Anda di halaman 1dari 46

33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Provinsi Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’

Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan. Wilayah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut

dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km 2. Luas daratan lebih kurang

16.424,14 km2 atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas laut kurang lebih 65.301

km2 atau 79,90 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.Wilayah administrasi pemerintah kabupaten/kota terbagi dalam wilayah

kecamatan, kelurahan/desa dengan rincian per kabupaten pada tahun 2009 sebagai

berikut:

Kabupaten Kecamatan Kelurahan Desa


Bangka 8 9 60
Bangka Barat 5 4 60
Bangka Tengah 6 7 50
Bangka Selatan 7 3 50
Belitung 5 2 40
Belitung Timur 4 - 39
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Secara geografis Kabupaten Belitung terletak antara 107°08' BT sampai

107°58' BT dan 02°30' LS sampai 03°15' LS dengan luas seluruhnya 229.369 ha atau

kurang lebih 2.293,69 km2. Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah

Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang juga merupakan wilayah kepulauan yang

terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil.


34

Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan terletak pada WPP-RI 711

yang merupakan meliputi Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan. Secara

administratif, WPP 711 di sebelah utara berbatasan dengan batas terluar ZEE

Indonesia – Vietnam; di sebelah timur berbatasan dengan Batas terluar ZEE

Indonesia – Malaysia, perbatasan darat Indonesia – Malaysia di Prov. Kalimabtan

Barat; di sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Belitung, Kab. Belitung Timur,

Prov. Bangka Belitung; dan di sebelah barat berbatasan dengan Kab. Kampar, Kab.

Bengkalis, Prov. Riau batas laut Indonesia – Singapura, batas terluar ZEE Indonesia –

Malaysia.

4.2. Struktur Organisasi Pelabuhan Perikanan dan Lembaga Terkait

4.2.1. Struktur organisasi PPN Tanjung Pandan

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta

posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan.. Pegawai di

Pelabuhan Perikanan Nusantara ( PPN) Tanjung Pandan sebanyak 59 orang yang

terdiri staff tata usaha 23 orang, staff operasional 3 orang, staff TKPU 5 orang, staff

syahbandar 3 orang, pramubakti 3 orang, tenaga kebersihan 8 orang, tenaga teknis

pengolahan jasa bengkel 2 orang dan tenaga teknis pelayanan jasa pabrik es 1 orang.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan dikepalai oleh

Priyagus, A.Pi, M.Si, dengan Tito Erza Laksana, S.Kom sebagai kepala sub bagian

tata usaha, kepala seksi tata kelola dan pelayanan usaha oleh Hartono Wagino, A.Pi,

kepala seksi pelabuhan operasional oleh Darya, S.Pi dan kepala seksi kesyahbandaran
35

yaitu Darmono, S.St.Pi. Struktur organisasi PPN Tanjung Pandan terdapat pada

Gambar 3.

KEPALA PELABUHAN PERIKANAN


Priyagus, A.Pi, M.Si

KEPALA
SUB BAGIAN TATA
USAHA
Tito Erza Laksana, S.Kom

KEPALA
KEPALA SEKSI OPERASIONAL
SEKSI TATA KELOLA PELABUHAN
DAN PELAYANAN Darya, S.Pi
USAHA
Hartono Wagino, A.Pi

KEPALA
SEKSI
KESYAHBANDARAN
Darmono, S.St.Pi

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 3. Struktur Organisasi PPN Tanjung Pandan


36

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor

20/permen-kp/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Pelabuhan Perikanan yang mengatur tentang struktur organisasi di pelabuhan

Pelabuhan Perikanan Nusantara supaya jobsdek dari masing-masing bidang tidak

tumpang tindah.

Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara mempunyai peranan menetapkan

program kerja, mengkoordinasikan, dan mengarahkan serta monitoring pelaksanaan

fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayah pelabuhan perikanan,

pengawasan pemanfaatan sumber daya perikanan untuk pelestariannya, dan

kelancaran kegiatan kapal perikanan, pelayanan kesyahbandaran perikanan di

pelabuhan perikanan berdasarkan kebijakan teknis Direktur Pelabuhan Perikanan

serta membina bawahan di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung

pandan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran

pelaksanaan tugas.

Bidang Operasional Pelabuhan dan Kesyahbadaran menyelenggaran fungsi

pelaksanaan pengaturan keberangkatan, kedatangan dan keberadaan kapal perikanan

di Pelabuhan Perikanan, pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti Lapor

Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Perikanan, pelaksanaaan pemeriksaan Log

Book, pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar, pelaksanaan

penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, pelaksanaan pengawasan pengisian

bahan bakar, pelaksanaan pengumpulan data, informasi, dan publikasi, pelaksanaan

penerbiatan Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB), pelaksanaan inspeksi
37

pembongkaran ikan dan pelaksanaan bimbingan teknis operasional pelabuhan,

kesyahbandaran, pemanfaatan sarana dan prasarana, serta pelayanan usaha.

Bidang Tata Kelola dan Pelayanan Usaha menyelenggarakan fungsi

pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

pengendalian, serta pendayagunaan sarana dan prasarana, pelaksanaan fasilitasi

penyuluhan, pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, penkarantinaan ikan,

publikasi hasil penelitian, pemantauan wilayah pesisir, wisata bahari, pembinaan

mutu, pengolahan, dan pemasaran, serta distribusi hasil perikanan, pelayanan jasa,

pemanfataan lahan dan fasilitas usaha dan pelaksanaan bimbingan teknis tata kelola

dan pelayanan usaha. Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) sudah berjalan

dengan baik dengan jam operasional kantor Senin sampai Kamis dimulai pukul 07.00

WIB dan selesai pada pukul 16.00 WIB pada hari kerja.

4.2.2. Lembaga terkait

Hubungan kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan dengan

instansi terkait dalam kawasan pelabuhan dilaksanakan dengan prinsip koordinasi.

Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan (2016),

menyatakan tata hubungan kerja pelabuhan perikanan dengan instansi terkait yang

ada di lingkungan pelabuhan dilakukan dengan prinsip koordinasi dengan

mengedepankan pelayanan kepada masyarakat instansi terkait yang telah melakukan

pelayanan dan mempunyai kantor kerja di sekitar pelabuhan adalah :

1. Satuan Kerja PSDKP Tanjung Pandan

2. Pos Polisi Perairan


38

4. Kantor Administrasi Pelabuhan Laut

5. Dinas Perikanan Kabupaten Belitung

4.3. Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

Visi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan adalah

terwujudnya Pusat Pertumbuhan dan Pengembangan Ekonomi Perikanan Terpadu

yang Berwawasan Pengelolaan Sumberdaya Ikan yang Berkelanjutan sebagai

Wahana untuk Mensejahterakan Masyarakat.

Misi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan merupakan

gerakan moral dan upaya yang sistematis, terarah dan berkesinambungan dalam

mendukung tercapainya tujuan dan sasaran organisasi serta merupakan penjabaran

dari visi yaitu :

1. Meningkatkan mutu produksi dan produktivitas usaha penangkapan dalam

rangka peningkatan konsumsi ikan, penyediaan bahan baku industri dan

penerimaan devisa negara, keamanan pangan dan nilai tambah hasil perikanan.

2. Menciptakan ikilm usaha yang kondusif.

3. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha.

4. Meningkatkan kualitas ikan yang didaratkan dan didistribusikan ke daerah

pemasaran.

5. Meningkatkan pengendalian, pematauan dan pengawasan sumberdaya

kelautan dan perikanan.

6. Meningkatkan koordinasi pelayanan dan pelaksanaan tugas dengan berbagai

instansi dan lembaga terkait dalam usaha perikanan tangkap.

