Anda di halaman 1dari 12

Makalah Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair dan Semipadat

( Tema pengembalian produk kosmetika)

Dosen pengampu:
Apt. Dzun Haryadi itiqo, M.Sc

Disusun oleh:
1. Lilik Malinda. ( 2019E1C025)
2. Luklu is' Syirfia. ( 2019E1C026)
3. Marlinda Isnaini (2019E1C027)
4. Marsinta ( 2019E1C028)
Kelompok Besar : 2 (kosmetika)
Kelompok kecil : 3
Kelas : 5A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 FARMASI
Kata pengantar

syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pengembalian Produk Kosmetika”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Formulasi Teknologi sediaan cair dan
semipadat di Universitas Muhammadiyah Mataram.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini

Mataram , 4 November 2020


Daftar isi

KATAPENGANTAR…………………………………………………………….

…i

BAB 1

PENDAHULUAN…………………………………………………………….1

A. Latar belakang…………………………………………………….......1

B. Rumusan masalah……………………………………………………...2

C. Tujuan………………………………………………………………….

BAB II

PEMBAHASAN……………………………………………………………....3

A. Pengertian pengembalian produk…………………………………......3

B. Macam-macam pengembalian produk………………………………...3

C. Prinsip pengembalian produk……………………………………….... 3

D. Keluhan………………………………………………………………..

E. Produk kembalian……………………………………………………. 4
BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………....5

a. Kesimpulan……………………………………………………………5

DAFTAR

PUSTAKA………………………………………………………………….6

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetika adalah zat perawatan yang digunakan untuk meningkatkan penampilan
atau aroma tubuh manusia. Kosmetik umumnya merupakan campuran dari
beragam senyawa kimia. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan
untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh padakondisi baik (BPOM,
2013).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), Penggolongan kosmetik terbagi atas
beberapa golongan, yaitu :
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/SK/1977 tanggal
22 Januari 1977, menurut kegunaannya kosmetika dikelompokkan dalam 13
golongan yaitu :
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain. 
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.
5. Preparat rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan lain-
lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dan lain-lain.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan lain-
lain.
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunsreen foundation, dan lain-
lain.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pengembalian produk yang baik kosmetik?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian tentang pengembalian dan cara
pengembalian barang yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembalian Produk
Pengembalian produk (returned goods) merupakan aktivitas bernilai tambah
rendah bagi perusahaan maupun pelaku bisnis. Pengembalian produk terjadi jika
produk yang diterima oleh konsumen tidak sesuai dengan keinginan konsumen
atau produk yang diterima konsumen dalam keadaan rusak.

B. Macam-macam pengembalian produk


1. Pengembalian pembelian/ Retur pembelian
Pengembalian ini dilakukan oleh konsumen. Hal ini disebabkan
adanya kerusakan produk yang diterima oleh konsumen atau produk
yang diterima konsumen tidak sesuai dengan pesanan. Kesalahan atau
kerusakan produk bukan dikarenakan oleh konsumen namun karena
kesalahan yang terjadi di sisi penjual.
2. Pengembalian penjualan/ Retur penjualan
Pengembalian ini terdapat pada sisi penjual. Aktivitas ini merupakan
penerimaan produk yang dikembalikan oleh konsumen kepada
penjual disebabkan produk yang diterima oleh konsumen tidak sesuai
harapan konsumen.
Salah satu tantangan bagi para pelaku bisnis di bidang manufaktur adalah
adanya pengembalian produk yang dilakukan oleh konsumen. Pengembalian
produk terjadi karena konsumen tidak merasa puas terhadap produk yang telah
dibeli. Ketidakpuasan ini muncul dikarenakan berbagai alasan misalnya produk
yang dibeli cacat, tidak sesuai harapan, dan alasan lainnya. Barang yang telah
dikembalikan tersebut dapat digantikan dengan produk yang baru (exchange),
pengembalian uang (refund), dan diberikannya jasa tambahan. Pengembalian
produk merupakan salah satu aktivitas yang bernilai tambah rendah bagi
perusahaan.
Aktivitas ini dapat mengurangi daya saing dan keuntungan perusahaan.
Aktivitas pengembalian produk ini tidak dapat dihilangkan dalam proses bisnis
perusahaan. Hal ini dikarenakan pengembalian produk merupakan hak
konsumen yang telah tercantum pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Walaupun terlihat merugikan pada awalnya, namun jika perusahaan jeli
mengelola informasi mengenai produk apa saja yang dikembalikan konsumen
dan alasan pengembaliannya, maka hal tersebut dapat menjadi dasar evaluasi
bagi perusahaan. Pengembalian produk tidak serta merta dapat dilakukan begitu
saja oleh konsumen. Barang yang dapat dikembalikan oleh konsumen harus
mengikuti aturan pengembalian (return policy) yang ditetapkan oleh perusahaan.
Aturan pengembalian dinilai sangat penting karena pelanggan akan lebih
memilih perusahaan yang memiliki aturan pengembalian yang jelas sehingga
pelanggan tidak merasa dirugikan dan hal ini dapat memberikan perasaan aman
bagi para pelanggan. Adanya aturan pengembalian produk yang telah dibeli
karena berbagai alasan dapat menjadi salah satu faktor dalam peningkatan niat
beli konsumen.

