net/publication/338107094
CITATIONS READS
0 1,412
5 authors, including:
All content following this page was uploaded by Putri Jasmine Ramadhani on 22 December 2019.
1
Mikrobiologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa No. 10, Bandung
40132, Indonesia
Email: pu3.jasmine@students.itb.ac.id
Abstrak. Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di di Jawa Barat. Sungai ini mengalir kurang
lebih sepanjang 269 km, bermula dari tujuh mata air di Gunung Wayang, Kabupaten Bandung, dan bermuara di
Muara Gembong, Laut Jawa. Menurut Yayasan Walungan Bhakti Nagari, sebanyak 27,5 juta orang
menggantungkan hidupnya dari Sungai Citarum. Saat ini kondisi Sungai Citarum sangat kotor dan tercemar.
Bahkan, pada tahun 2009, sungai ini masuk dalam daftar sungai terkotor di dunia versi Majalah The Sun. Karena
kondisi fisika kimia lingkungan berpengaruh terhadap komposisi mikroba, pada praktikum ini dilakukan isolasi,
karakterisasi, dan identifikasi profil mikroba pada Sungai Citarum di bagian hulu, yakni Desa Cihawuk,
Cibereum, Jawa Barat dengan pendekatan culturable dan metagenomik. Melalui analisis hasil sekuensing dan
konstruksi pohon filogenetik, diketahui bakteri dominan dari sampel air Sungai Citarum Desa Cibereum
berkerabat dekat dengan Pseudomonas sp baik dengan pendekatan metagenomik maupun culturable. Fungi
dominan dari sampel air Sungai Citarum Desa Cibereum tidak dapat diidentifikasi melalui sekuensing namun
diprediksi merupakan Penicillium dari hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Sebagai saran,
penelitian berikutnya lebih berhati-hati dalam purifikasi agar hasil sekuensing yang diperoleh baik, diidentifikasi
fungi dengan β-tubulin loci untuk Penicillium sp, dan dilakukan analisis konsentrasi zat polutan, seperti PAH,
dan analisis biofilm untuk mengetahui lebih jauh peran bakteri dan fungi dominan bagi ekosistem Sungai
Citarum.
Keywords: Bakteri, Citarum, culturable, jamur, metagenomik
I. Pendahuluan
Sungai Citarum merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan masyarakat Jawa
Barat. Sungai ini mengalir kurang lebih sepanjang 269 km, bermula dari tujuh mata air di
Gunung Wayang, Kabupaten Bandung, dan bermuara di Muara Gembong, Laut Jawa.
Menurut Yayasan Walungan Bhakti Nagari, sebanyak 27,5 juta orang menggantungkan
hidupnya dari Sungai Citarum. Aliran sungai ini dibendung pada Waduk Saguling di
Kabupaten Bandung, Waduk Cirata di Kabupaten Cianjur, dan Waduk Jatiluhur di Kabupaten
Purwakarta. Waduk-waduk ini dimanfaatkan untuk irigasi, budidaya perikanan, sebagai
sumber air baku, dan PLTA yang menyediakan listrik bagi Jawa dan Bali (Imansyah, 2012).
Saat ini kondisi Sungai Citarum sangat kotor dan tercemar. Bahkan, pada tahun 2009,
sungai ini masuk dalam daftar sungai terkotor di dunia versi Majalah The Sun akibat sumber
sampah organik dan sampah tekstil yang dibuang di sepanjang aliran sungai (Imansyah,
2012). Limbah kimiawi dan biologis dari aktivitas masyarakat mencemari dan memengaruhi
profil mikroba pada sungai. Kondisi tersebut menurunkan kualitas air dan meningkatkan
kemungkinan timbulnya berbagai penyakit akibat penggunaan air tercemar, seperti penyakit
2 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
kulit dan pencernaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis profil mikroba dalam Sungai
Citarum untuk mengetahui mikroba-mikroba secara spesifik yang berpotensi menimbulkan
kerusakan lingkungan dan penyakit.
Profil mikroba pada sungai sangat dipengaruhi oleh karakter sungai tersebut.
Kedalaman dan kecepatan aliran yang berubah dalam jangka waktu yang cukup lama, serta
parameter-parameter mikroklimat juga menentukan karakteristik ekosistem dari sungai
tersebut. Kondisi lingkungan dan aktivitas masyarakat yang berbeda, tentu menyebabkan
bagian hulu, tengah, dan hilir sungai memiliki karakteristik mikroba yang berbeda pula
(Barton dan Northup, 2011).
