Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Sekarang ini sudah masuk di era digital, dimana semua kegiatan

bisa dilakukan dengan cara yang lebih canggih. Secara umum era digital

adalah suatu masa yang sudah mengalami perkembangan dalam segala

aspek kehidupan menjadi serba digital.

Media digital membuka ruang komunikasi dan partisipasi politik

dengan meningkatkan kemungkinan interaksi antara elemen penting

didalamnya yakni partai dan institusi Negara. Hal tersebut dilandasi oleh

karakter baru Internet yang tidak dimiliki media massa tradisional yakni

interaktif, aktif dan kreatif, langsung, menjamin kesetaraan dan

berjaringan (Dijk, 2013). Mendukung pernyataan tersebut,

Tsagarousianou (1999) membuat 3 klaim positif tentang peran Internet

selama 25 tahun terakhir dalam proses demokrasi yakni membuka ruang

pertukaran dan konfirmasi informasi, mendorong debat publik dan formasi

deliberasiserta partisipasi warga dalam pengambilan keputusan politik.

Komunikasi politik sebagai salah satu hal krusial dalam proses

demokrasi juga mengalami transformasi. Internet sebagai media baru

memunculkan konsekuesi praktik diskusi politik yang tidak hanya

berlangsung di ruang nyata namun juga komunikasi yang dimediasi ruang


maya. Misalnya aktivitas politik yang kini dimediasi internet atau yang

disebut politik siber. Dengan internet, demonstrasi dengan mengerahkan

massa di jalanan diganti dengan epetition, pemungutan suara langsung

dilakukan dengan epolls dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan

kebijakan dapat dilakukan dengan eparticipation. Komunikasi politik yang

semula berupa pidato atau orasi calon pemimpin pemimpin, kini tidak

hanya dilakukan di lapangan terbuka, namun dimediasi Internet melalui

media sosial seperti Facebook, Twitter dan YouTube dalam bentuk

kampanye di dunia maya (cyber-campaign). Internet yang memfasilitasi

proses komunikasi politik telah banyak terjadi di berbagai negara di dunia.

Salah satu contoh yakni ‘kebangkitan Dunia Arab’ atau yang lebih dikenal

dengan Arab Spring tahun 2010. Dalam peristiwa itu, Internet terutama

media sosial terbukti memfasilitasi mobilisasi massa untuk

menumbangkan rezim otoriter di Tunisia, Mesir, Bahrain, Turki, dan lain

sebagainya (Khamis, 2013). Selain itu, gerakan Occupy Wall Street tahun

2011 di New York yang diikuti gerakan serupa di berbagai negara di

dunia, sukses dilakukan para aktivis pejuang kesetaraan ekonomi dan

sosial (Tremayne, 2014). Di Asia, salah satu contoh kesuksesan media

sosial dalam memfasilitasi gerakan kolektif diataranya terjadi di Hongkong.

Gerakan sosial yang disebut Gerakan Payung (Umbrella Movement)

dilakukan setengah juta pelajar menuntut demokrasi di Hongkong kepada

Beijing (Druzin & Jessica Li, 2015). Sementara itu, di Amerika Serikat,

kemenangan Obama 2007-2008 membuktikan efektifitas Internet dalam


memfasilitasi komunikasi politik antara elite dengan sipil yang salah

satunya menjadi penentu kemenangan calon presiden dari ras marginal di

Amerika yakni kulit hitam (Edge, 2010).

