Anda di halaman 1dari 37

PENERAPAN PSAK 34 TENTANG KONTRAK

KONSTRUKSI TERHADAP PENGAKUAN


PENDAPATAN DAN BEBAN KONTRAK

HALAMAN JUDUL

PROPOSAL

Disusun oleh :

Ken Zuraida Puspita


18.01.7141

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SURABAYA, OKTOBER 2021
HALAMAN/LEMBAR PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN

NAMA : Ken Zuraida Puspita

N.P.M :18.01.7141

Proposal ini telah disetujui dan diterima baik oleh,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing I

(Dra. Indriatmini Noegroho, M.M.) (Drs. Haris Sunarto Hasan, S.H., M.M)
28 Okt. 2021
Tanggal :.......................... Tanggal :..........................

Mengesahkan
Ka. Program Studi Akuntansi

(Pinky Pininta Dewi,S.Ak, M.M.)


Tanggal :..........................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan mempunyai tujuan atau target yang ingin dicapai baik untuk

jangka pendek, maupun jangka panjang. Diantara tujuan tersebut antara lain adalah

memaksimalkan laba dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Sehubungan

dengan hal tersebut maka pihak - pihak yang berkepentingan seperti pemegang

saham, kreditur dan investor perlu mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya,

sehingga diperlukan suatu media berupa laporan keuangan untuk

menginformasikan kondisi tersebut.

Laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,

laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, kinerja

perusahaan dan hasil usaha suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan

keuangan harus disajikan dengan wajar dan tepat waktu pada suatu periode

akuntansi. Komponen pembentuk laporan posisi keuangan adalah aset, kewajiban

dan ekuitas. Sedangkan komponen pembentuk laporan laba rugi adalah pendapatan

dan biaya. Laporan laba rugi mencantumkan post pendapatan terlebih dahulu,

kemudian diikuti oleh post beban. Pada akhirnya laporan menunjukkan hasil akhir

yaitu laba bersih atau rugi bersih. Laba bersih dihasilkan ketika jumlah pendapatan

melebihi jumlah biaya. Rugi bersih terjadi ketika jumlah biaya melebihi jumlah

pendapatan.
Kegiatan operasional perusahaan pada umumnya berlangsung dalam satu

periode akuntansi saja. Namun ada perusahaan yang kegiatan operasionalnya

dimulai pada periode sekarang tetapi berakhir pada periode berikutnya, seperti

perusahaan di bidang jasa konstruksi. Perusahaan konstruksi terkadang memulai

kontraknya yang berupa pembangunan atau perbaikan inventaris di periode

sekarang namun akan selesai pada periode mendatang seperti pembangunan gedung

perkantoran, gudang, mall dll.

Dalam menyelesaikan kontraknya, perusahaan konstruksi memerlukan waktu

kurang dari satu periode akuntansi (kontrak jangka pendek) atau lebih dari satu

periode akuntansi (kontrak jangka panjang). Hal ini menimbulkan suatu kendala

dimana untuk kontrak yang melebihi satu periode akuntansi diperlukan perlakuan

khusus untuk pengakuan pendapatan dan bebannya. Laporan keuangan harus segera

disusun sementara pekerjaan masih belum selesai dikarenakan tanggal aktivitas

kontrak dengan tanggal penyelesaian kontrak berada di periode yang berbeda. Maka

dari itu diperlukan penaksiran pendapatan dan beban kontrak yang terjadi selama

tahun berjalan agar laporan keuangan tersaji secara wajar, andal dan relevan.

Pendapatan dan beban kontrak pada perusahaan konstruksi harus dihitung

dengan akurat dan seharusnya mengacu pada PSAK 34 tentang kontrak konstruksi.

Pengakuan pendapatan dan beban kontrak sangat berpengaruh pada laporan

keuangan khususnya terhadap jumlah laba yang diperoleh pada suatu periode.

Keberhasilan sebuah perusahaan jasa konstruksi tergantung pada kemampuannya

dalam membuat rencana anggaran biaya yang tepat dan pengendalian biaya selama

proyek dengan mengacu pada rencana biaya proyek, anggaran dan laporan

keuangan proyek.
Menurut Pernyataan Akuntansi Keuangan PSAK 34 (2014:34.5) jika hasil

kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya

kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing

sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas

kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan (percentage of completion). Dalam

pengakuan pendapatan terdapat dua metode pengakuan yang menjadi acuan yaitu

metode kontrak selesai (Completed Contract Method) dan metode persentase

penyelesaian (Percentage Completion Method).

Metode kontrak selesai (Completed Contract Method), mengakui pendapatan

dan beban kontrak pada saat kontrak selesai dikerjakan. Biaya-biaya yang terjadi

selama pelaksanaan pekerjaan diakumulasikan kedalam akun bangunan dalam

pelaksanaan, sedangkan uang muka yang diterima dikreditkan ke akun uang muka

pekerjaan, dan pendapatan diakui pada akhir periode pelaksanaan atau pada saat

selesainya pekerjaan. Dengan demikian laporan pada akhir periode kurang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Metode ini dapat digunakan untuk

kontrak jangka pendek yang mana waktu pelaksanaannya kurang dari satu periode

akuntansi.

Metode persentase penyelesaian (Percentage Completion Method), mengakui

pendapatan sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesian kontrak dan tidak

menunggu hingga kontrak berakhir. Jumlah pendapatan diakui didasarkan pada

ukuran tertentu dan kemajuan penyelesaian proyek. Metode ini digunakan untuk

proyek jangka panjang yang mana waktu pelaksanaannya lebih dari satu periode

akuntansi sehingga pendapatan dan beban kontrak yang terjadi selama satu periode

disajikan secara wajar dan memenuhi prinsip penandingan.


Salah satu perusahaan jasa konstruksi yaitu PT. X yang berlokasi di Surabaya

adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi umum yang menangani

bidang sipil, dan arsitektur dimana setiap kontrak memiliki kategori pekerjaan

didalamnya dan waktu pelaksanaan yang berbeda-beda. Metode pengakuan

pendapatan yang digunakan adalah metode persentase penyelesaian sedangkan

biaya langsung diakui sebagai beban proyek pada saat biaya itu diterima perusahaan

tanpa memperhitungkan biaya tersebut bermanfaat di periode ini atau periode

mendatang.

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi yaitu Feris et all (2016)

yang memperoleh kesimpulan PT. Sederhana Karya Jaya menggunakan termin

pembayaran atau kas yang diterima dari pemberi kerja sebagai pendapatan yang

diakui oleh perusahaan dan mencatat biaya proyek dengan konsep all inclusive

dimana beban yang berhubungan langsung maupun tidak berhubungan langsung

dengan proyek diakui pada laporan laba rugi. Hal tersebut tentu tidak menerapkan

PSAK no 34 tentang kontrak konstruksi. Kemudian penelitian dari Wahyu Fajrianto

(2019) menyimpulkan bahwa PT. Adhi Karya (Persero) Tbk telah menerapkan

PSAK 34 dimana pangakuan pendapatan menggunakan metode kontrak selesai

untuk kontrak jangka pendek. Berdasarkan hasil penelitian diatas, masih terdapat

perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban kontrak pada perusahaan jasa

konstruksi.

Ketepatan penerapan akuntansi PSAK 34 dalam pengakuan dan pengukuran

pendapatan sangat berpengaruh terhadap kewajaran angka-angka yang dihasilkan

dalam laporan laba rugi secara periodik. Sehingga jika penerapan metode

pengakuan pendapatan dan biaya tidak tepat maka laporan keuangan tidak dapat
mencerminkan kinerja dan performance perusahaan. Berdasarkan uraian latar

belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk membahas permasalahan tersebut

serta melakukan penelitian terhadap perusahaan yang bergerak di bidang jasa

konstruksi dengan judul: PENERAPAN PSAK 34 TENTANG KONTRAK

KONSTRUKSI TERHADAP PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN

KONTRAK

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, maka

rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

a. Metode apakah yang digunakan dalam pengakuan pendapatan dan beban

kontrak pada penyajian laporan keuangan PT X?

b. Apakah pengakuan pendapatan dan beban kontrak pada PT. X sudah sesuai

dengan PSAK 34 tentang kontrak konstruksi?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijelaskan sebelumnya maka tujuan penelitian

ini adalah:

a. Menganalisa metode pengakuan pendapatan dan beban kontrak yang

diterapkan dalam penyajian laporan keuangan PT X.

b. Menganalisa apakah pengakuan pendapatan dan beban kontrak pada PT. X

sudah sesuai dengan PSAK 34 tentang kontrak konstruksi.


1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan

sehubungan dengan metode pengakuan pendapatan dan beban kontrak pada

perusahaan jasa konstruksi yang sesuai dengan PSAK 34. Kesesuaian penerapan

metode pengakuan pendapatan dan beban kontrak sangat penting dalam penilaian

laba perusahaan yang digunakan oleh manajemen sebagai dasar pengambilan

keputusan. Sehingga penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat sebagai

referensi penelitian selanjutnya untuk mengetahui perkembangan metode

pengakuan pendapatan dan beban kontrak agar diperoleh pernyataan laba yang

relevan.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis mampu memahami

bagaimana metode yang sesuai untuk pengakuan pendapatan dan biaya

pada suatu kontrak konstruksi sehingga laba yang dilaporkan menjadi

relevan dan proporsional.

b. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mengambil keputusan yang

obyektif bagi pimpinan perusahaan dalam menentukan kebijakan

pengakuan pendapatan dan beban kontrak di setiap proyek.


1.5. Sistematika Proposal

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang objek penelitian maka penulis

memberikan gambaran sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum materi yang terdapat dalam

penelitian meliputi latar belakang masalah yang dihadapi perusahaan jasa

konstruksi dalam pengakuan pendapatan dan beban kontrak. Kemudian perumusan

masalah yaitu bagaimana pengakuan pendapatan dan beban konstrak yang sesuai

dengan PSAK 34. Selanjutnya tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penelitian.

BAB II : Kajian Pustaka

Bab ini berisikan landasan teori yang mendasari penelitian ini, hasil penelitian

terdahulu sebagai referensi penelitian dan kerangka konseptual penelitian.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian yang digunakan peneliti, definisi

operasional variable di dalam penelitian, populasi dan sampel yang diteliti, teknik

pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Laporan Keuangan

Informasi akuntansi merupakan sarana komunikasi untuk perencanaan dan

pengambilan keputusan bagi pihak intern perusahaan sedangkan untuk pihak

ekstern berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban entitas kepada investor,

kreditur, dan lain sebagainya. Menurut Munawir (1991:2) pada dasarnya laporan

keuangan adalah proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

mengkomunikasikan data keuangan. Dari pengertian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa laporan keuangan harus di sajikan secara relevan sehingga

kondisi keuangan dapat diketahui oleh pihak internal maupun eksternal yang ingin

mengetahui kondisi keuangan dan kinerja suatu entitas. Laporan keuangan harus

bersifat andal agar dapat membantu mengambil keputusan dalam menentukan arah

berkembangnya perusahaan.

Seperti yang dijelaskan Ikatan Akuntan Indonesia (2010:1.7) “Laporan

keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini :

a. Neraca

b. Laporan laba rugi

c. Laporan perubahan ekuitas

d. Laporan arus kas

e. Catatan atas laporan keuangan


Didalam laporan neraca atau biasa disebut laporan posisi keuangan, terdapat

beberapa unsur yaitu asset, kewajiban dan ekuitas yang menunjukan nilai dari suatu

perusahaan. Sedangkan pada laporan laba rugi terdapat perhitungan laba atau rugi

perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan hasil kinerja perusahaan.

Komponen laporan arus kas menampilkan likuiditas perusahaan dan catatan atas

laporan keuangan merupakan sarana pengungkapan yang diharuskan dalam

standart akuntansi dan tidak tersaji pada keempat laporan sebelumnya.

