Anda di halaman 1dari 13

Ujian Tengah Semester Gasal TA 2021/2022 Mata Kuliah

CTS-Geologi Rekayasa

Rembesan Pada Bendungan Akibat Erosi yang Disebabkan Mengalirnya Air


Melalui Lubang-Lubang pada Pondasi (Piping)

Disusun oleh:

Nadhif Sya’adillah A. 21010117130081

Kelas A

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2021
DAFTAR ISI

LEMBAR COVER................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
TOPIK ................................................................................................................................. 1
JUDUL NARASI ILMIAH .................................................................................................. 1
LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1
PERMASALAHAN ............................................................................................................. 1
PENJELASAN..................................................................................................................... 2
DAMPAK BAGI TEKNIK SIPIL ........................................................................................ 4
REKAYASA PENYELESAIAN MASALAH ...................................................................... 5
KESIMPULAN .................................................................................................................... 9
SARAN................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Terjadinya Piping ..................................................................................... 3


Gambar 2 Konsep Fungsi Filter sebagai pelindung terbawa nya material butiran .................. 6
Gambar 3 Lapisan Filter yang Menangkap Air dengan Baik ................................................. 6
Gambar 4 Grouting Tirai Sebagai Perbaikan Pondasi Bendungan ......................................... 8
Gambar 5 Tabel Perbandingan Hasil Analisis Rembesan Sebelum dan Sesudah Grouting .... 8
Gambar 6 Pemodelan Rembesan pada Muka Air Banjir Sebelum Grouting .......................... 9
Gambar 7 Pemodelan Rembesan pada Muka Air Banjir Sesudah Grouting........................... 9

iii
TOPIK
Rembesan pada bendungan akibat permasalahan geologi

JUDUL NARASI ILMIAH


Rembesan pada bendungan akibat erosi yang disebabkan mengalirnya air melalui
lubang-lubang pada pondasi (piping)

LATAR BELAKANG
Bendungan termasuk kedalam heavy construction sehingga bendungan menyimpan
potensi bahaya yang besar dan memiliki resiko kerusakan fisik serta kegagalan fungsi. Potensi
permasalahan pembangunan bendungan dapat dibagi menjadi dua hal utama yaitu dampak dari
konstruksi bendungan dan paska konstruksi atau masa pemanfaatan dari bendung

Bendungan harus didesain dan dijaga terhadap pengendalian rembesan yang aman. Jika
tidak, bendungan akan mengalami masalah akibat rembesan yang berlebihan. Rembesan
berlebihan mungkin dapat berpengaruh terhadap keamanan bendungannya sendiri, jika tidak
dilakukan tindakan perbaikan yang tepat. Masalah dasar adalah membedakan bagaimana
rembesan berpengaruh terhadap suatu bendungan dan apa tindakan perbaikannya, bila ada,
yang harus dilakukan untuk menjamin bahwa rembesan tidak membahayakan keamanan
bendungan.

Air yang disimpan di dalam suatu waduk akan cenderung mencari jalan keluar
(mengalir) ke bagian hilirnya. Rembesan adalah air waduk yang mencari jalannya melalui
material yang porus atau suatu rekahan baik yang ada di dalam tubuh maupun fondasinya. Gaya
atau tekanan air rembesan dapat menimbulkan alur air baru atau alur eksisting hingga
bendungan rekah. Jadi, pengendalian rembesan adalah merupakan faktor sangat penting dalam
desain, pelaksanaan konstruksi dan O&P bendungan.

PERMASALAHAN
Air di dalam waduk selalu mencari jalan keluar melalui alur terlemah; alur tersebut
dapat melalui tubuh bendungan, fondasi atau sekitar tumpuan. Masalah rembesan yang dapat
mengakibatkan terjadinya keruntuhan dapat dikatogorikan sebagai :

- Tekanan angkat berlebihan,


- Piping dan Erosi internal,

1
- Teruraikannya (solutioning) material batu yang mudah terurai,
- Tekanan rembesan berlebihan atau penjenuhan yang menyebabkan terjadinya pembasahan
lereng hilir (sloughing).

Salah satu kegagalan dan kerusakan pada bendungan adalah erosi akibat mengalirnya
air melalui lubang lubang pada pondasi (piping). Apabila air dari waduk merembes melalui
tubuh atau pondasi bendungan urugan yang terdiri atas material tanah yang dipadatkan, maka
tekanan hidroliknya akan didistribusikan terhadap tegangan pori yang merupakan pengikat
antar butiran material (Azdan dan Samekto, 2008).