Pada praktikum ini, dilakukan isolasi, karakterisasi, dan identifikasi profil mikroba
pada Sungai Citarum di bagian hulu, yakni Desa Cihawuk, Cibereum, Jawa Barat. Desa
Cihawuk merupakan salah satu daerah yang dilalui oleh aliran Sungai Citarum. Desa ini
berada sejauh 10 km dari Waduk Saguling. Aliran Sungai Citarum mejadi sumber
penghidupan masyarakat, termasuk bagi usaha pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu,
praktikum ini bertujuan untuk menentukan spesies bakteri dan fungi dominan, baik dengan
metode kultivasi (culturable) maupun metagenomik, dalam sampel air Sungai Citarum yang
mengalir pada Desa Cihawuk, Cibereum, Jawa Barat, serta peranannya di lingkungan.
Karakterisasi dan identifikasi mikroba dengan metode kultivasi dilakukan dengan
mengkultivasi mikroba dari sampel pada berbagai jenis medium tumbuh. Koloni mikroba
yang tumbuh (culturable) diamati morfologi makroskopis dan mikroskopisnya. Berdasarkan
karakteristik mikroskopis dan makroskopis tersebut, isolat-isolat mikroba yang tumbuh
dikelompokkan dengan menggunakan metode taksonomi numerik dan disusun menjadi pohon
fenogram. Koloni mikroba yang tumbuh pada medium (culturable) juga dipreservasi untuk
keperluan jangka panjang. Identifikasi mikroba culturable dilanjutkan dengan analisis
genomik. DNA bakteri dan fungi culturable diekstrak dan dipurifikasi. Dari DNA total yang
diperoleh, dilakukan isolasi dan purifikasi sekuens 16s rRNA untuk bakteri culturable dan
sekuens ITS untuk fungi culturable menggunakan PCR. Hasil isolasi dan purifikasi
dikonfirmasi dengan elektroforesis gel agarosa. Sekuens 16s rRNA bakteri dan ITS fungi
hasil amplifikasi dan purifikasi ditentukan urutan nukleotidanya dengan metode sekuensing
Sanger.
Selanjutnya, identifikasi profil mikroba dalam sampel air juga dilakukan secara
metagenomik dengan pendekatan community sampling. Dengan metode metagenomik,
seluruh mikroba dalam sampel alam, baik culturable maupun unculturable, dapat
diidentifikasi. Isolasi DNA metagenom, spesifik pada sekuens 16s rRNA, dalam sampel air
dilakukan dengan PCR koloni. Isolat DNA metagenom dipurifikasi dan dikonfirmasi dengan
elektroforesis gel agarosa. Sekuens 16s rRNA hasil isolasi dan purifikasi kemudian disimpan
ke dalam pustaka metagenom. Fragmen DNA pembawa sekuens 16s rRNA disisipkan ke
dalam plasmid dan ditransformasi ke dalam sel inang. Keberhasilan pembuatan pustaka
metagenom dikonfirmasi dengan penapisan biru-putih (blue-white screening). Sekuens 16s
Praktikum Biosistematika Mikroba 3
rRNA dalam pustaka metagenom kemudian diisolasi kembali menggunakan PCR koloni dan
re-PCR. Sekuens 16s rRNA bakteri ditentukan urutan nukleotidanya dengan metode
sekuensing Sanger. Sekuens 16s rRNA dan ITS mikroba culturable dan metagenomik hasil
sekuensing dianalisis melalui pohon filogenetik dan ditentukan genus/ spesiesnya.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengisolasi dan mengidentifikasi fungi dan
bakteri culturable dengan metode sekuensing, mengidentifikasi bakteri unculturable dengan
pendekatan metagenomik melalui sekuensing sekuens 16s rRNA dan menentukan
karakteristik mikroskopis dan makroskopis isolat dominan pada sampel sedimen di bagian
hulu sungai Citarum di Desa Cihawuk serta menentukan peranan mikroba tersebut pada
lokasi pengambilan sampel. Adapun hipotesis yang diajukan adalah fungi dan bakteri
dominan dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan metode sekuensing, karakteristik
mikroskopik dapat ditentukan dengan pewarnaan Gram dan pengamatan koloni secara
langsung pada medium agar. Mikroba tersebut memiliki peranan yang penting dalam
keseimbangan ekosistem tempat pengambilan sampel.
II. Metodologi
Pada praktikum ini dilakukan pengambilan sampel air dan sedimen aliran sungai
Citarum pada Desa Cihawuk, Cibereum, Jawa Barat pada tanggal 31 Agustus 2019 pukul
09.00 WIB.
Nuclease-free water 3 μL
Hasil PCR 5 μL
Enzim T4 Ligase 1 μL
Total 20 μL
Microtube d ijentikkan beberapa kali kemudian diinkubasi dalam es selama 30 menit dan
diinkubasi dalam waterbath suhu 42 o C selama 60 detik, lalu diinkubasi kembali dalam
es selama 10 menit dan ditambahkan medium SOC sebanyak 600 μL lalu diinkubasi
pada suhu 37 o C, kecepatan 250 rpm selama 2-3 jam.
2.2.9. Penapisan dan Purifikasi E. coli DH5α dengan seleksi antibiotik
Medium agar LB/ampisilin (100 μg/mL) ditambahkan 10 μL IPTG 1 M dan 40 μL
X-Gal 5% kemudian dispread dalam kondisi gelap dan diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 30 menit hingga IPTG dan X-Gal kering. Medium agar
LB/ampisilin/IPTG/X-Gal ditambahkan 100 μL E. coli D H5α yang sudah ditransformasi
lalu di-spread dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 16 jam. Koloni Hasil Penapisan
dipurifikasi sebanyak 16 koloni dengan dicuplik menggunakan tusuk gigi p ada medium
LB agar + ampisilin dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 16 jam.
Pengambilan sampel air dilakukan pada Sungai Citarum yang mengalir melalui Desa
Cihawuk, Cibereum, Jawa Barat dengan titik koordinat (-7.179937 , 107.69527). Lokasi
pengambilan sampel berada di sebelah lahan pertanian.
10 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
Gambar 2. Dokumentasi Lokasi Pengambilan Sampel pada Aliran Sungai di Desa Cihawuk. Pada bagian kiri
merupakan badan sungai dan bagian kanan pertanian di tepian sungai
Praktikum Biosistematika Mikroba 11
Mikroba dalam sampel air dikultivasi pada lima medium yang berbeda. Dari tiap
medium, dipilih maksimal lima koloni isolat dominan. Hasil pengamatan mikroskopis
menunjukkan 5 isolat dominan yang tumbuh pada NA memiliki dinding sel Gram positif dan
mayoritas berbentuk basil. Lima isolat dominan pada RDM berbentuk basil dan memiliki
dinding sel Gram negatif. Lima isolat dominan pada R2A memiliki bentuk basil dan kokus
dengan dinding sel Gram positif dan Gram negatif. Dua isolat dominan pada ISP4 berbentuk
basil dengan dinding sel Gram positif dan Gram negatif.
Gambar 3. Hasil Pengamatan Makroskopis (Kiri) dan Mikroskopis (Kanan) isolat bakteri dominan pada medium
NA
Pada medium PDA, juga diambil satu isolat dominan yang memiliki karakteristik memiliki
hifa putih, spora hijau, filamentous, dan tidak terdapat clamp connection seperti gambar 4.
Secara umum, karakteristik fungi yang tumbuh tidak jauh berbeda satu sama lain.
12 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
Gambar 4. Hasil Pengamatan Makroskopis (Kiri) dan Mikroskopis (kanan) jamur pada medium PDA dengan
mikroskop cahaya perbesaran 400x
Pada beberapa lokasi pengambilan sampel, isolat mikroba yang didapatkan pada
bagian hulu dengan mikroba pada bagian Situ Cisanti dan daerah industri Majalaya tidak jauh
berbeda jika diamati secara makroskopis dan mikroskopis. pada masing-masing spot
ditemukan bakteri yang beragam dengan jenis Gram negatif dan positif serta dengan bentuk
yang bervariasi, ada yang coccus dan basil. Hal ini disebabkan karena karakter dari mikroba
secara makroskopis dan mikroskopis tidak memiliki perbedaan yang jauh antar
masing-masing spesies yang berbeda. Namun perbedaan yang tampak adalah pada mikroba
dominan yang tumbuh. Pada daerah industri Majalaya kelimpahan bakteri Gram negatif lebih
banyak dibandingkan Gram positif, berbeda dengan daerah hulu dimana bakteri Gram positif
lebih banyak.
Gambar 6. Fenogram 5 isolat dominan bakteri pada medium NA, RDM, ISP, dan R2A dengan
taksonomi numerik berdasarkan persamaan karakteristik mikroskopik dan makroskopik masing-masing bakteri
Berdasarkan fenogram isolat mikroba yang berhasil disusun, tampak dua klad utama.
