Anda di halaman 1dari 14

Teknik Radiografi Sinus Paranasal Proyeksi Water’s

1. Tujuan Pemeriksaan
 Untuk mengetahui gambaran struktur anatomi dari sinus paranasal dengan
menggunakan proyeksi Water’s
 Untuk melihat sinus Maxillary

2. Dasar Teori
Sinus paranasal adalah ruangan atau rongga yang berada pada tulang tengkorak.
Rongga ini berisi udara yang berfungsi untuk meringankan berat kepala, sehingga pada
saat seseorang terserang influenza maka kepala penderita akan terasa berat karena
peradangan pada rongga sinus yang berisi cairan. Fungsi lain dari sinus ini untuk
memperkeras suara pembicaraan. Jalur udara pada sinus – sinus tersebut akan
meresonansi suara selama produksi suara berlangsung. ( Clark, 2005:275 )
Tengkorak manusia selain terdiri dari tulang – tulang wajah, juga memiliki
rongga – rongga udara yang lebih dikenal dengan sinus paranasal. Sinus paranasal ada
empat bagian , dan terdapat di tulang wajah antara lain sinus frontalis pada os frontalis,
sinus ethmoidalis pada os ethmoidalis, sinus sphenoidalis pada os sphenoid dan sinus
maxillaris pada os maxilla (Ballinger W Phillips 2003).
Sinus dalam keadaan normal dilapisi oleh mukosa tipis yang melekat pada
dinding sinus. Semua rongga atau sinus ini berhubungan dengan saluran pernapasan.
Sinus pada fetus merupakan perkembangan dari kantung dan secara perlahan – lahan
akan tumbuh besar membentuk rongga – rongga sehingga terbentuklah sinus – sinus
lainnya.

3. Anatomi

Gambar Anatomi Sinus Paranasal


1) Sinus Maxillary : Sepasang,Berbentuk seperti piramida terletak di
dalam Maxillary Bone di kedua sisi hidung.Sinus Maxillary adalah sinus yang
terbesar.
2) Sinus Frontalis : Sepasang terletak di dalam Frontal Bone berdektan
dengan fronto-nasal.Sinus Frontalis ukurannya berbeda-beda,dan beberapa orang
ada yang tidak memilikinya.
3) Sinus Sphenoidalis : Kedua sinus sphenoidal berada pada tubuh tulang
sphenoid. Mereka terletak tepat di bawah sela tursika dan memanjang diantara
Sellas dorsum dan sel-sel udara etmoidalis posterior. Sinus sphenoidal terbuka ke
dalam reses phenoethmoidal dari rongga hidung
4) Sinus Ethmoidal : Kedua sinus etmoidalis yang terletak di dalam
massa lateral labirin tulang ethmoid. Mereka terdiri dari berbagai jumlah sel udara
yang terbagi dalam tiga kelompok utama anterior, middle dan posterior.
Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon.

4. Indikasi Pemeriksaan
 Epistakis
Pendarahan dari hidung yang terjadi akibat sebab lokal (infeksi sinusparanasal
(rinitis dan sinusitis) atau sebab umum (kelainan sismetik; penyakit
kardiovaskular, kelainan darah, infeksi sistemik, gangguan endokrin, kelainan
kongenital).
 Rinitis atrofi
Suatu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang
dan mukosa konka.
 Sinusitis
Radang sinus paranasal. Bila terjadi pada beberpa sinus, disebut multisinusitis,
sedangkan bila mengenai seluruhnya disebut pansinusitas. Yang paling sering
terkena sinus maksila, kemudian etmoid, frontal, dan sfenoid. Dengan posisi ini
maka pada sinusitis akan tampak perselubungan dan penebalan mukosa dan
gambaran air fluid level.
 Tumor sinus ganas,
Jenis tersering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa, kemudian karsinoma
anaplastik dan tumor yang yang berasal dari kelenjar. Lokasi tersering yaitu sinus
maksila, etmoid, dan hidung.
 Sinusitis Akut
Biasanya disertai oleh gejala konstitusional dan sensasi tekanan atau nyeri tekan
dalam area sinus yang terinfeksi.
 Fibrosa Kistika
Merupakan sebab terlazim penyakit saluran pernapasan kongenital. Ia penyakit
yang yang diturunkan, yang mengenai glandula endokrin dan keringat. Biasanya
penyakit paru berhubunugan dengan obstruksi bronchus dengan akibat infeksi.
Biasanya penyakit ini didiagnosis dini dalam kehidupan.
 Penyakit granulomatosa
Penyakit yang bisa melibatkan hidung meliputi tuberkulosis, sifilis, lepra,
rinosporidiosis, patek, rinoskleroderma, berbagai penyakit jamur, difteria
menahun, granulomatosis Wegener, granuloma garis tengah aspergilosis dan
mukomikosis (pada pasien imunosupresi atau pasien diabetes yang tidak
terkontrol). Penyakit granulomatosa yang disertai eksudat mukoid adalah
tuberkulosis, sifilis, granulomatosis Wegener dan sarkoidosis.
 Benda asing
Sering anak-anak menempatkan benda asing di dalam hidungnya, yang kemudian
menimbulkan obstruksi hidung. Jika benda asing tidak ditemukan dan
disingkirkan, maka akan timbul infeksi. Eksudat mukopurulenta secara klasik
disertai bau busuk.
 Polip Hidung
Pasien yang menampilkan peradangan berkepanjangan pada hidung (biasanya
akibat alergi) bisa menderita polip hidung. Pada pemeriksaan fisik, polip tampak
sebagai massa membrana mukosa edematosa dengan sekret purulenta atau seperti
air yang mengelilingi. Biasanya penampilannya putih, tetapi bisa menjadi merah
muda aatu merah jika meradang.
 Neoplasma Sinus
Mula-mula neoplasma sinus menimbulkan gejala minimum. Karena ukuran tumor
meningkat, maka ia akan mengerosi ke dalam hidung dan menyebabkan gejala
obstruksi hidung dan/atau epistaksis.
(Reference: Moore-Gillon Victoria, Stafford Nichol, 1987, Segi Praktis Ilmu Penyakit Telinga-
Hidung-Tenggorok, Jakarta Barat: Binarupa Aksara.
Harsono (Ed.), 1996, Kapita Selekta Neurolog, Jilid 2, Edisi kedua, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Mansjoer Arif, dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ketiga, Jakarta: Media
Aesculapius.)

5. Alat dan Bahan


1. Film : 18 x 24 cm
2. Kaset : 18 x 24 cm
3. Pesawat Shimadzu 500 Ma
4. Phantom bagian kepala
5. Alat fiksasi
6. Sandbag
7. Busur
8. Marker
9. Automatic Processing Film
6. Teknik Radiografi

Foto Sinus Paranasal Metode Waters

(Sumber 1 : Merrills Atlas of Radiographic Positions Volume 2)

Film Ukuran : 8 x 10 in ( 18 x 24 cm )
 Posisi Pasien
1. Tempatkan posisi pasien dalam posisi PA sebaiknya duduk tegak
2. Pertengahan garis meja pemeriksaan tepat pada mid sagital pasien
3. Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan menyesuaikan bahu
untuk berbaring melintang di pesawat yang sama

 Posisi Objek
1. Ekstensikan kepala pasien pada posisi secara benar dan letakkan pusat
kaset pada acanthion
2. Letakkan dagu menempel pada kaset .
3. Atur MSP tegak lurus dengan film
4. Gunakan busur derajat sebagai panduan, atur sehingga OML membentuk
sudut 37 derajat terhadap garis film.
5. Atur kepala pasien sehingga tidak bergerak dan istruksikan pasien supaya
menahan nafas saat eksposi.