Dalam konteks Indonesia Internet juga telah banyak berkontribusi

dalam proses komunikasi politik online sejak Internet masuk tahun 1990-

an. Di awal keberadaannya, secara ekonomi dan politik Internet menjadi

medium alternatif yang lepas dari kontrol rezim Soeharto. Namun

demikian, sebagaimana dikemukakan (Lim, 2003, 274-85; Hill & Sen,

2005) internet memang bukan penentu tumbangnya Orde Baru karena

saat itu akses Internet hanya menjangkau satu persen masyarakat

Indonesia. Meski demikian, Internet berperan krusial dalam memberikan

alternatif informasi yang saat itu ‘belum bisa’ disediakan media tradisional

(televisi, radio, surat kabar, majalah) – yang notabene berada di bawah

kontrol rezim Soeharto. Contohnya, artikel berjudul ‘Daftar Kekayaan

Soeharto’ yang ditulis Saat ini peran Internet semakin krusial dalam dunia

politik di Indonesia, baik secara positif maupun negatif. Dalam konteks

diskusi komunikasi politik di Indonesia kedepan dipastikan akan selalu

bersinggungan dengan teori komunikasi politik online. Hal ini dilandasi

beberapa argumen; pertama, Internet di Indonesia terus berkembang baik

dari sisi jumlah pengguna maupun teknologinya. Mulai dengan

menjangkau satu persen dari total penduduk di tahun 1998 (Lim, 2003,

275) kini penetrasi Internet di Indonesia sudah diatas 50 persen dari total

penduduk Indonesia (APJII, 2016). Tingginya tingkat pengguna Internet di


Indonesia telah memberikan dampak terhadap maraknya aktifitas yang

lebih dikenal sebagai politik siber (cyber politic) yakni penggunaan media

online sebagai sarana berkomunikasi politik. Pemilihan umum 2014

merupakan salah satu contoh nyata penggunaan Internet terutama sosial

media dalam proses komunikasi politik. Kedua, terkait dengan publik

sebagai elemen komunikasi politik penting, memposisikan internet

sebagai harapan baru masyarakat Indonesia ditengah menipisnya

kepercayaan masyarakat terhadap media/ pers tradisional yang kini lebih

dikontrol kekuasaan pasar dan politik (Nugroho, 2012; Patria, 2013).

Sebagaimana diketahui, Era Reformasiberhasil mengesahkanUU No 40

tahun 1999 tentang kebebasan pers yang membuka ruang luas pada

masyarakat Indonesia untuk mendirikan media massa. Pasca Reformasi,

media massa di Indonesia mengalami apa yang disebut euforia karena

selama puluhan tahun media dibungkam Soeharto. Namun demikian,

sekitar 10 tahun pasca Era Reformasi ini, media massa menemukan

tantangan baru. Kontrol atas media massa/ pers tetap terjadi hanya

berbeda aktor pengontrolnya saja. Jika di Era Orde Baru kontrol dilakukan

negara di Era Reformasi media dikontrol oleh kepentingan ekonomi dan

politik. Dengan sistem media massa yang demikian, alih-alih memberikan

ruang yang memadahi bagi warga sipil untuk berekspresi, media massa/

pers justru memberikan ruang pada kekuasaan politik untuk para elite.

Maraknya konflik juga dipahami sebagai salah satu akibat dari

semakin berjaraknya antara elit politik dengan masyarakat. Sistem politik


yang ada tidak menjadikan saluran – saluran – saluran komunikasi politik

berjalan secara sehat. Masyarakat kehilangan saluran untuk

berkomunikasi dan menyampaikan suara dan aspirasi politiknya dalam

usaha untuk menciptakan tatanan politik dan masyarakat yang demokratis

.konflik dan kekerasan untuk itu menjadi semacam saluran komunikasi

masyarakat.

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang

surut. masalah pokok yang kita hadapi ialah bagaimana dalam

masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya, mempertinggi tingkat

kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan

politik yang demokratis. Pada pokoknya masalah ini berkisar pada

menyusun suatu sistim politik di mana kepemimpinan cukup kuat untuk

melaksanakan pembangunan ekonomi serta nation building, dengan

partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator.

Dalam konteks demokrasi, sejatinya partai politik dan internet

mempunyai peran yang saling melengkapi. Internet bertindak sebagai

kontrol atas realitas sosial politik yang disampaikan kepada masyarakat

luas dalam bentuk informasi. Sedangkan partai politik menjadi institusi

yang menyerap persoalan masyarakat akar rumput (grass root) untuk

diselesaikan di tingkat pemerintah. Tujuan keduanya sinergis, yakni

bagaimana demokrasi dijalankan dan bagaimana kesejahteraan rakyat

menjadi prioritas. Tentu saja dalam perkembangannya, banyak pihak yang

terlibat
Media massa dapat menciptakan image tertentu terhadap siapa

atau apa saja, seraya memobilisir kesadaran menurut yang

dikehendakinya. Proses hegemoni kesadaran media massa ini tidak bisa

lepas dari berbagai kepentingan.dalam pemanfaatan media massa

sebagai instrumen pemenuhan kepentingan. Hal ini dimanfaatkan pada

pilkada Kabupaten Maros untuk menyampaikan pesan politik dalam

rangka mensukseskan pasangan Chaidir Syam (Calon Bupati dari PAN)