PENJELASAN
Ketika tekanan rembesan ke atas, yang terjadi dalam tanah sama dengan ic, maka tanah
berada pada kondisi mengapung. Keadaan semacam ini juga dapat berakibat terangkutnya
butir-butir tanah halus, sehingga terjadi pipa-pipa didalam tanah yang disebut Piping. Pipa-
pipa yang membentuk rongga-rongga dapat mengakibatkan fondasi bangunan mengalami
penurunan, hingga mengganggu stabilitas bangunan (Hardiyatmo, 2010).

Piping dapat terjadi di tanggul, pondasi, ataupun tanggul pada pondasi. Piping yang
terjadi di tanggul bendungan disebabkan oleh tiga proses yaitu erosi belakang, suffusion
(terbawanya butiran tanah yang diakibatkan oleh rembesan) dan kebocoran yang
terkonsentrasi. Erosi belakang terbentuk dari proses dimana erosi diawali dari pintu keluar titik
rembesan dan progresif. Hasil erosi belakang membentuk suatu bagian yang terus menerus atau
biasa disebut dengan piping.

Semakin cepat muka air turun ke bawah maka FK lereng akan semakin berkurang. Hal
ini menunjukkan kecepatan penarikan permukaan air adalah faktor utama yang mempengaruhi
stabilitas lereng. Semakin besar kecepatan penarikan level air maka akan semakin mengurangi
stabilitas lereng

Gambar di bawah menunjukkan terjadinya keruntuhan piping akibat gradient hidraulis


berlebihan pada kaki bendungan. Secara fisik, piping tersebut diawali dengan terbentuknya
kerucut yang disebut suatu pendidihan (boil) atau suatu aliran air yang keruh keluar dari lereng
hilir. Terbawanya butiran halus tersebut terus berlangsung ke arah hulu membentuk suatu pipa
di dalam tubuh atau fondasi bendungan.

2
Gambar 1 Proses Terjadinya Piping

3
Lima kondisi yang memicu terjadinya piping, adalah :

a) Terbentuknya alur aliran air,


b) Gradien hidraulis pada tempat keluaran telah melebihi dari nilai batas yang tergantung dari
jenis tanahnya,
c) Tempat keluaran dalam kondisi bebas dan tidak dilindungi filter secara memadai,
d) Terdapat tanah yang rawan piping pada alur aliran rembesan,
e) Telah terbentuk ”pipa” atau tanah di atasnya telah membentuk seperti ”atap” untuk menjaga
terbukanya ”pipa”

Pada keruntuhan piping, terbawanya butiran tanah awalnya terjadi debit rembesan
tertentu pada gradien hidraulis yang melebihi batas tertentu. Alur erosi atau pipa-pipa tersebut
cenderung membesar ke arah hulu yang diikuti peningkatan debit aliran. Hal ini terjadi, karena
gradien hidraulis (h/L) bertambah dan panjang aliran (L) berkurang, sementara tinggi tekanan
air (h) diantara bagian hulu dan hilir tetap sama selama level air waduk dijaga pada level tetap,
tetapi panjang alur aliran berkurang akibat terbawanya butiran tanah dan pipa telah terbentuk.
Jadi, kecepatan aliran akan meningkat secara progresif sampai telepasnya tekanan hidraulis
tersebut. Inilah sebabnya, betapa pentingnya menghentikan proses piping sesegera mungkin.

Piping sering tejadi pada kondisi seperti di bawah :

a) Rembesan melalui lapisan tanah yang rawan tererosi dan tidak dilakukan upaya
pengurangan rembesan untuk mengurangi gradien hidraulis,
b) Tidak adanya filter dan upaya pengurangan tekanan rembesan pada bagian keluaran untuk
mencegah terbawanya butiran tanah,
c) Cara pengurangan rembesan tidak dilakukan dengan benar.

Tanah yang rawan piping adalah berkonsistensi urai, pasir halus bergradasi buruk; juga
berpotensi tinggi untuk piping adalah lanau dan pasir mengandung butiran halus dengan PI <
6%, seperti pasir campur kerikil urai yang bergradasi baik yang gradasinya lebar dan
mempunyai butiran halus plastisitas rendah. Tanah lempungan dengan PI > 15% cukup tahan
terhadap piping. Meskipun demikian, tanah yang tahan piping kemungkinan rawan terhadap
erosi internal.

DAMPAK BAGI TEKNIK SIPIL

4
Rembesan yang melalui tubuh dan pondasi bendungan, dapat membawa material tanah
lempung atau lanau pengisi rekah, kekar, atau sesar, yang lapuk dari pondasi. Secara perlahan
lahan material pengisi tersebut dapat terangkut oleh aliran rembesan masuk ke dalam rongga
di bagian hilirnya. Terbawanya material pondasi oleh aliran rembesan dapat mengakibatkan
terjadinya rekah atau bukaan yang kemudiaan akan memperlemah daya dukung pondasi.

