NPM : 1102019241
Kelompok : B-12
GONDOK ENDEMIK
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin tanpa ductus dan bersifat bilobular
(mempunyai dua lobus yaitu kanan dan kiri).Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm, berbentuk
kerucut. Batas-batas lobus:
3.Medial: Larynx, trachea, pharynx, dan oesophagus. Dekat dengan struktur-struktur ini
adalah m. cricothyroideus dan suplai sarafnya, n. laryngeus externus. Di alur antara
oesophagus dan trachea terdapat n. laryngeus recurrens.
Pinggir posterior masing-masing lobus yang bulat berhubungan di posterior dengan glandula
parathyroidea superior dan inferior dan anastomosis antara a. thyroidea superior dan inferior.
Kedua lobus ini dihubungkan oleh sebuah jaringan berbentuk jembatan, yang dinamakan
isthmus.Bila dua lobus disambungkan dengan isthmus, maka kelenjar tiroid terlihat seperti
dasi kupu-kupu pada pria.Isthmus meluas melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2, 3,
dan 4. Panjang dan lebarnya kira-kira 1,25 cm dan biasanya di anterior dari cartilgo trachea
walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Sering terdapat lobus pyramidalis, yang menonjol ke atas dari isthmus, biasanya ke sebelah
kiri garis tengah.Sebuah pita fibrosa atau muskular sering menghubungkan lobus pyramidalis
dengan os hyoideum. Batas-Batas Isthmus:
Berat kelenjar thyroid bervariasi antara 20-30 gram, rata-rata 25 gram. Kelenjar thyroid
memiliki posisi axis (puncak) pada linea obliqua cartilaginis thyroidea dan memiliki basis
(dasar) setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5. Fungsinya sebagai ayunan/gendongan kelenjar
ke larynx dan mencegah jatuh/turunnya kelenjar dari larynx, terutama bila terjadi pembesaran
kelenjar.
1.Outer false capsule: berasal dari lamina pretracheal fascia cervicalis profunda yang akan
berlanjut ke inferior menjadi lapisan tipis yang akan bergabung dengan lapisan fibrosa
jantung pada bagian anterior
2.Inner true capsule: dibentuk oleh kondensasi jaringan fibroareolar kelenjar thyroidea.
Vaskularisasi
•Arteria
Cabang dari arteri carotis externa dan memberi darah sebagian besar (15-20%). sebelum
mencapai kelenjar thyroid arteri ini bercabang dua menjadi ramus anterior dan ramus
posterior yang akan beranastomose dengan cabang arteri thyroidea inferior.
Lanjutan dari trunkus tyrocervicalis yang berasal dari arteri subclavia, dan memberikan darah
paling banyak yaitu 76 – 78 %. Tepat dikutub caudal tyroid, arteri akan bercabang dua yaitu
ramus anterior dan posterior yang beranastomose dengan cabang arteri tyroidea superior.
•Vena
• Persarafan
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara terganggu
(stridor/serak).
• Aliran Limfe
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke
kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke
limfonoduli mediastinum superior.
1.2Anatomi mikroskopis
Setiap folikel tersusun dari sel-sel epitel yang berdiri di atas membrana basalis.Sel folikel
memiliki inti besar, vesikular, yang berada ditengah atau ke arah basal.Sitoplasma sel
bergranul halus, basofil, banyak mitokondria dan dengan Mikroskop Elektron kita dapat
melihat mikrovili pada sisi yang menghadap ke lumen.Fungsi mikrovili tersebut adalah untuk
memaksimalkan absorbsi di lumen.
Colloid merupakan senyawa glikoprotein yang disebut tiroglobulin (Tg). Struktur colloid
biasanya segar, homogen, jernih, kental. Warna colloid yang menggambarkan sel folikel
sedang aktif dan dalam metabolisme tinggi yaitu bersifat basofil (keunguan) dan terlihat tidak
teratur atau kosong, karena sudah dicurahkan ke darah.Sedangkan colloid yang
menggambarkan sel folikel tersebut sedang tidak aktif yaitu berwarna asidofil (merah muda)
dan terlihat penuh.
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4). Bentuk aktif
hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di
perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang
diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami
oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat
dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT
yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar
tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi organik murah, selanjutnya menjadi
bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau
diiodotyrosin (Dit). Senyawa DIT yang terbentuk MIT menghasilkan T3 Dari T4 atau
disimpan di dalam kelenjar tyroid.
Kelenjar tiroid manusia menyekresi sekitar 80µg (103 mmol) T4, 4µg (7 mmol) T3, dan 2µg
(3,5 mmol) RT3 perhari. Namun, MIT dan DIT tidak diekskresikan. Sel-sel tiroid
mengabsorpsi koloid melalui proses endositosis. Cekungan ditepi koloid menyebabkan
timbulnya lacuna reabsorpsi yang tampak pada kelenjar yang aktif. Di dalam sel, globulus
koloid menyatu dengan lisosom. Ikatan peptide antara residu beriodium dan tiroglobulin
terputus oleh protease dalam lisosom, dan T4, T3, DIT dan MIT dibebaskan ke dalam
sitolasma. Tirosin beriodium mengalami deiodinasi oleh enzim mikrosom iodotirosin
deiodinase. Enzim ini tidak menyerang tironin beriodium, dan T4 serta T3 masuk ke dalam
sirkulasi. Iodium yang dibebaskan oleh deiodinasi MIT dan DIT digunakan kembali oleh
kelenjar dan secara normal menyediakan iodium sebanyak dua kali lipat, untuk sintesis
hormone dibandingkan dengan dihasilkan oleh pompa iodium. Pada pasien yang tidak memil
iodotiroksin deiodinase secara keongenitalm MIT dan DIT dapat dijumpai dalam urin dan
terdapat gejala defisiensi iodium.
1. yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam darah.
2. yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan
35% dari T3.
Fungsi yodium sebagian besar sebagai komponen dari hormon tiroid, thyroxin dan 3, 5, 3-
triidothyronin (T3). Hormon ini dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan
jaringan seperti sistem saraf pusat dan pendewasaan seluruh tubuh (Agus, 2006). Hormon-
hormon tersebut juga berfungsi mengatur tingkat metabolisme basal dan metabolisme
makronutrient. Selain itu, hormon tersebut diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh, sintesis
protein, dan reproduksi. Bersama yodium, hormon tiroid berfungsi dalam laju penggunaan
oksigen oleh sel, pertumbuhan linier dan pembentukan panas tubuh.
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
oAsupan yodium – Ada bukti bahwa yodium dapat bertindak sebagai stimulator
kekebalan, memicu penyakit tiroid autoimun dan bertindak sebagai substrat untuk sintesis
hormon tiroid tambahan.
oPenyakit Graves – Penyebab tirotoksikosis yang paling umum adalah penyakit Graves
(50-60% kasus). Penyakit Graves adalah kelainan autoimun spesifik organ yang ditandai dengan
berbagai antibodi yang bersirkulasi, termasuk antibodi autoimun umum, serta antibodi anti-TPO
dan anti-TG.
Autoantibodi paling penting adalah antibodi perangsang tiroid (TSab; juga disebut TSI,
LATS, atau TRab), yang diarahkan ke epitop reseptor TSH dan bertindak sebagai agonis reseptor
TSH. Seperti TSH, TSab mengikat reseptor TSH pada sel folikel tiroid untuk mengaktifkan
sintesis dan pelepasan hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid (hipertrofi). Hal ini
menghasilkan gambaran karakteristik tirotoksikosis Graves, dengan tiroid yang membesar secara
difus, serapan yodium radioaktif yang sangat tinggi, dan kadar hormon tiroid yang berlebihan
dibandingkan dengan tiroid yang sehat.
Gejala tirotoksikosis ringan, seringkali karena hanya sedikit peningkatan kadar hormon tiroid,
dan tanda serta gejala tirotoksikosis sering tumpul (hipertiroidisme apatis) pada pasien yang
lebih tua. Namun, kadar hormon tiroid yang sangat tinggi dapat terjadi pada kondisi ini setelah
asupan yodium tinggi (misalnya, dengan radiokontras beryodium atau paparan amiodarone).
oToxic Adenoma – Adenoma toksik disebabkan oleh satu adenoma tiroid folikuler yang
mengalami hiperfungsi. Gangguan ini menyumbang sekitar 3-5% dari kasus tirotoksikosis.
Kelebihan sekresi hormon tiroid terjadi dari tumor monoklonal jinak yang biasanya berdiameter
lebih dari 2,5 cm. Hormon tiroid yang berlebihan menekan kadar TSH. RAIU biasanya normal,
dan pemindaian yodium radioaktif hanya menunjukkan nodul panas, dengan sisa kelenjar tiroid
normal ditekan karena tingkat TSH rendah.
oTindakan Bedah – Pasien dengan nodul tiroid, kanker tiroid atau morbus Basedow,
yang menjalani tindakan bedah mempunyai risiko untuk terjadinya hipotiroid. Karena jaringan
kelenjar yang diangkat menyebabkan produksi hormone yang diperlukan tubuh tidak lagi
mencukupi.
oTerapi dengan I131 – Terapi ini bertujuan untuk merusak sel kelenjar tiroid. Kerusakan
yang terlalu banyak dari sel kelenjar juga akan menimbulkan hipotiroid.
oKerusakan Kelenjar Hipofise – Tumor, radiasi, tau tindakan bedah dapat menimbulkan
kerusakan pada hipofisis. Bila hal ini terjadi maka sintesis hormone TSH akan berkurang.
Akibatnya akan terjadi penurunan sintesis hormone tiroid.
3.3 Klasifikasi
a.Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu kelainan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang terjadi akibat adanya
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal, sedangkan kelenjar hipofisis anterior
menghasilkan TSH dalam jumlah yang tinggi. Goiter atau struma jenis ini biasanya tidak
menimbulkan gejala, kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat
mengakibatkan penekanan pada trakea.
a.Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis
dari hromon tiroid menjadi berkurang, terjadi akibat adanya kegagalan dari kelenjar tiroid
untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien
hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau telah kehilangan kelenjar
tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme antara lain: penambahan berat badan, sensitif
terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,
rambut rontok, menstruasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan
berbicara.
a.Hipertiroidisme
Hipertiroidisme, atau dikenal dengan tirotoksikosis atau Graves, dapat didefinisikan sebgai
respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.
Keadaan ini dapat terjadi secara spontan atau adanya jenis antibodi dalam darah yang
merangsang kelenjar tiroid, sehingga menyebabkan produksi hormon yang berlebih serta
pembesaran pada kelenjar tiroid. Gejala hipertiroidisme antara lain: penurunan berat badan,
nafsu makan meningkat, keringat berlebih, kelelahan, lebih suka udara dingin, sesak napas.
Bisa juga mengalami gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata
melotot (eksoftalamus), diare, menstruasi tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot.
a.Goiter Toksik
Goiter Toksik dapat dibagai dalam dua jenis, yaitu goiter diffusa toksik dan goiter nodusa
toksik. Istilah tersebut lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi, di mana goiter
diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lainnya. Jika tidak diberikan penanganan medis
sementara, nodusa akan memperlihatkan benjolan yang dapat teraba satu/lebih benjolan
(goiter multinoduler toksik). Goiter diffusa toksik (tirotoksikosis) merupakan golongan
hipertiroidisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam
darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (goiter eksoftalmik), bentuk tirotoksikosis
yang paling banyak ditemukan di antara hipertiroidisme lainnya. Perjalan penyakitnya tidak
disadari oleh pasien meskipun telah diidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk
reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan
kelenjar tiroid hiperaktif.
a.Goiter Non-toksik
Goiter diffusa non-toksik terjadi akibat oleh kurangnya kadar yodium secara kronik. Goiter
ini disebut sebagai simple goiter, goiter endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di
daerah yang memiliki kadar yodium yang rendah dan goitrogen yang tinggi.
Goiter nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut sebagai
goiter nodusa non-toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan
berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami
keluhan karena tidak ada hipertiroidisme/hipotiroidisme, hanya datang berobat karena
keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya
gangguan mekanis yaitu penekanan esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya
tidak disertai nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.
Goiter non-toksik atau disebut juga dengan gondok endemik, berat-ringannya endemisitas
dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang, maka yodium
yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yodium yang diekskresi lewat urin. Kriteria
daerah endemis gondok yang dipakai oleh Departemen Kesehatan RI adalah sebagai berikut:
•Endemis ringan: prevalensi gondok 10-20%
3.4 Patofisiolgi
-Hipertiroidisme
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
HIPOTIROID
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid.
Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid
tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi
dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting
pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon
untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk
mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan
membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi
disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi
achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal,
bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan
hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang
tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
Pada bayi ditemukan kretinisme disertai retardasi mental, postur kecil, muka dan tangan
sembab. Sedangkan pada anak ditandai dengan retardasi mental dan gangguan tumbuh
kembang.
1.Kelambanan
2.Anemia
3.Perlambatandaya pikir
7.Konstipasi
9.Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
10.Kadang dijumpai depresi atau bahkan sangat agitatif yaitu myxedema madness
karenagangguan pada system saraf pusat. Biasa terjadi gelisah, paranoid, atau terlalu
senang.
7. apatis
8. konstipasi
1.Anamnesis
Ditanyakan apakah ada manifestasi klinis dari yang tertera diatas, obat atau terapi
apa yang sudah pernah dilakukan. Dan apakah pernah terjadi penyakit yang sama pada
keluarga
Indeks Wayne :
1.Pemeriksaan Fisik
b.Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada
pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat
pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran,
jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk
menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.
a.Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher
dalam posisi fleksi.Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan
menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
1. Tyroid Teraba 3 -3
2. Bising Tyroid 2 -2
3. Exoptalmus 2 -
4. Kelopak Mata Tertinggal Gerak Bola 1 -
Mata
5. Hiperkinetik 4 -2
6. Tremor Jari 1 -
7. Tangan Panas 2 -2
8. Tangan Basah 1 -1
9. Fibrilasi Atrial 4 -
10. Nadi Teratur - -3
<80 x/menit - -
80-90 x/menit +3 -
>90 x/menit
Interpretasi hasil :
Hipertiroid : ≥ 20
Eutiroid: 11 - 18
Hipotiroid: <11
Diagnosis Banding
-Hipertiroidisme
Penyakit graves terkadang terdapat dalam bentuk yang tidak biasanya dimana
diagnosisnya tidak begitu jelas. Pada beberapa kasus biasanya diagnosis penyakit dibuat
dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris. Walaupun begitu harus dibedakan antara eutiroid
dengan hipertiroid. Misalnya pada sindrom hipertiroksemia disalbumik familial, dimana
protein abnormal (albumin) terdapat pada serum yang sebagian mengikat T4 bukan T3 yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan T4 dan FT4I serum, dengan T3 dan T4 bebas serta
TSH normal. Dalam kasus ini tidak ditemui adanya gambaran klinis hipertiroid. Sehingga
apabila tidak teliti diagnosis hipertiroid akan tersingkirkan oleh kehadiran T3 serum dan TSH
normal
-Hipotiroid
Mongolisme/Sindrome Down
Sering disertai hipotiroid kongenital, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal tiroid secara
rutin.
1.Epikantus (+)
2.Makroglosi (+)
3.Miksedema (-)
4.Retardasi motorik dan mental
5.”Kariotyping”, trisomi 21
A.Farmakologi
1.Antitiroid
Golongan Tionamid
Mekanisme kerja
Terdapat dua khas obat, yaitu tiourasil dan imidazol. Tiourasil dipasarkan dengan nama
propiltiourasil (PTU) dan midazol dipasarkan dengan nama metimazol dan
carbimazol (neomercazol). Obat golongan ini memiliki dua efek, yaitu efek
intratiroid dan ekstratiroid.
1.Efek intratiroid
2.Efek ekstratiroid
Farmakokinetik
Propilitourasil pada dosis 100 mg mempunyai masa kerja 6-8 jam, sedangkan
metimazol pada dosis 30-4- mg bekerja selama ± 24 jam. Dengan dosis di atas,
keadaan eutiroid biasanya tercapai dalam waktu 12 minggu.
Efek samping
Reaksi yang sering timbul antara lain purpura dan papular rush yang kadang-
kadang hilang sendiri. Gejala lain yang biasanya timbul antara lain nyeri dan kaku
sendi terutama pada pergelangan dan tangan. Reaksi demam obat, hepatitis dan
nefritis dapat terjadi pada penggunaan propiltiurasil dosis tinggi. Agranulositosis
tergantung dosis terjadi pada metimazole sedangkan propiltiourasil tidak tergantung
dosis.
Indikasi
Untuk mengatasi gejala klinik sambil menunggu remisi spontan, dan sebagai
persiapan operasi. Juga dapat sebagai kombinasi yodium radioaktif untuk
mempercepat perbaikan klinis sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif.
Selain itu, antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme yang disertai pembesaran
kelenjar tiroid bentuk difus maupun noduler. Efek terapi tampak umumnya tampak
setelah 3-6 minggu terapi. Besarnya efek hambatan feungsi tiroid tergantung dari
berat ringannya gangguan fungsi sebelum pemberianobat, jumlah hormon yang
tersedia dan besarnya dosis yang diberkan. Dosis terapi biasanya tidak menghambat
fungsi tiroid secara total. Waktu yang dibutuhkan pasien berlainan.
Obat ini bekerja menghambat tranport aktif yodida ke dalam kelenjar tiroid.
Mekanisme obat ini menghambat secara kompetitif sodium iodide symporter yang
dapat menghambat masuknya yodium.
2.Yodida
3.Bila yodium dalam tiroid terdapat dalam jumlah cukup banyak terjadi hambatan
sintesis T3 dan T4.
Yodium dalam darah terdapat dalam bentuk yodida yang sebagian besar ditangkap oleh
tiroid dan sebagian lagi dalam bentuk PBI. Yodida digunakan dalam persiapan
operasi tiroid pada hipertiroidisme. Biasanya yodida tidak diberikan sendiri, tetapi
yodida diberikan setelah hipertiroidisme diatasi dengan antitiroid, yang biasanya
diberikan selama 10 hari sebelum operasi diberikan.
3.Yodium radioaktif
Terdapat beberapa yodium radioaktif, umpamanya 125I, 130I. Yang paling banyak dalam
biologis adalah 131 I adalah 8 hari, jadi baru kira- kira sesudah 56 hari kekuatan
radioaktifnya 1%. 131I memancarkan sinar β dan γ. Daya tembusnya sinar β
maksimal 2mm kira-kira 90% destruksi sel setempat disebabkan olek sinar tersebut.
Sinar γ , daya tembusnya besar kira-kira 10%. Indikasinya terutama digunakan pada
pasien:
b.penyakit grave yang menetap atau kambuh setelah tiroidektomi subtotal atau setelah
memakai obat antitiroid dalam jangka waktu lama .
e.karsinoma tiroid
Kontraindikasi :
Tidak boleh diberikan pada kehamilan dan anak-anak. Sebaiknya diberikan untuk pasien
yang berusia lebih dari 25 atau 30 tahun. Efek terhadap tiroid yaitu sinar yang ynag
dipancarkan mempengaruhi jaringan parenkim sekeliling folikel. Pada umumnya
tidak memberikan efek gangguan pada tiroid apabila digunakan dosis yang rendah,
dan sebaliknya. Sediaan larutan natrium yodida 131 I dapat diberikan oral dan IV
sedangkan kapsul natrium yodida 131 I tersedia dalam bentuk oral.
Efek samping:
•Mual
•Sakit kepala
•Insomnia
•Fatigue
Kontraindikasi:
•Asma
•Bradiaritmia
•Raynaud phenomenon
A.Non Farmakologi
1.Pembedahan Tiroid
e.Tiroidektomi total, contoh indikasi: keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limfe
g.Subtotal tiroidektomi
−Keganasan.
Kelenjar tiroid yang diangkat 3-8 g tanpa mengangkat kelenjar paratiroid dan
N. laryngeal. Angka kematian dari prosedur ini amatlah rendah, kurang dari 0,1%.
Subtotal tiroidektomi adalah cara teraman dan tercepat dalam mengkoreksi keadaan
tirotoksikosis, frekuensi timbulnya kembali hipertiroidism dan hipotiroidism
tergantung dari jumlah tiroid yang diambil. Pada pembedahan yang berhasil dan
persiapan preoperasi yang baik, cidera pada nervus laryngeal dan kel paratiroid
didapatkan kurang dari 2% kasus.
Tindakan Pembedahan
1. Curiga keganasan
5. kosmetik
• kontraindikasi operasi
a. pasien usia muda dengan struma besar yang tidak respons obat antitiroid
b. pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c. alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
e. pasien penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
1. Perdarahan
5. Hipokalsemia
6. Pneumotoraks
7. Emboli udara
9. Hipertiroidism recurrent
10. Hipotiroidism
2.Iodium radioaktif.
3.8 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas
dan terpencil.Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa,
yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan
air minum.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali
dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang
dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
2. Pencegahan Sekunder
3. Pencegahan tersier
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan
bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui melakukan
fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan,
sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu yang
berhubungan dengan kecantikan.
3.9 Prognosis
Pada hipertiroidisme, 30% anak yang mendapatkan obat antitiroid mencapai remisi
dalam 2 tahun. 75% pasien relaps dalam 6 bulan setelah berhenti obat, sedangkan hanya 10%
relaps setelah 18 bulan. Pengobatan dini pada pada penderita hipotiroidisme memberikan
prognosis lebih baik (Yati, N.P, 2017).
3.10 Komplikasi
Hipotiroidisme
Pemeriksaan menunjukkan bradikardi, hipotermia berat dengan suhu tubuh mencapai 24°
C (75° F).Pasien biasanya wanita, tua, gemuk, kulit kekuningan, suara parau, lidah besar,
rambut tipis, mata bengkak, ileus dan refleks-refleks melambat. Mungkin ada tanda
penyakit lain seperti pneumonia, infark miokard, trombosis serebral atau perdarahan
gastrointestinal.
2. Miksedema dan Penyakit Jantung :Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan
penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian
levotiroksin seringkali dihubungkan dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, infark
miokard. Namun karena sudah ada angioplasti koronaria dan bypass arteri koronaria,
pasien dengan miksedema dan penyakit arteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan
terapi penggantian tiroksin yang lebih cepat dapat ditolerir.
Hipotiroidisme
Gejala : hipermetabolisme yang menonjol dan respons adrenergik berlebihan. Febris dari
38 sampai 41°C (10-106°F), flushing dan keringat berlebihan.Takikardi berat hingga
fibrilasi atrium, tekanan nadi tinggi dan terkadang gagal jantung.Gejala SSP seperti agitasi
berat, gelisah, delirium, dan koma.Gejala GIT seperti nausea, muntah, diare dan
ikterus.Akibat yang fatal berhubungan dengan gagal jantung dan syok.
Gejala yang paling menonjol adalah hiperpireksia yang jauh lebih berat dari tanda-tanda
lain serta hasil lab berupa peningkatan T4, FT4 dan T3 serum, serta kadar TSH yang
tersupresi.
2. Aritmia akibat kontraksi otot jantung tidak teratur dan serangan jantung
3. Pada kehamilan meliputi morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan bayi baru
lahir.Pada ibu dapat diinduksi hipertensi pada kehamilan, pre-eklamsia, gagal jantung,
danpersalinan preterm. Pada janin dan neonatus dapat terjadi kelahiran mati,
goiter,hipertiroiditis dan hipotiroiditis
4.1 Radiologi
❖ Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak
di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/
nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang
dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
❖ Sidik Tiroid
Sidik tiroid dilakukan dengan menggunakan dua macam isotop yaitu iodium
radioaktif (I-123) dan teknetium perteknetat (Tc-99m dengan cara melihat kemampuan
tiroid menangkap radiofarmaka. Cara ini berguna untuk menetapkan apakah nodul
dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal yang umumnya
disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau nodul normal. Kemungkinan
keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang menunjukkan hipofungsi, meskipun
karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul yang berfungsi normal.
1.Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini
menunjukkan fungsi yang rendah.
2.Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini
memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
3.Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul
sama dengan bagian tiroid yang lain.
Dari hasil pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dibedakan apakah yang kita hadapi itu
suatu keganasan atau sesuatu yang jinak. Keganasan biasanya terekam sebagai nodul dingin
dan soliter tetapi tidak berarti bahwa semua nodul dingin adalah keganasan. Liecthy
mendapatkan bahwa 90% dari nodul dingin adalah jinak dan 70 % dari semua nodul jinak
adalah juga nodul dingin. Nodul yang hangat biasanya bukan keganasan. Namun Alves dkk
pada penelitiannya mendapatkan 2 keganasan di antara 24 nodul hangat. Apabila ditemukan
nodul yang panas ini hampir pasti bukan suatu keganasan.
Jaringan
1. Makroskopis
2. Mikroskopis
3. Molekular
• TTF-1
• BRAF
• RAS
• Marker lain
4.3 Laboratorium
Pemeriksaan ini dipengaruhi kadar & afinitas ikatan TBG, TBPA & albumin
!Free T3 dan T4 (fT3 dan fT4)
Kadar normal fT3 : 0,4 % sedangkan fT4 : 0,04%
Uji Hipotalamus-Hipofisis
!Kadar TSH
N : 0,3 – 4,2 mU/L
Positif pada penyakit Grave, digunakan untuk memantau terapi OAT pada penyakit Grave
dan konfirmasi hipertiroid neonatal.
a. Anti-TPO
a. Anti Tiroglobulin
!Inflamasi
Tiroglobulin
!Keganasan
b.Tiroglobulin (Tg)
a.Anti Tiroglobulin
b.Calsitonin
5.1 Indikasi
¤ Ruang lingkup
Benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan disertai tanda penekanan,
suara parau, sesak nafas, gangguan menelan, konsistensi keras, mobilitas terbatas, bisa
disertai pembesaran kelenjar getah bening leher, memerlukan FNAB untuk menentukan
keganasan
¤ Indikasi
c.Karsinoma tiroid yang masih operable.
¤ Kontra Indikasi
•Karsinoma tiroid stadium lanjut (inoperabel).
5.2 Klasifikasi
5.3 Komplikasi
¤ Komplikasi Operasi
•Cedera pada cabang eksternus mengakibatkan perubahan tonus suara penderita, bila
berbicara agak lama maka penderita merasa capek dan suara makin menghilang.
•Cedera pada cabang internus mengakibatakan penderita tersedak bila minum air.
•Kerusakan n. rekuren
• Hipokalsemia transien dapat terjadi 1-2 hari pasca-bedah. Oedema pada paratiroid
• Bila timbul gejala klinis seperti parestesi, kram, kejang, perlu diberi terapi dengan
pemberian pelan intravena kalsium glukonat 10 % sebanyak 10 ml, disertai kalsium
2 buah atau lebih, atau terjadi kerusakan vaskularisasinya. Untuk mencegah hal ini
dianjurkan untuk melakukan autotransplantasi kel. paratiroid pada m.
sternokleidomastoideus. Autotransplantasi kel. paratiroid ini memiliki daya hidup yang
tinggi
-Mortalitas
tiroidektomi total yang dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman kurang dari 0,2%
dan dalam sejumlah banyak seri yang dilaporkan angka kematiannya adalah 0%.
-Pasca bedah
Pascabedah penderita dirawat di ruangan selama 1-2 hari, diobservasi kemungkinan
terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan dan
obstruksi jalan nafas.
-Follow up
Pasca bedah tiroidektomi total karena karsinoma tiroid, 3-4 minggu kemudian dilakukan
pemeriksaan sidikan I131 seluruh tubuh. Bila ada uptake yodium dilakukan ablasi dengan
I131 di Bagian Radionuklir. Bila tidak ada uptake, diberi terapi hormonal yaitu ekstrak
hormon tiroid, dosis 50 mcg/hari dan ditingkatkan sampai pemeriksaan TSH menunjukkan
< 0.01. Dosis ini diberikan seumur hidup.
Jadwal follow-up :
• Keadaan klinis dan faal tiroid (T3,T4,TSH) setiap kali pasien kontrol
b.Diperiksa hormon tiroglobulin setiap kontrol bila hormon tiroglobulin > 10 ng/l, periksa
Sidikan I131 seluruh tubuh untuk mencari kekambuhan atau metastasis.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
Feld S, Garcia M: AACE Clinical Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of
Thyroid Nodules. 1996.
Ganong W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gunawan ,SG.(2012).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi dan
Terapeutik FKUI
Guyton, Arthur dan John. E. Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapura : Elsevier
Harrison’s : Principles of Internal medicine, 18th
http://www.medicinesia.com/hematologi-onkologi/massa-tiroid-struma-dan-keganasan-pada-
tiroid/
Sherwood, L., 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 8. EGC: Jakarta
Sudoyo, AW. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing