Anda di halaman 1dari 18

A.

PETA MASALAH

Ny.Mia, perempuan 24 tahun G2P1A0


datang ke poli kebidanan

ANAMNESIS :
KU : kelelahan sejak 4 bulan yang lalu
RPS :
 merasa lebih lelah dengan kehamilan
 sesak napas yang juga dirasakan pada kehamilan pertama tetapi terasa dimulai lebih awal pada
kehamilan ini.
RPD :
 mual di pagi hari selama trimester pertama tetapi sekarang lebih baik.
 Tidak ada riwayat asma, penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes dan penyakit kronis.

RP : diresepkan suplemen prenatal tetapi dia tidak meminumnya karena membuatnya mual.
R. MENSTRUASI : Siklus haidnya teratur dengan HPHT 6 Oktober 2018
R.KEHAMILAN : Kelahiran terakhir 3 tahun yll, bayi sehat dengan persalinan normal. Tidak ada
komplikasi obstetri sebelumnya.
RPK : tidak ada Riwayat keluarga dengan keluahan yang sama

PEMERIKSAAN FISIK:

KU : terlihat pucat, BB : 40 kg , TB : 155 cm ( BMI 16,6 )


TTV tidak ada kelainan spesifik (HR : 92x/m , RR : 19x/m, S : 36,50C , TD : 120/80mmHg)
Kepala : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Mulut: atrofi papila lidah (-), stomatitis angularis (-)
Dada/paru: Jelas pada auskultasi dan perkusi, ronki (-), mengi (-)
Jantung : frekuensi dan irama teratur, bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : bising usus (+), hati dan limpa sulit dinilai
Ekstremitas : telapak tangan tampak pucat, edema (-) , varises (-)
Obstetric examination :
 Eksternal examination :
 Tinggi Fundus: 14 cm
 Lingkar perut : 88 cm
 Suara Jantung Janin: 142x/menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tes laboratorium:
 Hemoglobin 9,1 gr/dL
 Leukosit 4500/mm3
 Hematokrit 33%
 Trombosit 229.000/mm3
 Eritrocit: 3,5 juta/ mm3
 MCV: 72
 MCH: 20,1 jam.
 MCHC: 25,8
 Serum feritin: 10 ug/dL
 TIBC: 465 ug/dL
 Fe serum: 40 ug/dL
 Saturasi transferin: 8%
Apusan darah tepi : menunjukkan miskrositik hipokromik dengan sel pensil

USG dengan hasil:


kehamilan tunggal dengan hasil biometri sebagai berikut :
BPD 41 mm ~ kehamilan 18 minggu
HC 14 cm ~ kehamilan 17 minggu
AC 13 cm ~ kehamilan 18 minggu
FL 27 mm ~ kehamilan 18 minggu
Single deepest pocket 5 cm. Implantasi plasenta berada di ketinggian fundus. anatomi dalam
batas normal, tidak ada tanda cleft palate atau talipes equinovarus

DX : G2P1A0 KEHAMILAN 18 MINGGU DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI.

TX :
 Folic acid dan ferrous sulfat.
 Pasien disarankan untuk:
 Kendalikan kehamilannya secara teratur
 Lakukan diet sehat dengan asupan protein tinggi. Sumber makanan terbaik dari
zat besi adalah hati, diikuti oleh daging tanpa lemak dan unggas. Telur dan susu
juga mengandung protein tinggi.

Pasien konsumsi obat secara teratur dengan kepatuhan yang baik. Setelah 3 bulan hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb nya menjadi 11, pasien melanjutkan
pemeriksaan kehamilan 2 minggu berikutnya.

Ny. M melahirkan bayi laki-laki sehat, cukup bulan dengan berat 2800 gr, tidak ada tanda-
tanda asfiksia.
B.LEARNING OBJECTIVE

1. Meninjau vaskularisasi saluran reproduksi wanita (ovarium, tuba uterina, rahim, leher rahim dan
vagina) dan hubungannya.
a. Ovarium
Arteri :
 Arteri dari cabang A.ovarica berjalan melalui ligament suspensorium ovari masuk plica lata,
mesovarium menuju hilus ovari.
 Dari ramus ovarica arteri uterine berjalan pada plica lata ke mesovarium
Vena :
 Dextra : plexus venosus – V.ovarica sin- V.renalis sin- V.cava inferior
 Sinistra : plexus venosus – V.ovarica sin- V. cava inferior

b. Tuba fallopi
 Mendapatkan suplay darah dari ramus tubarius arteri ovalica dan cabang cabang
kecil dari arteri ovarica.
 Pembuluh vena berjalan mengikuti arteri menuju ke plexus venosus ovarica dan
vena uterica

c. Uterus
 Arteri : A.uterina
 Vena : plexus uterine  V.iliaca interna

d. Serviks
 Arteri : A.uterina
 Vena : drainase vena mengalir ke dalam V.uterina menuju ke V.iliaka interna

e. Vagina
Arteri
 Bagian cranial : A.uterina
 Bagian tengah : A.vaginalis ( cabang membentuk anastomose berupa A.azygos)
 Bagian caudal : A.bulbi vestibuli
Vena :Plexus venosus vaginalis  plx. venosus uterine dan plexus venosus vesicale