7. Meningkatkan Pendapatan Negara Bukan Pajak.


39

4.4. Tugas Pokok dan Fungsi PPN Tanjung Pandan

Tugas pokok Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan adalah

melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya,

pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran

kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.

Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Pelabuhan Perikanan menyelenggarakan

fungsi sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor PER.06/MEN/2007 yaitu:

1. Perencanaan, pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan

pengndalian serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan.

2. Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.

3. Pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan.

4. Pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat

perikanan.

5. Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan

produksi, distribusi dan pemasaran hasil perikanan.

6. Pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil

perikanan di wilayahnya.

7. Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari.

8. Pelaksanaan pengawasan penangkapan sumberdaya ikan, dan penanganan,

pengolahan, pemasaran, serta pengendalian mutu hasil perikanan.


40

9. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, serta

pengelolaan system informasi.

10. Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan kebersihan kawasan

pelabuhan perikanan

11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2004 pasal 3

ayat 2 tentang Pelabuhan Perikanan bahwa lembaga pengelola pelabuhan perikanan

yang dibangun oleh pemerintah atau pemerintah daerah mempunyai tugas

melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya,

fasilitasi pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan, dan kelancaran kegiatan kapal

perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan, dan kegiatan

pemerintahan lainnya Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud, dilakukan oleh

Kepala Pelabuhan Perikanan sebagai koordinator di pelabuhan perikanan.

4.5. Potensi Perikanan Tangkap

Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia kurang lebih 6,4 juta ton

per tahun, terdiri dari : ikan pelagis besar (1,16 juta ton), pelagis kecil (3,6 juta ton),

demersal (1,36 juta ton), udang penaeid (0,094 juta ton), lobster (0,004 juta ton) ,

cumi-cumi (0,028 juta ton), dan ikan-ikan karang konsumsi (0,14 juta ton). Dari

potensi tersebut jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) sebanyak 5,12 juta ton per

tahun atau sekitar 80% dari potensi lestari. Potensi sumberdaya perikanan tangkap di
41

perairan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan luas areal 65.301 km2 sebesar

499.500 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp. 2.497.500.000.000.

4.5.1. Produksi dan nilai produksi

Potensi sumberdaya ikan ini tersebar di 9 (sembilan) wilayah Pengelolaan

Perikanan Indonesia. Produksi ikan di Kab. Belitung tahun 2010 untuk ikan tangkap

tercatat sebesar 159.366,54 ton atau naik sebesar 4,01% dari tahun sebelumnya

dengan nilai tangkapan 2.399.597,94 juta rupiah. Petugas di bagian seksi operasional

setiap hari mencatat ikan yang masuk di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Tanjung Pandan. Data yang telah tercatat kemudian diolah dan diterbitkan setiap

bulannya, juga dilaporkan ke situs Kementrian Kelautan dan Perikanan yaitu Sistem

Basis Data Terintregasi Pengelolaan Perikanan Tangkap. Produksi pendaratan ikan

PPN Tanjung Pandan terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Pendaratan di PPN Tanjung Pandan


Tahun Dalam Pelabuhan Luar Pelabuhan Jumlah
2013 3.028.979 1.598.920 4.627.899
2014 2.622.647 1.004.383 3.627.030
2015 1.874.646 824.728 824.728
2016 2.019.677 787.085 2.756.762
2017 2.860.713 2.058.473 2.860.713
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Produksi perikanan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjungpandan berasal

dari hasil tangkapan kapal ikan milik nelayan setempat, para pengusaha dan juga

nelayan dari daerah sekitar pelabuhan. Produksi perikanan di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Tanjungpandan terbagi menjadi dua, yaitu produsi perikanan dari dalam

pelabuhan dan luar pelabuhan. Produksi perikanan dari dalam pelabuhan berasal dari
42

Grafik 7. Pendaratan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjungpandan,


2013-2017
3,500,000

3,000,000

2,500,000

2,000,000
Kg
1,500,000

1,000,000

500,000

0
2013 2014 2015 2016 2017

Tahun
Dalam Pelabuhan Luar Pelabuhan

ikan hasil tangkapan nelayan yang di daratkan di PPN Tanjungpandan. Produksi

perikanan dari luar pelabuhan berasal dari daerah sekitar Tanjungpandan seperti

Tanjung Batu, Tanjung Binga, Pegantungan, Membalong dan Belitung Timur.

Sumber : Laporan Akhir Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017


Gambar 7. Grafik Pendaratan Ikan di PPN Tanjung Pandan 2017.

Peningkatan produksi perikanan yang didaratkan di PPN Tanjung Pandan

karena

meningkatnya kegiatan operasional nelayan dan adanya penambahan jumlah kapal

yang melakukan bongkar muat di pelabuhan, dimana kapal yang pada tahun

sebelumnya tidak melakukan bongkar muat di pelabuhan tapi saat ini dilakukan di

PPN Tanjung Pandan. Jenis-jenis ikan yang didaratkan di PPN Tanjung Pandan

adalah Lemuru, Tongkol, Layang, Tembang, Banyar. Ikan yang didaratkan di PPN

Tanjung Pandan digunakan sebagai bahan baku ikan kaleng dan tepung ikan pabrik-
43

pabrik pengolahan yang ada di sekitar PPN Tanjung Pandan dan dikirim ke luar

daerah sebagai bahan baku industri pengolahan ikan. Produksi yang dicatat tidak

hanya yang dijual saja tetapi termasuk juga yang dikonsumsi oleh rumah tangga atau

yang diberikan kepada nelayan/pekerja sebagai upah.

Tabel 3. Nilai produksi di PPN Tanjung Pandan.


Tahu
Nilai dalam pelabuhan Nilai luar pelabuhan Jumlah
n
71.295.403.00 45.417.030.00 116.712.433.00
2013
0 0 0
71.313.362.00 30.535.208.00 101.848.570.00
2014
0 0 0
64.080.067.00 29.632.257.00
2015 93.712.324.000
0 0
60.285.156.00 22.045.333.00
2016 82.330.489.000
0 0
73.941.934.25 169.464.098.25
2017 95.522.164.00
0 0
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui nilai produksi Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Tanjung Pandan bersifat fluktuatif. Nilai produksi adalah nilai pada

waktu hasil penangkapan/budidaya didaratkan. Jadi harga yang digunakan adalah

harga produsen.Nilai produksi perikanan dipengaruhi oleh faktor ikan yang

didaratkan mencakup jenis ikan demersal atau pelagis, ukuran ikan, volume

pendaratan. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor kepelabuhan perikanan

mencakup kondisi jumlah dan fasilitas yang ada, kemampuan pengelolaan pelabuhan

perikanan, pengelolaan unit-unit kegiatan dan transportasi, organisasi dan penunjang

lainnya seperti perbankan, serta asosiasi buruh dan nahkoda. Penangkapan ikan juga
44

menjadi faktor nilai produksi diantaranya faktor kondisi kenelayanan atau usaha

penangkapan ikan, kondisi armada (unit penangkapan), kondisi alam perairan,

kemampuan pengelolaan operasi penangkapan: nelayan dan pengusaha atau

perusahaan persaingan antar pelabuhan mencakup harga yang lebih tinggi, pelayanan

pelabuhan perikanan, kebutuhan jenis ikan tertentu.

Nilai Pendaratan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjungpadan pada Tahun


2013 - 2017
180,000,000,000
160,000,000,000
140,000,000,000
120,000,000,000
100,000,000,000
Kg

80,000,000,000
60,000,000,000
40,000,000,000
20,000,000,000
0
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Dalam Pelabuhan Luar Pelabuhan

Sumber : Laporan Akhir Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017


Gambar 8. Grafik Nilai Pendaratan Ikan di PPN Tanjung Pandan 2017.

4.5.2. Kapal penangkap ikan


Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan

untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan

penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal yang menambatkan hasil tangkapannya di

Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan sebagian besar adalah kapal dengan
45

alat tangkap pancing ulur dengan ukuran tonasenya rata-rata < 5 GT.

Berdasarkan FAO pada tahun 2004 terdapat setidaknya empat juta kapal penangkap

ikan komersial. Sekitar 1,3 juta merupakan kapal yang memiliki geladak. Hampir

semua kapal bergeladak ini sudah termekanisasi, dan 40 ribu diantaranya berbobot

lebih dari 100 ton.

Tabel 4. Frekuensi Kedatangan Kapal di PPN Tanjung Pandan


No GT Kapal 2013 2014 2015 2016 2017
1. < 5 GT 5990 5786 2990 2393 3447
2. 5-10 GT 2467 3384 3572 3331 4483
3. 10-20 GT 1001 256 78 22 38
4. 20-30 GT 681 358 435 136 292
5. <30 GT 135 142 86 29 54
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Tabel 5. Frekuensi Keberangkatan Kapal di PPN Tanjung Pandan


No GT Kapal 2013 2014 2015 2016 2017

1. <5 GT 2025 2766 1458 2394 3447

2. 5-10 GT 926 1805 1995 3055 4464

3. 10-20 GT 589 197 57 20 25

4. 20-30 GT 475 329 410 205 172

5. <30 GT 39 139 72 41 18

Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Frekuensi kedatangan kapal mempunyai jumlah yang lebih banyak dibandingan

dengan frekuensi keberangkatan kapal dikarenakan semakin tertibnya peraturan yang

mengatur tentang kapal tambat dan labuh di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung

Pandan, dengan adanya regulasi yang bagus turut mendukung UU Fishing yaitu

illegal, unreported, unregulation sebagai kegiatan perikanan yang tidak sah. Kegiatan
46

perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang ada, atau aktivitasnya tidak

dilaporkan kepada suatu institusi atau lembaga pengelola perikanan yang tersedia.

12,000

10,000

8,000

6,000
Kali

Kapal Datang
Kapal Berangkat
4,000

2,000

0
2013 2014 2015 2016 2017

Tahun

Sumber : Laporan Akhir Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2013-2017


Gambar 9. Grafik Frekuensi Kunjungan Kapal Tahun 2013-2017

Selama rentang waktu 5 tahun (2013-2017) jumlah kapal perikanan yang

datang dan berangkat fluktuatif. Tahun 2013 mengalami jumlah kedatangan kapal

tertinggi, Dahlan (2011) menduga bahwa karena kegiatan usaha perikanan

berkembang dengan baik dan hasil tangkapannya meningkat, sehingga mendorong

pertumbuhan jumlah armada penangkapan yang dibutuhkan. Sedangkan kapal yang

berangkat terendah pada tahun 2015 karena jumlah produksi perikanan mengalami

penurunan yang signifikan pada tahun 2015.


47

4.5.3. Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung

langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun

budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan

pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Sebagaimana diketahui, nelayan

bukanlah suatu entitas tunggal. Mereka terdiri dari beberapa kelompok, yang dilihat

dari segi pemilikan alat tangkap dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah

nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan

juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain.

Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri,

dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. Nelayan di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Tanjung Pandan yang paling dominan adalah nelayan pancing

ulur. Hasil tangkapan ikan yang sering tertangkap dengan pancing ulur memiliki

ukuran dan jenis yang tidak seragam. Jenis ikan yang tertangkap oleh pancing ulur

adalah tongkol, cakalang, kembung (Rastreliger kanagurta), layang (Decapterus

russelli), bawal (Pampus chinensis), kakap (Lutjanus sp), dan lain sebagainya.

Seringkali ikan yang berukuran besar juga tertangkap seperti hiu (Carcharhinus

longimanus), tuna (Thunnus sp), marlin dan lain sebagainya. Sumberdaya nelayan

dicirikan oleh pendidikan dan keterampilan yang rendah, kemampuan managemen

yang terbatas. Taraf hidup penduduk desa pantai yang sebagian besar nelayan saat ini

masih rendah pendapatan tidak menentu sangat tergantung pada musim kebanyakan

masih memakai alat tangkap yang tradisional dan tidak memanfaatkan teknologi, oleh
48

sebab itu kadang dibutuhkan solar yang banyak, dan masih sukar menjauhkan diri

dari perilaku boros.

Adapun data jumlah PPN Tanjung Pandan terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Nelayan PPN Tanjung Pandan


No Tahun Jumlah Nelayan (orang)
1 2011 1.334
2 2012 1.334
3 2013 1.334
4 2014 1.200
5 2015 1.629
6 2016 1.805
7 2017 1.805
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017

Data yang tercatat pada laporan tahunan PPN Tanjung Pandan menunjukan

mengalami peningkatan 3 tahun terakhir, terkait dengan potensi perikanan yang

sangat besar pula. Nelayan di kabupaten Belitung ini merupakan nelayan tradisional

yang memiliki kemampuan dan keahlian secara turun temurun atau merupakan

nelayan dari daerah lain misalnya suku bugis. Nelayan kabupaten Belitung umumnya

menangkap ikan menggunakan motor boat dengan kapasitas 1 GT- 15 GT.

Penyaluran kebutuhan logistik nelayan di dalam Pelabuhan Perikanan Nusantara

Tanjungpandan dipasarkan oleh pihak swasta dan koperasi. Kebutuhan logistik

nelayan meliputi solar, oli, minyak tanah, air tawar, es, beras, gula dan garam.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan khusus melayani kebutuhan air


49

tawar dan sebagian es balok.

Nelayan (orang)

2000
1805 1805
1800
1629
1600
14001334 1334 1334
1200
1200
1000
800
600
400
200
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tahun

Sumber : Laporan Akhir Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017


Gambar 10. Grafik Jumlah Nelayan di PPN Tanjung Pandan 2017.

4.5.4. Alat penangkap ikan


50

Nelayan yang berada di provinsi Belitung masih menggunakan alat tangkap

tradisional.Alat penangkap ikan yang beroperasi di PPN Tanjung Pandan pada tahun

2013 sampai 2017 tersaji pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Jumlah Alat Penangkapan Ikan di PPN Tanjung Pandan


No Alat Tangkap 2013 2014 2015 2016 2017
1. Pancing Ulur 3612 3411 1964 1391 1738
2. Jaring Insang Hanyut 1000 610 558 784 1587
3. Jaring Insang Tetap 180 186 310 184 228
4. Pukat Cincin Pelagis Kecil 32 146 46 18 33

5. Payang 168 315 132 0 0

Sumber: Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Lanjutan tabel 7. Jumlah Alat Penangkapan Ikan di PPN Tanjung Pandan


No Alat Tangkap 2013 2014 2015 2016 2017
6 Muroami 149 0 0 0 0
7 Bagan Perahu 3096 2468 1573 1116 1805
8 Bubu 1759 1215 1141 1519 1839
Jumlah 10127 8790 6141 5413 7814
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Data laporan tahunan menunjukkan bahwa jenis alat tangkap yang digunakan

dalam usaha penangkapan ikan di perairan Kabupaten Belitung cukup beragam dan

yang paling banyak yaitu pancing ulur yaitu pada tahun 2013 sebanyak 3612. Pancing

ulur ini banyak dihandalkan dalam menyangkat ikan cumi dan tongkol yang

kebutuhannya dan potensinya cukup, serta harganya yang mahal karena diekspor ke

negara Malaysia dan Singapura. Pancing Ulur merupakan salah satu jenis alat

penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap

ikan di laut. Pancing Ulur termasuk alat penangkap ikan yang aktif dan juga ramah

lingkungan. Pengoperasian alat relatif sederhana tidak banyak menggunakan


51

Grafik 11. Jumlah Trip Penangkapan Menurut Jenis Alat Tangkap di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Tanjungpandan, 2013-2017
4,000

3,500

3,000 Pancing ulur

2,500 Jaring insang


Jumlah Trip (kali)

hanyut
2,000
Jaring insang
tetap
1,500
Pukat cincin
pelagis kecil
1,000 Payang

500

0
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

peralatan bantu seperti halnya alat tangkap pukat ikan dan pukat cincin. Pancing ulur

(hand line) adalah alat penangkap ikan jenis pancing yang paling sederhana. Pancing

ulur termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hook and line. Selanjutnya ada bubu

yang jumlahnya terbanyak setelah pancing ulur. Nelayan menggunakan bubu karena

bubu dapat diusahakan oleh nelayan kecil hingga nelayan besar, serta hasil tangkapan

bubu di Belitung yaitu ikan kerapu yang juga harga jualnya mahal. Waktu

pengoperasian pancing ulur dapat dilakukan baik pada siang hari ataupun malam hari.

Daerah pengoperasiannya cukup terbuka dan beragam dari perairan laut atau tawar di

tengah perairan atau di sisi perairan maupun disekitar permukaan sampai dengan

dasar perairan.

Sumber : Laporan Akhir Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017


52

Gambar 11. Grafik Jumlah Trip Penangkapan di PPN Tanjung Pandan 2017.

4.6. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

Fasilitas pelabuhan perikanan merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di

pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan. Pelaksanaan fungsi

dan peranannya pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-

fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan umumnya terdiri dari fasilitas pokok,

fungsional dan tambahan atau penunjang (Hartanto,2013).

4.6.1. Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas yang sangat diperlukan dalam kegiatan

penangkapan di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok juga berfungsi untuk

melindungi kegiatan di pelabuhan perikanan dari gangguan alam seperti gelombang,

arus, angin, serta pengendapan pasir. Pentingnya fasilitas dasar sehingga

menyebabkan fasilitas tersebut harus ada di suatu pelabuhan perikanan.

Tabel 8. Fasilitas Pokok di PPN Tanjung Pandan


Jenis Fasilitas Ukuran/Lua Tahun Pengadaan Keterangan
s
1 Alur Pelayaran P : 400 m - Terawat dan kondisi cukup
.
2 Kolam Pelabuhan 33.000 m2 - Terawat dan cukup baik
.
3 Jetty 208 m2 Terawat dan kondisi baik
.
4 Turap/Revetment 1041 m 1996 Terawat dan kondisi baik
.
5 Jalan Komplek 83408,5 m2 1996 Terawat dan kondisi baik
53

.
6 Areal Pelabuhan 49585 m2 1974 Terawat dan kondisi baik
.
7 Dermaga 342 m2 1974 Terawat dan kondisi baik
8 Saluran Drainase 1600 m2 2000 Terawat dan kondisi baik
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Pada tabel diatas diketahui bahwa fasilitas pokok yang berada di PPN Tanjung

Pandan adalah sebagai berikut:

1. Alur Pelayaran

Secara umum kondisi alur perairan di kawasan PPN Tanjungpandan cukup

memadai untuk aktifitas bongkar muat ikan dan aktifitas pelabuhan lainnya. Lokasi

PPN Tanjungpandan yang berada di muara sungai memiliki variasi kedalam di alur

pelayaran mencapai -3.5 m, sedangkan di kolam pelabuhan antara -0.5 sampai – 1.5

m. Di lokasi kolam pelabuhan dan dermaga sandar PPN Tanjungpandan terjadi

pendangkalan akibat sedimen yang berasal dari sungai, hal ini menjadi kendala

tersendiri karena menyulitkan aktifitas kapal pada saat air surut. Kebutuhan draft

kapal 10 GT pada saat surut mencapai 1.3 m, sedangkan kapal 30 GT mencapai 2.1m.

2. Kolam Pelabuhan

Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal-

kapal yang akan bersandar di dermaga dan kolam pelabuhan adalah daerah perairan

pelabuhan untuk masuknya kapal-kapal yang akan bersandar di dermaga Kolam

pelabuhan menurut fungsinya terbagi dua, yaitu sebagai alur pelayaran yang

merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga (navigational

channels). Kolam putar yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal (Lubis, 2012).
54

Kolam pelabuhan direncanakan untuk dapat melayani bongkar muat kapal ikan

dengan bobot terbesar 30 GT, dengan draft 2,9 m. Kedalaman kolam direncanakan

pada elevasi –3,5 m LLWL. Untuk mencapai kedalaman tersebut perlu pengerukan

kolam pelabuhan rencana. Kolam pelabuhan juga akan mempunyai sebuah kolam

putar dengan luas sekitar 2,5 Ha sedangkan kolam pelabuhan mempunyai kedalaman

-2,5 m. Kolam Pelabuhan yang belum memadai, karena kedalaman nya yang dangkal

sehingga mengurangi kapal berukuran besar untuk sandar di pelabuhan.

Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Tanjung Pandan hasil yang didapatkan yaitu berupa pengukuran,

jumlah kapal maksimum yang berlabuh perhari sebanyak 100 unit kapal. Panjang

kapal maksimum yang berlabuh sebesar 12 m dan lebar kapal maksimum yang

berlabuh sebesar 5 m. Menurut Nurdyana et al. (2013) rumus luas kolam pelabuhan

yaitu sebagai berikut:

LK = 2n x L x B atau L = Lt + (3 x n x 1 x b)

Keterangan:

LK = luas kolam pelabuhan (m3) barat, tengah, timur perkiraan disms

N = jumah kapal maksimum berlabuh (unit) syahbadar

L = panjang kapal rata-rata (m) syahbdandar

B = lebar kapal (m)

LK = (2 x LOA) + (3 x n x l x B)

= (2 x 21) + (3 x 500 x 18 x 6)
55

= 42 + 162.000

= 162.042 m2

Husain dan Juswan (2013) berpendapat bahwa kolam pelabuhan yang

direncanakan harus mempunyai luas dan kedalaman yang cukup. Apabila dermaga

digunakan untuk tambatan tiga kapal atau kurang, lebar kolam diantara dermaga

adalah sama dengan panjang kapal (LOA), sedang dermaga untuk empat kapal atau

lebih, lebar kolam adalah 1,5 LOA. Luas kolam putar yang digunakan untuk

mengubah arah kapal minimal 1,5 kali panjang kapal total (LOA) dari kapal terbesar

yang menggunakannya. Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Tanjung Pandan perhitungan kedalaman kolam pelabuhan yaitu

nilai draft (d) kapal terbesar sebesar 1,5 meter, nilai Squat (S) sebesar 0,5 meter, dan

nilai Clearance sebesar 0,5 meter. Menurut Sinaga et al. (2013), kedalaman kolam

pelabuhan (D) dapat dicari dengan menggunakan cara sebagai berikut:

D = d + S + C atau D = d + ½ H + S

Keterangan :

D = Kedalaman kolam pelabuhan (m) dari 0 sampai 1-5 meter atau 2, karena

terjadi pendangkalan, 0,1,5

d = Draft terbesar kapal (m)

S = Tinggi ayunan kapal (25 – 30 cm)

C = Jarak aman antara lunas dengan dasar perairan (25 – 100 cm)

D = d+S+C

= 1,5 + 0,5 + 0,5


56

= 2,5 m

D = d+½H+ S

= 1,5 + ½ 1 + 0,5

= 2,5 m

Sehingga diketahui kedalaman kolam pelabuhan sebesar 2,5 meter. Hal ini tidak

sesuai dengan standar kedalaman PPN yang seharusnya. Menurut Husain dan Juswan

(2013), kedalaman kolam pelabuhan seharusnya adalah 1,1 kali draft kapal pada

muatan penuh di bawah elevasi muka air rencana, dengan memperhitungkan gerak

osilasi kapal karena pengaruh alam seperti gelombang, angin, arus dan pasang.