 Central Point : berada pada parieto-occipital menembus acanthion


 Central Ray : Arahkan central ray tegak lurus dengan titik tengah film
 Gambaran yang terlihat
1. Memperlihatkan bayangan petrous pyramid yang berada di bawah lantai
antral
2. Sinus Frontalis dan sinus edmoidalis terdistorsi di posisi ini dan sinus
penoid tidak tampak
3. Untuk gambaran di lateral dari postero superior antra terlihat Kepala
proyeksi PA
4. Posisi waters juga di gunakan untuk menggambarkan rotundum foramina
5. Masing-masing gambar terlihat di setiap sisi.
(Sumber 2 : BUD-Radiographic Positioning and Related Anatomy, 6th ed, KL
Bontrager )

 Posisi Pasien
1. Lepas semua benda yang berbau logam
dari kepala pasien
2. Posisikan pasien Tegak menghadap kaset
 Posisi Objek
1. Ekstensikan kepala pasien ,tempatkan hidung dan dagu menghadap
kaset/permukaan bucky tegak
2. Sesuaikan kepala sampai garis MML tegak lurus terhadap IR ,OML akan
membentuk 37 derajat dengan bidang IR
3. Posisikan MSP tegak lurus dengan garis tengah grid atau meja
pemeriksaan
4. Pastikan tidak ada rotasi

 Central Point : berada pada parieto-occipital menembus acanthion


 Central Ray : Arahkan central ray tegak lurus dengan titik tengah film
menembus acantion
 FFD : 100cm
 Struktur Gambaran
1. Tampak sinus maksilaris dengan bagian inteferior bebas dari
superposisi dengan alveolar process dan petrous ridge
2. Tidak adanya rotasi pada kepala menunjukan jarak dari MSP ke garis
luar antara orbita sama
3. Lapangan penyinaran terpusat pada acanthion dan mencakup sinus
maksilaris dan sinus frontalis

(Sumber 3) : Clarck, KC. 2005. “Positioning In Radiography”. London: Ilford.


 Posisi Pasien
1. Tempatkan posisi pasien tidur telungkup atau duduk tegak
2. Pertengahan garis meja pemeriksaan tepat pada mid sagital pasien
3. Lepaskan semua benda logam, plastik dari kepala.

 Posisi Objek
1. Ekstensikan kepala pasien pada posisi yang benar dan kemudian
pertengahan dari IR tepat pada acantion
2. Istirahatkan dagu pasien pada vertikal grid dan sesuaikan sehingga
midsagital pasien tegak lurus bidang film
3. Gunakan busur derajat sebagai panduan, atur sehingga OML
membentuk sudut 37 derajat terhadap IR. Sebagai cek MML tegak
lurus IR.

 Central Point : berada pada parieto-occipital menembus acanthion


 Central Ray : horizontal tegak lurus film

A. KriteriaGambar
 Tampak sinus maxillaris
 Tampak fossa nasalis
 Tampak sinus frontalis dan sinus ethmoidalis (distorsi)
 Jarak batas lateral orbita dengan batas lateral kiri dan kanan sama (simetris)
 Petrous Ridge terproyeksi di bawah maxillaris
 Marker R/L harus tervisualisasi.
I. Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan Sinus Paranasal Proyeksi Waters
a) Posisi Pasien
1. Tempatkan posisi pasien dalam posisi PA sebaiknya duduk tegak
2. Pertengahan garis meja pemeriksaan tepat pada mid sagital pasien
3. Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan menyesuaikan bahu untuk
berbaring melintang di pesawat yang sama

b) Posisi Objek
1. Ekstensikan kepala pasien pada posisi secara benar dan letakkan pusat kaset pada
acanthion
2. Letakkan dagu menempel pada kaset .
3. Atur MSP tegak lurus dengan film
4. Gunakan busur derajat sebagai panduan, atur sehingga OML membentuk sudut 37
derajat terhadap garis film.
5. Atur kepala pasien sehingga tidak bergerak dan istruksikan pasien supaya
menahan nafas saat eksposi
6. Central Point : berada pada parieto-occipital menembus acanthion
7. Central Ray : Arahkan central ray tegak lurus dengan titik tengah film
8. Faktor Eksposi
9. FFD : 90 cm
 Gambar I Kelompok 1 marker (L1)
- kV : 80
- mA : 300
- s : 0,07
- mAs: 21

 Gambar II Kelompok 1 marker (1L)


- kV : 80
- mA : 300
- s : 0,07
- mAs: 21

 Gambar Kelompok 2 marker (R2)


- kV : 78
- mA : 300
- s : 0,07
- mAs: 21
 Gambar Kelompok 3 marker L3
- kV : 70
- mA : 300
- s : 0,07
- mAs: 21

c) Akessoris Radiografi
 Marker R
d) Hasil Radiografi
 Terlampir

e) Analisis Hasil Gambar Praktek


 Gambar I kelompok 1 marker L1

- Densitas : cukup, karena bisa memperlihatkan bentuk sinusnya


- Kontras : cukup karena bisa membedakan antara sinus dan objek sekitarnya
- Ketajaman : cukup, karena bisa menampilkan batasan batasan yang jelas pada
gambaran sinus
- Posisi Objek :
 Tampak kedua cavum orbita kanan dan kiri tidak simetris
 Gambar tidak simetris
 Ramus mandibula hampir superposisi dengan os. Occipital
 Terlihat sinus maksilaris, frontalis dan lingkar orbita
 Terdapat marker dan Labelling
 Gambar II kelompok 1 marker 1L

- Densitas : cukup, karena bisa memperlihatkan bentuk sinusnya


- Kontras : cukup karena bisa membedakan antara sinus dan objek sekitarnya
- Ketajaman : cukup, karena bisa menampilkan batasan batasan yang jelas pada
gambaran sinus
- Posisi Objek :
 Tampak kedua cavum orbita kanan dan kiri tidak simetris
 Gambar tidak simetris
 Ramus mandibula berada di dalam lingkar kepala
 Terlihat sinus maksilaris, frontalis, ethmoidalis dan lingkar orbita
 Terdapat marker dan Labelling

 Gambar Kelompok marker R2

- Densitas : kurang, karena tingkat kehitaman sinusnya kurang


- Kontras : kurang, kerena sulit untuk membedakan antara sinus dan objek sekitar
- Ketajaman : kurang, karena kurang bisa memberikan batas yang tegas pada
gambaran sinus
- Posisi Objek :
 Angulus mandibula berada diluar lingkar kepala
 Gambar tidak simetris
 Terlihat sinus ethmoidalis, frontalis dan lingkar orbita
 Terdapat marker dan Labelling
 Gambar Kelompok 3 marker L3

- Densitas : kurang, karena derajat kehitaman sinusnya kurang hitam


- Kontras : kurang, kerena sulit untuk membedakan antara sinus dan objek lain
- Ketajaman : kurang, karena kurang bisa memperlihatkan struktur yang tegas
pada gambaran Sinus
- Posisi Objek :
 Angulus mandibula yang superposisi dengan occipital
 Gambar tidak simetris
 Terlihat sinus maksilaris, frontalis dan lingkar orbita
 Tampak arcus zygomaticum
 Terdapat marker dan Labelling

7. Kesimpulan

 Dari hasil gambaran yang telah kami dianalisa, dapat disimpulkan bahwa foto dari
Kelompok 1 marker 1L merupakan hasil foto terbaik dibandingkan foto yang lain,
karena angulus mandibula sudah tepat berada di lingkar kepala hanya saja objek
tidak berada pada petengahan film.
SINUS PARANASAL

 KELOMPOK 1

 Niknik Raunikul Mazalis

 Nurfaidah

 Putri Ayu Lestari

 Oktavia windyasti

Gambar I (MARKER L1)

NILAI :

Gambar II (MARKER 1L)

NILAI :

2. KELOMPOK 2 (MARKER R2)

 Rafidah Halilah

 Rista Ristianti

 Septi Hidhayani

 Singgang Pangestu

NILAI :

3. KELOMPOK 3 (MARKER L3)

 Thia Hertiawati

 Winda Islamiati

 Windhi Mega Utami

 Yulianti Fauziah

 Zahrah Alvita Sari

NILAI :

Anda mungkin juga menyukai