2. menjelaskan histologi sistem hematopoietik selama kehamilan


Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan
sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan
diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan
atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan
sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan
diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang
berbeda-beda.
a. Macam – macam hematopoiesis
1. Seri Eritrosit (Eritropoesis)
Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua makin
kecil), perubahan sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik), perubahan inti
yaitu nukleoli makin hilang, ukuran sel makin kecil, kromatin makin padat dan
tebal, warna inti gelap.
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut:

a. Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit. Proeritroblas
adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20μm. Inti mempunyai pola
kromatin yang seragam, yang lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas, serta
satu atau dua anak inti yang mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah
mengalami sejumlah pembelahan mitosis, proeritroblas menjad basofilik eritroblas.
b. Basofilik Eritroblas
Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameternya rata- rata
10μm. Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-jala kasar, dan anak inti
biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali.
c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritroblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkali-kali secara
mitosis, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk
dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman
atau Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-
abu karena adanya hemoglobin berwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam
sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas mempunyai jala
kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.
d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)
Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis. Normoblas lebih
kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti yang lebih kecil yang
terwarnai basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi
aktivitas mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran
tipis sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan dimakan oleh makrofagmakrofag yang
ada di dalam stroma sumsum tulang
e. Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan
mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat
mensintesis hemoglobin. (Child, J.A, 2010 ; Erslev AJ, 2001)
f. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis.Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia, sel ini berada di
dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki – laki
5,4 juta/μl dan pada perempuan 4,8 juta/μl. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar
7,5 μm dan tebal 2 μm. (Ganong, William F.1998)
2. Seri Leukosit
a. Leukosit Granulosit / myelosit
Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basophil yang mengandung
granula spesifik yang khas. Tahapan perkembangan myelosit yaitu :
1. Mieloblas
Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit.
Diameter berkisar antara 10-15μm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan
kromatin halus serta satu atau dua anak inti.
2. Promielosit
Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau lonjong, serta anak inti yang
tak jelas.
3. Mielosit
Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses
diferensiasi timbul grnula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap
pewarnaan yang memungkinkan seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil,
atau basofil. Diameter berkisar 10μm, inti mengadakan cekungan dan mulai
berbentuk seperti tapal kuda.
4. Metamielosit
Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil kemudian
berhenti membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah metamielosit. Metamielosit
mengandung granula khas, intinya berbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini,
metamielosit dikenal sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah,
membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Sel dewasa
(granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah. Pada
masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil jauh lebih
banyak daripada eosinophil dan basofil.
b. Leukosit non granuler
1. Limfosit
Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel berukuran relatif
besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan mengandung kromatin yang relatif dengan
anak inti mencolok. Sitoplasmanya homogen dan basofil. Ketika limfoblas
mengalami diferensiasi, kromatin intinya menjadi lebih tebal dan padat dan granula
azurofil terlihat dalam sitoplasma. Ukuran selnya berkurang dan diberi nama
prolimfosit. Sel-sel tersebut langsung menjadi limfosit yang beredar.
2. Monosit
Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi promonosit. Sel ini
berkembang menjadi monosit. Monosit meninggalkan darah lalu masuk ke
jaringan, disitu jangka hidupnya sebagai makrofag mungkin 70 hari.
3. Seri Trombosit (Trombopoesis)
Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit adalah sel
raksasa (diameter 30-100μm atau lebih). Inti berlobi secara kompleks dan
dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma
mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat.
Megakariosit membentuk tonjolantonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai
keping-keping darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping
darah, megakariosit mengeriput dan intinya hancur. (Nadjwa Zamalek D, 2002 ;
Indranila KS,1994)

3. Menjelaskan fisiologi perubahan hematologi pada kehamilan (fisiologi sesak, fatigue)


 Sistem Sirkulasi Darah
Saat kehamilan volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar usia kehamilan 16
minggu, sehingga penderita penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali (Manuaba,
dkk., 2010).
 perubahan kadar hemoglobin dalam darah (Cakmak, et al., 2018). 
Penurunan konsentrasi hemoglobin selama kehamilan normal terjadi akibat peningkatan volume
plasma yang muncul sebagai kompensasi peningkatan pasokan darah menuju uteroplasenta sehingga
viskositas darah secara keseluruhan menurun. Namun, penurunan kadar hemoglobin juga dapat
ditemukan pada penderita anemia (terutama anemia kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme,
perdarahan, peningkatan asupan cairan, dan kehamilan.