yang akan disandingkan dengan Suhartina Bohari(Calon Wakil Bupati dari

Partai Golkar), yang didukung oleh partai-partai besar, seperti Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, Partai Persatuan

Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan

Bintang (PBB), Partai Hanura dan didukung pula oleh Partai Gelora dann

Partai Berkarya.

Berpasangannya Chaidir Syam dan Suhartina Bohari dalam koalisi

‘Hati Kita Keren’, yang diusung oleh koalisi partai besar menjadi fenomena

menarik. Bertemunya Chaidir Syam dan Suhartina Bohari adalah

semacam reuni, mereka berdua pernah sama-sama menjadi anggota

DPRD. Pasangan Hati Kita Keren mengusung sejumlah program prioritas

yang diistilahkan “Program Keren” sebagai gagasan dalam memajukan

Maros kedepan, sesuai visi utama pasangan Hati Kita Keren yaitu

“Terwujudnya Masyarakat Maros Yang Sejahtera, Religius dan Berdaya

Saing”.
Pertama, penciptaan 20.000 lapangan kerja baru, hal ini untuk

menjawab realitas di Kab. Maros terkait masih banyaknya pengangguran

apalagi dengan situasi pandemi covid 19 ini, otomatis pengangguran

makin meningkat karena sejumlah perusahaan terpaksa melakukan PHK.

Selain itu mencari solusi jangka panjang dalam upaya mengatasi krisis air

bersih diwilayah pesisir Maros, dengan kebijakan menyiapkan sumber-

sumber air baku, berupa rehabilitasi dan pembangunan bendungan-

bendungan air serta pembuatan kolam-kolam penampungan air kemudian

membangun manajemen tata kelola air dan lingkungan yang baik dan

moderen, untuk menghindari bencana banjir tidak terjadi lagi di Kab.

Maros.

Bantuan modal usaha berbasis dusun dan RW untuk membangun

dan menumbuhkan wirausaha di Desa, sehingga lahir produk-produk

ekonomi lokal. Bantuan seragam gratis untuk siswa SD/MI dan SMP/MTS

ketika memasuki tahun ajaran baru. Bantuan fasilitas belajar dari rumah

bagi siswa selama pandemi covid 19. menjamin ketersediaan pupuk,

bantuan alat mesin pertanian (alsintan) untuk petani dan alat tangkap

untuk nelayan, bantuan pembayaran premi BPJS kesehatan bagi

masyarakat yang belum terdaftar, memastikan ketersediaan bahan pokok

dengan harga yang terjangkau, melanjutkan pembangunan infrastruktur

jalan, jembatan, serta infrastruktur pertanian, pendidikan dan kesehatan,

dan terakhir pemberdayaan perempuan melalui pelatihan-pelatihan soft

skill agar SDM perempuan-perempuan di Maros terus berkembang dan


maju. Itulah program kerja yang akan dilaksanakan oleh Chaidir Syam

dan Suhartina Bohari

Meskipun Kampanye dimasa pendemi tidak membuat masyarakat

atau politikus berhenti menyuarakan aspirasi atau pilihannya keseluruh

masyarakat yang berada di daerahnya masing-masing.

Melalui media massa sejumlah pertemuan dengan masyarakat

kerap dimanfaatkan sebagai momentum untuk mensosialisasikan

pasangan Chaidir Syam dan Suhartina Bohari (Hati Kita Keren).

Pasangan calon Bupati ini juga gencar menggalang sosialisasi hingga

tingkat kecamatan, mereka juga menyebarkan sejumlah spanduk, pamflet

hingga pemasangan baliho ‘raksasa’ di sudut – sudut Kabupaten Maros

selain itu strategi kampanye di tengah pandemi Covid-19 dilakukan paslon

nomor urut 2 di Pilkada Maros 2020, Chaidir Syam-Suhartina Bohari.

