Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk sumber
daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini mendorong bangsa Indonesia
untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya,
tentu saja menggunakan berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang
optimal dengan hasil yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim
mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia
fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan nagian dari proses yang melibatkan
reaksi-reaksi kimia fisika.
Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh hasil yang ekonomis perlu di kaji
dan dipelajari dari segi kimia fisika.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas

permasalahan :

1. Penjelasan dasar mengenai timah ?

2. Bagaimana cara pengolahan timah ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu intuk dapat memahami proses-proses yang dilakukan
untuk memperoleh timah yang ekonomis, mulai dari pencucian, pemisahan, pengolahan, sampai
pada pencatakan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Timah


Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa Latin:
stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa
(“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam
banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah
diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3
g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal
(13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan
endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta
sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan
koluvium.
2.2. Sifat dan Bentuk Timah

2.2.1. Sifat Timah


a. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.
b. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
c. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan
terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah
tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa,
dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam
larutan.
d. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
e. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah abu-
abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan
timah beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai
konduktor.
f. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam
oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
g. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung memiliki sifat
logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
h. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
i. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
2.2.2. Bentuk Timah

Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah abu-abu
(timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang
memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia pelan pelan berubah
dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian ( impurities ) seperti
alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau bismut.
Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate
salts dengan oksida.
2.3. Keberadaan Timah di Alam 
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari senyawaannya.
Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan
mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji
timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral
sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-
belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besi-
antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral
logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di
kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm,
tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan
batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari
berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi
timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk
mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang
disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana
sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan
Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan
Zimbabwe.

2.4. Senyawa Timah


• Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan pemanasan
Sn dengan hf dan hcl gas.
• Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorida.
Air menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer
SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung ion
halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK»1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK»1
• Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+ dan
Sn2F5 dapat dideteksi.
• Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan adduct
peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
• Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat
diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-.

2.5. Reaksi-reaksi Timah


Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2°C, secara perlahan, timah putih
berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah putih
yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih dipakai
sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam
campuran dalam perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah
dengan timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai
sebagai pelindung besi.
• Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat teroksidasi oleh
asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
• Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
• Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
• Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta
gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).

2.6. Proses Pengolahan Timah


Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit SnO2 ).
Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit
yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ),
persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan
logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama
timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang
ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa
dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan kadar
kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai dengan
penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan
kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 – 30
% timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi
lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar
timah yang sudah cukup tinggi >60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
• Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang berkapasitas
25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu
bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan
ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian untuk
mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah
mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih.

• Pemisahan berdasarkan berat jenis


Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai berat
jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi
sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue
lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke
dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih tersisa
didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses
tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini
adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan
pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari
pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan
yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screeningü
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.ü
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.ü
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table dan
multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).ü
• Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi seperti
zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil
proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan
tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa cassiterite dan
mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table
sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya
dibuang ke tempat penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high
tension separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat
konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor
antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan kembali
berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara terpisah,
thorium dan zircon.
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses yang
dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan
penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
– Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
– Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada
tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat
bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil
controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air
controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar /
atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator
yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih
timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses
reduksi dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa
oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi
logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu
bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke
foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan
kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum
dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil
Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
– Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang
akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities
sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki
impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih
besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk
gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga
terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk
CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92%
(pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat
apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
– Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter proses
tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini
bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor
/impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada
saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan
dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah
dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
– Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari
pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip
elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit
yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak
elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis
sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya
H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju
katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak
terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara
manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses
ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan
proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting
kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya,
aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan
timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan
timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata
sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.

2.7. Kegunaan Timah


Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah lingkungan,
keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang sedang
dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak
pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
• Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat kuat
untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa belerang yang
digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara yang lainnya).
Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan
bentuk-bentuk timah tempa.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
• Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa
Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat
ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan
dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah
diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
• Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
o Proses Pengolahan Mineral Timah
Washing atau Pencucian§
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/si§zing dan uji kadar
Pemisahan berdasarkan berat jenis§
Pengolahan tailing§
Proses Pengeringan§
Klasifikasi timah§
Pemisahan Mineral Ikutan§
o Proses pre-smelting
o Proses Peleburan ( Smelting )
o Proses Refining ( Pemurnian )
Pyrorefining§
Eutectic Refining§
Electrolitic Refining§
o Pencetakan
• Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai pelapis dalam
kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada penggunaan
pada alat-alat olah raga.

DAFTAR PUSTAKA

http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html
BAB I
PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk
sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini mendorong bangsa
Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien. Dalam
pemanfaatannya tentu saja tentu saja menggunakan berbagai metode dan teknologi sehingga
dapat diperoleh hasil yang optimal dan juga dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang
seminim mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi
kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan proses yang melibatkan
reaksi – reaksi kimia fisika. Oleh karena itu proses pemurnian timah tidak memperolah hasil
yang ekonomis perlu dikaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.
Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu diBangka
mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852.Dengan kekayaan
cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu negaraprodusen timah terbesar di
dunia.
Bijih timah di Indonesia pertama kali digali pada tahun 1709 di Sungai Olim,
Toboali,Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan
carapendulangan dan mencangkul dengan sistem penggalian sumur Palembang atau
sistemkolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada
pedagangpedagangyang datang dari Portugis, Spanyol dan juga dari Belanda. Keadaan
iniberubah ketika Belanda datang ke Indonesia, pada saat mana penggalian timah mulailebih
digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan secara besar-besarandibiayai oleh para
pengusaha Belanda yang tergabung dalam VOC yang kemudian memonopoli dan mengawasi
seluruh tambang di Pulau Bangka.
Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam dua masa
pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, di
mana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan usaha yang terpisahdan berdiri sendiri.
Bangka dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan Singkep
oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan ciri manajemen dan
organisasi yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku
organisasi dalam arti luas, baik struktur maupun budaya kerjanya.
Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status berdiri
sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk Perusahaan
Negara (PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah
Bangka, PN Tambang Timah Belitung dan PN Tambang Timah Singkep.

1.2         MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1      Maksud
` Pada penulisan makalah ini untuk memahami berbagai cara pengolahan timah agar dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya, karena timah merupakan hasil dari alam yang perlu
untuk dimanfaatkan.
1.2.2      Tujuan
Untuk dapat memahami proses – proses yang harus dilakukan agar dapat memperoleh
timah yang ekonomis.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN TIMAH


Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Sn (stannum) dengan nomor ataom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan,
dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat,
ditemukan dalam banyak paduan , dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah
karat. Timah diperoleh terutama dari cassiterite (SnO2) yang terbentuk sebagai oksida yang
kemudian dilebur untuk membentuk Sn murni.
Untuk memisahkan timah dari pengotor – pengotornya maka bijih timah harus dilebur
dan ditambahkan senyawa – senyawa lain seperti antrasite, dan limestone. Peleburan
dilakukan didalam burning chamber (tanur) hingga suhu 1350 0C selama 8-12 jam sehingga
dapat memisahkan timah dengan pengotor – pengotornya seperti : Pb, As, Sb, Cu,Fe, Ni
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan
batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah,
serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan
koluvium.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebas di bumi akan tetapi diperoleh dari
senyawanya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral Cassiterite atau tinstone. Cassiterite
merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain
sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian dari pada cassiterite adalah
kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4)mmerupakan mineral komplek antara besi-
tembaga- timah- belerang dan Cylindrite (PbSn4FeSb2S4) merupakan mineral komplek.

2.2 SIFAT DAN BENTUK TIMAH


2.2.1 Sifat Timah
a.    Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.
b.    Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
c.    Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida
timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan
air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi
dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
d.    Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
e.    Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah abu-abu
dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan
timah beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai
konduktor.
f.     Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam
oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
g.    Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah (II) cenderung memiliki sifat
logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
h.    Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn (IV) klorida.
i.      Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
2.2.2 Bentuk Timah
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah abu-
abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta)
yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia pelan pelan
berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian ( impurities )
seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau bismut.
Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts
dengan oksida.

2.3 KEBERADAAN TIMAH DI ALAM 


2.3.1 Cassiterite
 Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO 2. Berbentuk kristal
dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan.
Kristal tipis cassiterite tampak translusen. Cassiterrite adalah sumber mineral
untuk menghasilka logam timah yang utama dan biasanya terdapat di Alam di
Alluvial atau Aluvium.
2.3.2 Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus
kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai
untuk memproduksi timah. Stannite mengandung timah sekitar 28 %, besi 13 %,
Tembaga 30 % dan belerang 30 %. Warna dari stannie yaitu biru hingga abu- abu.
2.3.3 Cylindrite
Cylindrite adalah mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal,
antimon, dan besi. Rumus mineral ini Pb2Sn4FeSb2S14. Bentuk dari senyawa ini
yaitu kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk silinder atau tube
dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna dari
Cylindrite adalah abu- abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali
ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
Timah merupakan Unsur ke-49 yang paling banyak terdapat dikerak bumi dimana unsur
timah ini memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan seng 75 ppm, tembaga 50 pp, 14 ppm
untuk timbal. Dimana unsur timah ini yang dalam bentuk senyawa cassiterite banyak ditemukan
dalam deposit alluvial /alluvium yaitu tanah atau sadimentyang tidak berkonsolidasi membentuk
bongkahan batu dimana dapat mengendap di dasar laut, sungai, ataupun danau. Alluvium
terdiri dari bermacam- macam mineral seperti pasir, tanh liat, dan batuan batuan kecil. Hampir
80% produksi timah diperoleh dari alluvial/ alluvium atau istilahnya deposit sekunder.
Diperkirakan untuk mendapatkan cassiterite maka sekitar 7 sampai 8 ton biji timah/alluvial
harus ditambang disebabkan cassiterite sangat rendah.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite
merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain
sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks
mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-
timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-
besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral
logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di
kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm,
tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan
batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari
berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi
timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk
mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang
disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana
sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan
Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan
Zimbabwe.

2.4 SENYAWA TIMAH


a.            Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan pemanasan Sn
dengan hf dan hcl gas.
b.            Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorida. Air
menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer
SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung ion
halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK»1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK»1
c.            Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+ dan Sn2F5 dapat
dideteksi.
d.            Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan adduct
peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
e.            Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat
diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-.
2.5 REAKSI-REAKSI TIMAH
Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2°C, secara perlahan, timah
putih berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah
putih yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih dipakai
sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam
campuran dalam perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah
dengan timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai
sebagai pelindung besi.
  Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat teroksidasi oleh asam
yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
  Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjadi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
  Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
  Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2 (Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta gigi.
Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).

2.6 PROSES PENGOLAHAN TIMAH


Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit
SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang
rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga
upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses
pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal
dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta
terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung
dan pipa dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan kadar
kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai dengan
penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan
kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 – 30
% timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi
lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar
timah yang sudah cukup tinggi >60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
1.            Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam
ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
2.            Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian
untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah
mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih.
3.            Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang
mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang
diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung
pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung
dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
4.            Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih
tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini
proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat
pengolah ini adalah 60 kg/jam.
5.    Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api
yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
6.            Klasifikasi
Bijih-bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses-proses pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni:
  klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
  klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
  klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
  Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table dan
multi gravity separator (untuk pengolahan terak/tailing).
7.            Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi
seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah
hasil proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik
berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa
cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah
pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting,
sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu
dipisahkan dengan high tension separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor –
nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan
Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing –
masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga
dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
8.            Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses
yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
9.            Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
a)    Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
b)    Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan
pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur
terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder,
fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan
combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal
dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke
dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih
timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses
reduksi dengan suhu 1100 – 15000 C. unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi
senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair.
Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut
ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah
peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn
yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan
/penurunan temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead
dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
10.          Proses Refining ( Pemurnian )
a)    Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material
yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau
impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya
memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap
pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat
pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar
As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni
sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan
kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga
diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan
proses refining ulang.
b)    Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar
parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses
pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai
pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb-
Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun
bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya
adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
c)    Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi
dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip
elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit
yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak
elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis
sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya
H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju
katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak
terlalu besar.
11.          Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan
secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam.
Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C.
Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan
melting kettle berkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
a.    Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
b.    Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya, aliran
timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
c.    Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan timah
yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah
cair.
d.    Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata sehingga
ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
e.    Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.

2.7 KEGUNAAN TIMAH


Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah
lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang
sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri,
banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat
kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa belerang yang
digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara yang lainnya).
Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan
bentuk-bentuk timah tempa.

BAB III
DATA

3.1         PROSES EKSTRAKSI TIMAH


3.1.1     Penambangan Timah
         Penambangan Lepas Pantai
Penambangan lepas pantai dilakukan oleh armada kapal keruk. Hasil produksi bijih timah
dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30 % Sn.
         Pengelolaan Darat
Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump). Proses
pencusian dilakukan di areal penambangan darat. Hasil penambangan darat sudah memenuhi
standar peleburan diatas 70%.
3.1.2 Pengelolaan Mineral
Pengelolaan ini bertujuan untuk meningkatakan kadar Sn pada bijih hasil penambangan
lepas pantai dari 20 – 30% menjadi di atas 70% (cassiterite).
Proses dari pengelolaan mineral ini terdiri dari :
1.            Ore Bin
Bijih timah (feed) dimasukkan ke dalam ore bin , kemudian bijih timah tersebut dicuci dengan
menggunakan air dengan tekanan dan debit yang sesuai dengan karakteristik umpan. Ore bin
mampu melakukan pencucian 15 ton ore/jam.
2.            Jig harz
Setelah bijih timah mengalami proses pencucian kemudian hasilnya dialirkan ke dalam jig harz.
Jig Harz bekerja menggunakan alat seperti saringan yang disebut bed yang diletakkan di dasara
alat ini. Alat ini bekerja berdasarkan berat jenis sehingga bijih timah yang memiliki berat jenis
yang lebih berat mengalir ke bawah, sedangkan tailingnya yang masih mengandung Sn dengan
kadar rendah dan mineral ikutannya seperti quarsa, zirkon, rutile, monazite, xinotime, topas,
pirit, siderit, turmaline dan karat besi akan ditampung dan kemudian dialirkan ke Trapesium Jig
Yuba. Bijih timah yang dialirkan kebawah pada jig harz akan masuk ke dalam kompartemen A,
B, C, D.
3.            Trapesium Jig Yuba
Proses disini sama dengan proses pada jig harz. Pada umumnya kandungan Sn yang terdapat
disini sangatlah rendah. Hasil dari proses ini akan diteruskan ke rotary dryer, sedangkan
tailingnya akan ditempatkan pada Settling Pond.
4.            Rotary dryer
Setelah itu bijih timah dengan kadar tinggi (>70%) maupun hasil dari Trapesium Jig Yuba akan
dikeringkan pada rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi (diameter
12 inch) yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari
pembakaran dengan menggunakan solar. Sehingga dengan berputarnya alat ini maka bijih timah
yang basah akan menempel pada besi panas tersebut dan kemudian akan mengalami
pengeringan.
5.            Screening
Feed yang berkadar rendah setelah mengalami pengeringan pada rotary screen akan diteruskan
ke round screen, disini bijih Sn akan diklasifikasikan berdasarkan ukuran butirnya, proses ini
dilakukan untuk mendapatkan material feed dengan ukuran seragam sehingga dapat diteruskan
ke High Tension Separator.
6.            High Tension Separator (HTS)
Pada HTS material masukan akan diklasifikasikan menurut sifat electricitinya (konduktor, non
konduktor, dan middling ). Muatan listrik akan diberikan kepada partikel nonkonduktor dan tidak
diteruskan ke ground. Mineral konduktor setelah menerima muatan akan meneruskan ke ground
sehingga kehinglangan muatan. Terjadi perbedaan lintasan tempuh antara mineral konduktor dan
non konduktor.
7.            Magnetic Separator
Berfungsi untuk memisahkan material magnetik dan non magnetik. Cara kerja alat ini adalah
dengan mengukur densitas fluks magnet atau induksi magnet yang dihasilkan oleh material.
Hasil keluaran dari proses ini adalah cassiterite dengan kadar 60% Sn. Setelah proses ini,
dilanjutkan ke air table.
8.            Air tabl
Feed yang bersifat middling setelah melewati HTS akan diolah di air table. Alat ini bekerja
seperti alat shaking table dimana terjadi pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya dengan
menggunakan getaran dan tekanan udara.
9.            Rotary Screening
Tailing akhir yang memiliki kadar Sn 2-4% Sn pada settling pond akan kembali diolah, tailing
pertama akan dimasukkan ke dalam rotary screening.
3.1.3      Peleburan Timah
Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk
mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses
pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer.
Reaksi reduksi bijih timah menjadi timah bebas adalah sebagai berikut SnO2 + CO = SnO2 + CO2
SnO + CO2 = Sn + CO2
Dari reaksi tersebut masih terdapat SnO2 yang tidak terseduksi oleh C yang lalu akan
bereaksi dengan Sn dan SiO2 untuk menghasilkan terak (slag) stannous silicate.
Reaksi yang terjadi :
SnO2 + Sn + 2SiO2 = 2 SnOSiO2 Untuk menghasilkan Sn, terak ini dapat direduksi oleh
C, reaksinya adalah sbb : 2SnOSiO2 + 2 C = 2 Sn + 2 SiO2 + 2 CO2
Proses Peleburan Terak
Terak hasil proses peleburan I akan dilebur ulang untuk mendapatkan hardhead dan terak
II. Bahan baku peleburan terak I yang mengandung 20 – 30% Sn, batu kapur dan antrasit .
         Peleburan tahap I (peleburan bijih) menghasilkan crude tin dan terak
         Peleburan tahap II (peleburan terak) menghasilkan hardhead dan terak II

3.1.4      Pemurnian
Pemurnian pada Timah ada 3 cara yaitu:
1.            Pyrorefining
         Pyrorefining bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kandungan Sn 99,93% dan produk
dengan kandungan 99,85 %. Proses ini dilakukan dengan menambahkan bahan / aditif yang
akan berfungsi sebagai pengikat impurities didalam timah. Tahapan proses ini meliputi
         Pemurnian pengotor F
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan serbuk gergaji diaduk 30 menit, Fe akan diendapkan
sebagai FeSn-oksida
         Pemurnian Pengotor As
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan scrap aluminium diaduk 30 menit dihembuskan
udara 30 menit, As akan diendapkan sebagai AsAl.
         Pemurnian pengotor Cu, Ni
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan belerang diaduk 30 menit dihembuskan udara 30
menit.
Reaksi : Cu(Sn) + S(S) àCuS(S)
         Proses Pelelehan
Pada suhu 800oC wet dross(campuran timah dengan oksida logam pengotor) dilelehkan dalam
flame oven sehingga timah bebas akan leleh dan terpisah dengan dry dross.
2.            Electrolytic Refining
Dilakukan untuk mendapatkan produk dengan kandungan Sn 99,99 %. Secara garis
besar, proses ini menggunakan konsep elektrolisis. Ingot timah dilebur ulang dan dicetak
membentuk anoda, sedangkan untuk katoda digunakan starter sheet atau starting cathode
Stainless Steel. Arus AC diubah ke DC dengan rectifier, larutan elektrolit yang digunakan
adalah H2SO4, H2SiF6, SnSO4 ditambahkan zat aditif gelatin dan eugenol untuk menghindari
endapan Sn berbentuk jarum – jarum yang dapat memicu short circuit. Ion Sn dari anoda akan
berpindah dan menempel di permukaan katoda.
Reaksi:
anoda : Sn(impure) è Sn2+
katoda : Sn2+ è Sn(pure)
3.            Eutectic Refining
Dilakukan untuk menghasilkan produk low lead dengan kandungan lead 40, 50, 100
ppm. Secara garis besar, pronsip yang digunakan adalah pemisahan berdarakan fasa yang
terbentuk pada diagram fasa biner Sn-Pb. Alat yang digunakan adalah crystallizer. Waste yang
dihasilkan adalah paduan Pb-Sn dengan kandungan Pb sekitar 20%.
4.            Paduan
Paduan yang digunakan untuk mencapur dengan timah yaitu Tembaga. Paduan dari
tembaga dan timah menghaslan beberapa unsur seperti:
         Pewter : merupakan paduan antara 85%- 90% timah dan sisanya tembaga, antimont, bismuth,
dan timale.
         Bronze :Paduan logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah sekitar 12 %
         Fosfor bronze: adalah paduan bronze yang ditambahkan unsur fosfor.
Selain itu, terdapat juga paduan lain timah yang menghasilkan suatu logam paduan
yang disebut amalgam. Logam tersebut adalah hasil paduan dari timah dengan merkuri, perak,
seng, tembaga.

3.2 APLIKASI DALAM KEHIDUPAN


         Plating
Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti seng, timbale dan baja
dengan tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk melapisi
kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat dari logam.
         Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor dari timah merupakan
superkonduktor pertama yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh superkonduktor timah
yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.
         Solder
Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam bentuk solder merupakan
campuran antara 5-70 % timah dengan timbale akan tetapi campuran 63 % timah dan 37 %
timbal merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak digunakan untuk
menyambung pipa atau alat elektronik
         Pembuatan Senyawa Organotin
Senyawa organoti merupakan senyawa kimia yang terdiri dari timah (Sn) dengan hidrokarbon
membentuk ikatan C-Sn. Senyawa ini merupakan bagian dari golongan senyawa
organometalik. Senyawa ini banyak dipakai untuk sintesis senyawa organic, sebagai biosida,
sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator panas, dan lain sebagainya.
         Pembuatan Senyawa Kimia Untuk Berbagai Keperluan
Logam timah juga dipakai untuk membuat berbagai maca senyawaan kimia. Salah satu
senyawa kimia yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan dielektrik,
dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa SnF2 merupakan aditif
yang banyak ditambahkan pada pasta gigi. Senyaan timah, tembaga, barium, kalsium dipakai
untuk pembuatan kapasitor. Dan tentu saja senyawaan kimia juga sering dipakai untuk
pembuatan katalis.
3.3 NILAI EKONOMI
Pada bulan Agustus 2011, harga Timah di pasaran dunia sekitar 21.000 US $ per metrik
ton, atau apabila nilai 1 Dollar AS dikonversikan terhadap Rupiah menjadi Rp. 10000,- berarti
harga per metrik tonnya sebesar Rp.210.000 000,- Apabila nilai 1 metrik ton sama dengan 1000
kg, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai ekonomi dari timah adalah Rp. 210/gram. Bila
dibandingkan dengan harga emas pada tanggal 20 November 2011 yang pergramnya adalah
Rp. 502821-, jelas sangat jauh perbandingannya mengingat logam ini memang bukan jenis
logam- logam yang jarang ditemui, dan kelimpahannya termasuk banyak di alam ini. Faktor lain
yang mempengaruhi adalah kegunaannya yang bukan untuk perhiasan.
Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam
timah.Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar
negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam
Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan
Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika
dan Kanada.
Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor sedangkan
untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta. Tipe pembeli
logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau industri
solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar bursa
logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar
internasional dan berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal
Exchange (LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan
bentuknya.
A.          Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas:
       Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
       Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
       Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm,
Banka LL80ppm, Banka LL200ppm
       Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80-88 %) dan Pewter (kadar Sn 91-95 %) 
       Tin Solder, produk solder (info lebih lanjut dapat dilihat di situs resmi PT.TIMAH.)
B.          Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:
       Banka Small Ingot
       Banka Tin Shot
       Banka Pyramid
       Banka Anoda
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pengolahan timah ini pada dasarnya Proses peleburan timah menggunakan
reduktor gas CO, gas ini diperoleh dari hasil pembakaran C (fixed carbon) dalam antrasit
dengan reaksi sebagai berikut:
C(s) + O2(g) CO2(g) (1)
CO2(g) + C(s) 2 CO(g) (2)             
2C(s) + O2(g) 2 CO(g) (3)
Pada temperatur operasi 1400°C gas CO lebih stabil daripada gas CO2 sehingga reaksi
berjalan ke kanan dan diperoleh gas CO. Reaksi reduksi bijih timah menjadi timah bebas adalah
sebagai berikut:
SnO2(s)  +  CO(g) SnO(s)  + CO2(g) (4)
SnO(s)  +   CO (g) Sn(l) + CO2(g) (5)
Dari reaksi tersebut, masih terdapat SnO2 yang tidak tereduksi oleh C(s)  yang lalu
akan bereaksi dengan Sn(l) dan silika (SiO2) untuk menghasilkan  terak (slag) stannous silicate.
Reaksi yang terjadi adalah:
SnO2(s) +  Sn(l) +  2 SiO2(l) 2 SnOSiO2(sl) (6)
Untuk menghasilkan Sn(l), terak ini dapat direduksi oleh C(s), reaksinya adalah sebagai
berikut:
2SnOSiO2(sl) +  2 C(s) 2 Sn(l)  +  2 SiO2(sl)  +  2 CO2(g) (7)
o o
Pada temperatur 1150 C – 1250 C oksida - oksida pengotor yang terdapat di dalam bijih
timah sebagian tereduksi menjadi FeO. Reaksi sebagai berikut:
3FeO(s) +  CO2(g) Fe3O4(s) +  CO(g) (8)
Fe3O4(s) +  CO(g) 3FeO(s) +  CO2(g) (9)
Lalu adanya penambahan fluks akan mendesak FeO dan SnO dari dalam slag karena
fluks/batu kapur akan terdekomposisi menjadi CaO dan CO2, dengan reaksi:
CaCO3 CaO  + CO2
(10)
Yang dimulai pada temperatur 600°C dan akan sempurna pada temperatur 900-1000°C.
Kemudian, akan bereaksi mendesak FeO dan SnO dari slag 1 dengan reaksi sebagai berikut :
SnO.SiO2 (slag)   +  CaO (s) SnO  (slag)  +  CaO.SiO2 (slag) (11)
SnO (slag)  +  CO  (g) Sn (l)  +  CO2 (g) (12)
2FeO.SiO2 (slag)  +  CaO  (s) FeO  (slag)   +  CaO.SiO2 (slag) (13)
FeO  (slag)   +   CO  (g) Fe  (l)   +   CO2 (g) (14)
Berikut ini adalah proses tambahan pada proses pengolahan timah
A.           Tapping
Tapping adalah proses mengeluarkan timah cair dan slag dalam tanur, setelah dilakukan
tapping maka akan dipisahkan antara slag dan logam timah cair, sehingga logam timah cair yang
dipisahkan dapat dicetak.
B.           Pencetakan
            Proses pencetakan dilakukan setelah mengeluarkan logam timah cair dari dalam tanur,
pencetakan dilakukan dengan menggunakan cetakan yang sudah ada. Produk akhir disebut ingot.
C.           Refining (pemurnian)
1.            Pyrorefining
            Pyrorefining adalah metode pemurnian dengan menggunakan temperature tertentu guna
mendapatkan produk yang memiliki impurities/pengotor seminimal mungkin. Pada industri
pemurnian timah, produk yang didapat dari pyrorefining berkisar antara 99,85 – 99,95 %. Proses
ini dilakukan dengan menambahkan zat aditif yang akan berfungsi sebagai pengikat impurities di
dalam timah cair.Tahapan proses ini meliputi:
  Pengurangan kadar As, dilakukan dengan cara menambahkan alumunium sehingga akan
terbentuk senyawa AsAl yang mengapung di permukaan timah cair, karena ditiupkan udara ke
dalam timah cair (proses polling).
  Pengurangan kadar Cu dan Ni, dilakukan dengan menambahkan sulfur ke dalam timah cair
sehingga akan terbentuk endapan CuS dan NiS. Analisa akhir juga tetap dilakukan untuk
pengecekan, jika ternyata terdapat kandungan impurities yang melebihi atau di ambang batas
standar yang ditetapkan maka dilakukan refiningulang sesuai dengan kandungan impurities yang
ingin dikurangi.
  Pengurangan kadar Fe, dilakukan dengan cara mengubah temperatur ketel menjadi 300 - 400°C
sehingga akan terbentuk endapan FeSn di dasar ketel. Selain itu ditambahkan serbuk gergaji
yang akan berfungsi sebagai buffer interface untuk memisahkan endapan FeSn dengan Sn cair.  
BAB V
KESIMPULAN

Dari paparan-paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Timah adalah salah satu unsur
logam utama yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari- hari kita. Begitu banyak aplikasinya
dalam kehidupan kita. Dan dengan jumlah yang cukup banyak di permukaan bumi membuatnya
menjadi salah satu bahan alternatif favorit dalam pembuatan berbagai macam alat yang
mendukung kehidupan sehari-hari kita. Bukan hanya dalam bentuk murni saja timah dapat
menjadi sesuatu yang berharga, namun campuran logam timah juga sangat penting. Solder lunak,
perunggu, logam babbit, logam bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu fosfor
adalah beberapa campuran logam yang mengandung timah. Kemudian dalam pelapis dalam
kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada penggunaan
pada alat-alat olah raga.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
1.            Washing atau Pencucian
a.    Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/si§zing dan uji kadar
b.    Pemisahan berdasarkan berat jenis
c.    Pengolahan tailing
d.    Proses Pengeringan
2.            Klasifikasi timah
3.            Pemisahan Mineral Ikutan
a.    Proses pre-smelting
b.    Proses Peleburan ( Smelting )
c.    Proses Refining ( Pemurnian )
4.            Pyrorefining
5.            Eutectic Refining
6.            Electrolitic Refining

DAFTAR PUSTAKA

http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.htm
PROSES PENGOLAHAN TIMAH
Pengolahan Tailing
Klasifikasi
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing
TIMAH
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa Latin: stannum)
dan nomor atom 50.
logam ini ditemukan dalam banyak paduan dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk
mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari cassiterite (SnO2)
yang terbentuk sebagai oksida yang
kemudian dilebur untuk membentuk Sn murni.
Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit (SnO2) ). Proses
produksi logam timah dari bijihnya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit yakni
pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan
material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah.
Washing atau pencucian
Pemisahan
Bijih timah (feed) dimasukkan ke dalam ore bin , kemudian bijih timah tersebut dicuci dengan
menggunakan air dengan tekanan dan debit yang sesuai dengan karakteristik umpan. Ore bin mampu
melakukan pencucian 15 ton ore/jam
Proses
Pengolahan
Timah
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran
dengan menggunakan alat screen mesh.
Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut Jig Harz. alat tersebut bekerja berdasarkan berat
jenis sehingga berat jenis yang sudah memenuhi akan jatuh kebawah sedangkan tailingnya akan
disimpan dan dialirkan kedalam Jig Yuba. Pada umumnya kadar Sn yang terkandung sangat rendah
karena terdapat gangue atau pengotor didalamnya. proses ini akan dilanjutkan ke rotary dryer.
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral berharga didalamnya.

Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal.

Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien disebabkan kapasitas dari
alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
Proses pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa
besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari
pembakaran dengan menggunakan solar.

Klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan Screen.


Klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
Klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.

Smelting
Proses smelting merupakan proses reduksi dari konsentrat bijih timah pada temperatur tinggi menjadi
logam timah.
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan
hardhead dan slag II.

Refining
fire refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang akan
direfining cair
electrolityc refining
Yaitu proses pemurnian logam dengan melakukan prinsip elektrolisis
Pencetakan
Kegunaan
¨ Melapisi besi (membuat kaleng/tin plate) kemasan berbagai macam produk. Besi yang dilapisi timah ini
tidak mengalami korosi selama lapisannya utuh (tidak tergores dan tidak bocor).
¨ Untuk paduan logam (perunggu : paduan Cu, Sn, Zn dan solder : Sn, Pb)
¨ Dalam persenyawaannya, SnCl2 digunakan sebagai pereduksi dalam pembuatan zat warna, SnF2
digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorin untuk menguatkan gigi karena SnF2 larut dalam
air.

pencetakan timah dilakukan secara manual dan otomatis


PT Timah Persero Tbk.

Anda mungkin juga menyukai