Ni Putu Utari Dewi - Pregnancy Dengan Anemia
Ni Putu Utari Dewi - Pregnancy Dengan Anemia
PETA MASALAH
ANAMNESIS :
KU : kelelahan sejak 4 bulan yang lalu
RPS :
merasa lebih lelah dengan kehamilan
sesak napas yang juga dirasakan pada kehamilan pertama tetapi terasa dimulai lebih awal pada
kehamilan ini.
RPD :
mual di pagi hari selama trimester pertama tetapi sekarang lebih baik.
Tidak ada riwayat asma, penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes dan penyakit kronis.
RP : diresepkan suplemen prenatal tetapi dia tidak meminumnya karena membuatnya mual.
R. MENSTRUASI : Siklus haidnya teratur dengan HPHT 6 Oktober 2018
R.KEHAMILAN : Kelahiran terakhir 3 tahun yll, bayi sehat dengan persalinan normal. Tidak ada
komplikasi obstetri sebelumnya.
RPK : tidak ada Riwayat keluarga dengan keluahan yang sama
PEMERIKSAAN FISIK:
TX :
Folic acid dan ferrous sulfat.
Pasien disarankan untuk:
Kendalikan kehamilannya secara teratur
Lakukan diet sehat dengan asupan protein tinggi. Sumber makanan terbaik dari
zat besi adalah hati, diikuti oleh daging tanpa lemak dan unggas. Telur dan susu
juga mengandung protein tinggi.
Pasien konsumsi obat secara teratur dengan kepatuhan yang baik. Setelah 3 bulan hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb nya menjadi 11, pasien melanjutkan
pemeriksaan kehamilan 2 minggu berikutnya.
Ny. M melahirkan bayi laki-laki sehat, cukup bulan dengan berat 2800 gr, tidak ada tanda-
tanda asfiksia.
B.LEARNING OBJECTIVE
1. Meninjau vaskularisasi saluran reproduksi wanita (ovarium, tuba uterina, rahim, leher rahim dan
vagina) dan hubungannya.
a. Ovarium
Arteri :
Arteri dari cabang A.ovarica berjalan melalui ligament suspensorium ovari masuk plica lata,
mesovarium menuju hilus ovari.
Dari ramus ovarica arteri uterine berjalan pada plica lata ke mesovarium
Vena :
Dextra : plexus venosus – V.ovarica sin- V.renalis sin- V.cava inferior
Sinistra : plexus venosus – V.ovarica sin- V. cava inferior
b. Tuba fallopi
Mendapatkan suplay darah dari ramus tubarius arteri ovalica dan cabang cabang
kecil dari arteri ovarica.
Pembuluh vena berjalan mengikuti arteri menuju ke plexus venosus ovarica dan
vena uterica
c. Uterus
Arteri : A.uterina
Vena : plexus uterine V.iliaca interna
d. Serviks
Arteri : A.uterina
Vena : drainase vena mengalir ke dalam V.uterina menuju ke V.iliaka interna
e. Vagina
Arteri
Bagian cranial : A.uterina
Bagian tengah : A.vaginalis ( cabang membentuk anastomose berupa A.azygos)
Bagian caudal : A.bulbi vestibuli
Vena :Plexus venosus vaginalis plx. venosus uterine dan plexus venosus vesicale
a. Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit. Proeritroblas
adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20μm. Inti mempunyai pola
kromatin yang seragam, yang lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas, serta
satu atau dua anak inti yang mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah
mengalami sejumlah pembelahan mitosis, proeritroblas menjad basofilik eritroblas.
b. Basofilik Eritroblas
Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameternya rata- rata
10μm. Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-jala kasar, dan anak inti
biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali.
c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritroblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkali-kali secara
mitosis, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk
dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman
atau Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-
abu karena adanya hemoglobin berwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam
sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas mempunyai jala
kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.
d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)
Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis. Normoblas lebih
kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti yang lebih kecil yang
terwarnai basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi
aktivitas mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran
tipis sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan dimakan oleh makrofagmakrofag yang
ada di dalam stroma sumsum tulang
e. Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan
mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat
mensintesis hemoglobin. (Child, J.A, 2010 ; Erslev AJ, 2001)
f. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis.Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia, sel ini berada di
dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki – laki
5,4 juta/μl dan pada perempuan 4,8 juta/μl. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar
7,5 μm dan tebal 2 μm. (Ganong, William F.1998)
2. Seri Leukosit
a. Leukosit Granulosit / myelosit
Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basophil yang mengandung
granula spesifik yang khas. Tahapan perkembangan myelosit yaitu :
1. Mieloblas
Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit.
