HIPERBOLA
HIPERBOLA i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hiperbola”.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Geometri Analitik Bidang. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat
bimbingan, arahan dan bantuan dari dosen kami Bapak Dr. Damianus D. Samo, Semoga
bimbingan, arahan dan bantuan yang Bapak berikan menjadi amal ibadah dan mendapat
imbalan dari-Nya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Harapan
penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
HIPERBOLA ii
DAFTAR ISI
HIPERBOLA..............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah............................................................................................................................1
1.3Tujuan...............................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1Definisi Hiperbola.............................................................................................................................2
2.2Persamaan Parabola Pusat (0,0)......................................................................................................2
2.3Persamaan Hiperbola Pusat (a,b)....................................................................................................6
2.4Persaamaan garis singgung hiperbola..........................................................................................10
2.5Aplikasi hiperbola...........................................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
3.1Kesimpulan.....................................................................................................................................16
3.2Saran................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................xviii
HIPERBOLA HIPERBOLA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irisan kerucut dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik pada sebuah
bidang, sedemikian sehingga jarak titik-titik tersebut ke sebuah titik tetap F (yang disebut
fokus) memiliki rasio yang konstan terhadap jarak titik-titik tersebut ke sebuah garis tetap
L (disebut direktris) yang tidak mengandung F. Irisan kerucut adalah lokus dari semua titik
yang membentuk kurva dua dimensi yang terbentuk oleh irisan sebuah kerucut dengan
sebuah bidang. Empat jenis yang dapat terjadi adalah: lingkaran, ellips, hiperbola, dan
parabola.
Dalam memahami geometri irisan kerucut, sebuah kerucut dianggap memiliki dua
kulit yang membentang sampai tak berhingga di kedua arah. Sebuah generator adalah
sebuah garis yang dapat dibuat pada kulit kerucut dan semua generator saling berpotongan
di satu titik yang disebut verteks kerucut. Untuk memahami materi ini lebih lanjut, maka
penulis akan membahas mengenai hiperbola.
1.3 Tujuan
HIPERBOLA 1
BAB II
PEMBAHASAN
Kurva bisa kita peroleh dengan mengiriskan ssebuah bangun datar dengan bangun ruang berbentuk
kerucut sehingga irisannya berbentuk parabola. Hiperbola dapat didefinisikan sebagai himpunan semua
titik (misalkan titik p(x,y) dimna selisih jarak setiap titik terhadap dua titik tertentu yang bukan anggota
himpunan tersebut (titik focus) adalah tetap. Dua titik tertentu itu disebut titik focus atau titik api (F1 dan
F2) hiperbola dan himpuan semua titik p membentuk kurva hiperbola.
Untuk menemukan persamaan hiperbola kita akan menggunakan konsep jarak antara dua titik
Untuk memudahkan cara penurunan rumus cara menemukan persamaan hiperbola, kita akan gambar dulu
ilustrasi kurva hiprbolanya dan titik yang diketahui sehingga kita bisa menghitung jarak-jarak yang terkit
dalam penghitunga untuk menemukan persamaa hiperbola.
Misalkan titik focusnya adalah F 1(−c ,0) dan F 1(c , 0) dengan jarak |F 1 F 2|=2 c terdapat dua titik
uncak yaitu A(-a,0) dan B(a,0) serta titik pusat hiperbola adalah (0,0). Terdapat juga ssumbu nyata yaitu
garis yang melalui kedua titik focus dan sumbu imajiner yait garis yang tegak lurus dengan sumbu nyata
HIPERBOLA 2
yang melalui titik pusat hiperbola. Pada sumbu imajiner terdapat dua titik yaitu C(0,-b) daan D(0,b). kitaa
ambil sembarang himpunan P(x,y) paada kurva hiperbola. Selisih jaraak titik P ke F 1 dan F 2 adalah tetap
yaitu sebesar 2a dengan a>0, artinya dapat kita tuliskan |F 1 P|−|F 2 P|=2 a. Perhatikan ilustrasi gambar
berikut ini.
