Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


Nama Mata Kuliah : Perpajakan
Kode Mata Kuliah : EKSI4206
Jumlah sks : 3 sks
Nama Mahasiswa : Yokka Febriola Daussy
NIM : 043119824
Kelas : 18
Tugas Minggu Ke- : 3
UPBJJ : Makassar (80)

No Tugas Tutorial
1 Jelaskan pengertian Sunset Policy dan pengaturan hal-hal terkait Sunset
Policy berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan!

2 Berikan penjelasan tentang:


a. Pengertian Surat Ketetapan Pajak
b. Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan dalam hal-
hal apa saja Direktur Jenderal Pajak menerbitkan SKPKB?

3 a. Berikan penjelasan tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak!


b. Hitunglah berapa PTKP Wajib Pajak yang telah menikah, istri tidak
bekerja dan memiliki tanggungan 2 anak!

* coret yang tidak sesuai


1. Sunset Policy merupakan salah satu isu kontemporer sebelum Tax Amnesty.
Pemerintah mencanangkan Sunset Policy agar Wajib Pajak patuh dalam melaporkan
kewajiban perpajakannya.
Sunset Policy merupakan kebijakan pemberian fasilitas perpajakan dalam bentuk
penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga untuk pajak penghasilan
orang pribadi atau badan yang diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Berdasarkan pasal tersebut, dijelaskan bahwa:
a. Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih
harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1
(satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini, dapat diberikan pengurangan
atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi administrasi atas
pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data
atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang disampaikan
Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar.

Sumber:
Dara, Amin, Abdul Halim. 2021. Perpajakan. Tangerang Selatan: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. (Hal. 1.20 s.d 1.21)

2. Surat Ketetapan Pajak (SKP)


a. Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB).
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang
masih harus dibayar.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP) Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir
Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, disebutkan bahwa Ditjen Pajak
dapat menerbitkan SKPKB dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak.
Dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang 6/1983 itu pun dijelaskan sejumlah kondisi
yang membuat Ditjen Pajak mengeluarkan SKPKB. Kondisi dimaksud adalah:
1) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang pajak dibayar.
2) Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran.
3) Asal tahu saja, jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa paling
lambat 20 hari setelah akhir masa pajak, Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak (WP) pribadi paling lama 3 bulan setelah
akhir tahun pajak, sementara SPT PPh WP badan paling lama 4 bulan setelah
akhir tahun pajak.
4) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
ternyata tidak seharusnya dikenai tarif 0%.
5) Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tentang pembukuan
atau Pasal 29 tentang pemeriksaan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat
diketahui besarnya pajak yang terutang.
6) Apabila kepada Wajib pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

Sumber:
Dara, Amin, Abdul Halim. 2021. Perpajakan. Tangerang Selatan: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. (Hal. 2.3).
https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/skpkb Diakses pada tanggal 4
November 2021.
3. Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri,
diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berdasarkan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU PPh dan PMK Nomor
101/PMK.010/2016.
a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan jumlah pendapatan wajib pajak
pribadi yang dibebaskan dari PPh Pasal 21. Pembebasan tersebut didasarkan pada
ambang batas tarif PTKP. Jika penghasilan tahunan melebihi ambang batas, maka
wajib pajak harus membayar PPh.
b. PTKP Wajib Pajak yang telah menikah, istri tidak bekerja dan memiliki
tanggungan 2 anak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
101/PMK.010/2016 sebesar Rp67.500.000,00 yang dapat dihitung sebagai berikut:
No Keterangan Nilai PTKP (Rp)
1 WP Orang Pribadi 54.000.000,00
2 Tambahan untuk WP Kawin 4.500.000,00
3 Anak 2 orang (Rp4.500.000/tanggungan maks. 9.000.000,00
3 tanggungan)
Total PTKP 67.500.000,00

Sumber:
Dara, Amin, Abdul Halim. 2021. Perpajakan. Tangerang Selatan: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. (Hal. 3.23).
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/ptkp-2021 Diakses pada tanggal 4
November 2021.

Anda mungkin juga menyukai