Klad pertama dapat tumbuh pada medium NA, R2A, dan ISP4. Klad kedua dapat tumbuh
pada medium NA, RDM, R2A, dan ISP4. Tampak isolat NA2, NA4, dan NA5 berada pada
satu klad. Isolat NA2 dan NA4 memiliki nilai 1,0 sehingga diperkirakan merupakan spesies
yang sama. Isolat RDM1, RDM4, dan RDM5 berada pada satu klad. Isolat R2A4 dan R2A5
berada pada satu klad yang sama. Isolat ISP1 dan ISP2 memiliki kekerabatan yang rendah.
pada fenoram tersebut, dapat dilihat bahwa mikroba yang berasal dari spesies berbeda tidak
dapat dibedakan sepenuhnya dengan taksonomi numerik. Hal ini bisa dikarenakan karena
14 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
keterbatasan dari sifat yang diambil dan asumsi dari kurator yang menyederhanakan dari
karakter yang ada.
Jika dibandingkan dengan spot lain, maka hal yang sama juga ditunjukkan dimana
terdapat mikroba yang berbeda spesies namun memiliki nilai kemiripan 1. selain itu, hal
lainnya yaitu dapat dilihat bahwa bakteri yang kemungkinan sama dapat tumbuh pada
medium yang berbeda. Sedangkan untuk hal lainnya juga dipengaruhi oleh masing-masing
kurator dalam menyusun fenogram tersebut.
Pada praktikum, dilakukan isolasi DNA terhadap koloni dominan yang tumbuh pada
masing-masing medium. Kemudian dilakukan amplifikasi sekuens 16s rRNA dengan metode
PCR koloni. Konfirmasi dari gen tersebut dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gen
agarosa. Pada proses ekstraksi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu (1) tidak
adanya kontaminan, seperti pengotor atau DNA lain (2) proses input larutan, (3) keberhasilan
Praktikum Biosistematika Mikroba 15
proses bind-wash-elute, dan (4) ketepatan reagen. Selain keempat faktor tersebut hasil
ekstraksi juga dipengaruhi dari kesalahan teknis seperti keahlian dalam melakukan pipetting
(Zymoresearch, 2019).
Pada praktikum ini, ekstraksi bakteri dilakukan dengan metode enzim lisozim dan
PCR koloni. Pada hasil ekstraksi dengan menggunakan enzim lisozim didapatkan hasil seperti
pada gambar 8. sampel yang digunakan dipilih dari masing-masing 1 isolat paling dominan
pada masing-masing medium. Hasil yang didapatkan hanya ladder yang berhasil membentuk
pita. Tidak diperoleh pita pada sampel berbagai spot. Hal ini dapat disebabkan karena
kesalahan prosedur dalam melakukan isolasi dan PCR seperti pipetting error. Kesalahan lain
yang mungkin dapat terjadi adalah karena terjadinya denaturasi enzim untuk ekstraksi atau
kontaminasi. Pada seluruh sampel terdapat smear p ada well. i ni bisa disebabkan karena
adanya pengotor pada sampel. Pellet bakteri yang tidak larut sempurna sehingga tertahan
pada well d an tidak dapat terjadi pemisahan. Hasil elektroforesis hasil isolasi DNA sekuens
16s rRNA koloni mikroba culturable yang tumbuh pada medium NA, RDM, dan ISP4, tidak
tampak keberadaan pita DNA. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah sampel yang terlalu
sedikit. Efisiensi ekstraksi yang rendah menyebabkan jumlah DNA yang diperoleh menjadi
rendah. Kontaminasi DNase akibat pengerjaan yang tidak aseptis dapat merusak isolat DNA
sehingga tidak tampak di gel elektroforesis.
Gambar 8. Hasil elektroforesis ekstraksi DNA bakteri culturable dengan menggunakan enzim lisozim. Dari kiri
ke kanan merupakan ladder, sampel masing-masing kelompok
kontaminasi. Namun hasil elektroforesis secara keseluruhan yang didapatkan sudah cukup
baik, pita terang dan tunggal dan tidak terdapat smear. Pita yang didapatkan pada sampel
masing-masing kelompok berukuran sekitar 1500-2000bp. Ini sesuai dengan perkiraan dari
ukuran gen 16s rRNA yang berukuran sekitar 1500 bp, sehingga ekstraksi dapat dikatakan
berhasil. Pada sampel kelompok 2 dan 8, tidak didapatkan adanya pita. Hal ini bisa
disebabkan karena terjadinya kontaminasi DNase sehingga sampel terdegradasi atau mungkin
disebabkan karena kesalahan teknis dalam pipetting sehingga sampel tidak berhasil masuk ke
dalam well.
Gambar 9. Hasil elektroforesis ekstraksi DNA bakteri culturable dengan menggunakan metode PCR
koloni
Selanjutnya dilakukan juga ekstraksi gen ITS1 jamur dari medium PDA. Gen yang
diharapkan muncul merupakan gen ITS (Internal Transcribed Spacer). P ada fungi terdiri atas
SSU rRNA, rRNA, dan LSU rRNA. ITS berfungsi memisahkan ketiga sekuens tersebut.
Daerah ini bersifat konserve pada fungi, namun beberapa bagian juga terdapat variabel
(Buchan, 2002). Setelah ekstraksi dilakukan dengan menggunakan Kit, dilakukan konfirmasi
dengan elektroforesis dan didapatkan hasil seperti gambar 10. Berdasarkan hasil
elektroforesis hasil isolasi DNA sekuens ITS koloni fungi culturable yang tumbuh pada
medium PDA, tidak tampak keberadaan pita pada ekstraksi DNA kelompok 8. Hal ini dapat
disebabkan karena jumlah isolat DNA terlalu sedikit atau terdegradasi oleh DNase. Tampak
smear di bagian bawah gel yang diperkirakan merupakan dimer primer. Hal ini diperkirakan
karena smear dengan ukuran serupa juga tampak pada kontrol negatif. Ladder y ang
digunakan juga tidak memisah dengan baik dan juga mengalami smear. H al ini bisa
Praktikum Biosistematika Mikroba 17
disebabkan karena beberapa hal, bisa karena pengaturan alat yang kurang baik, kualitas buffer
dan gel yang kurang baik atau terdapat banyak pengotor. Akan tetapi, pada sampel yang
dimasukkan, rata-rata memiliki ukuran sekitar 750 bp. Ini diperkirakan merupakan gen ITS
yang diharapkan karena ukurannya yang mendekati.
Gambar 10. Hasil elektroforesis isolat fungi culturable ekstraksi DNA (ITS1) dengan Kit
ZymoBIOMICS DNA
Pada praktikum ini juga dilakukan analisis mikroba dengan pendekatan metagenomik.
Metagenomik merupakan metode analisis genotipik dan analisis keragaman mikroba dalam
sampel yang membawa komunitas mikroba dominan dan tidak dapat dikultivasi. Oleh karena
itu, metagenomik disebut juga dengan pendekatan analisis mikroba unculturable ( Madigan,
2014). Berdasarkan hasil elektroforesis hasil isolasi metagenomik DNA sekuens 16s rRNA
koloni bakteri yang dilakukan oleh praktikan, tidak tampak keberadaan pita DNA. Terdapat
primer dimer pada bagian bawah. Ini didukung karena pada kontrol negatif juga terdapat pita
yang sama. Ini bisa disebabkan karena jumlah primer yang sangat banyak dibandingkan
dengan template. Ladder pada hasil elektroforesis praktikan juga tidak memisah dengan baik.
Ini dapat disebabkan karena reagen atau kondisi reaksi PCR yang kurang baik. Sedangkan,
berdasarkan hasil elektroforesis hasil isolasi metagenomik DNA sekuens 16s rRNA koloni
bakteri yang dilakukan oleh asisten, tampak pita DNA berukuran antara 1.000 - 2.000 bp. Pita
tersebut diperkirakan merupakan DNA 16s rRNA yang ditargetkan. Berdasarkan literatur, 16s
rRNA berukuran sekitar 1.500 bp. Selain itu, pada hasil elektroforesis asisten juga ditemukan
pita yang berukuran mirip dengan kontrol positif dan terdapat juga dimer primer sehingga
terjadi smear. Ladder juga tidak memisah dengan baik. Terdapat pita yang berukuran di atas
1500 bp kemungkinan karena imperfect strand pairing dan memicu terbentuknya struktur
18 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
sekunder atau tersier DNA. Sedangkan smear d ibawah 100bp kemungkinan merupakan
amplikon yang terdegradasi akibat handling yang terlalu kasar atau kontaminasi DNase.
Gambar 11. Hasil elektroforesis sampel metagenomik setelah amplifikasi dengan PCR yang dilakukan oleh
praktikan
Gambar 12. Hasil elektroforesis sampel metagenomik setelah amplifikasi dengan PCR yang dilakukan oleh
asisten
Keberhasilan isolasi DNA isolat bakteri dan fungi culturable dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti metode yang digunakan, faktor teknis pengerjaan, dan umur kultur.
Praktikum Biosistematika Mikroba 19
Kultur yang berusia tua memiliki dinding sel yang lebih tebal, sehingga lebih sulit untuk
memecahkan sel. Pengerjaan yang kurang hati-hati dapat merusak DNA sampel. Selain itu,
pada praktikum ini digunakan SV Minicolumn untuk purifikasi DNA hasil isolasi. Bila
penambahan nuclease-free water mengenai membran kolom, DNA dapat ikut tercuci keluar
kolom.
Konsentrasi DNA dihitung dengan menggunakan NanoDrop dengan hasil seperti pada
tabel 3.1. Pada panjang gelombang 260nm dapat digunakan untuk mengukur absorbansi
nukleotida. sedangkan pada A260/A280 dapat digunakan untuk menentukan kemurnian.
Hasil isolasi DNA 16s rRNA bakteri memiliki konsentrasi 55,8 ng/uL dengan nilai
A260/280 0,66. Setelah tahap purifikasi, konsentrasi DNA berkonsentrasi 29,1 ng/uL dengan
nilai A260/280 1,83. Pengulangan proses purifikasi yang dilakukan oleh asisten memberikan
DNA 16s rRNA berkonsentrasi 18,7 ng/uL dengan nilai A260/280 1,30. Ekstraksi DNA ITS
fungi memiliki konsentrasi 43,4 ng/uL dengan nilai A260/280 0,70. Setelah tahap purifikasi,
konsentrasi DNA berkonsentrasi 24,7 ng/uL dengan nilai A260/280 1,89. Nilai A260/280
sebesar 1,80 - 2,00 menunjukkan bahwa suspensi DNA dapat dikatakan murni. Hal tersebut
menunjukkan bahwa proses purifikasi, baik menggunakan lisozim+STET buffer maupun
ZymoBIOMICS DNA Miniprep kit, berhasil memurnikan isolat DNA.
DNA metagenom hasil isolasi dan purifikasi kemudian dibuat pustaka metagenom.
Keberhasilan pembuatan pustaka metagenom dikonfirmasi dengan penapisan biru-putih
(blue-white screening) . Kontrol diperlukan untuk memastikan validitas sistem penapisan ini.
Kontrol negatif transformasi yang digunakan adalah E. coli BL21 (DE3) kosong. Kontrol
negatif transformasi tidak akan tumbuh pada medium+ampisilin. Kontrol negatif ligasi yang
digunakan adalah plasmid pGEM-T Easy tanpa DNA insert apapun. Kontrol positif ligasi
yang digunakan adalah plasmid pGEM-T Easy tanpa gen lacZ. Berdasarkan teori, kontrol
20 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
negatif ligasi tampak biru, sedangkan kontrol positif ligasi tampak putih, walaupun ada
kemungkinan tumbuhnya koloni biru karena galat percobaan. Namun, kontrol positif yang
digunakan pada praktikum ini menunjukkan hanya koloni biru yang tumbuh.
Gambar 13. Hasil transformasi E.coli BL21 DE3 pada medium LB+amp. Sampel kelompok 8 berada pada
sebelah kiri teramati ada koloni putih dan biru, sedangkan kontrol negatif berada pada sebelah kanan teramati
adanya koloni bewarna biru.
Berdasarkan hasil penapisan biru-putih, tampak koloni berwarna putih yang tumbuh
pada LB agar+ampisilin. Hal tersebut menunjukkan bahwa transformasi plasmid berhasil
dilakukan ke dalam E. coli DH5a. Gen 16s rRNA berhasil disisipkan pada MCS dan merusak
urutan nukleotida gen lacZ, sehingga B-galaktosidase tidak diproduksi, X-gal tidak
terdegradasi, dan koloni tidak berwarna biru. Pada medium LB agar+ampisilin, terdapat 43
koloni yang tumbuh dengan sebanyak 24 koloni berwarna biru dan 19 koloni sisanya
berwarna putih. Oleh karena itu, persentase keberhasilan transformasi sebesar 44,19%.
Gambar 14. Hasil elektroforesisis PCR koloni dari sampel isolasi pustaka metagenom. Terdapat dua
pita dengan ukuran sekitar 1500 bp dan 200-250 bp.
re-PCR tidak dilakuka oleh kelompok 8. Ini dikarenakan pada hasil PCR koloni sudah
didapatkan pita yang jelas yang diperkirakan merupakan gen 16s rRNA. Oleh karena itu,
tidak perlu dilakukan re-PCR lagi untuk mengamplifikasi gen 16s rRNA pada sampel.
Sekuensing yang dilakukan pada praktikum ini, menggunakan 3 sampel yang berasal
dari pendekatan mikroba yang culturable dan unculturable. Sampel pertama merupakan
sampel yang berasal dari bakteri yang culturable d imana isolat yang digunakan berasal dari
22 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
isolat ke-4 pada medium NA yang dilakukan sebelumnya (re : isolat N4). Kemudian sampel
tersebut dianalisis dengan metode sekuensing Sanger oleh Macrogen sehingga didapatkan
hasil sekuensing seperti pada gambar X. Panjang nukleotida yang didapatkan dari isolat N4
tersebut berukuran 770 bp.
Gambar 15. Hasil Sekuensing Isolat 8 dengan metode Sanger oleh Macrogen
Setelah dilakukan analisis hasil sekuensing dan dilakukan trims menggunakan BioEdit, lalu
dilakukan alignment hasil sekuensing tersebut menggunakan BLAST dari website NCBI.
Sehingga didapatkan hasil pada gambar XI. Dari hasil alignment tersebut, didapatkan bahwa
isolat 8 memiliki kemiripan yang paling dekat dengan Pseudomonas sp. d engan persentase
identitas 86.02%. Nilai query cover n ya cukup rendah hanya sekitar 56%.
Gambar 16. Hasil alignment Sekuens Isolat 8 dengan menggunakan BLASTN p ada NCBI
Gambar 17. Hasil Sekuensing Isolat H dengan metode Sanger oleh Macrogen
Pada hasil sekuensing sampel fungi culturable, didapatkan hasil seperti gambar 15.
Panjang nukleotida yang didapatkan cukup pendek untuk sampel fungi yang hanya memiliki
ukuran 510 bp. Troubleshoot pada hasil sekuensing ini berupa noisy & dirty sequence,
kromatogram dengan sinyal ganda dan tidak adanya reverse sequence result. Peak pada hasil
sekuensing tersebut tidak dapat dibedakan dengan jelas antar basa nukleotidanya. Hal ini
menyebabkan terjadinya noisy. Kemungkinan hal ini bisa terjadi akibat adanya kontaminasi
DNA lain berupa dimer primer. Sinyal ganda dapat disebabkan karena adanya homologi
templat pada wilayah lain. Sehingga didapatkan bahwa hasil sekuensing tersebut bisa
dikatakan kurang baik.
24 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
Gambar 19. Hasil Sekuensing Isolat ITS8_ITS1 dengan Metode Sanger oleh Macrogen
Pada hasil pensejajaran sekuens dengan BLAST, bakteri terduga dari masing-masing
isolat yaitu isolat 8 dan isolat H adalah berasal dari genus Pseudomonas sp, d idukung dengan
pengamatan mikroskopis bakteri culturable yang menunjukkan hasil negatif dan basil
(gambar 3). B akteri Pseudomonas sp merupakan kelompok dari Gammaproteobacteria.
Kelompok ini berperan penting dalam siklus nitrogen di lingkungan. Keberadaan
Pseudomonas p ada sampel lokasi sampling dimungkinkan karena pada lokasi tersebut
mendukung pertumbuhan dari Pseudomonas sp. Kondisi sekitar sampling merupakan lokasi
pertanian dengan tanah pada lokasi tersebut memiliki cukup kandungan nutrisi, terutama
nitrogen, serta penggunaan pupuk organik pada kondisi tersebut juga mendukung
pertumbuhan mikroba. Hasil sekuensing yang menunjukkan bahwa spesies dari isolat tersebut
yang diperkirakan adalah Pseudomonas sp d apat didukung dengan kondisi lingkungan
sampling tersebut. Selain berperan dalam siklus nitrogen, Pseudomonas sp juga dapat
menjadi patogen oportunistik, mampu hidup di lingkungan berarus deras dengan membentuk
biofilm, dan agen bioremediasi misalnya remediasi polycyclic aromatic hydrocarbon yang
merupakan polutan dari kendaraan maupun limbah industri (Novik dkk., 2015)
Lalu dilakukan analisis lebih lanjut untuk melihat hubungan kekerabatan antar sampel,
dilakukan konstruksi pohon filogenetik pada sampel untuk menentukan kekerabatan isolat
Praktikum Biosistematika Mikroba 25
Gambar 20. Konstruksi Pohon Filogenetik Isolat 8 (kiri) dan Isolat H (kanan) dengan pendekatan Maximum
Likelihood pengulangan 100x
Pada analisis kekerabatan mikroba sampel pada semua spot sampling, hubungan
kekerabatan mikroorganisme nya dapat dilihat pada gambar 21. Dari gambar tersebut tampak
bahwa setiap isolat dominan yang diperoleh oleh masing-masing kelompok memiliki
kekerabatan yang sangat jauh, bahkan dengan kelompok sampling p ada situs yang sama
dengan kelompok 8, yaitu kelompok 3. Isolat bakteri culturable kelompok 3 diperkirakan
memiliki kekerabatan cukup dekat dengan genus Flavobacterium. Hasil tersebut diperkuat
dengan analisis kondisi lingkungan dimana pada lingkungan sekitar lokasi pengambilan
sampel ditemukan bahwa sampel diambil dari air tawar serta lokasi spot berada pada daerah
miring dimana ketika terjadi hujan maka air akan membawa sebagian besar unsur hara dan
mineral yang kaya akan fosfat dan nitrat ke dalam air sehingga sangat membuat air tinggi
kadar N dan P. Hal ini mendukung sebagai habitat Flavobacterium sp. karena bakteri
tersebut dapat ditemukan pada air tawar dengan kandungan hara tinggi terutama N dan P.
Karena bakteri tersebut banyak ditemukan dalam lokasi perairan yang rawan eutrofikasi.
26 Putri Jasmine R (10417002) 1, M. Hamzah Syaifullah A (10417019)1, Nicholas
Yamahoki(10417035)1, Silfana Hilda Efendi (10417037)1, & Yoghi Ciamorien
(10415016)1
Gambar 21. Konstruksi Pohon Filogenetik Isolat Masing-masing spot dengan Maximum likelihood
bootstrap 100x
sekuensing karena lingkungan tempat pengambilan sampling berada disekitar area pertanian
yang menggunakan pupuk berupa kotoran ternak yang menimbulkan bau tidak sedap kondisi
ini sangat ideal bagi habitat lalat.
Melalui analisis hasil sekuensing dan konstruksi pohon filogenetik, diketahui bakteri dominan
dari sampel air Sungai Citarum Desa Cibereum berkerabat dekat dengan Pseudomonas sp
baik dengan pendekatan metagenomik maupun culturable. Fungi dominan dari sampel air
Sungai Citarum Desa Cibereum tidak dapat diidentifikasi melalui sekuensing namun
diprediksi merupakan Penicillium dari hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis.
Sebagai saran, penelitian berikutnya lebih berhati-hati dalam purifikasi agar hasil sekuensing
yang diperoleh baik, diidentifikasi fungi dengan β-tubulin loci untuk Penicillium sp, dan
dilakukan analisis konsentrasi zat polutan, seperti PAH, dan analisis biofilm untuk
mengetahui lebih jauh peran bakteri dan fungi dominan bagi ekosistem Sungai Citarum.
V. Daftar Pustaka
Barton, L.L. & Northup, D.E. 2011. Microbial Ecology. USA: John Wiley & Sons, Inc (pp. 111-116)
Buchan, A., Newell, S. Y., Moreta, J. L., & Moran, M. A. (2002). Analysis of internal transcribed spacer (ITS)
regions of rRNA genes in fungal communities in a southeastern US salt marsh. Microbial Ecology, 329-340.
Faiza, M. 2016. What is Numerical Taxonomy? How is it useful? [ online].
https://bioinformaticsreview.com/20160225/what-is-numerical-taxonomy-how-it-works/ (5 September
2019)
Imansyah, M.F. 2012. Studi Umum Permasalahan dan Solusi DAS Citarum serta Analisis Kebijakan
Pemerintah. Jurnal Sosioteknologi, 25:18-33.
Machmud, M. (2001). Teknik penyimpanan dan pemeliharaan mikroba. Buletin AgroBio, 4(1), 24-32.
Madigan, M.T., Bender, K., S., & Buckley, D.H. 2014. Brock Biology of Microorganism. Harlow : Pearson
Education.
Merck, 2019. Bacterial transformation [online]. Diakses dari
https://www.sigmaaldrich.com/technical-documents/protocols/biology/transformation.html
Novik, G., Savich, V., & Kiseleva, E. (2015). An insight into beneficial Pseudomonas bacteria. Microbiology
in Agriculture and Human Health, 73-105.
The University of Adelaide. 2015. Mycology Online: Penicillium [online]. Diakses dari
https://mycology.adelaide.edu.au/descriptions/hyphomycetes/penicillium/
Zymoresearch. 2019. ZymoBIOMICS DNA/RNA Miniprep Kit [online]. Diakses dari
https://files.zymoresearch.com/pdf/d4300t_d4300_d4304_zymobiomics_dna_miniprep_kit_1-3-0.pdf