Terdapat empat karakteristik utama laporan keuangan yang harus dipenuhi agar

laporan keuangan dapat bermanfaat bagi pengambilan keputusan, yakni :

a. Dapat dipahami

Suatu informasi bermanfaat apabila dapat dipahami atau understandable

oleh para penggunanya. Para pengguna laporan keuangan adalah pihak-

pihak yang berasal dari berbagai kalangan dengan latar belakang pendidikan,

profesi dan budaya yang bebeda-beda. Laporan keuangan harus disajikan

dalam bahasa yang sederhana, singkat, formal dan mudah dipahami

(Purba,2013:29).

b. Relevansi

Informasi yang ada pada laporan keuangan harus relevan dengan

pengambilan keputusan. Sebab jika tidak, maka laporan keuangan tidak

akan memberikan manfaat bagi para penggunanya dalam melakukan

evaluasi keuangan entitas bisnis tersebut. Suatu informasi dikatakan relevan

apabila disajikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip materialitas.


c. Dapat dipercaya

Informasi yang ada dalam laporan keuangan akan sangat bermanfaat apabila

disajikan dengan andal atau dapat dipercaya. Suatu laporan keuangan dapat

dipercaya apabila disajikan secara jujur. Laporan keuangan juga harus

disajikan dengan prinsip kehatihatian atau konservatif dan lengkap (Hans

dan Kartikahadi, 2012:57-58).

d. Dapat dibandingkan

Informasi yang ada pada laporan keuangan harus memiliki sifat daya

banding. Untuk mencapai kualitas tersebut, laporan keuangan harus

disajikan secara koparatif dengan tahun-tahun sebelumnya. Laporan

keuangan yang disajikan secara komparatif sangat bermanfaat karena dapat

digunakan untuk melakukan prediksi keuangan. Agar memiliki daya

banding, laporan keuangan juga harus menggunakan teknik-teknik dan

basis-basis pengukuran dengan konsisten (Purba, 2013:30).

Menurut Cici Sri Exti Oktavia (2018), dari karakteristik kualitatif laporan

keuangan terdapat pula kendala informasi yang relevan dan andal yaitu:

a. Tepat waktu

Jika tedapat penundaan yang tidak semestinya dalam laporan keuangan, maka

informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin

perlu menyeimbangkan manfaat relative antara pelaporan tepat waktu dan

ketentuan informasi yang andal.


b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Keseimbangan antara biaya dan mafaat lebih merupakan kendala yang pervasive

daripada karakteristik kualitatif. Mafaat yang dihasilkan informasi seharusnya

melebihi dari biaya penyusunannya.

2.1.2. Jasa Konstruksi

Pengertian jasa konstruksi menurut Undang-undang adalah layanan jasa

konsultasi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi yang meliputi pengkajian

perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan

konstruksi suatu bangunan. Jasa ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan fasilitas

umum hingga perkantoran, oleh karena itu kegiatan ini diatur landasan hukumnya

dalam Undang-undang No.2 Tahun 2017 yang mengatur tentang Jasa Konstruksi.

Jenis usaha Jasa Konstruksi menurut undang-undang meliputi :

a. Usaha Jasa Konsultansi Konstruksi

b. Usaha Pekerjaan Konstruksi; dan

c. Usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi

Layanan usaha yang dapat diberikan oleh pekerjaan Konstruksi yang bersifat

umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Pembangunan

b. Pemeliharaan

c. Pembongkaran dan/atau

d. Pembangunan kembali

Kualifikasi usaha jasa konstruksi terdiri atas kecil, menengah dan besar yang

ditetapkan dengan jumlah penjualan tahunan, kemampuan keuangan, ketersediaan


tenaga kerja konstruksi, dan kemampuan dalam penyediaan alat peralatan

konstruksi.

2.1.3. Kontrak Konstruksi

Menurut PSAK 34 (2014:34.2) Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang

dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset atau suatu kombinasi

aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal

rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan. Sedangkan

menurut UUJK kontrak kerja konstruksi merupakan keseluruhan dokumen kontrak

yang mengatur hubungan hukum antara pengguna Jasa dan penyedia Jasa dalam

penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya

harus mencakup uraian mengenai :

a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak

b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang

lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan

c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka

waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab

penyedia jasa

d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan

kualifikasi tenaga ahli untuk melaksankan pekerjaan konstruksi

e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh

hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan

yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan

imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi


f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa

dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi

g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal

salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan

h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara

penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan

i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang

pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat

dipenuhinya kewajiban salah satu pihak

j. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang

kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang

menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. k. kegagalan bangunan, yang

memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa

atas kegagalan bangunan

k. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak

dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan social

l. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan

ketentuan tentang lingkungan.

Menurut Sutanto Hidayat (2019), adapun jenis-jenis kontak konstruksi yang

ditinjau dari sisi pembayarannya yaitu:

1. Kontrak Cost Plus Fee (Kontrak biaya plus)

Total biaya proyek dihitung berdasarkan biaya riil yang disetujui owner,

ditambah dengan fee sebesar yang telah dijanjikan. Pada kontrak ini belum
dipastikan berapa biaya proyek pada saat proyek akan dimulai, dan baru diketahui

jumlah nilai kontraknya setelah proyek selesai.

2. Kontrak Lumpsum (Kontrak harga tetap).

Total biaya proyek telah ditetapkan secara pasti dan tidak dapat berubah dengan

alasan apapun kecuali yang disebut dalam kontrak. Jika pada pelaksanaan terjadi

hal-hal yang berbeda, maka menjadi tanggung jawab kontraktor.

3. Kontrak Unit Price

Total biaya proyek pada awalnya dihitung berdasarkan atas perkiraan kuantitas

pekerjaan dengan harga satuan yang tetap, selanjutnya diubah sesuai dengan

kuantitas pekerjaan riil, yang disetujui bersama. Sedangkan cara pembayaran

kontrak jenis ini yaitu dengan cara menghitung kuantitas yang terpasang secara

bersama-sama antara kontraktor dan wakil dari owner. Berdasarkan pada kontrak

jenis ini yang mengikat adalah harga satuan (unit price).

Ada dua hal yang lazim dilakukan dalam kontrak konstruksi, yaitu :

a. Pemberian uang muka, yaitu sebagian nilai kontrak yang diterima

kontraktor dari pemberi kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan. Terhadap

jumlah uang muka ini kontraktor memberikan jaminan berupa jaminan bank

atau security bond, yang berlaku sampai angsuran kembali uang muka

selesai, atau sampai pekerjaan fisik selesai. Besarnya uang muka maximum

20%. Jaminan uang muka ini dapat diklaim kepada badan penjamin

sebanyak sisa uang muka yang belum diangsur, jika terjadi pemutusan

kontrak.
b. Retensi, uang yang ditahan dalam setiap pembayaran progress pekerjaan

kepada kontraktor, jika disyaratkan dalam syarat-syarat umum kontrak,

yang tujuannya agar kontraktor benar-benar melakukan pemeliharaan dan

perbaikan-perbaikan kekurangsempurnaan yang ternyata terlihat setelah

pekerjaan fisik selesai. Uang retensi dikembalikan kepada kontraktor,

setelah masa pemeliharaan berakhir dan telah dilakukan serah terima akhir

(Final Hand Over/FHO).