Rembesan pada bendungan urugan merupakan kejadian yang tidak dapat dihindari,
akan tetapi rembesan yang berlebihan berpotensi membahayakan bendungan. Rembesan yang
berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya erosi buluh yang semakin lama semakin
berkembang dan semakin luas, yang kemudian disusul dengan terjadinya longsoran atau
keruntuhan bendungan. Jalur rembesan dapat terjadi karena retakan akibat penurunan
(settlement), retak susut pada timbunan yang terbuat dari material lempung berplastisitas
tinggi, dan adanya material lemah di dalam timbunan atau pada pondasi.

Setelah pembangunan bendungan selesai, umumnya pengisian waduk akan


meningkatkan perkolasi dan tekanan air pori pondasi. Rembesan yang tidak terkendali dapat
menyebabkan tekanan air pori yang berlebihan di dalam tubuh bendungan atau pondasi
yang dapat memperlemah massa tanah . Kondisi ini juga dapat mengakibatkan timbulnya
mata air, sembulan butiran pasi, dan keruntuhan lereng atau keruntuhan tumpuan
bendungan.

REKAYASA PENYELESAIAN MASALAH


Metoda yang digunakan untuk mengendalikan rembesan dan kaitannya dengan
bendungan dan bangunan pelengkapnya. Pada prinsipnya, cara perbaikan pengendalian
rembesan tersebut adalah meliputi : a) Zona filter dan transisi, b) Metoda pengurangan
rembesan, c) Berbagai jenis drainasi, d) Perbaikan fondasi dan tumpuan

Pada tulisan ini saya hanya akan mengangkat dengan dua cara yaitu :

a) Filter : Lapisan filter digunakan untuk melindungi terbawanya antar butiran terhadap
rembesan melalui tubuh dan fondasi bendungan, dan pada waktu bersamaan membiarkan air
rembesan keluar tanpa menimbulkan terjadina tekanan air pori berlebih (excessive pore water
pressures). Lapisan filter tersebut didesain tersendiri atau drain tersebut juga didesain sebagai
penyaring dan sekaligus untuk drainasi. Gradasi tanah timbunan dan debit rembesan yang harus
diantisipasi akan menentukan suatu desain filter yang diperlukan. Konsep dasar dari fungsi
filter sebagai pelindung terbawanya butiran tanah digambarkan seperti di bawah.
5
Gambar 2 Konsep Fungsi Filter sebagai pelindung terbawa nya material butiran

Filter Lapisan filter tidak hanya digunakan untuk piping, tetapi juga untuk mengatasi
masalah erosi internal. Untuk itu, air yang keluar adalah merupakan faktor sekunder untuk
menyaring butiran tanah melalui retakan-retakan atau yang terjadi di sepanjang bidang kontak
bangunan struktur bangunan pelengkap dan timbunan atau fondasi.

Bila rembesan melalui retakan, retakan tersebut harus berakhir di permukaan filter dan
hanya aliran rembesan melalui antar butiran tanah yang dipertimbangkan dalam desain. Bila
suatu gradasi filter memenuhi kriteria dasar, piping tidak akan terjadi, meskipun gradien
hidraulisnya besar. Asumsinya adalah lapisan filter harus cukup lebar, sehingga retakan tidak
dapat berkembang lebih lanjut serta mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengalirkan
aliran rembesan tanpa menimbulkan terjadinya tekanan air pori berlebih

Gambar 3 Lapisan Filter yang Menangkap Air dengan Baik

6
b.) Pengendalian Rembesan Melalui Fondasi
Metoda pengendalian rembesan melalui fondasi dan tumpuan ini, adalah meliputi : a) Paritan
(cutoff); b) Paritan sebagian (partial cutoff); c) Selimut kedap hulu (upstream impervious
blanket), d) Berm rembesan hilir (downstream seepage berm), e) Grouting.
Di dalam pembahasan mengenai Pengendalian Rembesan Melalui Fondasi saya hanya akan
membahas tentang Grouting

Beberapa jenis grouting yang digunakan sebagai pengendali rembesan, antara lain adalah
grouting selimut/dental, tirai, konsolidasi, dll (Weaver, 1991). Gouting pada fondasi dilakukan
untuk mengurangi:
a) Tekanan ke atas (uplift) di bawah fondasi, hilir dari grouting
b) Kemungkinan terbawanya butiran tanah timbunan ke dalam fondasi.
c) Terbawanya butiran tanah timbunan melalui fondasi masuk kebali me timbunan.
d) Piping butiran tanah dari kekar-kekar dan sisipan dari batuan.
e) Terbawanya material dari batuan yang hancur (soluble rock).
f) Erosi internal pada bidang kontak antara timbunan dengan fondasi (bed rock).
Grouting tirai sering dilaksanakan pada batuan, namun juga dapat dilakukan pada
lapisan pasir dan kerakal. Pada dasarnya, lubang-lubang bor dibuat terlebih dahulu dalam suatu
garis atau pola grid. Lubang-lubang tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan kemudian,
tergantung dari ukuran ronggarongga material yang digrouting, dipompakan suatu semen atau
grout kimia pada tekanan tertentu ke dalam lubang.
Bila grouting dilakukan pada batuan, material grout harus dapat mengisi retakan,
rekahan, dan bukaan bukaan lain sampai material disekeliling lubang menjadi cukup kedap air.
Bila groutng dilakukan pada lapisan pasir kasar dan kerakal, suatu campuran tipis semen atau
material grout kimia digunakan untuk mengisi rongga-rongga diantara partikel. Pada lapisan
pasir halus, material grout mendesak pasir tersebut dan memadatkannya yang akhirnya
membentuk suatu struktur penahan rembesan.
Permeabilitas zona yang telah digrouting harus relatif rendah, supaya grouting efektif,
karena pengurangan permeabilitas yang diinginkan mungkin tidak dapat tercapai; beberapa
cara drainase biasanya dilakukan sehubungan dengan grouting untuk keperluan pengendalian
rembesan.
Grouting selimut dilakukan pada daerah galian fondasi yang luas bila permukaan
batuannya banyak kekar dan rekah. Cara ini digunakan untuk menutup (seal) lapisan atas dari
kedalaman sekitar 3 – 10 m untuk eminimalkan terbawanya butiran tanah halus dari zona inti
masuk ke dalam bukaan-bukaan fondasi, menutup permukaan batuan terhadap hilangnya
material grout saat diberikan tekanan tinggi dan untuk mengurangi kompresibilitas dari batu
yang banyak rekah. Grouting dental dapat juga digunakan sebagai perbaikan kelemehan-
kelemahan bagian fondasi. Grouting tirai dilakukan untuk mengurangi aliran rembesan yang
dalam yang melalui fondasi dan tumpuan. Gambar di bawah menjelaskan bagaimana grouting
mengisi pori/rongga di dalam fondasi dan berfungsi sebagai penahan rembesan

7
Gambar 4 Grouting Tirai Sebagai Perbaikan Pondasi Bendungan

Berdasarkan hasil penilitian yang berjudul “Analisis Rembesan pada Perencanaan


Pembangunan Bendungan Logung, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah” yang ditulis oleh Heni
Setyawati1 , Najib Najib , dan Ahmad Syauqi Hidayatillah, dari Departenmen Teknik Geologi
Undip, perhitungan faktor keamanan piping di atas, diketahui bahwa faktor keamanan piping
tubuh Bendungan Logung meningkat setelah grouting, perbandingan nilai tersebut disajikan
pada Tabel 1. Peningkatan nilai faktor keamanan menunjukkan bahwa tubuh bendungan aman
dari piping

Gambar 5 Tabel Perbandingan Hasil Analisis Rembesan Sebelum dan Sesudah Grouting

8
Gambar 6 Pemodelan Rembesan pada Muka Air Banjir Sebelum Grouting

Gambar 7 Pemodelan Rembesan pada Muka Air Banjir Setelah Grouting

KESIMPULAN
Bendungan termasuk kedalam heavy construction sehingga bendungan menyimpan
potensi bahaya yang besar dan memiliki resiko kerusakan fisik serta kegagalan fungsi. Salah
satu kegagalan dan kerusakan pada bendungan adalah erosi akibat mengalirnya air melalui
lubang lubang pada pondasi (piping). Rembesan yang berlebihan dapat mengakibatkan
terjadinya longsoran atau keruntuhan bendungan. Cara perbaikan pengendalian rembesan
tersebut contohnya adalah pembuatan Zona filter dan transisi, serta perbaikan fondasi dan
tumpuan

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih detail dan mengikuti kaidah ilmiah
mengenai rembesan pada bendungan dan penangananya

9
DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, H. Najib, N. dan Hidayatillah, A.S. 2012 Analisis Rembesan pada Perencanaan
Pembangunan Bendungan Logung, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Semarang. Departemen Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. 2017. Modul Analisa Stabilitas
Bendungan: Perhitungan Rembesan Pelatihan Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar. Bandung.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Sungai Danau dan Waduk. 2005. Pedoman Pengendalian Rembesan Pada Bendungan
Urugan. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air

10

Anda mungkin juga menyukai