C. Prinsip Pengembalian Produk


Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan
prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun
suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan
efektif.Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan
kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu
dari peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan
produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang
merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.
Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut.Produk kembalian
adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke
industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau
alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat
yang bersangkutan.

D. Keluhan
- Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:
i. keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi
atau biologis dari produk atau kemasannya;
ii. keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti
alergi, toksisitas, reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan
reaksi medis lain; dan
iii. keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti
produk tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah.

- Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi,


tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan
kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga
cacat. Tiap laporan dan keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi
secara menyeluruh dan mendalam mencakup:
1. pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau
keluhan;
2. inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan
diterima serta, bila perlu, pengujian sampel pertinggal dari
bets yang sama; dan
3. pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan
bets, catatan distribusi dan laporan pengujian dari produk
yang dikeluhkan atau dilaporkan.

- Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang


mencakup rincian mengenai asal- usul keluhan dan diselidiki secara
menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah
dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.

- Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka
hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan
apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil
pengolahan ulang dari bets yang cacat hendaklah diselidiki.

- Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan


keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut.
Tindak lanjut ini mencakup:
 tindakan perbaikan bila diperlukan;
 penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang
bersang- kutan; dan
 tindakan lain yang tepat
.

- Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi


hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan
perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.

- Otoritas Pengawasan Obat hendaklah diberitahukan apabila industri


farmasi mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan
kesalahan pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain
yang serius mengenai mutu produk.

E. Produk kembalian

- Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,


penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan
keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus
dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil
evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena
itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan;
b) produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak
dapat diproses ulang.

- Prosedur hendaklah mencakup:


d) identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
e) penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
f) penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh
bagian Peng- awasan Mutu;
g) evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan
apakah produk dapat diproses ulang atau tidak; dan
h) pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil
pengolahan ulang.

- Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan.


Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak
hendaklah disiapkan. Prosedur ini hendaklah mencakup tindakan
pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan
atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang.

- Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah


didokumen- tasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan,
dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi
tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan personil
yang menyaksikan pemusnahan.

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Kebutuhan akan makanan, obat, dan kosmetik erat kaitannya dengan
kesejahteraan dan pendidikan masyarakat. Untuk Indonesia hal ini sangat
prospektif dan memberikan harapan yang sangat besar dan terbuka lebar.
Sudah dikenal sejak awal peradaban manusia dan diperlukan semua lapisan
masyarakat.Manusiauhkan kosmetik hampir dalamSegala kondisi yaitu
dalam keadaan sehat maupun sakit, baru lahir hingga manusiameninggal
sekalipun. Jadi penggunaan kosmetik lebih luas dari obat, dan secara
Ekonomi sangat berpotensi tidak kalah dari obat.Untuk mendapatkan
kosmetik yang baik, bermutu dan bermanfaat maka perlu diberlakukan
beberapa peraturan yang bertujuan agar konsumen terjaga dari produk-
produk kosmetik yang berbahaya. CPKB atau Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik telah mengatur beberapa fase yang harus dilewati dalam
memproduksi kOsmetik. Fase itu dikategorikan ke dalam s Kelompok, yaitu:
pemilihan formula,pemilihan metode pembuatan, rencana pembesaran batch,
prOses produksı,kontrol Kualitas. Pada proses produksi kosmetik pada
umumnya menggunakanalur, yaitu: pencampuran, pemompaan, pemindahan
panas, filtrasi, pengisian.Akan tetapi tidak semua kosmetik dengan cara
sperti itu, ada juga pembuatan

DAFTAR PUSTAKA

Arifiyanti, A. A., Pradana, R. M., & Novian, I. F. (2018). Klasifikasi Produk


Retur dengan Algoritma Pohon Keputusan C4. 5. Jurnal IPTEK, 22(1), 79-86.
Afifah, A. U., & Irianto, D. PERANCANGAN STANDAR INTEGRASI
SISTEM JAMINAN HALAL DAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG
BAIK. Journal of Industrial & Quality Engineering p-ISSN, 2303, 2715.

Anda mungkin juga menyukai