Salah satunya dengan menggelar kampanye virtual. Namun tidak asal

virtual. Konsepnya, kata Master Campaign HatiKita Keren, Andi

Muhammad Irfan AB, dirancang matang dan canggih. Ribuan orang

menyaksikannya. Sebab, tim Hati Kita Keren merancang acara nonton

bareng dengan protokol covid-19 di 1.000 titik pada 103 desa dan

kelurahan di 14 kecamatan Chaidir-Suhartina yang akan menyampaikan

visi misinya. Bahkan, Chaidir-Suhartina PAN, PBB, PPP, dan Hanura

melakukan kontrak politiknya di situ.

KPU Kabupaten Maros menetapkan hasil perolehan suara Pilkada

2020 pada pukul 23.58 Wita, 16 Desember 2020, rekap yang berlangsung
selama 14 jam ini berjalan lancar. Hasil rekap tersebut kemudian

dituangkan ke dalam berita acara model D hasil kabupaten-KWK yang

ditandatangani oleh 5 Komisioner KPU Maros beserta saksi dari ketiga

pasangan calon, dan menetapkan pasangan “Hati Kita Keren” (Chaidir

Syam-Suhartina Bohari) sebagai pemenang pilkada Kabupaten Maros

dengan perolehan suara sebesar 82.770 suara dari 195.590,

mengalahkan pasangan pasangan calon nomor urut 1 Andi tajerimin Nur –

Havid S Fasha memperoleh suara sebanyak 48.308 dan pasangan calon

nomor urut 3 Andi Harmil Mattotorang – Andi Ilham Nadjamuddin

sebanyak 64.512

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maros menggelar penetapan hasil

Pilkada Maros 2020. penetapan itu dilaksanakan di Convention Hall Grand

Town Mandai pada Sabtu, 23 Januari 2021 pukul 10.00 WITA. Bupati

Maros terpilih, Chaidir Syam bersama wakilnya, Suhartina Bohari. Hasil

perolehan suara ini diterima oleh seluruh saksi masing-masing pasangan

calon sehingga secara definitif Kabupaten Maros akan dipimpin oleh

Chaidir Syam - Suhartina Bohariuntuk periode tahun 2021-2025.

Praktik komunikasi politik dewasa ini, dalam era reformasi dan

memasuki era digital, yaitu denga makin massifnya jaringan internet

sampai kepelosok daerah di tanah air dan global, menjadikan praktik

komunikasi politik makin luas dan substansinya bertambah lagi. Bila

pada dua dekade yang lalu, praktik komunikasi politik masih

mengandalkan pada media massa konvensional, dengan ukuran–ukuran


yang terbatas dengan segment public yang tidak begituluas, maka

keadaan ini berubah dewasa ini, dengan makin luasnya jaringan

internet,maka public yang dijangkau juga seluruh nasional bahkan global

Tidak dapat dipungkiri, internet merupakan teknologi informasi dan

komunikasi yang paling digemari sekaligus fenomenal. Internet sebagai

media sosial dan komunikasi telah membantu penggunanya untuk

terhubung antara satu dengan yang lainnya melalui situs jejaring sosial

tanpa terbatas ruang dan waktu. Internet merembas ke segala penjuru

kehidupan kita. Perkembangan internet mengubah masyarakat dunia

nyata menjadi masyarakat dunia maya. Dunia maya itulah yang kemudian

membidani terlahirnya masyarakat digital atau new media.

Media baru atau media jejaring sosial begitu kuat mempengaruhi

politik, yang berimbas pada dunia politik secara keseluruhan; dari mulai

partai politik, pemilihan umum, positioning partai politik dan para politisi,

marketing politik, kampanye politik, komunikasi politik, hingga pencitraan.