 Perubahan pada sistem Pernafasan (sesak)


Timbulnya keluhan sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena uterus yang tertekan ke arah
diagfragma akibat pembesaran rahim. Selain itu diagfragma ini akan mengalami elevasi kurang lebih 4
cm selama kehamilan. Volume tidal (volume udara yang diinspirasi/diekspirasi setiap kali bernafas
normal) meningkat. Hal ini dikarenakan pernafasan cepat dan perubahan bentuk rongga toraks
sehingga O2 dalam darah meningkat (Kumalasari,2015)

 Fatigue
Mudah lelah merupakan salah satu keluhan yang umum terjadi selama kehamilan, khususnya selama
trimester pertama. Akan tetapi, keluhan ini juga bisa dialami oleh ibu hamil pada trimester kedua dan
ketiga kehamilan. Munculnya keluhan mudah lelah saat hamil bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya akibat perubahan hormon atau karena tubuh ibu hamil perlu bekerja ekstra untuk mendukung
pembentukan organ janin dan plasenta. Selain karena hal-hal tersebut, keluhan mudah lelah saat hamil
terkadang juga bisa disebabkan oleh kondisi tertentu yang perlu diwaspadai, seperti salah satu
contohnya adalah anemia

4. Menggambarkan fisiologi metabolisme besi


Sumber zat besi untuk metabolisme besi berasal dari makanan dan proses penghancuran
eritrosit (daur ulang) di retikulo endotelial oleh makrofag. Zat besi yang berasal dari
makanan ada 2 bentuk yaitu heme (contoh daging, ikan, ayam, udang, cumi) dan non
heme (contoh sayuran, buah, kacangkacangan, beras, pasta). Zat besi yang berasal dari
makanan dalam bentuk ion ferri yang harus direduksi dahulu menjadi bentuk ion ferrro
sebelum diabsorpsi. Proses absorbsi ini dipermudah oleh suasana asam seperti adanya
asam hidroklorida yang diproduksi oleh sel parietal lambung, vitamin C, beberapa
substansi seperti fruktosa dan asam amino. Bentuk ion ferro ini kemudian diabsorbsi oleh
sel mukosa usus halus, di dalam sel mukosa usus bentuk ion ferro akan mengalami
oksidasi menjadi bentuk ion ferri kembali. Sebagian kecil ion ferri ini akan berikatan
dengan apoferitin membentuk feritin, dan sebagian besar akan mengalami reduksi
menjadi bentuk ion ferro lagi yang akan dilepaskan ke dalam peredaran darah dan ion
ferro direoksidasi menjadi bentuk ion ferri yang kemudian berikatan dengan transferin
dan disimpan sebagai cadangan di dalam hati, lien dan sumsum tulang dalam bentuk
feritin. Bila cadangan besi dalam tubuh berkurang atau kebutuhan besi meningkat, maka
absorbsi zat besi akan meningkat, sebaliknya bila cadangan zat besi meningkat maka
absorbsi akan berkurang.

5. jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi


 Bentuk besi, yaitu besi-hem dan besi-nonhem di dalam makanan berpengaruh dalam
proses penyerapan. Besi-hem merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang
terdapat dalam daging. Besi non-hem terdapat dalam telur, serealia, kacangkacangan,
sayuran hijau dan sebagian jenis buah. makanan besi-hem dan besi-nonhem secara
bersamaan dapat membantu penyerapan besi dalam tubuh karena asam amino yang
mengikat besi dan membantu penyerapannya.
 Asam organik, seperti vitamin C membantu penyerapan besinonhem dengan
mengubah bentuk feri menjadi fero. Selain itu vitamin C membentuk gugus zat besi
askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu,
dianjurkan makan makanan sumber vitamin C bersamaan dengan makanan yang
mengandung zat besi.
 Asam fitat di dalam serealia dan asam oksalat di dalam sayuran. Faktor ini yang
mengikat zat besi, sehingga menghambat penyerapannya. Protein kedelai
menurunkan absorpsi besi karena nilai fitatnya yang tinggi. Vitamin C dalam jumlah
cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat
penyerapan.
 Tanin merupakan polifenol yang terdapat dalam teh, kopi dan beberapa sayuran dan
buah yang mampu menghambat proses penyerapan besi dengan cara mengikat zat
besi. Bila zat besi dalam tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak mengkonsumsi
bahan makanan yang mengandung tanin.
 Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut zat besi. Kekurangan asam
klorida dalam lambung dan penggunaan obat- 12 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
obatan antasida yang bersifat basa dapat menghalangi absorpsi zat besi.
  Faktor intrinsik atau glikoprotein di dalam lambung membantu penyerapan zat
besi. Hal ini dikarenakan glikoprotein mengandung B12 yang memiliki struktur yang
sama dengan heme, sehingga penyerapan zat besi menjadi lebih baik.
 Kebutuhan tubuh akan berpengaruh pada absorpsi zat besi. Bila tubuh
kekurangan atau kelebihan zat besi pada masa pertumbuhan, absorpsi besi non-hem
dapat meningkat sampai sepuluh kali. Sedangkan besi hem dua kali.

6. jelaskan tahapan anemia defisiensi besi


Anemia gizi besi terjadi ketika pasokan zat besi tidak mencukupi untuk pembentukan sel darah merah
optimal, sehingga sel sel darah merah yang terbentuk berukuran lebih kecil (mikrositik), warna lebih muda
(hipokromik). Simpanan besi dalam tubuh termasuk besi plasma akan habis terpakai lalu konsentrasi
transferin serum mengikat besi untuk transportasinya akan menurun. Simpanan zat besi yang kurang akan
menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin yang di bawah normal, setelah itu
pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga berada di bawah kondisi normal.
 Tahap pertama, Secara umum pada tahap ini tidak menunjukkan gejala, pada tahap ini persediaan
besi di sumsum tulang berkurang. Feritin serum akan menurun hingga 12 ug/L akibat meningkatnya
penyerapan zat besi oleh mukosa usus sebagai kompensasinya hati akan mensintesis lebih banyak
transferin sehingga akan terjadi peningkatan TIBC.
 Tahap kedua, Disebut juga tahap eritropoiesis yang  kekurangan besi. Pada tahap ini kandungan
hemoglobin (Hb) pada retikulosit mulai menurun, hal ini merefleksikan omset dari eritropoiesis yang
kekurangan besi. Tetapi karenasebagian besar eritrosit yang bersirkulasi merupakan eritrosit yang
diproduksi saat ketersediaan besi masih adekuat, maka total pengukuran Hb masih dalam batas normal,
anemia masih belum tampak. Akan tetapi Hb akan terus mengalami penurunan, Red Blood Cell
distribution Widths (RDW) akan meningkat karena mulai ada eritrosit yang ukurannya lebih kecil
dikeluarkan oleh sumsum tulang. Serum iron dan feritin akan menurun, TIBC dan transferin akan
meningkat.
 Tahap ketiga, Tahap ini anemia defisiensi besi menjadi jelas, nilai Hb dan hematokrit (Ht) menurun,
karena terjadi deplesi pada simpanan dan transport besi maka prekursor eritrosit tidak dapat
berkembang secara normal. Eritrosit kemudian akan menjadi hipokromik dan mikrositik. Pada tahap
ini terjadi eritropoesis inefektif akibat kurangnya cadangan besi dan transport besi. Pasien akan
menunjukkan tanda-tanda anemia dari yang tidak spesifik hingga tanda-tanda anemia berat. kadar
hemoglobinnya kurang dari 7 g/dL

7. jelaskan manajemen profilaksis asam folat besi

b. pentingnya iron folic acid pada ibu hamil


pentingnya medikasi ini sebagai suplemen zat besi yang digunakan untuk mencegah darah rendah
zat besi (yang dimana zat besi ini mineral penting yang dibutuhkan tubuh dalam membentuk Hb
agar dapat berikatan dengan O2 untuk di transpor ke seluruh tubuh (zat ini dibutuhkan ibu hamil
karena kondisi dimana tubuh perlu untuk menghantarkan nutrisi dan o2 dari ibu ke seluruh tubuh
dan juga untuk janin sehingga membutuhkan jumlah transpor suplai yang banyak, dengan
pemberian iron folic acid dapat membantu pembentukan sel darah merah (transporter nya). Selain
itu, Suplemen zat besi dan asam folat penting bagi ibu hamil karena pada saat kehamilan terjadi
peningkatan kebutuhan besi yang sangat tinggi dikarenakan oleh :
 Pertumbuhan janin dan plasenta
 Meningkatnya volume darah ibu
 Pendarahan yang dialami saat melahirkan

c. Menjelaskan fisiologi anemia ibu hamil


Fisiologi Anemia Pada kehamilan Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologi
yang akan dialami ibu hamil, salah satunya perubahan sirkulasi darah. Peredaran
darah ibu 6 dipengaruhi oleh :
 meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
dan pertumbuhan janin dalam rahim,
 terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi darah retro-plasenter,
 pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat (Bakta, 2006). Akibat dari
faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu :

 Volume darah Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum


darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada kehamilan 32
minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30%
sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Zulhaca, 2009). Curah
jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah
mulai tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu. Sehingga pengidap
penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan
selalu memberatkan kerja jantung, sehingga wanita hamil dengan penyakit
jantung dapat beresiko terkena dekompensasio kordis. Pada postpartum
terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima
(Zulhaca, 2009).
 Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel
darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga 7 terjadi
hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat
dengan pencapaian sebesar 10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia
maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari
angka normal (Abdulmuthalib, 2009).
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
konsentrasi protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk
penurunan zat gizi mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini terjadi
sesuai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan
organ tubuh. Adanya kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan
meningkatkan kebutuhan zat besi. Pada trimester pertama kehamilan, zat
besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan produksi eritropoetin
sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat
cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban
sehingga lebih banyak membutuhkan oksigen. Akibatnya, kebutuhan zat
besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi
eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia terutama anemia
defisiensi besi (Murray, 2010).
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda pada wanita
yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi proses
hemodilusi atau pengencerah darah, yaitu terjadi peningkatan volume
plasma dalam proporsi yang lebih besar jika 8 dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit. Dalam hal ini, karena peningkatan oksigen dan
perubahan sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta dan janin, serta
kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus, terjadi peningkatan
volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah.
Namun, peningkatan volume plasma ini terjadi dalam proporsi yang lebih
besar yaitu sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat
hemodilusi. Hemodilusi berfungsi agar suplai darah untuk pembesaran
uterus terpenuhi, melindungi ibu dan janin dari efek negatif penurunan
venous retrun saat posisi terlentang, dan melindungi ibu dari efek negative
kehilangan darah saat proses melahirkan (Bakta, 2006).
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologis dalam
kehamilan dan bermanfaat pada wanita untuk meringankan beban jantung
yang harus bekerja lebih berat semasa kehamilan karena sebagai akibat
hipervolemi sehingga cardiac output meningkat. Kerja jantung akan lebih
ringan apabila viskositas darah rendah dan resistensi perifer berkurang
sehingga tekanan darah tidak meningkat secara fisiologis, hemodilusi ini
membantu ibu mempertahankan sirkulasi normal dengan mengurangi
beban jantung (Murray, 2010).
Volume plasma yang bertambah banyak ini menurunkan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah absolut hemoglobin atau eritrosit dalam sirkulasi.
Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan jumlah 9 eritrosit
biasanya tampak pada usia kehamilan minggu ke 7 sampai ke 8 dan terus
menurun sampai minggu ke-16 hingga ke-22 ketika titik keseimbangan
tercapai. Eksplansi volume plasma yang terus menerus tidak diimbangi
dengan peningkatan produksi eritropoetin sehingga akan menurunkan
kadar hematokrit, konsentrasi hemoglobin atau jumlah eritrosit dibawah
batas normal dan timbulah anemia (Manuaba, 2010).

d. Mendeskripsikan penyebab dari anemia defisiensi zat besi pada kehamilan


Etiologi anemia defisiensi besi Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi
besi pada kehamilan yaitu gangguan pencernaan dan absorpsi, hipervolemia,
menyebabkan terjadinya pengenceran darah, kebutuhan zat besi meningkat,
kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan darah tidak sebanding
dengan pertambahan plasma. Asupan nutrisi sangat berpengaruh terhadap risiko
anemia pada ibu hamil. Perubahan fsiologis maternal yang membutuhkan banyak
nutrien perlu diimbangi dengan asupan nutrisi yang cukup. Selain kekurangan zat
besi, kurangnya kadar asam folat dan vitamin B12 masih sering terjadi pada ibu
hamil. 

e. Menjelaskan komplikasi anemia berat saat kehamilan


Defek tabung neural pada janin, spina bifida serta kelainan pada sistem saraf
pusat, abortus spontan, pertumbuhan janin terhambat selama kehamilan,

f. DX anemia hipokrom mikrositer:


Anemia defisiensi zat besi, thalassemia, pendarahan akut, inflamasi/keganasan,
anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia aplastik/hipoplastik,
hemoglobinopati sel sabit, hemoglobinopati bentuk lain, anemia hemolitik
herediter

g. Perbedaan anemia defisiensi besi dengan thalassemia


Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana kadar zat besi di dalam darah
kurang (kondisi ini dapat ditandai dengan perubahan pada kadar ferritin, TIBC,
transferin dan serum Fe serta tanda2 anemia hipokrom mikrositer) sedangkan
thallasemia adalah kelainan genetik dimana tubuh seseorang tidak mampu
membentuk protein Hb dengan benar sehingga terjadi kelainan bentuk pada
sitoskeleton darah yang menyebabkan bentuk RBC tidak bikonkaf dan mudah
pecah

h. pengobatan anemia pada kehamilan

 Terapi non farmakologi : konsumsi makanan kaya zat besi (hati, daging merah, kacang, susu,
sayur hijau) , konsumsi buah dan sayuran untuk meningkatkan penyerapan zat besi dan
hindari kopi/teh yang menghambat penyerapan zat besi
 Terapi farmakologis: vit c tablet, besi oral (fero sulfat,fero fumarat, fero glukonat), preparat
besi IV jika tidak bisa oral (fero sukrosa/fero dekstran), vit b12 dan asam folat (B9), vit B6
(protein)
 Transfusi PRC (packed red cell) diberikan pada Hb <7 g/dL, atau Hb ≥7 g/dL pada pasien
dengan gejala, seperti dekompensasi jantung, serta tidak respon terhadap terapi pemberian
besi intravena. Tranfusi darah jarang sekali diberikan kecuali terdapat tanda-tanda
hipovolemia, contohnya akibat perdarahan pasca salin Kondisi anemia berat akan
menyebabkan oksigenisasi janin yang abnormal sehingga menyebabkan denyut jantung janin
abnormal, berkurangnya cairan amion, hipoperfusi janin, hingga kematan janin
i. Macam - macam anemia
klasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandung seperti berikut :
 Makrositik
Pada anemia makrositik, ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap
sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik, yaitu anemia megalobastik dan anemia
non-megalobastik. Penyebab anemia megalobastik adalah kekurangan vitamin B12, asam
folat, atau gangguan sintesis DNA. Sedangkan anemia nonmegalobastik disebabkan oleh
eritropoiesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran (Wirakusumah,
2014).

 Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia mikrositik.
Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme, serta
gangguan metabolism besi lainnya (Yatim, 2013).

 Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah. Penyebabnya adalah
kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit
penyakit hemolitik, gangguan endokrin ginjal dan hati (Wirakusumah, 2014). Menurut Yatim
(2013) anemia tidak hanya dikenal sebagai kurang darah. Perlu diketahui bahwa ada
bermacam-macam anemia, yakni:
 Anemia kurang zat besi (Fe)
 Anemia karena perdarahan
 Anemia kronis
 Anemia karena gangguan penyerapan zat besi (Anemia dispagia sideropenik)
 Anemia karena kurang Fe selama kehamilan
 Anemia karena infeksi parasit 
 Anemia sel besar (megalobastik)
 Anemia pernisiosa karena gangguan penyerapan vitamin B12 akibat kekurangan asam
lambung (anhydria)
 Anemia sejak lahir (kelainan penyerapan vitamin B12 sejak lahir)
 Anemia karena infeksi cacing dipilobotrium (juga terganggu penyerapan vitamin B12)
 Anemia karena gangguan penyerapan vitamin B12 karena beberapa kelainan seperti
operasi pemotongan usus halus atau akibat diare kronis (chronic tropical sprue)
 Anemia skorbut (kekurangan vitamin C)
 Anemia sel besar dalam kehamilan (megalobastic anemia of pregnancy.
 Anemia asam orotik (karena kekurangan enzim asam orotidilik dekarboksilase, hingga
tubuh tidak mampu mengubah asam orotik menjadi orotidilik hingga asam orotik
dikeluarkan melalui air seni)
 Anemia sel besar akibat mengkonsumsi obat anti kejang

j. Tahapan Anemia Defisiensi Besi


 Tahap 1 : cadangan besi berkurang tanpa disertai penurunan kadar besi dalam serum -> nilai
ferritin rendah
 Tahap 2 : cadangan besi habis dan nilai Hb masih dalam batas normal, penurunan saturasi
transferrin, penongktan TIBC dan peningkatan protoporfirin eritrosit bebas , peningkatan
Nilai MCV dan, ditemukan sel mikrositik pada blood smear
 Tahap 3 : penurunan Hb -> anemia defisiensi besi
8. menjelaskan mekanisme, indikasi, kontraindikasi dan efek samping suplementasi
zat besi selama kehamilan
a. Mekanisme
1. Farmakodinamik Ferrous sulfate bekerja sebagai pengganti cadangan besi
yang terdapat pada hemoglobin, mioglobin, dan berbagai enzim. Zat besi
bergabung dengan rantai porfirin dan globin untuk membentuk hemoglobin,
yang sangat penting untuk pengiriman oksigen dari paru ke jaringan lain.
2. Farmakokinetik
Ferrous sulfate atau zat besi bisa didapatkan dari makanan. Namun, pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hariannya melalui makanan,
dapat diberikan suplementasi per oral.
a) Absorpsi :
Pada keadaan normal proses absorpsi besi berkisar 0,5-1 mg per hari. Penyerapan
besi total meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita menstruasi dan dapat
mencapai 3-4 mg/hari pada wanita hamil. Penyerapan besi berlangsung pada
duodenum dan jejunum proksimal, meskipun usus halus pada bagian lebih distal
juga dapat menyerap besi jika diperlukan. Besi lebih mudah diabsorpsi dalam
bentuk besi fero (Fe2+). Besi melewati membran luminal sel mukosa usus melalui
mekanisme transpor aktif besi fero oleh suatu pengangkut logam divalen (divalent
metal transporter 1, DMTl). Besi fero yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi
besi feri (Fe3+) dalam sel mukosa. Selanjutnya, besi feri akan masuk ke dalam
plasma dengan perantara transferin, atau disimpan di sel epitel usus sebagai feritin.

b) Distribusi :
Besi diangkut dalam plasma terikat ke transferin, suatu beta 1-globulin
glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama sumsum
tulang. Selain transferin, sel-sel retikulum juga dapat mengangkut besi untuk
keperluan eritropoesis. Besi dapat melintasi plasenta dan masuk ke dalam ASI.

c) Metabolisme :
Selain pada mukosa usus, besi juga disimpan di makrofag hati, limpa, sumsum
tulang, otot serta sel parenkim hati. Mobilisasi besi dari makrofag dan hepatosit
dikendalikan oleh regulasi hepsidin terhadap aktivitas feroportin. Hepsidin
menghambat pelepasan besi. Rendahnya konsentrasi hepsidin menyebabkan
pelepasan besi dari berbagai tempat penyimpanan, sedangkan hepsidin dengan
konsentrasi yang tinggi menghambat pelepasan besi.

d) Eliminasi :
Sekitar 0,5-1 mg besi keluar melalui feses melalui eksfoliasi sel-sel mukosa usus,
diekskresikan di empedu, urin, dan keringat. Pada kondisi menstruasi, jumlah besi
yang dieksresi juga diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg.
b. Indikasi
Indikasi ferrous sulfate, dan zat besi secara umum, adalah anemia defisiensi besi
atau sebagai suplementasi pada pasien yang berisiko. Ferrous sulfate atau zat besi
sebetulnya bisa didapatkan dari sumber makanan, namun beberapa kondisi
menyebabkan pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan hariannya hanya dari
makanan saja. Kondisi yang membutuhkan pemberian ferrous sulfate adalah
anemia defisiensi besi, hamil, serta anak dan bayi. Berbagai studi telah
mempelajari perlu tidaknya pemberian suplementasi zat besi pada ibu hamil
secara rutin tanpa memandang status zat besi individual. Pada ibu hamil, ferrous
sulfate diberikan untuk mencegah anemia defisiensi besi karena adanya
peningkatan kebutuhan harian. WHO merekomendasikan penggunaan preparat
besi oral bersama asam folat sebagai bagian dari antenatal care (ANC). Dosis
yang direkomendasikan adalah 30-60 mg besi elemental (setara 150-325 mg
ferrous sulfate) disertai 0,4 mg asam folat sebanyak satu kali sehari sepanjang
kehamilan.

c. Kontraindikasi
 Ferrous sulfate dikontraindikasikan pada hipersensitivitas, hemokromatosis, anemia
hemolitik, hemosiderosis, ulkus peptikum aktif, enteritis regional dan kolitis ulseratif.

 Pasien yang mendapat transfusi darah berulang atau preparat besi parenteral juga tidak
disarankan mengonsumsi ferrous sulfate.
d. Efek samping
 Efek samping ferrous sulphate dan sediaan zat besi lain paling sering timbul di sistem
gastrointestinal. Zat besi ini juga dapat bersifat toksik pada kadar tertentu. Interaksi obat
umumnya terjadi terkait proses absorpsi.
 Efek samping umum folic acid oral, seperti ferrous sulfate, adalah keluhan gastrointestinal.
Keluhan yang sering dilaporkan antara lain mual, muntah, perut kembung, nyeri perut, diare,
konstipasi, dan tinja hitam. Perubahan warna tinja pada pasien tidak memiliki makna secara
klinis, akan tetapi dapat menyamarkan diagnosis perdarahan saluran cerna. Pada kasus yang
jarang dapat terjadi perdarahan, obstruksi, dan perforasi gastrointestinal. Efek samping lain
yang dapat timbul berupa diskolorasi urin, diskolorasi gigi, dan reaksi alergi kulit

9. hubungan pasien-dokter

Hubungan dokter dan pasien merupakan hubungan yang didasarkan atas kepercayaaan
dari pasien terhadap dokter yang disebut dengan transaksi trapeutik karena adanya upaya
atau terapi dokter untuk mengupayakan kesehatan penyembuhan penyakit pasien. Dalam
hubungan hukum dalam transaksi tersebut timbulah hak dan kewajiban antara kedua
belah pihak . praktik kedokteran dilaksanakan berdasarakan azaz Pancasila dan
dilaksanakan pada nilai ilmiah, manfaat keadilan, kemanusiaan, keseimbangan,
perlindungan dan keselamatan

10. program pendidikan kesehatan nasional tentang anemia pada kehamilan

Perlu dilakukan suatu kegiatan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui


kader kesehatan dalam mengenal, mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil
sehingga dukungan sosial berbasis masyarakat dapat ditingkatkan. Melalui upaya
keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat (kader kesehatan) ini diharapkan dukungan
dalam upaya pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil dapat meningkat.

Kegiatan abdimas ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai
cara pencegahan serta penanganan masalah anemia pada ibu hamil. Kegiatan ini
dilakukan beberapa tahap.Pertama, ibu hamil beserta suaminya dikumpulkan di aula
puskesmas Kebon Jeruk dan dilakukan pre test, kemudian diberikan penyuluhan terkait
anemia.Kedua, pemberian media pola makan ibu hamil dan poin-poin penting untuk
mencegah anemia.Respon peserta sangat antusias, bukan hanya dari ibu hamil tapi juga
ada beberapa pertanyaan dari suami peserta.Hal ini menandakan bahwa muncul
kesadaran bagi peserta untuk meningkatkan kesehatan terutama terhindar dari anemia.
Peserta juga sudah rutin mengonsumsi tablet zat besi yang diberikan dan sudah rutin
periksa kehamilan di puskesmas tersebut.

Setelah pembagian media, dilakukan post test untuk mengetahui apakah pengetahuan
peserta mengalami peningkatan atau tidak. Setelah data peserta di olah dan uji statistik
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta yang signifikan.Hal ini
menunjukkan bahwa metode yang kami lakukan berjalan dengan efektif. Setelah itu,
dilakukan proses penutupan kegiatan abdimas dan peserta diberikan snack.

Kegiatan penyuluhan pentingnya pencegahan anemia pada ibu hamil cukup efektif dalam
meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga diharapkan ibu hamil mampu mengubah
kebiasaan makan menjadi lebih sehat, sehingga terhindar dari kejadian anemia selama
hamil.Kegiatan penyuluhan perlu dilaksanakan secara rutin dan konsisten untuk lebih
meningkatkan pemgetahuan ibu hamil mengenai pentingnya pencegahan anemia selama
kehamilan sehingga kesehatan ibu hamil dapat meningkat.Kegiatan seperti ini perlu
dilakukan disertai dengan pendampingan tingkat rumah tangga, untuk melihat aplikasi
pengetahuan yang diberikan di rumah masing-masing.

11. BHP
 Autonomy : sebelum memberikan tindakan, dokter memberikan informasi tentang tindakan yang
akan dilakukan dokter untuk pasien, dan di kasus ini pasien sudah bisa memutuskan pilihannya
sendiri dikarenakan sudah berumur 24 thn
 Beneficence : dokter melakukan tindakan yang tidak membahayakan nyawa pasien
 Non maleficence : dokter menerapkan prinsip do no harm demi keselamatan ibu
 Justice : dokter tidak membeda bedakan pasien dan memberikan perawatan secara adil

12. PHOP

Health Promotion : mengedukasi masyarakat mengenai penyakit anemia defisiensi besi


pada ibu hamil meliputi penyebab hingga penanganan yang tepat terkait anemia
defisiensi besi

a. Spesific Protection : melakukan screening pada ibu hamil terkait kondisi


anemia defisiensi besi melalui pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
lainnya.

b. Early Diagnosis and Prompt Treatment : bila ditemukan tanda – tandan


kehamilan dengan anemia defisiensi besi segera melakukan pemeriksaan ke
fasilitas terdekat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini diberikan suplemen
zat besi serta asam folat.

c. Disability Limitation : untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan saat


kehamilan maka dianjurkan untuk konsumsi asam folat dan suplemen zat besi
disertai kontrol kehamilan secara rutin dan diet sehat dengan asupan protein
yang tinggi.

d. Rehabilitation : melakukan kontrol secara rutin dan menjalankan terapi


dengan baik serta sesuai anjuran dokter hingga sembuh.

13. CRP
 Prevalensi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka kejadian anemia di Indonesia masih
tinggi, terdapat 37,1% ibu hamil yang mengalami anemia
C.PETA KONSEP
 Anatomi, histologi, fisiologi reproduksi wanita
 Vascularisasi reproduksi wanita

Faktor resiko : Etiologi : defisiensi zat besi


 Menstruasi ---------
 Kekurangan zat besi dalam
tubuh
Tembul gejala anemia
 Malabsorpsi
 Kehilangan darah yang banyak
dalam persalinan
Konsentrasi sel darah merah menurun
 Terjadi pengenceran darah
selama kehamilan

Hemoglobin menurun

hipervolemia Gangguan pd masa nifas


Gangguan absorpsi Penurunan zat besi
dalam makanan

Plasma tubuh  Sub.involusi


menurun Rahim
Konstipasi Asupan nutrisi  Daya tahan thp
plasenta menurun infeksi dan
Pengenceran
stress menurun
darah
 Produksi asi
Nyeri abdomen BBRL menurun
Resiko
perdarahan

-------------------------------------------- Kriteri
a dx
DX : G2P1A0 pada kehamilan 18 minggu dengan
anemia defisiensi besi DD:
------
 Anemia defisiensi
asam folat
 Anemia akibat
penyakit kronis
TX :
 Folic acid dan ferrous sulfate
 Control kehamilan secara rutin
 Diet sehat dengan asupan protein
tinggi
 Sumber makanan terbaik dari zat besi

Anda mungkin juga menyukai