2.1.4. Pendapatan

Berdasarkan PSAK No. 23 (Revisi 2015) disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul

dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Pendapatan merupakan indikator untuk pembentukan laba, oleh karena itu

pendapatan diukur secara wajar sesuai prinsip pengakuan pendapatan untuk

diterapkan guna mengukur pendapatan yang diterima sebenarnya oleh perusahaan

Lumingkewas (2013).

Kieso et al (2008:3), menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:

a. Direalisasi atau dapat direalisasi

Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim

atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima

dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas

(piutang) dengan jumlah yang diketahui,


b. Dihasilkan

Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada

hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk

mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu.

Ketepatan dalam pengkuan pendapatan akan sangat berpengaruh kepada laporan

laba rugi perusahaan. Prinsip pengakuan pendapatan menekankan bahwa

pendapatan harus diakui saat pendapatan itu terjadi.

2.1.5. Pendapatan Kontrak

Pendapatan Kontrak menurut PSAK 34 (2014: 34,10) terdiri dari:

a. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak dan

b. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran insentif.

Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan dan

diukur secara handal.

c. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak

tersebut akan mengalir ke entitas.

2.1.6. Biaya dan beban

Menurut PSAK 16, biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang

dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh

suatu aset pada saat perolehan atau kontruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah

yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan

tertentu dalam PSAK lain. Sedangkan menurut IAI (2019) beban (expence) adalah

penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntasi dalam bentuk arus kas

keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban mengakibatkan


penurunan ekiutas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.

Dalam akuntansi istilah beban (expenses) dan biaya (cost) dapat dibedakan jika

meninjau:

a. Letak dalam Laporan Keuangan

Biaya digunakan dalam penyusunan neraca, biasanya berupa biaya yang belum

terpakai dan dianggap mampu memberi manfaat sehingga dianggap aktiva.

Sedangkan, dalam laporan keuangan beban masuk ke dalam laporan laba-rugi

sebagai pengeluaran yang telah terpakai dan tidak memberi manfaat di masa depan.

b. Periode Akuntansi

Biaya memiliki periode akuntansi lebih dari satu tahun karena dianggap sebagai

pengeluaran modal. Sedangkan beban memiliki periode akuntansi kurang dari satu

tahun karena diambil dari pengeluaran pendapatan.

c. Jumlah yang Dikeluarkan

Karena diambil dari pengeluaran modal, akun biaya memiliki jumlah

pengeluaran yang lebih besar. Sedangkan, akun beban yang diambil dari

pengeluaran pendapatan memiliki jumlah pengeluaran yang relatif lebih kecil.

d. Manfaat yang Diperoleh

Manfaat yang diperoleh antara biaya dan beban juga berbeda. Untuk klarifikasi

biaya mengenai manfaat yang didapatkan adalah pendapatan, sedangkan untuk

klarifikasi beban mengenai manfaat yang didapatkan adalah penggunaan sumber

daya.
Dapat diambil kesimpulan dalam istilah akuntansi bahwa Biaya perolehan (cost)

adalah jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan dengan tujuan untuk

mendapatkan suatu aset lain. Sedangkan Beban (expense) adalah jumlah kas atau

setara kas yang telah dikeluarkan dengan tujuan untuk memperoleh laporan laba

rugi.

2.1.7. Biaya Kontrak

Menurut PSAK No. 34 (2014,34.6) Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri dari:

a. biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu

b. biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat

dialokasikan pada kontrak tersebut

c. biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak

Biaya-biaya yang tidak dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak atau tidak

dapat dialokasikan pada suatu kontrak dikeluarkan dari biaya kontrak konstruksi.

Biaya-biaya tersebut, termasuk:

1. Biaya administrasi umum yang penggantiannya tidak ditentukan dalam

kontrak

2. Biaya penjualan

3. Biaya riset dan pengembangan yang penggantiannya tidak ditentukan dalam

kontrak

4. Penyusutan sarana dan peralatan menganggur yang tidak digunakan pada

kontrak tertentu.
2.1.8. Prinsip Penandingan (The Matching Principle)

Prinsip penandingan menyatakan bahwa beban-beban harus diakui dalam

periode yang sama dengan satu kesatuan bersama pendapatan. Untuk kepentingan

laporan keuangan secara periodik dibutuhkan proses mempertemukan antara

pendapatan dan biaya-biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut dalam periode

yang sama agar laporan keuangan periodik itu menunjukkan posisi dan kinerja

perusahaan yang wajar. Hubungan antara pendapatan dan beban dalam proses

menandingkan tergantung pada salah satu dari 4 (empat) kriteria berikut (Belkaoui

dalam Ratunuman, 2013):

1. Penandingan langsung yang telah terpakai (expired cost) dengan suatu

pendapatan (misalnya harga pokok penjualan dikaitkan dengan

penjualan terkait).

2. Penandingan langsung dari beban yang telah terpakai pada periode

tersebut (misalnya, gaji karyawan untuk periode tersebut).

3. Alokasi beban sepanjang periode yang memperoleh manfaat (misalnya,

depresiasi).

4. Menjadikan beban semua biaya lain dalam periode terjadinya, kecuali

jika dapat ditunjukan bahwa biaya tersebut masih memiliki manfaat di

masa mendatang.

2.1.9. Metode Pengakuan Pendapatan dan Beban kontrak

Menurut PSAK 34 (2014) pengakuan pendapatan pada perusahaan konstuksi ada

dua metode yaitu metode persentase penyelesaian (Percentage-of-Completion

Method) dan metode kontrak selesai (Completed-Contract Method).


a. Metode kontrak selesai

Metode kontrak selesai adalah metode pengakuan dimana pendapatan dan laba

kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan. Menurut PSAK 34 metode

kontrak selesai harus digunakan perusahaan hanya:

1. Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek, atau

2. Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian

tidak dapat dipenuhi, atau

3. Jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu diluar resiko

bisnis normal atau berulang.