Diameter berkisar antara 10-15μm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan
kromatin halus serta satu atau dua anak inti.
2. Promielosit
Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau lonjong, serta anak inti yang
tak jelas.
3. Mielosit
Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses
diferensiasi timbul grnula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap
pewarnaan yang memungkinkan seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil,
atau basofil. Diameter berkisar 10μm, inti mengadakan cekungan dan mulai
berbentuk seperti tapal kuda.
4. Metamielosit
Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil kemudian
berhenti membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah metamielosit. Metamielosit
mengandung granula khas, intinya berbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini,
metamielosit dikenal sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah,
membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Sel dewasa
(granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah. Pada
masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil jauh lebih
banyak daripada eosinophil dan basofil.
b. Leukosit non granuler
1. Limfosit
Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel berukuran relatif
besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan mengandung kromatin yang relatif dengan
anak inti mencolok. Sitoplasmanya homogen dan basofil. Ketika limfoblas
mengalami diferensiasi, kromatin intinya menjadi lebih tebal dan padat dan granula
azurofil terlihat dalam sitoplasma. Ukuran selnya berkurang dan diberi nama
prolimfosit. Sel-sel tersebut langsung menjadi limfosit yang beredar.
2. Monosit
Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi promonosit. Sel ini
berkembang menjadi monosit. Monosit meninggalkan darah lalu masuk ke
jaringan, disitu jangka hidupnya sebagai makrofag mungkin 70 hari.
3. Seri Trombosit (Trombopoesis)
Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit adalah sel
raksasa (diameter 30-100μm atau lebih). Inti berlobi secara kompleks dan
dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma
mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat.
Megakariosit membentuk tonjolantonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai
keping-keping darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping
darah, megakariosit mengeriput dan intinya hancur. (Nadjwa Zamalek D, 2002 ;
Indranila KS,1994)
Fatigue
Mudah lelah merupakan salah satu keluhan yang umum terjadi selama kehamilan, khususnya selama
trimester pertama. Akan tetapi, keluhan ini juga bisa dialami oleh ibu hamil pada trimester kedua dan
ketiga kehamilan. Munculnya keluhan mudah lelah saat hamil bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya akibat perubahan hormon atau karena tubuh ibu hamil perlu bekerja ekstra untuk mendukung
pembentukan organ janin dan plasenta. Selain karena hal-hal tersebut, keluhan mudah lelah saat hamil
terkadang juga bisa disebabkan oleh kondisi tertentu yang perlu diwaspadai, seperti salah satu
contohnya adalah anemia
Terapi non farmakologi : konsumsi makanan kaya zat besi (hati, daging merah, kacang, susu,
sayur hijau) , konsumsi buah dan sayuran untuk meningkatkan penyerapan zat besi dan
hindari kopi/teh yang menghambat penyerapan zat besi
Terapi farmakologis: vit c tablet, besi oral (fero sulfat,fero fumarat, fero glukonat), preparat
besi IV jika tidak bisa oral (fero sukrosa/fero dekstran), vit b12 dan asam folat (B9), vit B6
(protein)
Transfusi PRC (packed red cell) diberikan pada Hb <7 g/dL, atau Hb ≥7 g/dL pada pasien
dengan gejala, seperti dekompensasi jantung, serta tidak respon terhadap terapi pemberian
besi intravena. Tranfusi darah jarang sekali diberikan kecuali terdapat tanda-tanda
hipovolemia, contohnya akibat perdarahan pasca salin Kondisi anemia berat akan
menyebabkan oksigenisasi janin yang abnormal sehingga menyebabkan denyut jantung janin
abnormal, berkurangnya cairan amion, hipoperfusi janin, hingga kematan janin
i. Macam - macam anemia
klasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandung seperti berikut :
Makrositik
Pada anemia makrositik, ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap
sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik, yaitu anemia megalobastik dan anemia
non-megalobastik. Penyebab anemia megalobastik adalah kekurangan vitamin B12, asam
folat, atau gangguan sintesis DNA. Sedangkan anemia nonmegalobastik disebabkan oleh
eritropoiesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran (Wirakusumah,
2014).
Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia mikrositik.
Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme, serta
gangguan metabolism besi lainnya (Yatim, 2013).
Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah. Penyebabnya adalah
kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit
penyakit hemolitik, gangguan endokrin ginjal dan hati (Wirakusumah, 2014). Menurut Yatim
(2013) anemia tidak hanya dikenal sebagai kurang darah. Perlu diketahui bahwa ada
bermacam-macam anemia, yakni:
Anemia kurang zat besi (Fe)
Anemia karena perdarahan
Anemia kronis
Anemia karena gangguan penyerapan zat besi (Anemia dispagia sideropenik)
Anemia karena kurang Fe selama kehamilan
Anemia karena infeksi parasit
Anemia sel besar (megalobastik)
Anemia pernisiosa karena gangguan penyerapan vitamin B12 akibat kekurangan asam
lambung (anhydria)
Anemia sejak lahir (kelainan penyerapan vitamin B12 sejak lahir)
Anemia karena infeksi cacing dipilobotrium (juga terganggu penyerapan vitamin B12)
Anemia karena gangguan penyerapan vitamin B12 karena beberapa kelainan seperti
operasi pemotongan usus halus atau akibat diare kronis (chronic tropical sprue)
Anemia skorbut (kekurangan vitamin C)
Anemia sel besar dalam kehamilan (megalobastic anemia of pregnancy.
Anemia asam orotik (karena kekurangan enzim asam orotidilik dekarboksilase, hingga
tubuh tidak mampu mengubah asam orotik menjadi orotidilik hingga asam orotik
dikeluarkan melalui air seni)
Anemia sel besar akibat mengkonsumsi obat anti kejang
b) Distribusi :
Besi diangkut dalam plasma terikat ke transferin, suatu beta 1-globulin
glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama sumsum
tulang. Selain transferin, sel-sel retikulum juga dapat mengangkut besi untuk
keperluan eritropoesis. Besi dapat melintasi plasenta dan masuk ke dalam ASI.
c) Metabolisme :
Selain pada mukosa usus, besi juga disimpan di makrofag hati, limpa, sumsum
tulang, otot serta sel parenkim hati. Mobilisasi besi dari makrofag dan hepatosit
dikendalikan oleh regulasi hepsidin terhadap aktivitas feroportin. Hepsidin
menghambat pelepasan besi. Rendahnya konsentrasi hepsidin menyebabkan
pelepasan besi dari berbagai tempat penyimpanan, sedangkan hepsidin dengan
konsentrasi yang tinggi menghambat pelepasan besi.
d) Eliminasi :
Sekitar 0,5-1 mg besi keluar melalui feses melalui eksfoliasi sel-sel mukosa usus,
diekskresikan di empedu, urin, dan keringat. Pada kondisi menstruasi, jumlah besi
yang dieksresi juga diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg.
b. Indikasi
Indikasi ferrous sulfate, dan zat besi secara umum, adalah anemia defisiensi besi
atau sebagai suplementasi pada pasien yang berisiko. Ferrous sulfate atau zat besi
sebetulnya bisa didapatkan dari sumber makanan, namun beberapa kondisi
menyebabkan pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan hariannya hanya dari
makanan saja. Kondisi yang membutuhkan pemberian ferrous sulfate adalah
anemia defisiensi besi, hamil, serta anak dan bayi. Berbagai studi telah
mempelajari perlu tidaknya pemberian suplementasi zat besi pada ibu hamil
secara rutin tanpa memandang status zat besi individual. Pada ibu hamil, ferrous
sulfate diberikan untuk mencegah anemia defisiensi besi karena adanya
peningkatan kebutuhan harian. WHO merekomendasikan penggunaan preparat
besi oral bersama asam folat sebagai bagian dari antenatal care (ANC). Dosis
yang direkomendasikan adalah 30-60 mg besi elemental (setara 150-325 mg
ferrous sulfate) disertai 0,4 mg asam folat sebanyak satu kali sehari sepanjang
kehamilan.
c. Kontraindikasi
Ferrous sulfate dikontraindikasikan pada hipersensitivitas, hemokromatosis, anemia
hemolitik, hemosiderosis, ulkus peptikum aktif, enteritis regional dan kolitis ulseratif.
Pasien yang mendapat transfusi darah berulang atau preparat besi parenteral juga tidak
disarankan mengonsumsi ferrous sulfate.
d. Efek samping
Efek samping ferrous sulphate dan sediaan zat besi lain paling sering timbul di sistem
gastrointestinal. Zat besi ini juga dapat bersifat toksik pada kadar tertentu. Interaksi obat
umumnya terjadi terkait proses absorpsi.
Efek samping umum folic acid oral, seperti ferrous sulfate, adalah keluhan gastrointestinal.
Keluhan yang sering dilaporkan antara lain mual, muntah, perut kembung, nyeri perut, diare,
konstipasi, dan tinja hitam. Perubahan warna tinja pada pasien tidak memiliki makna secara
klinis, akan tetapi dapat menyamarkan diagnosis perdarahan saluran cerna. Pada kasus yang
jarang dapat terjadi perdarahan, obstruksi, dan perforasi gastrointestinal. Efek samping lain
yang dapat timbul berupa diskolorasi urin, diskolorasi gigi, dan reaksi alergi kulit
9. hubungan pasien-dokter
Hubungan dokter dan pasien merupakan hubungan yang didasarkan atas kepercayaaan
dari pasien terhadap dokter yang disebut dengan transaksi trapeutik karena adanya upaya
atau terapi dokter untuk mengupayakan kesehatan penyembuhan penyakit pasien. Dalam
hubungan hukum dalam transaksi tersebut timbulah hak dan kewajiban antara kedua
belah pihak . praktik kedokteran dilaksanakan berdasarakan azaz Pancasila dan
dilaksanakan pada nilai ilmiah, manfaat keadilan, kemanusiaan, keseimbangan,
perlindungan dan keselamatan
Kegiatan abdimas ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai
cara pencegahan serta penanganan masalah anemia pada ibu hamil. Kegiatan ini
dilakukan beberapa tahap.Pertama, ibu hamil beserta suaminya dikumpulkan di aula
puskesmas Kebon Jeruk dan dilakukan pre test, kemudian diberikan penyuluhan terkait
anemia.Kedua, pemberian media pola makan ibu hamil dan poin-poin penting untuk
mencegah anemia.Respon peserta sangat antusias, bukan hanya dari ibu hamil tapi juga
ada beberapa pertanyaan dari suami peserta.Hal ini menandakan bahwa muncul
kesadaran bagi peserta untuk meningkatkan kesehatan terutama terhindar dari anemia.
Peserta juga sudah rutin mengonsumsi tablet zat besi yang diberikan dan sudah rutin
periksa kehamilan di puskesmas tersebut.
Setelah pembagian media, dilakukan post test untuk mengetahui apakah pengetahuan
peserta mengalami peningkatan atau tidak. Setelah data peserta di olah dan uji statistik
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta yang signifikan.Hal ini
menunjukkan bahwa metode yang kami lakukan berjalan dengan efektif. Setelah itu,
dilakukan proses penutupan kegiatan abdimas dan peserta diberikan snack.
Kegiatan penyuluhan pentingnya pencegahan anemia pada ibu hamil cukup efektif dalam
meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga diharapkan ibu hamil mampu mengubah
kebiasaan makan menjadi lebih sehat, sehingga terhindar dari kejadian anemia selama
hamil.Kegiatan penyuluhan perlu dilaksanakan secara rutin dan konsisten untuk lebih
meningkatkan pemgetahuan ibu hamil mengenai pentingnya pencegahan anemia selama
kehamilan sehingga kesehatan ibu hamil dapat meningkat.Kegiatan seperti ini perlu
dilakukan disertai dengan pendampingan tingkat rumah tangga, untuk melihat aplikasi
pengetahuan yang diberikan di rumah masing-masing.
11. BHP
Autonomy : sebelum memberikan tindakan, dokter memberikan informasi tentang tindakan yang
akan dilakukan dokter untuk pasien, dan di kasus ini pasien sudah bisa memutuskan pilihannya
sendiri dikarenakan sudah berumur 24 thn
Beneficence : dokter melakukan tindakan yang tidak membahayakan nyawa pasien
Non maleficence : dokter menerapkan prinsip do no harm demi keselamatan ibu
Justice : dokter tidak membeda bedakan pasien dan memberikan perawatan secara adil
12. PHOP
13. CRP
Prevalensi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka kejadian anemia di Indonesia masih
tinggi, terdapat 37,1% ibu hamil yang mengalami anemia
C.PETA KONSEP
Anatomi, histologi, fisiologi reproduksi wanita
Vascularisasi reproduksi wanita
Hemoglobin menurun
-------------------------------------------- Kriteri
a dx
DX : G2P1A0 pada kehamilan 18 minggu dengan
anemia defisiensi besi DD:
------
Anemia defisiensi
asam folat
Anemia akibat
penyakit kronis
TX :
Folic acid dan ferrous sulfate
Control kehamilan secara rutin
Diet sehat dengan asupan protein
tinggi
Sumber makanan terbaik dari zat besi