi dari diare dan infeksi yang lebih baik dan produktif
• Mengurangi kejadian leukemia • Biaya kesehatan anak yang
• Mengurangi kematian bayi lebih rendah
mendadak dan penyakit yang
mengancam jiwa
• Menurunkan kemungkinan kelebihan Manfaat untuk ibu
berat badan dan obesitas • Membantu mencegah
• Meningkatkan performa di sekolah perdarahan post partum
dan kecerdasan Usia 6 bulan, bayi mulai • Meningkatkan jarak kelahiran
diperkenalkan dengan makanan • Menurunkan risiko kanker
pendamping payudara dan ovarium
Situasi
konsumsi
makan anak 0-
23 bulan di
seluruh dunia
(UNICEF, 2018)

UNICEF dan WHO merekomendasikan


baduta untuk mengonsumsi setidaknya 5-
8 kelompok bahan makanan
Cont’

Pada negara dengan pendapatan


Anak-anak usia 6-11 bulan cenderung
menengah ke bawah, pola konsumsi baduta
diberikan makanan yang kurang bervariasi,
cenderung tinggi sumber karbohidrat dan
dibandingkan kelompok usia 12-23 bulan
rendah protein, sayur & buah
Kekayaan hayati Indonesia

Sumber: Mongabay, 2016

Keanekaragaman hayati
nomor 3 di dunia
setelah Brazil dan
Colombia
Dari seluruh flora dan fauna di dunia:

10% (25.000) 12% (515) 17% (1592) 16% (781)


spesies spesies spesies spesies hidup di
tumbuhan mamalia burung reptil Indonesia
vaskuler
Saat ini, pemerintah fokus
Keanekaragaman mengembangkan 6 bahan
pangan sumber karbohidrat
pangan lokal sebagai pengganti nasi

Lokasi Indonesia di wilayah tropis dan Tidak hanya bahan makanan, Makan tidak hanya untuk
tanah yang subur sangat menguntungkan Indonesia juga kaya tradisi mencegah lapar dan
dengan banyaknya jenis sayur dan buah kuliner  teknik memasak, kesehatan, tetapi juga
yang mungkin sulit dijumpai di negara lain rempah, dan budaya makan menunjukkan identitas
bangsa dan budaya
Isi Piringku untuk balita

Sayur atau buah


Sumber protein
25% Sayur dan buah
hewani Protein hewani
30%
30% dan nabati
35%

Anak 6-23 Anak 2-5


bulan tahun
Kacang-kacangan
10%

Sumber Sumber
karbohidrat karbohidrat
35% 35%
Kebutuhan gizi anak usia 6-11 bulan

Usia 6-8 bulan Usia 9-11 bulan

• Total energi per hari: ±200 kkal • Total energi per hari: ±300 kkal
• Kecukupan karbohidrat: 35-60% dari • Kecukupan karbohidrat: 35-60% dari
total energi atau 70-120 kkal/hari total energi atau 105-180 kkal/hari
• Kecukupan protein: 10-15% dari total • Kecukupan protein: 10-15% dari total
energi atau 20-30 kkal/hari energi atau 30-45 kkal/hari
• Kecukupan lemak: 30-45% dari total • Kecukupan lemak: 30-45% dari total
energi atau 60-90 kkal/hari energi atau 90-135 kkal/hari
• Konsistensi makanan: saring, lumat • Konsistensi makanan: cincang halus,
cincang kasar, finger foods
Kebutuhan gizi anak usia 1-5 tahun

Usia 1-3 tahun Usia 4-5 tahun

• Total energi per hari:1350 kcal • Total energi per hari: 1600 kkal
• Kecukupan karbohidrat: 55-60% dari • Kecukupan karbohidrat: 55-60% dari
total energi atau 192,5-202,5 total energi atau 220-240 gram/hari
gram/hari • Kecukupan protein: 10-15% dari total
• Kecukupan protein: 10-15% dari total energi atau 40-60 gram/hari
energi atau 34-50,5 gram/hari • Kecukupan lemak: 30-35% dari total
• Kecukupan lemak: 30-35% dari total energi atau 53,3-62 gram/hari
energi atau 46,6-54,4 gram/hari • Konsistensi makanan: padat
• Konsistensi makanan: padat
Contoh menu balita dengan
bahan pangan lokal
Menu MP-ASI untuk usia 6-8 bulan

Ikan sidat banyak dikonsumsi oleh


masyarakat Jawa Barat. Berbentuk
seperti belut. Kaya protein. Banyak
diekspor ke luar negeri. Di Jepang,
ikan yang digemari ini dikenal
dengan nama Unagi
Cont’

Bubur mengguh
makanan khas Bali dari
daerah Buleleng. Dapat
dimodifikasi menjadi
menu MP-ASI
Menu untuk usia 9-11 bulan

Ikan peletuk bumbu kuning


Makanan khas Kalimantan Barat.
Dibuat dari ikan air tawar. Ikan
mengandung asam lemak omega
3, zat besi, vitamin D, Selenium
yang baik untuk tumbuh
kembang bayi. Dapat dimodifikasi
menjadi menu MP-ASI
Cont’

Baeba

Kue lembut khas Nusa Tenggara Barat.


Dapat menjadi salah satu pilihan menu
selingan untuk usia 9-11 bulan
Menu untuk usia 1-5 tahun

Mie des
sayur

Mie des. Mie yang terbuat dari


singkong, khas Bantul DIY. Dapat diolah
menjadi menu sehat dengan tambahan
sayur dan sumber protein, cocok
dikonsumsi oleh balita
Cont’
Nasi Tutug Oncom

Nasi tutug oncom. Makanan khas Sunda dengan ciri


khas nasi campur oncom dan ayam tumbuk. Dapat
dimodifikasi menjadi makanan sumber karbohidrat
yang cocok diperkenalkan dan dikonsumsi oleh anak
Con’t

Nasi sela. Khas Bali. Terbuat dari Ayam betutu. Betutu Bulung kuah pindang. Bulung
nasi yang dimasak bersama ubi. adalah masakan khas Bali adalah olahan rumput laut
Merupakan salah satu diversifikasi yang termasuk dalam Bali. Merupakan makanan
pangan lokal dan dapat warisan budaya tak benda. kaya prebiotic dan serat yang
diperkenalkan kepada balita baik untuk pencernaan balita
Con’t

Sayur lebui. Khas Lombok, NTB. Catemak jagung. Aka bilan. Makanan khas Belu, NTT.
Terbuat dari kedelai hitam sebagai Terkenal sebagai Makanan olahan sagu dan kacang hijau.
bahan utama. Kedelai hitam makanan penutup dari Dapat menjadi makanan pokok
merupakan kacang-kacangan Labuan Bajo, NTT. pengganti nasi
dengan kandungan protein dan Terbuat dari jagung,
antioksidan yang baik kacang-kacangan, dan
berbagai sayuran.
Prinsip pemberian makan untuk
usia 6-11 bulan

Memberikan makanan Menyajikan makanan dalam


sesuai dengan daya terima bentuk dan warna yang
anak menarik perhatian anak

Menghindari menggunakan
bahan makanan yang dapat Tidak memaksakan makan
merangsang pencernaan dan membuat anak
seperti makanan pedas, menikmati waktu makan
bergas, dan terlalu berserat
Prinsip pemberian makan untuk
usia 1-5 tahun

Mengenalkan aneka Memberikan makanan Tidak memaksa anak


ragam makanan porsi kecil untuk makan

Sebisa mungkin hindari


Menciptakan suasana Pelan-pelan edukasi anak
menggunakan penyedap
makan yang sehingga memiliki
rasa, gula, garam, minyak
menyenangkan perilaku makan yang baik
yang berlebih
Kesimpulan
• Peluang emas untuk mencegah stunting terjadi pada masa 1000 hari
kehidupan (masa konsepsi hingga anak berusia 2 tahun)
• Setiap fase pertumbuhannya, balita, anak, dan remaja memerlukan asupan
yang spesifik dan metode pemberian makan yang berbeda
• Anak-anak yang lebih muda cenderung diberikan makanan yang kurang
bervariasi. Padahal sangat penting mengenalkan berbagai variasi makanan,
termasuk makanan lokal
• Aktivitas mengonsumsi makanan tidak hanya untuk mempertahankan fungsi
tubuh, namun juga memiliki manfaat kesehatan, budaya, dan identitas bangsa
• Pemberian makan yang baik akan membantu anak mencapai pertumbuhan
dan perkembangan optimal dengan risiko malnutrisi/penyakit yang lebih
rendah
Referensi
• 2020 Global Nutrition Report: Action on equity to end malnutrition. Bristol, UK:
Development Initiatives.
• de Onis M dan Branca F. 2016. Childhood stunting: a global perspective.
Matern Child Nutr. 12(Suppl 1): 12–26.
• Mongabay. 2016. Top 10 biodiverse countries. (Online) dapat diakses di:
https://news.mongabay.com/2016/05/top-10-biodiverse-countries/
• UNICEF. 2017. First 1000 days the critical window to ensure that children survive
and thrive. https://www.unicef.org/southafrica/media/551/file/ZAF-First-1000-
days-brief-2017.pdf
• UNICEF. 2019. Children, food, & nutrition: Growing well in a changing world.
• https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/LEAFLET-ISI-
PIRINGKU-ilovepdf-compressed_1011.pdf
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai