Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

PELATIHAN PERTOLONGAN BANTUAN HIDUP DASAR


BAGI MASYARAKAT AWAM DIDAERAH TERDAMPAK
KABUT ASAP DIKOTA BANJARBARU

Pelaksanaan:

Oleh :

NASRULLAH W, MMRS : 197208042002121001


Ns. ENDANG SRI, SPMB : 197508121998032002
AGUS RACHMADI, A.Kep, M.Msi : 196808101990031004
AKHMAD RIZANI, S.Kp, M.Kes : 197009061993031003
HAMMAD, S.Kep, Ns, M.Kep : 197705012005011005
MARWANSYAH, S.Kep, M.Kep : 197412032002121002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada


masyarakat awam didaerah yang terdampak kabut
asap di Kota Banjarbaru
Bidang Pengabdian : Keperawatan
Ketua Tim Pengusul
Nama Lengkap : Nasrullah Wilutono, MMRS
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIP : 197208042002121001
Disiplin Ilmu : Ilmu Keperawatan
Pangkat/Golongan : Penata tk I/IIId
Jabatan Fungsional : Dosen Non Fungsional
Program Studi : D.III Keperawatan
Alamat : Jln. H.Mistar Cokrokusumo No. 3A, Banjarbaru
Telpon/Fax/email : 082153018927/ wilutono.prudence@gmail.com
Alamat rumah : Jln. Taruna Praja komplek Taman Bunga Lestari no
36 RT 16 Ds. Sei. Sipai Martapura
Jumlah Anggota : 5 orang
Lokasi Kegiatan : PKM Landasan Ulin Banjarbaru
Lokasi Kegiatan/Mitra (1) : PKM Landasan Ulin Banjarbaru
Wilayah Mitra : Banjarbaru
Kabupaten/Kota : Banjarbaru
Provinsi : Kalimantan Selatan
Jarak PT ke lokasi mitra : 15.000 meter (5 KM)
Jumlah yang diusulkan : Rp. 10.255. 000
Banjarbaru, 1 Mei 2019

Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Tim Pengusul

AGUS RACHMADI, A.Kep, M.Msi : Nasrullah Wilutono, MMRS


NIP. 196808101990031004 NIP. 197208042002121001

Reviewer 1 Reviewer 2

Ir. Jumar. MP Dr. Bahrul Ilmi, M.Kes


NIP. 196510241993031001 NIP. 196610061990031002

Kepala Pusat PPM Direktur Poltekkes Banjarmasin

Dr. Mahdalena, S.Pd,M.Kes H.Mahpolah, M.Kes


NIP. 197008251996032002 NIP. 196310161988031001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan

penyebab kematian nomor satu di dunia. Setiap tahunnya di dunia diperkirakan akan

semakin banyak orang yang meninggal karena penyakit jantung an pembuluh darah

jika dibandingkan dengan penyakit lainnya. Dari survey yang dilakukan oleh World

Health Organization (WHO) pada tahun 2004, diperkirakan sebanyak 17,1 juta orang

meninggal (29,1 % dari jumlah kematian total) karena penyakit jantung dan pembuluh

darah. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007,

prevalensi nasional penyakit jantung sebesar 7,2%. Pada tahun 2030, WHO

memperkirakan terjadi 23,6 juta kematian karena penyakit jantung dan pembuluh

darah.

Manifestasi komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling

sering diketahui dan bersifat fatal adalah kejadian henti jantung mendadak. Menurut

American Heart Organization (AHA), kejadian henti jantung mendadak merupakan

penyebab kematian tertinggi di Amerika dan Kanada pada tahun 2010. Untuk

mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti jantung mendadak terjadi,

harus secepatnya dilakukan tindakan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup dasar atau

dalam masyarakat awam lebih dikenal dengan istilah Resusitasi jantung Paru (RJP),

secara definisi merupakan layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap pasien

yang menderita penyakit yang mengancam jiwa sampai pasien tersebut mendapatkan

pelayanan kesehatan secara paripurna (AHA,2010). Dalam Advanced Cardiac Life

Support Guidelines 2010, bantuan hidup dasar akan memberikan hasil terbaik jika
dilakukan dalam waktu 5 menit pertama saat pasien diketahui tidak sadarkan diri

dengan menggunakan automated external defibrillator (AED). Umumnya karena

waktu yang ditempuh setelah dilakukan permintaan tolong awal dengan jarak antara

sistem pelayanan kegawatdaruratan medis serta lokasi kejadian akan memakan waktu

lebih dari 5 menit, maka untuk mempertahankan angka keberhasilan yang tinggi,

tindakan bantuan hidup dasar harus segera dilakukan. Keberhasilan kejut jantung

dengan defibrilasi akan menurun antara 7 – 10 % per menit jika tidak dilakukan

tindakan bantuan hidup dasar.