Kedalaman kolam yang ideal > dari 3 m. Dilihat dari hasil perhitungan dalam kolam

pelabuhan.

3. Dermaga dan jetty

Lubis (2012) mengatakan dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang

berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil

tangkapan, serta tempat mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan

dilaut. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dermaga di PPN Tanjung

Pandan digunakan sebagai tempat untuk tambat, labuh, pengisian bahan bakar, serta

perbekalan untuk melaut. Selain itu dermaga di PPN Tanjung Pandan juga digunakan

untuk membongkar hasil tangkapan yang dermaganya berada di depan tempat

pelelangan ikan.. Kontruksi dermaga untuk lantai dermaga merupakan pelat beton.

Pondasi yang digunakan untuk Dermaga menggunakan pondasi tiang pancang pre
57

cast standar WIKA dengan type Co. Kedalaman pondasi ini adalah  18 m dari

permukaan tanah. Pile cap yang digunakan pada dermaga PPN Tanjungpandan

tersebut terbuat dari beton insitu. Untuk menahan tanah sekitar dermaga agar tidak

runtuh, dan menghindari abrasi, maka dibuat Dinding Penahan Tanah dimana

dinding tersebut terbuat dari susunan batu kali. Pembuatan dermaga menggunakan

mutu beton K-225 sesuai spesifikasi umum pekerjaan beton.

Perhitungaan panjang dermaga dilakukan dengan menggunakan rumus

Formula Quinn. Hal-hal yang diperlukan untuk mengetahui panjang dermaga adalah

panjang kapal rata-rata, jarak antar kapal, jumlah kapal yang berlabuh, berat kapal

rata-rata, lama kapal di dermaga, produksi ikan per hari, dan lama fishing trip rata-

rata. Menurut Sinaga et al. (2013), panjang dermaga dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

L = (l+s)n x a x h
Uxd
Keterangan :

L = Panjang dermaga (m)

l = Panjang kapal rata-rata (m) syahbandar

s = Jarak antar kapal (m)

n =Jumlah di dermaga per hari syahband

a = Berat rata-rata kapal (ton) syahbandar

h = Lama kapal di dermaga (jam)

u = Produksi ikan per hari (ton)

d = Lama fishing trip rata-rata (jam) 1 minggu


58

Perhitungan untuk dermaga bongkar di PPN Tanjung Pandan yaitu :

[ ( l+ s ) × n ×a × h]
L =
(u × d)

[ ( 18+1 ) 45 ×18 ×6 ]
=
( 15× 18)

[ ( 19 ) 45 ×18 ×6 ]
=
(15 ×18)

92340
=
270

= 342 m2

Menurut Lubis (2012), jetty atau pier adalah tipe dermaga yang letaknya lebih

menjorok ke laut, biasanya untuk mendapatkan tingkat kedalaman perairan yang

diinginkan. PPN Tanjung Pandan memiliki 2 jetty berukuran 208 m2 dan 352 m2.

Berdasarkan pengamatan jetty digunakan untuk tempat bongkar muat, mengisi

perbekalan, dan tambat labuh. Jetty yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara

berfungsi baik dan digunakan sebagai labuh kapal pengangkut ikan.

4. Revetment

Turap berfungsi untuk menahan tanah dan menahan masuknya air pada lahan

pelabuhan perikanan yang dulunya merupakan bagian dari kolam pelabuhan, namun

dialih fungsikan menjadi daratan. Turap (revetment) di PPN Tanjung Pandan terbuat

dari beton. Berdasarkan data yang didapatkan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Tanjung Pandan, diketahui panjang dari turap (revetment) yaitu 1041 meter.

5. Jalan Komplek
59

Jalan komplek di PPN Tanjung Pandan berfungsi untuk lalu lintas kendaraan

yang akan keluar masuk areal pelabuhan. Luas jalan komplek yaitu 83408,5 m2 dan.

Berdasarkan pengamatan, kondisi jalan lingkungan di PPN Tanjung Pandan cukup

baik. Jalan komplek ini dibangun dengan dana APBN.

6. Saluran Drainase

Drainase berfungsi untuk mengurangi kelebihan air yang ada di sekitar PPN

Tanjung Pandan. Luas drainase yang berada di PPN Tanjung Pandan yaitu 1600 m2 .

Drainase yang berada di lingkungan PPN Tanjung Pandan bersih dan terawat.

4.6.2. Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupakan fasilitas pelengkap dari fasilitas dasar.

Fasilitas tersebut berperan penting dalam memperlancar atau memberikan pelayanan

jasa dalam kegiatan penangkapan di suatu pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional

adalah fasilitas yang secara langsung dimanfaatkan untuk kepentingan manajemen

perikanan dan atau yang dapat diusahakan oleh perorangan atau badan hukum.

Fasilitas fungsional terdiri dari fasilitas yang dapat diusahakan dan fasilitas yang

tidak dapat dipisahkan (Hartanto, 2013). Praktik Kerja Lapangan yang telah

dilakukan, dapat diketahui fasilitas fungsional yang ada di Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Tanjung Pandan terdapat pada tabel berikut:

Tabel 9. Fasilitas Fungsional di PPN Tanjung Pandan


No Jenis Fasilitas Ukuran/ Luas Tahun Pengadaan Keterangan

1. Pabrik Es

2. Gedung TPI 300 m2 2000 Kondisi baik


60

3. Reservoir 160 m2 1976/2003 Kondisi baik

4. Kios BBM 50 m2 2000 Kondisi baik

5. Bengkel 125 m2 1979/1997 Kondisi baik

6. Dok (Slipway) 2 unit 1978/2000/2004 Kondisi baik

7. Balai Pertemuan 150 m2 1976 Kondisi baik


Nelayan
8. Menara Navigasi Tinggi 13 m 1976 Kondisi baik

9. Jaringan Listrik 1 unit (64 KWH) 2002 Kondisi baik


25 ttk, 200 KVA

10 Kantor Administrasi 588 m2 1978/1997/2006 Kondisi baik


.
11 Pos Pelayanan 90 m2 2000 Kondisi baik
. Terpadu
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Pada Tabel 3. yang tertera diatas dapat diketahui bahwa fasilitas fungsional

yang berada di PPN Tanjung Pandan adalah sebagai berikut:

1. Pabrik Es

Es yang digunakan untuk mempertahankan mutu ikan pada saat operasi

penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau pabrik. Bangunan es terdiri dari ruang

mesin, raung kompresor, ruang produksi, ruang penyimpanan es, dan ruang operator.

Perusahaan pabrik es yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

merupakan salah pabrik es yang dikelola oleh pelabuhan. Produk pabrik es ini

ditujukan untuk kegiatan operasional proses penangkapan ikan karena es digunakan

untuk menurunkan suhu ikan hasil tangkapan agar mutunya tetap dalam kondisi baik.
61

Pendapat ini diperkuat oleh Derma, (2017) yang menyatakan bahwa produk pabrik ini

pemasarannya ditujukan untuk operasi keperluan penangkapan ikan. Pengamatan

yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapangan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Tanjung Pandan bahwa kegiatan pabrik es telah dikoordinasikan dengan baik dalam

tahap produksi dan pelayanannya. Pabrik es di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Tanjung Pandan 2 dibangun oleh perintah dan 2 dibangun oleh CV. Alam Prima dan

CV. Mawar. Pabrik es (Ice Flake) Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

mulai dioperasikan pada tahun 2010 dimana konstruksi dari pembuatan pabrik es ini

terbuat dari tembok beton. Kapasitas maksimal pabrik es ini adalah 10 ton/hari.

2. Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan merupakan fasilitas fungsional di dalam pelabuhan

perikanan yang berfungsi meningkatkan nilai ekonomis atau nilai guna dari fasilitas

pokok yang dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Tempat pelelangan ikan adalah

tempat dimana penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan dengan cara

pelelangan (Lumaningsih dan Sukadi, 2016). Pelabuhan Perikanan Nusantara

Tanjung Pandan mempunyai luas 300 m2. Selain itu, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di

PPN Tanjung Pandan memiliki perbedaan dari TPI lain nya. TPI di PPN Tanjung

Pandan tidak memiliki sistem pelelangan. Karena ketika ikan yang telah didaratkan

kemudian ditimbang oleh juru timbang di TPI lalu dibeli dan didistribusikan ke

perusahaan yang berada di wilayah pelabuhan untuk dieksport. Luas gedung TPI pada

PPN Tanjung Pandan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah

jumlah produksi hasil tangkapan. Faktor kedua adalah jenis ikan yang ditangkap oleh

nelayan. Hasil tangkapan akan mempengaruhi luas TPI yang digunakan tergantung
62

dari cara meletakkan hasil tangkapan yang diletakkan di keranjang atau di lantai.

Menurut perhitungan dari rumus seharusnya PPN Tanjung Pandan menerima lebih

banyak hasil tangkapan ikan, karena luas sesungguhnya adalah 756 m2. Hal ini

dikarenakan banyak ikan hasil tangkapan dari kapal >10 GT dijual langsung ke

tengkulak dan tidak melalui proses pelelangan.

3. Reservoir

Reservoir yang berapa di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

mempunyai fungsi untuk menampung air bersih yang telah diolah dan memberi

tekanan. Jenis reservoir ada dua jenis yaitu ground reservoir bangunan penampung

air bersih di bawah permukaan tanah sedangkan elevated reservoir bangunan

penampung air yang terletak di atas permukaan tanah dengan ketinggiann tertentu

sehingga tekanan air pada titik terjauh masih tercapai.

4. Kios BBM

Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan penting yang harus dimiliki setiap

kapal perikanan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan yang digunakan untuk

bahan bakar mesin kapal dan mesin bantu penangkapan (Riandani, 2015). Penyaluran

BBM di PPN Tanjung pada bulan november 2017 mencapai 4850 ton dan desember

2017 naik menjadi 5020 ton. Peningkatan terjadi karena meningkatnya jumlah

aktivitas kapal dalam operasi penangkapan di PPN Tanjung Pandan.

BBM di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan berfungsi

untuk mendistribusikan solar kepada nelayan-nelayan sebagai perbekalan untuk

melaut.. Tiap harinya BBM ini mampu menjual solar sebanyak 15 ton per hari. Bahan
63

bakar solar yang dijual di SPBN ini dijual dengan harga Rp. 7.000,00. Harga tersebut

sudah disubsidi pemerintah.

5. Pelayanan bengkel

Fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal. Fasilitas reparasi (bengkel perawatan

ringan dan bengkel perawatan berat) termasuk fungsi layanan pada kapal karena antar

fasilitas yang ada memiliki derajat keeratan dalam melayani kegiatan kapal-kapal

perikanan dari sisi kegiatan yang dilakukan, personil dan aliran kerja yang terjadi.

Fasilitas bengkel yang berada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

(PPN) ada tiga tetapi yang beroperasi hanya ada dua, satu diantarnya adalah fasilitas

bengkel milik pemerintah dan kedua bengkel milik swasta yang disewakan. Fasilitas

bengkel dari pemerintah sudah tidak berfungsi lagi.

6. Dok Slipway

Slipway adalah fasilitas perbaikan kapal dengan cara mendudukkan kapal di atas

kereta yang disebut trolley dan menarik kapal tersebut dari permukaan air dengan

mesin. Secara umum proses kerja untuk slipway dock disebut dock tarik, hampir sama

dengan jenis dock yang lain. Perbedaannya adalah kapal dinaikkan ke atas slipway kemudian

ditarik ke darat agar dapat dilakukan proses docking (Sumbawa et al, 2015). Pada

pengamatan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Slipway dock yang dibangun di

wilayah perairan tenang sekitar sungai dengan kemiringan rel berkisar 2 o sampai 10o.

Landasan tersebut digunakan untuk memudahkan menarik dan meluncurkan kapal

dalam pengecekan dan mereparasi kapal.


64

7. Balai Pertemuan Nelayan

Balai pertemuan nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

mempunyai fungsi sebagai sosialisasi peraturan pemerintah ataupun cara penanganan

ikan yang baik pada nelayan di sekitar pelabuhan. Balai pertemuan nelayan juga

dimanfaatkan sebagai tempat menyelenggarakan acara seperti pertemuan himpunan

nelayan. Balai pertemuan nelayan ini dibuat pada tahun dan luasnyanya 150 m2.

8. Menara Navigasi

Menara navigasi yang berada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung

Pandan terletak di alur masuk kolam pelabuhan yang digunakan untuk panduan kapal

masuk dan keluar di kolam pelabuha, akan tetapi menara navigasi ini sudah rusak dan

tidak digunakan. Fasilitas navigasi dialamnya fasilitas alat bantu navigasi seperti

lampu, tanda- tanda petunjuk bagi navigasi ke luar dan masuk pelabuhan, alat

komunikasi. Alat bantu navigasi diperlukan membantu maneuver kapal masuk,

berlabuh dank e luar pelabuhan dengan aman.

9. Kantor Administrasi

Kantor Administrasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan memiliki

luas 588 m2. Kantor ini bertugas untuk pelayanan di pelabuhan serta keselamatan

operasional kapal perikanan serta menyiapkan data produksi perikanan oleh Pusat

Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP). Kantor administrasi terdiri dari dua ruangan

terpisah untuk syahbandar dan kantor operasional.

10. Jaringan Listrik

Instalasi jaringan listrik dan penerangan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Tanjung Pandan menggunakan pasokan listrik dari PLN. Pelabuhan Perikanan


65

Nusantara Tanjung Pandan mempunyai genset yang berfungsi baik yang berjumlah

satu buah dengan daya listrik sebesar 187,5 KVA. Pasokan listrik untuk lampu jalan

dan kabel IB sebesar 200 KVA dan dipasang di 25 titik.

11. Sarana Komunikasi (telepon, fax, radio komunikasi)

Sarana komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting dalam pengelolaan

pelabuhan perikanan di Tanjung Pandan. Jaringan telepon dan fax yang jumlahnya 3

buah dimiliki pelabuhan sudah cukup sesuai kebutuhan. Selain itu, radio komunikasi

juga merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan di PPN Tanjung Pandan

sehubungan dengan monitoring situasi khususnya yang berhubungan dengan

keamanan di sekitar lokasi PPN Tanjung Pandan. Termasuk ke dalam fasilitas ini

antara lain stasiun pengamatan cuaca, radio telegram, pos dan telepon.

4.6.3. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk

mendukung kegiatan pelabuhan perikanan yang ada di PPN Tanjung Pandan.

Tabel 10. Fasilitas Penunjang di PPN Tanjung Pandan


No Jenis Fasilitas Ukuran/Luas Tahun Pengadaan Keterangam
1. Rumah Dinas 2 unit/type C 1997/1998 Kondisi baik
2. MCK 36 m2 2000 Kondisi baik
3. Mess Operator Koppel 3 type D 1977 Kondisi baik
Sumber : Laporan Tahunan PPN Tanjung Pandan, 2017.

Pada Tabel 10. yang tertera diatas dapat diketahui bahwa fasilitas penunjang

yang berada di PPN Tanjung Pandan adalah sebagai berikut:

1. Rumah Dinas

Rumah dinas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Panda nada dua yaitu
66

rumah dinas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan ada dua yaitu rumah

dinas golongan II yang dibangun pada tahun 1985 dan 1991 dengan kondisi yang

baik.