Perhatikan segitiga DMB adalaah segitiga siku-siku ssehingga berlaku teorema phytaagoras yaitu:
|F 1 P|−|F 2 P|=2 a
√¿ ¿ ¿
HIPERBOLA 3
a 2( x 2−2cx +c 2 + y 2 )=c 2 x 2−2 ca 2 x +a4
b 2 x 2−a2 y 2=a2 b2
b2 x 2 a2 y 2 a 2 b 2
− =
a2 b2 a 2 b2 a 2 b 2
x2 y 2
− =1
a2 b2
x2 y 2
Sehingga persamaan hiperbolanya adalah − =1
a2 b2
kurva hiperbola dengan sumbu nyata di sumbu y.
Misalkan titik focusnya adalah F 1(0 ,−c ) dan F 2(0 , c) dengan jarak |F 1 F 2|=2 c terdapat dua titik
uncak yaitu A(0,-a,) dan B(0,a) serta titik pusat hiperbola adalah (0,0). Terdapat juga ssumbu nyata yaitu
garis yang melalui kedua titik focus dan sumbu imajiner yait garis yang tegak lurus dengan sumbu nyata
yang melalui titik pusat hiperbola. Pada sumbu imajiner terdapat dua titik yaitu C(-b,0) daan D(b,0). kitaa
ambil sembarang himpunan P(x,y) paada kurva hiperbola. Selisih jaraak titik P ke F 1 dan F 2 adalah tetap
yaitu sebesar 2a dengan a>0, artinya dapat kita tuliskan |F 1 P|−|F 2 P|=2 a. Perhatikan ilustrasi gambar
berikut ini.
HIPERBOLA 4
Perhatikan segitiga DMB adalaah segitiga siku-siku ssehingga berlaku teorema phytaagoras yaitu:
|F 1 P|−|F 2 P|=2 a
√(x−0)2 +( y−(−c))2−√( x −0)2+( y−c)2=2 a
√( y + c)2 + x2 −√( y−c)2 + x 2=2 a
2 a+ √( y −c)2 + x 2=√ ( y+ c)2 + x 2
2 2 2 2 2 2
(2 a+ √( y−c ) + x ) =( √ ( y+ c) + x )
4 a2 +4 a √ ( y−c)2 + x 2+ y2 −2 cy+ c 2+ x 2= y2 +2 cy +c 2 + x 2
HIPERBOLA 5
4 a √( y−c)2 + x 2=4 cy−4 a2
b 2 y 2 −a2 x 2=a2 b2
b2 y 2 a 2 x 2 a 2 b 2
− =
a2 b 2 a 2 b 2 a 2 b 2
y2 x2
− =1
a2 b 2
y2 y2
Sehingga persamaan hiperbolanya adalah 2 − 2 =1
a b
CONTOH SOAL
2 2
1. Diketahui persamaan hiperbola 4 x – 9 y =36. Tentukanlah :
a. Koordinat pusat e. Persamaan garis asimtot
b. Koordinat titik puncak f. Panjang latus rectum
c. Koordinat titik focus g. eksentrisitas
d. Persamaan garis direktriks h. sketsa grafiknya
Penyelesaian:
2 2 x2 y 2
4 x – 9 y =36 ↔ − =1
9 4
a 2=9 ↔ a=3
b 2=4 ↔ b=2
HIPERBOLA 6
a. koordinat titik pusatnya adalah ( 0,0 )
b. koordinat titik puncaknya (a,0) dan (-a,0) adalah (3,0) dan (-3,0)
c. c= √ a 2+ b2=√ 9+ 4=√ 13
koordinat titik fokusnya F1 ( -c,0) dan F2 (c,0) adalah F1 (√ 13, 0) dan F2 (√ 13, 0)
a2 9 9 −a2 −9
x= = = √ 13 dan x= = √13
c √ 13 13 c 13
b 2 −b −2
y= x= x dan y = x= x
a 3 a 3
Cara menemukan persamaan hiperbola dengan titik pusat (a,b) yaitu dengan cara menggeser
persamaa hiperbola yang titik puncaknya M(0,0) ke titik puncak M(a,b). untuk memudahkan, kita
gunakan konsep translasi(pergeseran).
Sesuai dengan konsep translasi, menggeser sejauh a satuan searah sumb x dan sejauh b satuan
( ab)
searah sumbu y, matrik translasi dapat ditulis T =
Kurva hiperbola dengan titik puncak M(a,b) da sumbu nyata sejajar smbu x.
x2 y 2
Persamaan awal kurva hiperbolanya : − =1, sehingga persamaaa baru setela digeser yaitu:
a2 b2
x2 y 2
− =1
a2 b2
HIPERBOLA 8
2 2
( x ' −a ) ( y ' −b )
− =1
a2 b2
Atau dapat ditulis
( x−a )2 ( y−b )2
− =1
a2 b2
Kurva hiperbola dengan titik puncak M(a,b) da sumbu nyata sejajar sumbu y.
y2 x2
Persamaan awal kurva hiperbolanya : − =1, sehingga persamaaa baru setelah digeser yaitu:
a2 b 2
y2 x2
− =1
a2 b 2
2 2
( y ' −a ) ( x ' −b )
− =1
a2 b2
Atau dapat ditulis
HIPERBOLA 9
( y−a )2 ( x−b )2
− =1
a2 b2
CONTOH SOAL
HIPERBOLA 10
b 3
c. Persamaan asimtotnya : y−q=± ( x−h ) ↔ ( y +1 )=± ( x−2)
a 4
−3 3
l 1 ≡ ( y+ 1 )= ( x−2 ) dan l 2 ≡ ( y+ 1 )= ( x−2)
4 4
→ l1 ≡ 4 y +4=−3 x +6 dan l 2 ≡ 4 y + 4=3 x−6
→ l1 ≡3 x +4−2=0 dan l 2 ≡3 x−4 y−10=0
c 5 1
Nilai eksentrisitas e= = =1
a 4 4
a
Persamaan direktriksnya : x = p ±
e
4 16 46 16 −6
x=2+ =2+ = dan x =2− =
5 5 5 5 5
4
2b 2 2(9) 9
d. Panjang latus rectum ¿ = =
a 4 2
HIPERBOLA 11
Syarat kedudukan titik terhadap hiperbola
Untuk mengetahui kedudukan titik terhadap hiperbola, kita substitusi titik tersebut ke persamaan
hiperbolanya shingga akan kita peroleh 3 kemungkinan yaitu:
1. Jika nilai ruass kiri < ruas kanan maka titik ada di luar hiperbola
2. Jika nilai ruass kiri = ruas kanan maka titik ada pada hiperbola
3. Jika nilai ruass kiri > ruas kanan maka titik ada di dalam hiperbola
Catatan:
Bentuk persamaan hiperbolanya harus memenuhi bentuk umumnya, setelah itu baru bisa kita
substitusikan titik yang mau kita cek kedudukannya terhadap hiperbola tersebut.bentuk yang dimaksud
( x−a )2 ( y−b )2 −( x−a )2 ( y −b )2
adalah − =1 atau + =1 atau Ax2−By 2+ Cx+ Dy+ E=0 atau
a2 b2 a2 b2
− Ax2 + By2 +Cx+ Dy + E=0
Kedudukan garis teerhadap hiperbola
Untuk meengetahui dari ketiga jenis di atas, masing-masing memilki syarat ttertentu yang tergantung dari
nilai Diskriminannya (D) dengan rumus D=b2−4 ac . Berikut ilustarsinya
Perhatikan gambar di atas, ada 3 syarat dalam menentukan kedudukan garis terhadap hiperbola yaitu:
HIPERBOLA 12
1. Jika nilai D>0, maka garis memotong hiperbola di dua titik yang berbeda
2. Jika nila D=0, maka garis menyinggung hiperbola (memotong di satu titik)
1. Substitusi garis ke hiperbola sehingga terbentuk persamaan kuadrat ax 2 +bx +c=0 atau
ay 2 +by +c=0
2. Tentuka nilaai D (Diskrimanan) dengan rumus D=b2−4 ac
3. Dari langkah 2 nilai D yang kita peroleh kita cocokkan dengan syarat kedudukan garis terhadap
hiperbola tersebut.
Persamaan garis singgung hiperbola terbagi menjadi 3 jenis yaitu: pertama garis singgung hiperbola
melalui titik (x1,y1) dimana titik ini berada pada hiperbola. Kedua, garis singgung hiperbola yang
diketahui garis gradiennya, dan ketiga garis singgung hiperbola yang melalalui satu titik dan titik tersebut
tidak berada pada hiperbola melainkan di luar kurva hiperbola. Perhaatikan gambar di bawah ini.
Jenis pertama persamaan garis singgung hiperbola yaitu garis singgung hiperbola melalui titik(x1,y1)
dimana titik tersebut ada ada hiperbola, titik (x1,y1) ini disebut sebagai titik singgungnya. Berikut bentuk
persamaan garis singgung hiperbolanya:
x2 y 2
1. Persamaan hiperbola : − =1
a2 b2
HIPERBOLA 13
x x1 y y1
PGSH-nya 2
− =1
a b2
y2 x2
2. Persamaan hiperbola: − =1
a2 b 2
y y1 x x1
PGSH-nya 2
− =1
a b2
( x−a )2 ( y−b )2
3. Persamaan hiperbola : − =1
a2 b2
( y−a )2 ( x−b )2
4. Persamaan hiperbola : − =1
a2 b2
CONTOH SOAL
3. Tentukan garis singgung dengan gradient m melalui titik (-1 , 1) pada hiperbola
4 x2 −8 y 2=32
Pembahasan:
x2 y 2
Hiperbola 4 x2 −8 y 2=32 → − =1
8 4
Persamaan garis dengan gradient m melalui titik (-1 , 1) adalah
y−1=m ( x +1 ) atau y=mx+m+1
x2 y 2
Persamaan garis singgung dengan gradient m pada hiperbola − =1 adalah
8 4
y=mx ± √ 8 m 2−4
mx+ m+1=mx ± √8 m2−4
m 2 +2 m+1=8 m2 −4
7 m2−2 m−5=0
HIPERBOLA 14
( 7 m+5 ) ( m−1 )=0
−5
m 1= , m2=1
7
−5 2
Persamaan garis singgungnya: y= x+ dan y=x +2
7 7
Jenis pertama persamaan garis singgung hiperbola yaitu garis singgung hiperbola yang diketahui
gradiennya (m). Berikut bentuk persamaan garis singgung hiperbolanya:
x2 y 2
1. Persamaan hiperbola : − =1
a2 b2
y2 x2
2. Persamaan hiperbola: − =1
a2 b 2
PGSH-nya y=mx ± √ a2 −m 2 b2
( x−a )2 ( y−b )2
3. Persamaan hiperbola : − =1
a2 b2
( y−a )2 ( x−b )2
4. Persamaan hiperbola : − =1
a2 b2
Permasalahan yang melibatkan focus suatu hiperbola banyak kita jumpai di berbagai bidang. Seperti
permasalahan focus pada elips, hanya beberapa informasi hiperbola yang nantinya akan diketahui.
Untuk itu, kita harus memanipulasi persamaan hiperbola yang diberikan atau bahkan membangun
persamaaan hiperbola dari suatu informasi tertentu untuk menentukan selesaian yang diberikan.
Komet-komet yang memilki kecepatan yang sangat tinggi tidak dapat dipengaruhi oleh gravitasi
matahari, dan akan mengitari matahari sebagai salah satu titik fokusna. Jika lintasan komet yang
diilustrasikan oleh gambar di bawah ini dapat dimodelkan oleh persamaan
HIPERBOLA 15
2.116 x 2−400 y 2=846.400, seberapa dekatkah komet tersebut dengan maataahari? Anggap
satuannya dalam jutaan mil.
Pembahasan
Pada dasarnya dalam persamaan ini kita diminta untuk menentukan jarak antara focus dengan titik
puncak hiperbola. Dengan menuliskan persamaan yang diberika ke dalam bentuk standar,
x2 y2
− =1
400 2.116
x2 y2
− =1
202 462
Sehingga kita peroleh a = 20 ( a 2=400 ¿ dan b = 46 (b 2=2.116 ¿. dengan menggunakan persamaan
focus untuk menentukan c dan c 2, kita mendapatkan,
c 2=a2+ b2
c 2=400+2.116
c 2=2.516
c ≈ ±50
Karena a = 20 dan |c|=50 , jarak komet tersebut dengaan mathaari adalah 50-20 = 30 juta mil atau
sekitar 4,83 × 107 kilo meter
Dua oraang ahli meteoerologi melihat badai dari tempat mereka tinggal. Tempat tinggal dua orang
ahli meteorology tersebut berjarak 4 km (4000 m). ahli meteorology pertama, yang jaraknya lebih
jauh dari badai, mendengar suara petir 9 detik setelah ahli meteorology kedua. Jika kecepatan suara
340 m/s, tentukan persamaan yang dapat memodelkan lokasi dari badai tersebut.
HIPERBOLA 16
Pembahasan
Misalkan
Karena M1 mendengar petir 9 detik setelah M2, maka lokasi M1 9.340=3.060 m lebih jauh dari M1
terhadap lokasi badai. Atau apabila disimbolkan,
|M 1 S|−|M 2 S|=3.060
Himpunan semua titik S yang sesuai dengan persamaan ini akan membentuk suat grafik hiperbola,
dan kita akan menggunakan fakta ini untuk membangun suatu persamaaan yang memodelkan semua
kemungkinan dari lokasi badai tersebut. Selanjutnya mari kita gambar dari informasi-informasi di
atas pada koordinat cartesius sehingga M1 dan M2 terletak pada sumbu x dan titik asal (0,0) sebagai
pusatnya
Dengan selisih konstannya 3.060, kita meendapatkan 2p = 3.060 sehingga p = 1.530, karenaa jarak
antara M1 dam M2 adalah 4.000 m, maka jarak antara pusat M1 dan M2 c= 1/2 . 4000 = 2000
c 2=a2+ b2
HIPERBOLA 17
2.0002=1.530 2+ b2
b 2=2.0002−1.5302
b 2=1.659.10 0
b 2 ≈ ± 1.2882
Sehingga persamaan lokasi dari badai tersebut adalah
x2 y2
− =1
1.5302 1.2882
HIPERBOLA 18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hiperbola dapat didefinisikan sebagai himpunan semua titik (misalkan titik p(x,y) dimna selisih
jarak setiap titik terhadap dua titik tertentu yang bukan anggota himpunan tersebut (titik focus)
adalah tetap
x2 y 2
− =1
a2 b2
kurva hiperbola dengan sumbu nyata di sumbu y. persamaannya adalah
y2 x2
− =1
a2 b 2
Persamaan hiperbola pada pusat (a,b)
( x−a )2 ( y−b )2
− =1
a2 b2
kurva hiperbola dengan sumbu nyata di sumbu y. persamaannya adalah
( y−a )2 ( x−b )2
− =1
a2 b2
3.2 Saran
HIPERBOLA 19
HIPERBOLA 20
DAFTAR PUSTAKA