Asap dinilai sebagai musuh terbesar bagi pasien yang memiliki riwayat sakit

jantung. Tak hanya asap rokok, menurut penelitian American Heart Association

Scientific Sessions, asap yang menyebabkan polusi udara bisa meningkatkan risiko

serangan jantung STEMI (ST Segment Elevation Myocardial Infarction). Peneliti

melihat hubungan yang signifikan antara kualitas udara yang buruk dengan serangan

jantung STEMI setelah menganalisis lebih dari 16.00 kasus serangan jantung di Salt

Lake City, Utah tahun 1993-2014. Serangan jantung STEMI merupakan serangan

yang cukup parah karena terjadi sumbatan total pada arteri dan bisa menyebabkan otot

jantung mati karena kekurangan oksigen. "Penelitian kami menunjukkan, orang-orang

yang terpapar kualitas udara yang buruk selama berhari-hari, yaitu tingkat tinggi PM

2.5, memiliki risiko serangan jantung STEMI lebih tinggi,” ujar peneliti, dokter Kent

Meredith. PM 2.5 adalah partikel halus berukuran lebih kecil dari 2,5 milimeter.

Partikel ini bisa dihasilkan dari asap kendaraan bermotor dan jelaga yang

menyebabkan polusi udara.

Penelitian juga menunjukkan, serangan jantung STEMI ternyata lebih banyak

terjadi pada orang-orang yang tinggal di lingkungan dengan polusi udara tinggi atau

15 persen lebih berisiko dibanding yang tidak terpapar. Namun, penelitian ini hanya
melihat hubungan dengan pasien yang menderita penyakit jantung koroner. Peneliti

menyarankan orang dengan penyakit jantung koroner untuk mengurangi aktivitas di

luar ruangan dengan polusi udara tingi, berolahraga dalam ruangan, dan mengurangi

kegiatan yang membuat stres.

Mengingat pentingnya bantuan hidup dasar dalam menentukan tingkat

keberhasilan tindakan medis selanjutnya serta kelangsungan hidup penderita, maka tim

pengabdian masyarakat Jurusan Keperawatan Poltekkes Banjarmasin melakukan

pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada masyarakat awam didaerah-daeerah

yang terdampak kabut asap di Kota Banjarbaru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat

dirumuskan masalah yakni bagaimana melakukan pelatihan Bantuan Hidup Dasar

(BHD) kepada masyarakat awam didaerah-daerah yang terdampak kabut asap di Kota

Banjarbaru ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum.

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari

kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan pelatihan Bantuan Hidup

Dasar (BHD) kepada masyarakat awam didaerah-daerah yang terdampak kabut

asap di Kota Banjarbaru

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan diseminasi informasi tentang pentingnya penanganan

kedaruratan bagi masyarakat awam, khususnya masyarakat yang tinggal

didaerah kabut asap


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bantuan Hidup Dasar

1. Definisi Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar adalah tindakan pertolongan medis sederhana yang

dilakukan pada pasien yang mengalami henti jantung baik dewasa maupun anak

sebelum diberikan tindakan pertolongan medis lanjutan (AHA,2010). Bantuan

hidup dasar bertujuan untuk memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan yang

adekuat sampai keadaan henti jantung teratasi atau hingga pasien dinyatakan

meninggal

2. Henti Nafas

Dalam American Heart Association (AHA) Guidelines for

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) and Emergency Cardiovascular Care

(ECC) (2010), henti nafas adalah berhentinya pernafasan spontan karena

gangguan jalan nafas baik parsial maupun total atau karena gangguan pada pusat

pernafasan. Penyebab henti nafas yakni sumbatan pada jalan nafas, baik parsial

maupun total, akibat kondisi-kondisi seperti adanya benda asing, muntahan,

edema laring atau bronkus, bahkan tumor. Selain itu gangguan pada paru-paru

dapat menyebabkan henti nafas, seperti adanya infeksi paru dan edema paru serta

kondisi tertentu yang menyebabkan rongga paru tertekan oleh benda asing seperti

pneumothoraks, hematothoraks, dan efusi pleura.

3. Henti Jantung

Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena

kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut


dapat disebabkan oleh penyakit primer dari jantung maupun penyakit sekunder

non-jantung.

4. Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar pada Dewasa

Berdasarkan panduan bantuan hidup dasar terbaru yang dikeluarkan oleh

American Heart Association (AHA) dan European Society of Resuscitation,

pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita,

aktivasi layanan gawat darurat dan diteruskan dengan tindakan pertolongan yang

diawali dengan C-A-B-D (Circulation-Airway-Breathing-Defibrillator)

Gambar 2.1. Alur bantuan hidup dasar

Sumber: Adult Basic Life Support : 2010 American Heart Association Guidelines

for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care

a. Penilaian respons

Penilaian respons dilakukan setelah penolong yakin bahwa pada dirinya

sudah aman untuk melakukan pertolongan. Penilaian respons dilakukan

dengan cara menepuk-nepuk dan menggoyangkan penderita sambil berteriak

memanggil penderita.

Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respons penderita :


 Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respons yang diberikan,

maka usahakan tetap mempertahankan posisi pasien seperti pada saat

ditemukan atau usahakan pasien diposisikan ke dalam posisi mantap;

sambil terus melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital penderita

tersebut secara terus-menerus sampai bantuan datang.

 Bila penderita tidak memberikan respons serta tidak bernafas atau bernafas

tidak normal (gasping) maka penderita dianggap mengalami kejadian henti

jantung, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan

aktivasi sistem layanan gawat darurat.

b. Pengaktifan sistem layanan gawat darurat

Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak

didapatkan respons dari penderita, sambil melanjutkan bantuan hendaknya

penolong meminta bantuan orang terdekat untuk menelpon sistem layanan

gawat darurat (atau sistem kode biru bila di rumah sakit). Bila tidak ada orang

lain di dekat penolong untuk membantu, maka sebaiknya penolong menelpon

sistem layanan gawat darurat. Saat melaksanakan percakapan dengan petugas

layanan gawat darurat, hendaknya dijelaskan lokasi pasien, kondisi pasien,

serta bantuan yang sudah diberikan kepada pasien

c. Kompresi Jantung (Circulation)

Kompresi jantung merupakan tindakan yang dilakukan untuk

menciptakan aliran darah melalui peningkatan tekanan intratorakal untuk

menekan jantung seccara tidak langsung. dilakukan dengan menekan secara

kuat dan berirama di bagian setengah bawah sternum. Tekanan tersebut


diharapkan menciptakan aliran darah serta menghantarkan oksigen terutama

untuk otot miokardium serta otak.

Sebelum melakukan kompresi pada penderita, penolong harus melakukan

pemeriksaan awal untuk memastikan bahwa penderita dalam keadaan tanpa

nadi saat akan dilakukan pertolongan. Pemeriksaan dilakukan dengan

melakukan perabaan denyutan arteri karotis dalam waktu maksimal 10 detik.

Melakukan pemeriksaan denyut nadi bukan hal yang mudah untuk dilakukan,

bahkan tenaga kesehatan yang menolong mungkin memerlukan waktu yang

agak panjang untuk memeriksa denyut nadi, sehingga :

 Tindakan pemeriksaan denyut nadi bisa tidak dilakukan oleh penolong

awam dan langsung mengasumsikan terjadi henti jantung jika seorang

dewasa mendadak tidak sadarkan diri atau penderita tanpa respons yang

bernafas tidak normal.

 Pemeriksaan arteri karotis dilakukan dengan memegang leher pasien dan

mencari trakea dengan 2-3 jari. Selanjutnya dilakukan perabaan bergeser ke

lateral sampai menemkan batas trakea dengan otot samping leher (tempat

lokasi arteri karotis berada).

Pelaksanaan Kompresi Dada

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada

setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah

yang akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta penekanan langsung

pada dinding jantung. Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan

kompresi dada :

 Penderita dibaringkan di tempat yang datar dan keras


 Tentukan lokasi kompresi di dada dengan cara meletakkan telapak tangan

yang telah saling berkaitan di bagian bawah sternum, 2 jari di atas

processus xyphoideus

 Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (minimal

100x/menit)

 Untuk dewasa, berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inci

(5 cm)

 Penolong awam lakukan kompresi 100x/menit tanpa interupsi. Penolong

terlatih tanpa alat bantu napas lanjutan lakukan kompresi dan ventilasi

dengan perbandingan 30 : 2 (setiap 30 kali kompresi efektif, berikan 2

napas bantuan)

 Evaluasi penderita dengan melakukan pemeriksaan denyut arteri karotis

setelah 5 siklus kompresi

 Dalam keadaan berlutut, harus diperhatikan posisi setengah berlutut

penolong agar dapat memberikan kekuatan kompresi yang memadai

5. Manajemen Jalan Nafas dan Pernafasan (Airway dan Breathing)

Perubahan yang terjadi pada alur bantuan hidup dasar ini sesuai dengan

panduan yang terbaru dari American Heart Association mengenai bantuan hidup

dasar, bahwa penderita yang mengalami henti jantung umumnya memiliki

penyebab primer gangguan jantung sehingga kompresi secepatnya harus dilakukan

daripada menghabiskan waktu untuk mencari sumbatan benda asing pada jalan

nafas.

Setelah melakukan tindakan kompresi sebanyak 30 kali maka dilanjutkan

dengan pemberian bantuan nafas sebanyak 2 kali yang diawali dengan membuka
jalan nafas. Posisi penderita saat diberikan bantuan nafas tetap terlentang, jikalau

mungkin dengan dasar yang keras dan datar dengan posisi penolong tetap berada di

samping penderita. Hal yang diperhatikan dalam ventilasi :

a. Berikan nafas bantuan 2 kali dalam waktu 1 detik setiap tiupan

b. Berikan bantuan nafas sesuai dengan kapasitas volume tidal yang cukup

untuk memperlihatkan pengangkatan dinding dada

c. Berikan bantuan nafas bersesuaian dengan kompresi dengan perbandingan

2 kali bantuan nafas setiap 30 kali kompresi

6. Teknik Membuka Jalan Nafas (Airway)

Pada penderita yang tidak sadarkan diri, maka tonus otot-otot tubuh akan

melemah termasuk otot rahang dan leher. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan

lidah dan epiglotis terjatuh ke belakang dan menyumbat jalan nafas. Jalan nafas

dapat dibuka oleh penolong dengan metode :

a. Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala ke belakang sambil mengangkat

dagu). Tindakan ini aman dilakukan bila penderita tidak dicurigai

mengalami gangguan/trauma tulang leher.

b. Bila penderita dicurigai mengalami gangguan/trauma leher, maka tindakan

untuk membuka jalan nafas dilakukan dengan cara menekan rahang bawah

ke arah belakang/posterior (jaw thrust).

7. Pemberian nafas buatan (Ventilasi)

Tindakan pemberian nafas bantuan dilakukan kepada penderita henti

jantung setelah satu siklus kompresi selesai dilakukan (30 x kompresi). Pemberian

nafas bantuan bisa dilakukan dengan metode :


a. Mulut ke mulut

Metode pertolongan ini merupakan metode yang paling mudah dan cepat.

Oksigen yang dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh penolong.

Cara melakukan pertolongan yaitu dengan membuka sedikit mulut pasien,

tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari mulut

pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan

sampai dada terangkat. Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut

penolong dari mulut pasien, lihat apakah dada pasien turun waktu ekshalasi

b. Mulut ke hidung

Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut sulit dilakukan

misalnya karena tismus, caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin

lift, kemudian tiupkan udara seperti pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut

pasien waktu ekshalasi

c. Mulut ke Sungkup

Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakan diatas dan

melingkupi mulut dan hidung pasien. Sungkup ini terbuat dari plastik

transparan sehingga muntahan dan warna bibir pasien dapat terlihat. Cara

melakukan pemberian nafas mulut ke sungkup :

 Letakan sungkup pada muka pasien dan dipegang dengan kedua ibu jari

 Lakukan head tilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup ke muka pasien

agar rapat kemudian tiup melalui lubang sungkup sampai dada

terangkat

 Hentikan tiupan dan amati turunnya pergerakan dinding dada


d. Dengan Kantung Pernafasan

Alat ini terdiri dari kantung yang berbentuk balon dan katup satu arah yang

menempel pada sungkup muka. Volume dari kantung nafas ini 1600 ml.

Alat ini bisa digunakan untuk pemberian nafas buatan dengan atau

disambungkan dengan sumber oksigen. Bila alat tersebut disambungkan

dengan oksigen, maka kecepatan aliran oksigen bisa sampai 12 L/menit (ini

dapat memberikan konsentrasi oksigen yang diinspirasi sebesar 7,4%).

Penolong hanya memompa sekitar 400-600 ml (6-7ml/kg) dalam satu detik

ke pasien, bila tanpa oksigen dipompakan 10 ml/kg berat badan pasien

dalam 1 detik.

Gambar 2.2. Teknik EC Clamp dengan kantung pernafasan.

Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan nafas

dan meletakan sungkup menutupi muka dengan teknik EC Clamp (bila

seorang diri), yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong membentuk huruf C

dan mempertahankan sungkup di muka pasien. Jari-jari ketiga, empat, dan

lima membentuk huruf E dengan meletakkannya dibawah rahang bawah


untuk mengangkat dagu dan rahang bawah; tindakan ini akan mengangkat

lidah dari belakang faring dan membuka jalan nafas.

Hal yang harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain :

 Bila dengan 2 penolong, satu penolong pada posisi diatas kepala pasien

menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk

mencegah agar tidak terjadi kebocoran di sekitar sungkup dan mulut,

jari-jari yang lain mengangkat rahang bawah dengan mengekstensikan

kepala sembari melihat pergerakan dada. Penolong kedua secara

perlahan (2 detik) memompa kantong sampai dada terangkat

 Bila satu penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir

sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah (E-C Clamp),

tangan yang lain memompa kantung nafas sembari melihat dada

terangkat

8. Bantuan hidup dasar dengan 2 penolong

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan bantuan hidup dasar

dengan 2 penolong :

a. Tiap penolong harus mengerti peranan masing-masing. Satu orang

penolong memberikan pernafasan buatan sedangkan penolong yang lain

melakukan kompresi dada. Bila penolong kedua tiba di tempat kejadian saat

pertolongan sedang dilakukan oleh penolong pertama, maka penolong

kedua memberikan bantuan setelah penolong pertama melakukan satu

siklus bantuan yang diakhiri dengan 2 nafas bantuan.

b. Penolong yang melakukan kompresi dada memberikan pedoman dengan

cara menghitung dengan suara yang kuat.


c. Sebaiknya perputaran penolong dilakukan setiap 5 siklus. Sebelum

melakukan perpindahan tempat, penolong yang melakukan kompresi

memberikan aba-aba bahwa akan melakukan perpindahan tempat setelah

kompresi ke-30 dan melanjutkan pemberian 2 nafas buatan. Sedangkan

penolong yang memberikan nafas buatan, segera mengambil tempat di

samping pasien untuk melakukan kompresi. Hal tersebut terus berlanjut

sampai bantuan dinyatakan boleh dihentikan

9. Komplikasi yang mungkin terjadi saat melakukan bantuan hidup dasar :

a. Aspirasi regurgitasi

b. Fraktur costae-sternum

c. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru

d. Laserasi hati atau limpa

B. Bantuan Hidup Dasar pada Anak

Secara garis besar, prinsip pertolongan bantuan hidup dasar baik dewasa

maupun anak harus dikerjakan secara berurutan. Namun sangat perlu diperhatikan

mengenai cara pemberian bantuan hidup dasar adalah jumlah penolong dan adanya

usaha nafas atau tidak. Untuk anak usia > 8 tahun, pertolongan sama dengan dewasa
Gambar 2.3. Alur Bantuan Hidup Dasar pada Anak
1. Penilaian respons

Penilaian respons dilakukan setelah penolong yakin bahwa tindakan

yang dilakukan bersifat aman untuk melakukan pertolobagi penolong dan anak

yang ditolong. Penilaian respons dilakukan dengan cara menepuk-nepuk dan

menggoyangkan penderita sambil memperhatikan adanya tanda trauma pada

anak tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respons penderita :

a. Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respons yang

diberikan, maka usahakan tetap mempertahankan posisi pasien seperti

pada saat ditemukan atau usahakan pasien diposisikan ke dalam posisi

mantap; sambil terus melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital

penderita tersebut secara terus-menerus sampai bantuan datang.

b. Bila penderita tidak memberikan respons serta tidak bernafas atau

bernafas tidak normal (gasping) maka penderita dianggap mengalami

kejadian henti jantung, maka langkah selanjutnya yang dilakukan

adalah melakukan aktivasi sistem layanan gawat darurat.

2. Pengaktifan sistem layanan gawat darurat

Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak

didapatkan respons dari penderita, sambil melanjutkan bantuan hendaknya

penolong meminta bantuan orang terdekat untuk menelpon sistem layanan

gawat darurat (atau sistem kode biru bila di rumah sakit). Bila tidak ada orang

lain di dekat penolong untuk membantu, maka sebaiknya penolong menelpon

sistem layanan gawat darurat. Saat melaksanakan percakapan dengan petugas

layanan gawat darurat, hendaknya dijelaskan lokasi pasien, kondisi pasien, serta
bantuan yang sudah diberikan kepada pasien. Bila penolong seorang diri dan

henti jantung tidak disaksikan, lakukan RJP terlebih dahulu selama 2 menit lalu

aktifkan sistem layanan gawat darurat dan ambil AED.

3. Kompresi Dada (Circulation)

Pemeriksaan denyut nadi pada bayi dilakukan pada arteri brakialis atau

arteri femoralis. Sedangkan untuk anak berumur lebih dari satu tahun dapat

dilaukan mirip pada orang dewasa.

Kompresi dada dilakukan segera pada anak dan bayi yang tidak

sadarkan diri, tidak ada denyut nadi serta tidak bernafas. Teknik kompresi pada

bayi berbeda dengan teknik kompresi pada orang dewasa yakni menggunakan

teknik kompresi 2 jari atau 2 ibu jari, sedangkan pada anak berumur kurang dari

8 tahun teknik satu tangan.

Gambar:
Kompresi dada 2 jari pada bayi
(1 penolong)

Gambar:
Teknik kompresi dada 2 ibu jari
pada bayi (2 penolong)

a. Kompresi dada pada anak umur 1 – 8 tahun

1. Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah sternum, hindarkan

jari-jari pada tulang iga anak


2. Menekan sternum sedalam 2,5 – 4 cm kemudian lepaskan dengan

rasio menekan, melepas, dengan kecepatan 100 kali per menit

3. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas

buatan sampai dada terangkat untuk 1 penolong.

4. Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15:2 (2 penolong).

b. Kompresi dada pada bayi

1. Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum; lebar 1 jari

berada di bawah garis intermammari.

2. Menekan sternum sedalam 1,25 – 2,5 cm kemudian angkat tanpa

melepas jari dari sternum, dengan kecepatan 100 kali per menit.

3. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas

buatan sampai dada terangkat untuk 1 penolong.

4. Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15:2 (2 penolong).

3. Jalan Nafas dan Pernaafasan (Airway & Breathing)

Setelah melakukan tindakan kompresi sebanyak 30 kali (untuk 1 penolong)

atau 15 kompresi (untuk 2 penolong) maka dilanjutkan dengan pemberian nafas

bantuan sebanyak 2 kali yang diawali dengan membuka jalan nafas. Teknik

pemberian nafas bantuan pada anak, hamper serupa dengan teknik pada dewasa.

Namun harus diperhatikan pemberian volume pernafasan agar tidak berlebihan

jika memberikan nafas bantuan dengan kantong pernafasan untuk mencegah

pneumothoraks.
4. Posisi Mantap pada Anak dan Bayi

Jika bayi atau anak telah kemali ke dalam sirkulasi spontan, maka bayi

maupun anak tersebut dibaringkan ke dalam posisi mantap.. Untuk anak berumur

1 – 8 tahun, posisi mantap serupa dengan orang dewasa, namun hal tersebut

berbeda dengan bayi. Untuk bayi langkah yang dilakukan adalah :

a. Gendong bayi di lengan penolong sambil menopang perut dan dada bayi

dengan kepala bayi terletak lebih rendah untuk mencegah tersedak karena

lidah bayi tersebut atau aspirasi karena muntah.

b. Usahakan tidak menghalangi mulut dan hidung bayi.

c. Monitor dan rekam tanda vital, kadar respons, denyut nadi dan pernafasan

sampai pertolongan medis datang.


BAB III

METODE PENGABDIAN MASYARAKAT

A. KELOMPOK SASARAN

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah masyarakat awam di daerah

terdampak kabut asap di kota Banjarbaru, .

B. METODE PENGABDIAN

Kegiatan ini dilakukan dengan metode yaitu ceramah dan tanya jawab,

simulasi dan demonstrasi langsung dengan alat peraga.

C. KETERKAITAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini sangat berkaitan dengan program

pemerintah dalam upaya pencegahan kematian dan kecacatan pada kasus gawat

darurat. Selain paramedis, kaum awam juga berperan sebagai pelaksana bantuan

hidup dasar di luar rumah sakit. Untuk menjaga kualitas para pelaksana bantuan, baik

dari kaum awam maupun paramedis, diperlukan pelatihan bantuan hidup dasar yang

berintegrasi secara komprehensif.

D. RANCANGAN EVALUASI

Kriteria hasil dalam pencapaian pengabdian masyarakat sebagai berikut :

a. Peserta pelatihan mampu memberikan Bantuan Hidup Dasar dengan Cepat dan

Tepat

b. Mendemonstrasikan metode Evakuasi dan Transportasi Korban dengan Tepat


E. JADWAL PELAKSANAAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah sebagai

berikut :

Tabel 1

Jadual Kegiatan

No Waktu Kegiatan Keterangan


1 Minggu I Kontrak pertemuan Tim
dengan masyarakat
sasaran Pengabmas
2 Minggu II Memberikan Materi dan Tim dan siswa
Simulasi BHD SMKN 2
Banjarbaru
3 Mingggu III Membuat Laporan Tim
Kegiatan Pengabmas
F. RANCANGAN ANGGARAN BELANJA

I.  Peralatan Penunjang  
Harga
Harga
Justifikasi Peralatan
Material Kuantitas Satuan %
Pemakaian Penunjang
(bulan)
(Rp)
1. Modul Pelatihan Bahan simulasi 60 lembar 15.000 900.000
 
2. CPR Mouth Barrreir Bahan simulasi 60 lembar 35.000 2.100.000
SUB TOTAL (Rp) 3.000.000 11

II.  Bahan Habis Pakai


3. ATK :  Membuat 3 rim 50.000 150.000
a. Kertas HVS Sidu proposal,
A4 70 gr seminar hasil,  
b. Refill Tinta Canon dan laporan 1 buah  75.000   75.000
c. Pulpen 70 buah 4.000 280.000
4. Fotocopy, penjilidan Bahan seminar 20 eksp 35.000 700.000
proposal dan laporan proposal,
akhir seminar hasil,
dan laporan
5. Spanduk Bahan Promosi 2 eksp 100.00 200.000  
0
6. Note Book   60 7.500 450.000  
7. Konsumsi Pelatihan Makan dan 40 orang x 2 50.000 4.000.000  
snack selama keg
kegiatan
SUB TOTAL (Rp) 5.855.000 7

III. Perjalanan
Perjalanan ke Lokasi Penjajakan 2 kali x 4 50.000 400.000  
orang
Perjalanan ke Lokasi Pelaksanaan 2 kali x 8 50.000 800.000  
kegiatan orang

SUB TOTAL (Rp) 1.200.000 12


IV. Lain-Lain
1. Perijinan Survey 1 kali 300.00 200.000  
0
SUB TOTAL (Rp) 200.000 11
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 10.255.00 100
0
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ashar. Maret 2011. Planning cardiac emergency medical service with Mobile
application in aceh rural. http://www.acehpublication.com/adic2011/ADIC2011-
039.pdf. diakses Kamis, 20 September 2016 pukul 08:30 WIB.
Tirti Lasprita. 3 September 2012. Bantuan Hidup Dasar
(BLS).http://www.scribd.com/doc/84871056/Bantuan-Hidup-Dasar. diakses
Kamis, 20 September 2016 pukul 08:30 WIB.
American Hearts Association (2015). Guidelines Update for CPR and ECC
Dian Maharani Asap Jadi Musuh Terbesar Pasien Sakit Jantung
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/09/123700223/. diakses Sabtu 11 mei 2019
pukul 10.30 WIT

Anda mungkin juga menyukai