Dalam metode kontrak selesai biaya-biaya dari kontrak yang dikerjakan

diakumulasikan, dan tidak ada pembebanan yang dilakukan atas rekening

pendapatan, biaya dan laba kotor sampai dengan kontrak selesai dikerjakan. Metode

kontrak selesai memiliki keunggulan dan kelemahan, seperti yang diungkapkan

menurut Kieso (2008) bahwa “Keunggulan utama metode kontrak selesai adalah

pendapatan yang dilaporkan didasarkan atas hasil akhir dan bukan atas estimasi

pekerjaan yang belum dilaksanakan. Sedangkan kelemahan utamanya adalah

bahwa metode ini tidak mencerminkan kinerja masa berjalan apabila periode

kontrak mencakup lebih dari satu periode akuntansi.”

b. Metode persentase penyelesaian

Metode persentase penyelesaian adalah bentuk alternatif atas metode kontrak

selesai. Dalam metode ini, pengakuan pendapatan dicatat berdasarkan tingkat

kemajuan pekerjaan atau dengan kata lain jumlah pendapatan yang diakui untuk

tiap periode ditentukan berdasarkan tingkat penyelesaian, bagian pendapatan dan


beban (dan juga laba) diakui ketika dihasilkan pada akhir periode akuntansi.

Metode ini biasa diterapkan pada kontrak jangka panjang, dimana waktu

penyelesaian kontrak melebihi satu periode akuntansi. Menurut PSAK 34

(2014:34.23) pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi

dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban dan laba

yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara

proporsional. Metode persentase penyelesaian memiliki dua pendekatan, yaitu :

1. Metode pendekatan fisik (physical progress approach) adalah metode

pengakuan pendapatan yang diukur berdasarkan persentase kemajuan

fisik yang dicapai di lapangan. Dengan pendekatan fisik ukuran dibuat

berdasarkan hasil yang telah dicapai (output measures).

2. Metode pendekatan cost-to-cost adalah metode pengakuan pendapatan

yang diukur berdasarkan persentase selesai yang diperoleh dari besarnya

biaya yang terjadi untuk mencapai tahap penyelesaian pekerjaan proyek.

Perhitungannya berdasarkan ukuran masukan (input measures), yaitu

usaha-usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan

pekerjaan suatu kontrak. Metode ini menentukan persentase

penyelesaian atas pelaksanaan pekerjaan proyek dengan

membandingkan usaha-usaha yang telah tercurah untuk menyelesaikan

proyek. Contoh pencatatan pendapatan dengan metode persentase

penyelesaian menggunakan pendekatan cost to cost:

Perusahaan konstruksi memiliki kontrak sebesar 4.500 dengan biaya

taksiran 4.000. Kontrak dimulai juli 2010 dan selesai oktober 2012. Tahun

2011 perusahaan merevisi total biaya taksiran dari 4.000 menjadi 4.050.
Tabel 2.1 Pencatatan biaya kontrak

Tabel 2.2 Pencatatan total biaya taksiran

2.2. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil peninjauan penulis terhadap hasil penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan aspek yang akan penulis teliti terdapat beberapa penelitian

yang relevan. Berikut adalah penelitian yang terdahulu yang membandingkan

PSAK 34:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Feris Kristian dkk (2016) dengan judul

Analisis Penerapan Akuntansi Kontrak Konstruksi dalam Penyajian

Laporan Keuangan Pada PT. Sederhana Karya Jaya di Manado. Metode

penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif . Dari penelitian

diperoleh hasil bahwa periode kontrak setiaproyek adalah proyek jangka

pendek. Perusahaan masih belum menerapkan PSAK 34 karena

pengakuan pendapatan masih berdasarkan penerimaan kas dan beban

kontrak diakui secara all inclusive.


2. Evi Nurjanah (2016) melakukan penelitian dengan judul Pengakuan

Pendapatan dengan Metode Persentase Penyelesaian Berdasarkan PSAK

No 34. Hasil dari penelitian adalah PT X mengakui pendapatan pada saat

kontrak selesai sehingga tidak sesuai dengan prinsip penandingan antara

pendapatan dan biaya untuk memperoleh pendapatan pada periode

tersebut. PT. X tidak dapat memberikan informasi mendetail terkait

biaya bangunan kontruksi dalam proses.

3. Benny Prawiranegara (2016) melakukan penelitian dengan judul

Analisis Metode Pengakuan Pendapatan Konstruksi pada Perusahaan

Jasa Konstruksi. Hasilnya adalah metode pengakuan pendapatan untuk

kontrak jangka pendek telah sesuai dengan PSAK 34 yaitu dengan

metode kontrak selesai. Tetapi untuk kontrak jangka panjang belum

sesuai dengan PSAK No. 34, karena perusahaan menerapkan metode

yang sama.

4. Elmira Febri Darmayanti (2016) meneliti tentang Analisis Pengakuan

Pendapatan pada Perusahaan Konstruksi di PT Nolimax Jaya. Pencatatan

pengakuan pendapatan dilakukan pada saat diterbitkan invoice dan

laporan prestasi proyek atas pekerjaan kontrak dan ditandatangani oleh

pihak pemberi kerja, sedangkan untuk pengakuan dan pencatatan beban

yang berkaitan dengan proyek konstruksi dilakukan pada saat terjadinya

atau pada saat terhutang atas masing-masing beban tersebut. Pendapatan

dan laba yang diakui dengan pendekatan physical progress cenderung

disajikan lebih tinggi (overstatement) karena hanya mengandalkan

penilaian atau estimasi kemajuan fisik saja.


5. Lilik Thoyyibah (2017) meneliti tentang Analisis Metode Pengakuan

Pendapatan Terhadap Kontrak Konstruksi (Studi Kasus di PT. Skala

Proporsi Land). PT. Skala Proporsi Land menggunakan metode kontrak

selesai untuk kontrak jangka panjang dalam pengakuan pendapatan.

Metode belum sesuai dengan PSAK NO. 34 tentang kontrak konstruksi.

Pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode kontrak selesai

pada kontrak jangka panjang tidak mencerminkan keadaan perusahaan

yang sesungguhnya sehingga menyebabkan laporan keuangan yang

disajikan tidak secara wajar.

6. Dwi Rachmawati (2018) melakukan penelitian dengan judul Analisis

Penerapan Metode Pencatatan Atas Pengakuan Pendapatan berdasarkan

PSAK No. 34 pada PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Hasil penelitian

adalah pencatatan yang dilakukan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk

belum sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, khususnya

pada pencatatan dalam pengakuan pendapatan atas kontrak jangka

panjang. Dengan menggunakan metode presentase penyelesaian,

pendapatan yang diakui oleh perusahaan atas kontrak konstruksi jangka

panjang tidak sesuai dengan perhitungan ulang oleh peneliti.

7. Cici Sri Exti Oktavia (2018) melakukan penelitian dengan judul

PENERAPAN PSAK 34 tentang Kontrak Kontruksi dan PSAK Syariah

104 tentang Akuntansi Istisna’ pada PT.Cahayasakti Investindo Sukses

Tbk. Pengakuan pendapatan dan beban yang dilakukan PT Cahayasakti

Investindo Sukses Tbk sudah sesuai dengan PSAK 34 dimana pengakuan


pendapatan atas kontrak kontruksi dilakukan dengan memperhatikan

tahap penyelesaian.

8. Wahyu Fajrianto (2019) meneliti judul Persentase Penyelesaian dan

Metode Kontrak Selesai dalam Menilai Kualitas Laporan Keuangan

Perusahaan Konstruksi. Hasilnya adalah pengakuan pendapatan yang

diterapkan PT. Adhi karya untuk proyek jangka pendek dan jangka

panjang telah sesuai deng PSA 34 dan telah diaudit oleh KAP dan

mendapatkan opini wajar.

9. Riki Subagja dan Didit Pradipto (2019) meneliti dengan judul Analisis

Penerapan Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi berdasarkan

PSAK 34. Hasil penelitiannya adalah perusahaan mengakui pendapatan

dari kontrak jangka panjang didasarkan pada metode persentase

penyelesaian sesuai dengan PSAK 34 dan menggunakan metode

pendekatan pada kemajuan fisik (progress fisik) yang dituangkan dalam

laporan prestasi proyek yang dibuat oleh Site Enginering Manager (SEM)

beserta petugas pengawas lapangan.

10. Hista Windari (2020) meneliti tentang judul Analisis Penerapan Metode

Persentase Penyelesaian Dalam Pengakuan Pendapatan Kontrak

Konstruksi (PSAK No. 34) Studi Kasus Pada PT. Mitsal Luhur Indonesia.

Hasilnya adalah penulis menemukan bahwa hasil pendapatan dan laba

yang diakui dengan pendekatan fisik cenderung lebih tinggi

(overstatement) dibandingkan dengan pendekatan cost-to-cost, hal ini

karena pendekatan fisik hanya berdasarkan estimasi kemajuan fisik saja


tanpa memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam

penyelesaian proyek.

11. Dwi Muharomawati dkk (2021) meneliti judul Pengakuan Pendapatan

dan Beban Kontrak pada Perusahaan Jasa Konstruksi (Studi Kasus Pada

Perusahaan CV. Talita Jaya Bondowoso). Hasil penelitian adalah CV.

Talita Jaya Bondowoso menerapkan pengakuan pendapatan metode

kontrak selesai untuk seluruh proyek konstruksi bangunan baik kontrak

jangka panjang maupun kontrak jangka pendek. Hal ini tidak sesuai

dengan PSAK 34 dimana seharusnya pendapatan pada kontrak jangka

panjang dihitung dengan menggunakan metode persentase penyelesaian.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Judul Hasil penelitian

1 Analisis Penerapan Akuntansi Periode kontrak dari setiap proyek tidak


Kontrak Konstruksi dalam lebih dari satu tahun. Perusahaan
Penyajian Laporan Keuangan menggunakan termin pembayaran atau
Pada PT. Sederhana Karya Jaya kas yang diterima dari pemberi kerja
di Manado sebagai pendapatan dan mencatat biaya
proyek dengan konsep all inclusive
[Feris Kristian et all (2016)]
dimana beban yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung
dengan proyek diakui pada laporan laba
rugi. Laba rugi diperhitungkan dengan
prinsip penandingan matching expenses
against revenue
2 Pengakuan Pendapatan dengan PT X mengakui pendapatan pada saat
Metode Persentase Penyelesaian kontrak selesai sehingga tidak sesuai
Berdasarkan PSAK No 34 dengan prinsip penandingan antara
pendapatan dan biaya untuk
[Evi Nurjanah (2016)]
memperoleh pendapatan pada periode
tersebut. PT. X tidak dapat memberikan
informasi mendetail terkait biaya
bangunan kontruksi dalam proses.
Pengakuan pendapatan dan biaya ini
belum sesuai dengan Standar Akuntansi
yang berlaku umum, khususnya PSAK
No. 34 tentang Kontrak Kontruksi.
3 Analisis Metode Pengakuan Metode pengakuan pendapatan untuk
Pendapatan Konstruksi pada kontrak jangka pendek telah sesuai
Perusahaan Jasa Konstruksi dengan PSAK 34 dengan metode
kontrak selesai. Tetapi untuk kontrak
[Benny Prawiranegara (2016)]
jangka panjang belum sesuai dengan
PSAK No. 34, dimana perusahaan
menerapkan metode yang sama.
Laporan keuangan CV Satria Darma
tidak menyajikan segala informasi yang
manfaatnya lebih kecil dari biaya
penyusunannya, tetapi laporan
keuangan dapat dipahami oleh
penyusun laporan keuangan dan
pengguna laporan keuangan dalam
mencatat pengakuan pendapatan
konstruksi.
4 Analisis Pengakuan Pendapatan Pendapatan dan laba yang diakui
pada Perusahaan Konstruksi dengan pendekatan physical progress
[Elmira Febri Darmayanti cenderung disajikan lebih tinggi
(overstatement) karena hanya
(2016)]
mengandalkan penilaian atau estimasi
kemajuan fisik saja. Perusahaan
disarankan untuk menggunakan
pendekatan cost to cost karena lebih
memberikan gambaran yang wajar
dalam mengakui pendapatan dan laba,
dan memperhatiakan besarnya biaya
yang terjadi atau yang telah dikeluarkan
untuk tahap penyelesaian pekerjaan
kontrak dalam periode berjalan,
sehingga sesuai dengan konsep the
matching principle dalam rangka
penyajian laporan keuangan yang wajar.
5 Analisis Metode Pengakuan PT. Skala Proporsi Land menggunakan
Pendapatan Terhadap Kontrak metode kontrak selesai untuk kontrak
Konstruksi (Studi Kasus di PT. jangka panjang dalam pengakuan
Skala Proporsi Land) pendapatan. Metode belum sesuai
dengan PSAK NO. 34 tentang kontrak
[Lilik Thoyyibah (2017)]
konstruksi. Pengakuan pendapatan
dengan menggunakan metode kontrak
selesai pada kontrak jangka panjang
tidak mencerminkan keadaan
perusahaan yang sesungguhnya
sehingga menyebabkan laporan
keuangan yang disajikan tidak secara
wajar.
6 Analisis Penerapan Metode Pencatatan yang dilakukan oleh PT
Pencatatan Atas Pengakuan Wijaya Karya (Persero) Tbk belum
Pendapatan berdasarkan PSAK sesuai dengan standar akuntansi yang
No. 34 pada PT. Wijaya Karya berlaku umum, khususnya pada
(Persero) Tbk pencatatan dalam pengakuan
pendapatan atas kontrak jangka
[Dwi Rachmawati (2018)]
panjang. Dengan menggunakan metode
presentase penyelesaian, pendapatan
yang diakui oleh perusahaan atas
kontrak konstruksi jangka panjang tidak
sesuai dengan perhitungan ulang oleh
peneliti.
7 PENERAPAN PSAK 34 tentang Pengakuan pendapatan dan beban yang
Kontrak Kontruksi dan PSAK dilakukan PT Cahayasakti Investindo
Syariah 104 tentang Akuntansi Sukses Tbk sudah sesuai dengan PSAK
Istisna’ pada PT.Cahayasakti 34 dimana pengakuan pendapatan atas
Investindo Sukses Tbk kontrak kontruksi dilakukan dengan
memperhatikan tahap penyelesaian.
[Cici Sri Exti Oktavia (2018)]
Metode yang digunakan untuk
menentukan pendapatan kontrak
metode persentase penyelesaian dengan
pendekatan fisik. Jumlah retensi tidak
diungkapkan oleh perusahaan.
8 Analisis Penerapan Metode Pengakuan pendapatan PT. Adhi karya
Persentase Penyelesaian dan untuk proyek jangka pendek dengan
Metode Kontrak Selesai dalam metode kotrak selesai. Laporan
Menilai Kualitas Laporan keuangan pengakuan pendapatan PT.
Keuangan Perusahaan adhi karya dengan menggunakan
Konstruksi metode persentase penyelasaian juga
sudah memenuhi unsur-unsur kriteria
[Wahyu Fajrianto (2019)]
kualitas laporan keungan dan telah
diaudit oleh KAP dan mendapatkan
opini wajar.
9 Analisis Penerapan Pengakuan Perusahaan mengakui pendapatan dari
Pendapatan Kontrak Konstruksi kontrak jangka panjang didasarkan pada
Berdasarkan PSAK 34 metode persentase penyelesaian sesuai
[Riki Subagja dan Didit Pradipto dengan PSAK 34 dan menggunakan
metode pendekatan pada kemajuan fisik
(2019)]
(progress fisik) yang dituangkan dalam
laporan prestasi proyek yang dibuat
oleh Site Enginering Manager (SEM)
beserta petugas pengawas lapangan.
Metode persentase penyelesaian (cost-
to-cost) memberikan gambaran yang
lebih wajar dalam mengakui
pendapatan jika dibandingkan dengan
pendekatan fisik karena pendekatan
cost-to-cost mengakui pendapatan
dengan memperhatikan besarnya biaya
yang terjadi atau biaya yang telah
dicurahkan untuk mencapai tahap
penyelesaian pekerjaan kontrak selama
tahun 2016 dan 2017, sehingga sesuai
dengan konsep (the matching principle)
dalam rangka penyajian laporan
keuangan yang wajar.
10 Analisis Penerapan Metode Dari hasil penelitian yang dilakukan,
Persentase Penyelesaian Dalam hasil pendapatan dan laba yang diakui
Pengakuan Pendapatan Kontrak dengan pendekatan fisik cenderung
Konstruksi (PSAK No. 34) Studi lebih tinggi (overstatement)
Kasus Pada PT. Mitsal Luhur dibandingkan dengan pendekatan cost-
Indonesia to-cost, hal ini karena pendekatan fisik
hanya berdasarkan estimasi kemajuan
[Hista Windari (2020)]
fisik saja tanpa memperhitungkan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan
dalam penyelesaian proyek. Jadi
pendekatan cost-to-cost lebih
menyajikan pendapatan dan laba lebih
wajar karena dihitung berdasarkan
biaya yang dikeluarkan sehingga dapat
mencerminkan kinerja perusahaan yang
sebenarnya dan sesuai dengan the
matching principle dan prinsip
konservatisme dalam penyajian laporan
keuangan.
11 Pengakuan Pendapatan dan CV. Talita Jaya Bondowoso
Beban Kontrak pada Perusahaan menerapkan pengakuan pendapatan
Jasa Konstruksi (Studi Kasus metode kontrak selesai untuk seluruh
Pada Perusahaan CV. Talita Jayaproyek konstruksi bangunan.Metode
Bondowoso) kontrak selesai mengakui pendapatan
[Dwi Muharomawati dkk dan laba lebih tinggi daripada metode
persentase penyelesaian sehingga
(2021)]
pendapatan dan laba yang disajikan
dalam laporan keuangan menjadi
overstatement dan tidak sesuai dengan
prinsip konservatisme dalam penyajian
laporan keuangan.
Berdasarkan beberapa referensi jurnal diatas, terdapat perusahaan yang sudah

menerapkan pengakuan pendapatan dan biayanya sesuai PSAK 34 tentang kontrak

konstruksi namun masih ada yang tidak. Masih terdapat perusahaan yang mengakui

pendapatannya sesuai penerimaan kas dari pelanggan (cash basis) dan mengakui

biaya secara langsung tanpa memperhitungkan biaya yang akan digunakan pada

periode mendatang. Terdapat persamaan penelitian dengan beberapa penelitian

sebelumnya yaitu menganalisis kesesuaian penerapan metode pengakuan

pendapatan dengan PSAK 34 tentang kontrak kosntruksi. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan lokasi penelitian.

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka penulis hendak menganalisis

pengakuan pendapatan dan beban kontrak yang diterapkan oleh PT. X apakah sudah

sesuai dengan teori pendapatan dan beban kontrak juga PSAK 34 yaitu metode

persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan fisik atau pendekatan cost to cost.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.4. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah termasuk penelitian kualitatif, dengan

menggunakan metode pendekatan dekriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah

suatu bentuk penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,

menggambarkan, dan menjelaskan kualitas suatu objek yang tidak dapat diukur,

atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Leksono,2013: 183). Pada

penelitian ini menyelidiki peristiwa-peristiwa sebagaimana adanya sesuai dengan

keadaan sebenarnya agar terpenuhi fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara

tepat untuk mengetahui kesesuaian metode yang digunakan dalam pengakuan

pendapatan dan beban kontrak sesuai PSAK 34. Penelitian ini menjadikan PT X

yang berlokasi di Surabaya barat sebagai objek penelitiannya.

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini maka penulis

memaparkan istilah-istilah dalam penelitian. Adapun variabel operasional yang

dipakai penulis dalam penelitian ini adalah :

Pendapatan yaitu arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari

aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam

modal..

Beban kontrak yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan suatu kontrak

dalam suatu periode.

21
Metode kontrak selesai adalah pengakuan pendapatan dimana pendapatan,

biaya dan laba akan ditangguhkan sampai kontrak diselesaikan.

Metode persentase penyelesaian adalah pengakuan pendapatan dan beban

dengan memerhatikan tahap penyelesaian suatu kontrak pada suatu periode.

Pendekatan fisik adalah pengakuan pendapatan yang dinilai dari kemajuan

pekerjaan didasarkan pada kemajuan fisik pekerjaan atau kontrak yang telah

tercapai.

Cost to cost adalah menurut dasar biaya terhadap biaya, persentase penyelesaian

diukur dengan membandingkan biaya yang sudah terjadi sampai periode ini

dengan estimasi total biaya paling akhir untuk menyelesaikan suatu kontrak.

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan keuangan dan

laporan laba rugi per proyek yang dikerjakan oleh PT. X dengan sampel Laporan

Keuangan keuangan tahun 2019 s/d 2020.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Teknik Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

dan tatap mukan langsung dengan pihak perusahaan dibagian akuntansi yang

berwenang memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

2. Teknik Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan melihat atau

menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat perusahaan. Data yang digunakan


dalam penelitian ini merupakan data primer seperti Surat perintah kerja, Purchase

Order, Rancangan anggaran biaya dan laporan keuangan perusahaan.

3.8. Teknik Analisis Data

Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif denga cara :

1. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian pada PT. X dengan

wawancara dan dokumentasi.

2. Menganalisis dengan mengklarifikasikan hasil wawancara mengenai

penerapan metode yang diterapkan dalam pengakuan pendapatan konstruksi.

3. Mengamati dan mengidentifikasi persentase penyelesaian proyek dengan

pendekatan fisik yang digunakan perusahaan berdasarkan progress kemajuan

pengerjaan proyek.

4. Mengolah data sehingga dapat diteliti dan data yang tidak sesuai dapat

dipisahkan.

5. Menginterpretasikan data, data yang sudah diolah sehingga diberikan

keterangan yang benar dan lengkap untuk penyelesaian masalah yang telah

dirumuskan.
DAFTAR PUSTAKA

Author’s Guide, 2019. Biaya Vs Beban [Accountingpedia 6]. [Online]


Available at: https://accountingunsoed.org/biaya-vs-beban-
accountingpedia-6/
[Diakses 24 10 2021].

Author’s Guide, t.thn. [Online] Available at:


http://eprints.perbanas.ac.id/2278/4/BAB%20II.pdf [Diakses 24 10 2021].

Author’s Guide, 2019. Modul Dokumen Kontrak. [Online]


Available at:
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2019/01/661bb_MD
L_Dokumen_Kontrak.docx [Diakses 2021 10 24].
Paulinus Atok, 2016. Pengakuan Akuntansi Pendapatan Dengan Presentase
Penyelesaian Dalam Penyajian Laporan Keuangan PT. ADHI KARYA
(PERSERO) Di Surabaya, Surabaya: STIEUS.

Kieso Donald, Jerry Weygandt, and Terry Warfield, 2008. Akuntansi Intermediate
Jilid 2. Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Feris K.T, David P.E.S, and Dhullo A., 2016. ANALISIS PENERAPAN
AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI DALAM PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN PADA PT. SEDERHANA KARYA JAYA DI
MANADO. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 16 No.4.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2010. Standart Akuntansi Indonesia. Jakarta: Salemba


Empat.

________________, 2014. PSAK 34 Tentang Kontrak Konstruksi. s.l.:Ikatan


Akuntan Indonesia.

________________, 2019. Akuntansi Keuangan. Jakarta Pusat: Ikatan Akuntan


Indonesia.

Kartikahadi, H. &., 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK berbasis IFRS.


Jakarta Selatan : Salemba Empat.

Leksono, S., 2013. Penelitian kualitatif ilmu ekonomi dari metodologi ke metode.
Jakarta: PT. Raja grafindo persada.

Lumingkewas, V. A., 2013. Pengakuan Pendapatan Dan Beban Atas Laporan


Keuangan Pada PT Bank SULUT. Jurnal EMBA, Volume 1 No 3, pp. 199-
206.

Purba M., 2013. IFRS konvergensi dan kendala aplikasinya di Indonesia.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mulyadi, 2000. Akuntansi biaya. 5 penyunt. Yogyakarta: Aditya Media.

xxi
Nurjanah, E., 2016. PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN METODE
PERSENTASE PENYELESAIAN BERDASARKAN PSAK No 34. El-
Muhasaba, Volume 7, pp. 79-91.

Oktavia, C. S. E., 2018. PENERAPAN PSAK 34 TENTANG KONTRAK

PADA PT.CAHAYASAKTI INVESTINDO SUKSES TBK, Batusangkar:


IAIN.

Dosen Pembimbing 2, 2021. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Para Ahli.


[Online] Available at: https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-
laporan-keuangan/ [Diakses 24 10 2021].

Pemerintah Pusat,., 2017. Undang-undang (UU) No. 2 Tahun 2017 Jasa Konstruksi.
[Online] Available at: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37637/uu-
no-2-tahun-2017 [Diakses 24 10 2021].

Ratunuman, S. M., 2013. Analisis Pengakuan Pendapatan dengan Persentase


Penyelesaian dalam Penyajian Laporan Keuangan PT. Pilar Dasar. Jurnal
EMBA, Volume 1 No. 3.

Sutanto Hidayat, M. W., 2019. Manajemen Konstruksi dalam Perspektif


Administrasi Pembangunan dan Pemasaran. Surabaya: PT. Muara Karya.

Thoyyibah, L., 2017. ANALISIS METODE PENGAKUAN PENDAPATAN


TERHADAP KONTRAK KONSTRUKSI (Studi Kasus di PT. SKALA
PROPORSI LAND), Malang: UIN.

WINDARI, H., 2020. Analisis Penerapan Metode Persentase Penyelesaian Dalam


Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi ( PSAK No. 34) Studi Kasus
Pada PT. Mitsal Luhur Indonesia, Medan: UMSU.

Anda mungkin juga menyukai