2. MCK

Terdapat 1 unit MCK di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan

dengan kondisi cukup baik dengan luas 36 m 2 di bangun pada tahun 2000. Fasilitas

ini dimaksud untuk menjamin kebersihan di dalam areal pelabuhan.

3. Mess Operator

Dibangun pada tahun 1977 dgn luas koppel type C. Mess operator digunakan

untuk penginapan bagi orang-orang yang berkepentingan baik kunjungan kerja

maupun lainnya di Pelabuhan Perikanan Tanjung Pandan.

4.7. Manajemen dan Pelayanan di Pelabuhan di PPN Tanjung Pandan

Manajemen publik sudah seharusnya semakin diarahakan kepada

peningkatan pelayanan bagi masyarakat ketimbang bagi kepentingan birokrasi itu

sendiri. Pelayanan kepada pelanggan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan

terencana oleh organisasi atau unit kerja pelaksana dengan tujuan agar produksi

maupun jasa yang dihasilkan tetap ada dan dapat bertahan melawan persaingan yang

semakin ketat.Pelayanan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung

Pandan diantaranya pelayanan penyediaan air tawar, pelayanan penyediaan bahan

bakar, pelayanan pendaratan hasil tangkap, pelayanan tambat labuh, pelayanan

pengadaan es,pelayanan pemasaran ikan.

4.7.1. Pelayanan penyediaan air tawar


67

Air tawar adalah salah satu bahan yang sangat diperlukan dan harus tersedia

di pelabuhan perikanan, selain Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kebutuhan

perbekalan kapal perikanan lainnya. Penggunaan air tawar tidak hanya sebagai bahan

perbekalan melaut para nelayan tetapi juga merupakan bahan baku untuk pembuatan

es dan operasional mesin-mesin industri yang berhubungan dengan industri

perikanan.

4.7.2. Pelayanan penyediaan solar

Solar merupakan BBM yang penting karena digunakan untuk mengoperasikan

kapal. Penyediaan bahan bakar oli pelumas harus disediakan sesuai kebutuhan kapal

yang berpangkal di pelabuhan atau yang singgah untuk menjual hasilnya. Tergantung

keadaan ada kalanya perlu dibuat instalasi khusus tanki minyak (solar) lengkap

dengan tangki pompanya (dispenser). Perlu koordinasi dengan pemasok minyak agar

dapat pasokan yang kontinyu.

4.7.3. Pelayananan tambat labuh

Prasarana Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan membagi fasilitas

pelayanan tambat labuh menjadi tiga kategori yaitu, tambat, tender dan labuh. Tambat

adalah bersandarnya kapal ke dermaga, tender merupakan kegiatan bersandarnya

lambung kapal ke kapal yang sedang bertambat di dermaga, sedangkan labuh adalah

kegiatan melempar jangkar kapal ke perairan kolam pelabuhan dan tidak bersandar

pada dermaga atau kapal lain yang sedang bertambat.Fasilitas ini digunakan oleh

kapal untuk berlabuh atau bertambat dengan tujuan membongkar muatan,

mempersiapkan keberangkatan, memperbaiki kerusakan, beristirahat.

4.7.4. Pelayanan hasil tangkapan


68

Harga hasil tangkapan yang terbentuk selain ditentukan berdasarkan jenisnya,

juga ditentukan berdasarkan kondisi dari hasil tangkapan tersebut. Semakin baik mutu

hasil tangkapan, maka harganya akan semakin tinggi. Kebutuhan mutu yang baik

karena hasil tangkapan merupakan bahan pangan. Apabila mutunya tergolong buruk

karena dibiarkan pada suhu kamar, dan sudah mengalami proses pembusukan, maka

dapat menimbulkan keracunan (histamine fish poisoning) bila dikonsumsi. Keracunan

ini disebabkan oleh kontaminasi bakteri pathogen dengan dekarboksilasi asam amino

histidin oleh enzim histidin dekarboksilase yang menghasilkan histamine. Hal

tersebut dapat mengakibatkan pengurangan harga jual atau bahkan pembuangan

produk karena sudah tidak dapat dikonsumsi. Mutu hasil tangkapan tersebut dapat

dijaga dengan menggunakan es balok.

4.7.5. Pelayanan pengadaan es balok

PPN Tanjung Pandan Belitung selaku pelabuhan perikanan tipe B

mengusahakan pelayanan pembelian es balok yang optimal bagi para konsumennya.

Maka dari itu pabrik es dibangun untuk memenuhi permintaan es khususnya

pemenuhan keperluan bahan perbekalan kapal perikanan maupun penanganan ikan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan memiliki 4 pabrik es.

4.7.6. Pelayanan pemasaran hasil perikanan

Fasilitas ini merupakan fasilitas utama sebagai fasilitas fungsional. Fasilitas

berupa gedung dan ruangan atau luasan daratan di dalam pelabuhan yang dapai

dipakai untuk menurunkan hasil tangkapan. Fungsi tempat pelelangan ikan di

pelabuhan ini fungsinya digantikan menjadi tempat pembongkaran hasil tangkapan


69

yang selanjutnya akan didata oleh petugas pelabuhan perikanan dan didistribusikan

langsung ke perusahaan yang ada di wilayah PPN Tanjung Pandan.

4.7.7. Pelayanan fasilitas pemeliharaan

Fasilitas ini bertujuan untuk keperluan melayani pemeliharaan kapal dan

peralatan penangkapan ikan, misalnya docking dan bengkel. Fasilitas ini dapat berupa

docking atau slipway yang dapat menampung kapal berbagai ukuran kapal sesuai

dengan skala pelabuhan yang bersangkutan) untuk diperbaiki. Perlu disediakan

bengkel lengkap dengan peralatan dan suku cadang mesun kapal, baik itu mesin

utama (motor) ataupun mesin tambahan. Perbaikan jaring pada Pelabuhan Perikanan

Nusantaran Tanjung Pandan belum ada sehingga perbaikan jaring biasanya di daerah

sekitar dermaga pelabuhan.

4.7.8. Manajemen keluar masuk kapal

Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari planning, organizing,

actuating, controlling. Alur keluar kapal yaitu nakhoda, pengurus dan agen kapal

lapor atas kapal yang akan keluar pada instansi terkait menyelesaikan seluruh

kewajiban retribusi di pelabuhan perikanan pada Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Tanjung Pandan dilakukan penarikan retribusi untuk meningkatan pendapatan

asli daerah. Pos kesehatan pelabuhan melaksanakan pemeriksaaan kesehatan ABK

dan pemeriksaan kesehatan di kapal. Setelah itu pengawas perikanan memeriksa

perijinan kapal perikanan, memeriksa alat tangkap ,hasil tangkap, jumlah hasil

tangkapan, menerbitkan SLO. Pemilik/nakhoda/pengurus kapal mengajukan

permohonan penerbitan SPB (dilampiri dengan surat pernyataan nakhoda tentang

keberangkatan kapal, bukti pembayaran jasa pelabuhan, SLO, STBLKK, daftar awak
70

kapal. Kesyahbandaran perikanan pemeriksaan administrasi (daftar abk,sertifikasi

awak kapal,izin penggunaan tenaga asing dan lain – lain). Pemeriksaan fisik kapal

dan alat penangkap ikan (jenis alat penangkapan ikan, jumlah alat penangkapan

ikan,tanda pengenal kapal perikanan dan lain – lain)Menerbitkan Surat Persetujuan

Berlayar (SPB) lalu kapal keluar.

Alur masuk kapal tahap pertama yaitu kesyahbandaran perikanan memeriksa

dokumen dan daftar ABK, memeriksa nautis, teknis dan admin memeriksa SPB

terakhir penempatan sandar dan tambat, mengisi form memorandum kedatangan,

menyimpan dokumen kapal, penerbitan surat tanda bukti lapor kedatangan kapal

(STBLKK). Pengawas perikanan memeriksa SLO dan HPK, memeriksa perijinan

perikanan, memeriksa alat tangkap,hasil tangkap,jumlah hasil tangkap, jenis hasil

tangkap,memeriksa bila ada penyimpangan/ pelanggaran membuat laporan kejadian

sampai proses penyidikan jika tidak bermasalah selanjutnya Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Tanjung Pandan tambat labuh perbekalan, docking kapal.

Pemeriksaan kesehatan dan setelah itu hasil tangkapan didata dan disalurkan ke

perusahaan perikanan yang ada disekitar pelabuhan.

4.7.9. Manajemen pelayanan docking

Pengurus dan pemilik kapal melaporkan kedatangan kapal untuk docking

kepada seksi kesyahbandaran lalu membawa surat yang ditujuan untuk kepala seksi

kesyahbadaran setelah diterima, pihak dock menyusun jadwal perbaikan kapal.

4.8. Wilayah Kerja dan Wilayah Pengoperasian di Pelabuhan Perikanan


71

Wilayah kerja pelabuhan perikanan terdiri dari wilayah kerja daratan yang

dipergunakanantara lain sebagai lahan pelabuhan, perkantoran administrasi pelabuhan

perikanan, tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan, TPI, suplai air bersih.

Wilayah kerja daratan seluas 4,98 ha dan wilayah kerja perairan seluas 6,43 ha.

Wilayah kerja perairan yang dipergunakan antara lain sebagai kolam pelabuhan

breakwater (pemecah gelombang), revetment (turap), groin, dermaga dan jetty.

Wilayah Pengoperasian Pelabuhan Perikanan terdiri dari Wilayah Pengoperasian

Daratan yang dipergunakan antara lain sebagai akses jalan dari dan ke pelabuhan

perikanan, permukiman nelayan, pasar ikan dan lainnya yang berpengaruh langsung

terhadap operasional pelabuhan perikanan wilayah Pengoperasian Perairan yang

dipergunakan antara lain sebagai alur pelayaran dari dan ke pelabuhan perikanan,

keperluan keadaan darurat, kegiatan pemanduan, uji coba kapal, penempatan kapal

mati, dan kapal. Wilayah pengoperasian daratan seluas 63,05 hektar, yang terdiri dari

wpd 1 seluas 27,52 hektar dan wpd 2 seluas 35,53 hektar. Wilayah pengoperasian

perairan seluas 103,55 hektar.

4.9. Rencana Pengembangan PPN Tanjung Pandan

Rencana pengembangan PPN Tanjung Pandan diarahkan pada pengembangan

areal baru, hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana

pelabuhan yang semakin banyak. Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional

ditetapkan dengan tujuan sebagai acuan atau pedoman bagi pemerintah, pemerintah

daerah, dan badan usaha milik negara dan atau swasta dalam menyelenggarakan

pembangunan atau pengembangan pelabuhan perikanan agar dapat saling mendukung


72

antara satu dan lainnya. Pengembangan jangka pendek diarahkan pada upaya

mengatasi masalah yang mendesak saat ini seperti kolam Pelabuhan yang belum

memadai, karena kedalaman nya yang dangkal sehingga mengurangi kapal berukuran

besar untuk sandar di pelabuhan, pelabuhan sudah sangat padat oleh aktivitas kapal-

kapal ikan yang ada, sehingga perlu penambahan dermaga baru, armada berukuran

kecil (< 10 GT) kurang disiplin dan sulit diatur, sehingga mereka parkir/tambat di

seluruh bagian pelabuhan, tata cara bongkar-muat, sandar dan lelang belum dapat

diterapkan dengan benar dan baik ,gangguan stabilitas morfologi pantai (sedimentasi

dan abrasi). Pengembangan jangka menengah sebagai kelanjutan pengembangan

jangka pendek diarahkan untuk optimasi pemanfaatan fasilitas yang sudah dibangun

dan peningkatan pelayanan berkaitan dengan pengembangan usaha nelayan/swasta

serta pengembangan kawasan industri. Pegembangan jangka panjang diarahkan pada

peningkatan status/kelas pelabuhan perikanan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara

(tipe B) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera (tipe A) sehingga dapat

mengakomodir kapal/kegiatan yang lebih besar, peningkatan kegiatan ekspor

komoditas perikanan, dan menjadikan PPP Tanjung Pandan sebagai “growth center”.

4.7. Permasalahan Pokok PPN Tanjung Pandan

Permasalahan di Pelabuhan Perikanan Nusantara muncul dari aspirasi nelayan

yang menggunakan jasa dari pelabuhan perikanan yaitu belum ada rumusan master-

plan pengembangan pelabuhan perikanan, sehingga anggaran dan arah

pembangunan terkesan belum terfokus pada sasaran jangka panjang terpadu yang
73

jelas, ebutuhan pendaratan kapal besar semakin meningkat. Namun keterbatasan

fasilitas dan pelayanan pelabuhan, menyebabkan belum bisa berperan penuh

sebagaimana fungsi pelabuhan perikanan yang diharapkan, kolam Pelabuhan yang

belum memadai, karena kedalaman nya yang dangkal sehingga mengurangi kapal

berukuran besar untuk sandar di pelabuhan, budaya “one day fishing” dalam

aktivitas penangkapan, sebagian besar masih merupakan nelayan tradsisional dan

struktur armada perikanan didominasi skala kecil, belum adanya dukungan

permodalan yang memadai, terbatasnya kemampuan nelayan dalam penguasaan

teknologi penangkapan ikan yang lebih maju, tersebarnya sentra-sentra nelayan di

seluruh pesisir Kabupaten Belitung, terbatasnya Prasarana Perikanan Tangkap di

beberapa tempat sentra nelayan


74

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Tanjung Pandan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengelompokkan secara teknis, PPN Tanjung Pandan

merupakan pelabuhan buatan, karena merupakan suatu daerah perairan hasil

dari bentukan manusia agar terlindung terhadap gelombang/ badai/ arus

sehingga memungkinkan kapal untuk merapat. Fasilitas-fasilitas yang ada di

PPN Tanjung Pandan secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria yang telah

diatur di Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor Per.08/Men/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan, akan tetapi

terdapat beberapa fasilitas yang perlu diperhatikan, seperti belum adanya

Pengaturan pendaratan kapal berdasarkan antrian jalur tunggal (single

channel), dimana kapal yang datang membentuk satu barisan untuk

melakukan bongkar muat di dermaga.

2. Jenis layanan yang ada di PPN Tanjung Pandan yaitu pelayanan tambat labuh

kapal perikanan, bongkar muat, pembinaan mutu hasil perikanan,

pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, pelaksanaan kegiatan

operasional kapal perikanan, kesyahbandaran, dan lain-lain. Manajemen yang

ada di PPN Tanjung Pandan masih belum maksimal.


75

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk Praktek Kerja Lapangan di Pelabuhan

Perikanan Nusantara adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya fasilitas-fasilitas yang ada di PPN Tanjung Pandan di aktifkan

kembali, seperti galangan kapal, cold storage, dan lain-lain. Selain itu,

sebaiknya dilakukan pemenuhan fasilitas sehingga tidak terjadi penumpukan

antrian saat bongkar muat hasil tangkapan dan pemanfaatan lahan yang masih

kosong sebaiknya dimanfaatkan dengan maksimal, misalnya yaitu tempat

ibadah.

2. Sebaiknya pelayanan mengenai tambat labuh kapal lebih diperhatikan unutk

memudahan nelayan dalam pengurusan syarat-syarat yang telah ditentukan

dan pegawai pelabuhan sebaiknya ditambah agar pelayanan dari Pelabuhan

Perikanan lebih maksimal.

3. Perlu adanya pengerukan


76
77
78

Anda mungkin juga menyukai