Semuanya dapat disajikan melalui dunia digital. Media dengan

kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas

dan akhirnya mendistribusiakan kepada khalayak kalau sesuatu itu

penting. Media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini

selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya

kesinambungan pemakaian media. Dalam konteks komunikasi Politik di

Era Digital menjadikan dirinya sebagai medium pesan politik sehingga


kenyataannya kekuasaan dan pengaruh secara terus menerus di produksi

dan didistribusikan oleh Internet

Karena dalam perkembangannya Internet banyak digunakan

sebagai medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka penulis

tertarik untuk mengamati Komunikasi Politik di Era Digital dan selanjutnya

dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Komunikasi Politik di

Era Digital Pada Pasangan H.A.S. Chaidir Syam dan Hj. Suhartina

Bohari Dalam Pilbup Kabupaten Maros Priode 2021-2025”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, Secara sederhana

perumusan masalahnya adalah :

a. Bagaimanakah Sosialisasi Politik pasangan Chaidir Syam–

Suhartina Bohari (Hati Kita Keren) melalui Media Internet dalam

Pilkada Kabupaten Maros?

b. Apa saja Faktor pendukung dan penghambat yang didapat oleh

pasangan Chaidir Syam – Suhartina Bohari(Hati Kita Keren) dalam

Pilkada Kabupaten Maros?

C. Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di

atas, maka ada beberapa tujuan yang dicapai dari penulis skripsi

ini, yaitu :
a. Bertujuan untuk menjelaskan dan menampilkan hal-hal

yang terkait dengan sosialisasi politik pasangan Chaidir

Syam dan Suhartina Bohari (Hati Kita Keren) melalui

Media Internet pada Pilkada Kabupaten Maros.

b. Bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan

penghambat apa saja yang didapat oleh pasangan

Chaidir Syam – Suhartina Bohari(Hati Kita Keren) dalam

Pilkada Kabupaten Maros.

2. Manfaat Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka manfaat dari

penelitian ini adalah :

a. Secara Akademis, tulisan ini diharapkan bisa memberi

tambahan wacana dan referensi untuk keperluan studi

lebih lanjut dan menjadi bahan bacaan kepustakaan.

b. Secara Praktis, dengan tulisan ini penulis berharap

dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang

Komunikasi politik terutama bagaimana kiat komunikasi

politik melalui media massa, dan tata cara komunikasi

politik yang baik bagi penulis sendiri maupun bagi

mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Politik

1. Pengertian Komunikasi Politik

Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu

politik, meskipun penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah

propaganda. Ini dimulai pada tahun 1922 dengan penelitian dari

Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang meneliti tentang

opini publik pada masyarakat.

Membicarakan Komunikasi Politik tidak semudah dengan

membicarakan gerakan politik. Kesulitan itu muncul karena ada

dua konsep yang mengusung disiplin ilmu ini, yakni konsep

“komunikasi” dan konsep “politik.” Komunikasi politik adalah

sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas berbagai

macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses

komunikasi dan proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan

dan dimeriahkan oleh persaingan teori, pendekatan, agenda dan

konsep dalam membangun jati dirinya.

Komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang

diklaim sebagai studi tentang aspek-aspek politik dari komunikasi


publik, dan sering dikaitkan sebagai komunikasi kampanye pemilu

karena mencangkup masalah persuasi terhadap Pemilih, debat

antarkandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat

kampanye.

Komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat dan

istimewa karena berada dalam kawasan (domain) politik dengan

menempatkan komunikasi pada posisi yang sangat fundamental.

Komunikasi politik menyambungkan semua bagian dari sistem

politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi

berbagai kebijaksanaan.

Komunikasi Politik (Political Communication) merupakan

gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda namun terkait sangat

erat, yakni Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik. Oleh karena itu,

sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian dan proses

komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian

komunikasi dan politik.

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah

sikap, pendapat, perilaku baik langsung maupun tidak langsun.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa ingris communication

berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah


sama makna. Dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap,

prilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh

komunikator.

Komunikasi bukan sekadar penerusan informasi dari suatu

sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai

penciptaan kembali gagasan-gagasan informasi oleh publik jika

diberikan petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema pokok.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat

dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali

mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell

dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in

Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk

menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan

sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With

What Effect?

Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah

sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia,

tentu masing-masing orang mempunyai cara sendiri, tujuan apa

yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada siapa. Jika kita

menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap definisi

komunikasi yang telah dikemukakan, kita dapat menemukan

adanya sejumlah unsur yang mendukungnya. Paradigma

Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima


unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator

sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam

komunikasi antar manusia sumber bisa terdiri satu orang,

tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai,

organisasi, lembaga atau negara.

2. Pesan (mengatakan apa?)

Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat

disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media

komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,

informasi, nasihat atau propaganda.

3. Media (melalui canel/media apa?)

Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber kepada penerima. Media komunikasi

ada yang berbentuk saluran antarpribadi, media kelompok,

dan ada pula dalam bentuk media massa.

4. Komunikan (kepada siapa?)

Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber. Bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam

bentuk organisasi, instansi, partai atau negara.

5. Efek (dengan dampak/efek apa?).


Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,

dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan pengaruh ini bisa terjadi pada

pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.

Dalam bentuknya yang paling sederhana, proses

komunikasi terdiri dari pengirim, pesan, dan penerima. Suatu

tindakan komunikasi bermula dari si pengirim. Karena itu,

kualitas komunikasi sebagian besar tergantung dari

keterampilan si pengirim. Ia harus tahu isi pesan yang ingin

disampaikannya, siapa penerimanya, dan dengan sarana apa

pesan itu ingin disampaikan. Selain itu ia juga harus tahu

kapan pesan itu harus disampaikan. Kemudian tanggung jawab

final dari si pengirim ialah mencari feedback atau umpan balik

dan mengevaluasi secara hati-hati.

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut,

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. Komunikasi berlangsung apabila

terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh

komunikan. Dan jelas masing-masing orang mempunyai

perbedaan dalam mengaktualisasikan komunikasi tersebut.

Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan

sebuah definisi yang lebih luas bahwa komunikasi terjadi kapan


saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek

atau stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan

sekitarnya.

Meski definisi yang dibuat para pakar memiliki

perspektif yang berbeda satu sama lainnya menurut

latarbelakang disiplin ilmu yang membuat definisi itu, pada

dasarnya definisi-definisi itu tersebut tidak terlepas dari

substansi komunikasi itu sendiri.

Pengertian Politik Dalam kehidupan kita sehari-hari

istilah politik sudah tidak begitu asing karena segala sesuatu

yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau

kekuasaan sering kali diatasnamakan dengan label politik. Jika

dianggap bahwa ilmu politik mempelajari politik, maka perlu

kiranya dibahas dulu istilah politik itu. Dalam kepustakaan ilmu

politik ternyata ada bermacam-macam definisi mengenai

politik. Karena pada perkembangannya, komunikasi juga

melahirkan apa yang disebut komunikasi politik. Jika dilihat dari

pengertian komunikasi, tak heran jika ia pun sanggup

merangkul studi politik.

Istilah ilmu politik (science politique) pertama kali

digunakan oleh Jean Bodin di Eropa pada tahun 1576,

kemudian Thomas Fithzerbert dan Jeremy Betham pada tahun

1606. akan tetapi istilah politik yang dimaksud ialah ilmu


negara sebagaimana tertulis dalam karya-karya sarjana Eropa

daratan yang bersifat institusional yuridis.

Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang

menunjukkan sifat pribadi (adjektive of person) atau sifat

perbuatan (adjektive of action). Di sini politik berarti bertindak

bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise). Kata yang lain

adalah politics (dengan ”s”) yang berarti seni atau ilmu tentang

pemerintahan (the art government). Asal kata politik adalah

dari bahasa latin politicos, embrionya adalah kata polis yang

berarti kota. Sedangkan dalam bahasa dikenal dengan kata

sifat yang salah satu artinya adalah politik, sedangkan

maksudnya di sini, politik adalah muslihat, tindakan akal,

kebijakan dengan tujuan mencapai suatu maksud. Pada

umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah

bermacam- macam kegiatan dalam suatu sistim politik (atau

negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan

dari sistim itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah

yang menjadi tujuan dari sistim politik itu menyangkut seleksi

antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari

tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh

masyarakat (public goal), dan bukan tujuan pribadi seseorang


(private goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai

kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang

(individu).

Ada berbagai definisi yang diberikan oleh para ilmuan

diantaranya menurut Soelistyati Ghani dalam bukunya

Pengantar Ilmu Politik menurutnya dua arti kata politik yang

penting adalah :

a. Pertama, politik dalam arti dipergunakan untuk

menunjukkan mengenai suatu segi dari kehidupan manusia

bersama dalam masyarakat yang menyangkut kekuasaan,

menyangkut Power Relation Ship, dalam artian ini

terkandung isi politik sebagai usaha untuk memperoleh

kekuasaan.

b. Kedua, politik di dalam arti mempergunakan untuk

menunjukan kepada satu rangkaian tujuan yang hendak

dicapai atau dengan kata yang lebih singkat kebijaksanaan.

Dalam Bahasa Indonesia kata politik mempunyai

beberapa pengertian . yaitu :

1. Ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.

2. Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan

sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap

negara lain.

3. kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau


menangani suatu masalah).

Dalam penggunaannya, istilah politik pertama kali dikenal

dari buku Plato yang berjudul “Polities”. Dari karya-karya tersebut

dapat diketahui bahwa politik merupakan istilah yang digunakan

untuk konsep pengaturan kemasyarakatan sebab yang dibahas

dalam kedua buku tersebut adalah soal-soal yang berkenaan

dengan masalah bagaimana pemerintahan dijalankan agar

terwujud suatu masyarakat politik atau Negara yang sempurna,

atau yang menurut Plato sebagai “Negara ideal”.

Sedangkan menurut Deliar Noor, politik adalah “segala

aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan

yang dimaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah,

atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat.

Dalam kepustakaan ilmu politik, sebenarnya terdapat

banyak ragam definisi tentang politik. Keragaman definisi tersebut

menurut Miriam, karena setiap sarjana melihat hanya satu aspek

atau unsur politik saja yang kemudian unsur tersebut diperlakukan

sebagai konsep pokok yang dipakai untuk meneropong unsur-

unsur lainnya.

Pada umumnya apa yang disebut politik itu berkaitan

dengan bermacam- macam kegiatan dalam suatu sistem politik

atau negara, yang menyangkut proses penentuan dan

pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Untuk melaksanakan tujuan- tujuan


itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut

pengaturan dan pembagian atau alokasi sumber-sumber dan

berbagai sumber daya yang ada. Untuk itu diperlukan kekuatan

(power) dan kewenangan (authority), yang dipakai baik untuk

membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang

mungkin timbul dalam proses tersebut.

Dari sekian banyak definisi tentang politik tersebut, menurut

pandangan Jeje Abdul Rojak, paling tidak dapat ditemukan dua

kecenderungan pendefinisian, yaitu pandangan yang mengkaitkan

politik dengan Negara, dan pandangan yang mengkaitkan politik

dengan masalah kekuasaan , otoritas, dan atau dengan konflik.

Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi?

Tentunya akan mempengaruhi kinerja politik (atau sistem politik)

yang sedang dijalankan. Berbagai komponen infrastruktur dan

suprastruktur mengalami keterputusan hubungan sehingga

mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa berkembang

secara dinamis.

Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik? Bertolak

dari konsep komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan

pada bagian awal, upaya untuk mendekati pengertian apa yang

dimaksud komunikasi politik, pengertian komunikasi politik dapat

dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang- lambang

atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari


seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk

membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap

dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.

Michael Rush dan Philip Althoff mendefinisikan komunikasi

politik sebagai suatu proses di mana informasi politik yang relevan

diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya,

dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.

Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan mencakup pola

pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-

kelompoknya pada semua tingkatan.

Komunikasi Politik (political communication) adalah

komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor

politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan

kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu

terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru.

Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi

antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.

Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret

sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen,

tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada

yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu

yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.

Komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-


hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia

tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam

analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan

analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini

merupakan contoh kekentalan komunikasi politik.

Komunikator Politik pada dasarnya adalah semua orang

yang berkomunikasi tentang politik, mulai dari obrolan warung kopi

hingga sidang parlemen untuk membahas konstitusi negara.

Namun, yang menjadi komunikator utama adalah para pemimpin

politik atau pejabat pemerintah karena merekalah yang aktif

menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka.

Mereka adalah pols, yakni politisi yang hidupnya dari manipulasi

komunikasi, dan vols, yakni warga negara yang aktif dalam politik

secara part timer ataupun sukarela.

Komunikasi politik merupakan suatu elemen yang dinamis

dan yang menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik.

Dalam hal ini komunikasi politik menentukan corak perilaku insan

politik. Dari beberapa pengertian diatas, jelas komunikasi politik

adalah suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi

2. Unsur-unsur Komunikasi Politik

Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi

pada umumnya (komunikasi tatap muka dan komunikasi

bermedia) komunikasi politik sebagai body of knowledge juga


terdiri atas berbagai unsur, yakni :

a. Komunikator Poltik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik,

melainkan juga lembaga pemerintahan legislative dan

eksekutif. Dengan demikian, sumber atau komunikator

politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi

informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau

bobot politik misalnya presiden, mentri, anggota DPR, MPR,

KPU, gubernur, bupati/walikota, politisi, funsionaris partai

politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang

bias mempengaruhi jalanya pemerintahan.

b. Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis

maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non

verbal. Tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang

disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung

bobot politik. Misalnya pidato pilitik, undang-undang

kepartaian, undang-undang pemilu, penyataan politik,

artikel atau isi buku/brosur dan berita surat kabar, radio,

televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan

pemerintahan, spanduk atau baliho, iklan politik,

propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan


semacamnya.
c. Saluran atau Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang

digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan

pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, yaitu surat

kabar, tabloid, majalah. Media elektronik, misalnya film, radio,

televisi, komputer, internet. Media format kecil, misalnya leaflet,

brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door

media), misalnya baliho, spanduk, reklame, bendera, jumbai,

pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender, blok note dan

segala sesuatunya yang biasa digunakan untuk membangun

citra (image building).

d. Sasaran atau Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat

memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada

partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Mereka adalah

pengusaha, pegawai negeri, buruh, perempuan, ibu rumah

tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani, yang berhak

memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah

cukup usia.

e. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya

pemahaman terhadap system pemerintahan dan partai-partai


politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian

suara dalam pemilihan umum. Pemberian suara sangat

menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi

mulai tingkat presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR,

gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wail bupati, walikota

dan wakil walikota sampai pada tingkat DPRD.

3. Fungsi Komunikasi Politik

Gabriel Almond berpendapat bahwa Komunikasi Politik

merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem

politik :

“All of the functions performed in the political system-political

socialization and recruitment, intereset articulation, interest

aggregations, rule making, rule application, and rule adjudication

are performed by means of communication”.

Kutipan diatas menunjukkan bahwa komunikasi politik

bukanlah fungsi yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan

proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat ketujuh

fungsi lainnya di jalankan. Ketujuh fungsi tersebut adalah :

a. Sosialisasi politik (Socialization Political)

Adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam

memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang

ada dalam masyarakat tempat orang itu berada.


b. Rekrutmen politik (Recruitment)

Merupakan fungsi penyeleksian untuk kegiatan politik dan

jabatan pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi,

menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan

tertentu. Ada tiga tahapan, mempengaruhi orang lain untuk

menjadi kader, membina loyalitas kader dan memproyeksikan

kader untuk terlibat dan intensif mewakili organisasi di dalam

jabatan-jabatan politik.

c. Artikulasi Kepentingan (Intereset Articulation)

Proses yang mengolah aspirasi masyarakat yang bercorak

ragam yang disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang

teratur.

d. Agregasi Kepentingan (Interest Agregations)

Merupakan fungsi yang menggabungkan berbagai

kepentingan yang sama atau hampir sama untuk dituangkan

dalam rumusan kebijaksanaan lebih lanjut dengan demikian

agregasi kepentingan ini bukan lagi kepentingan orang per

orangan atau kelompok akan tetapi kepentingan masyarakat.

e. Pembuatan Aturan (Rule Making)

Merupakan fungsi yang dijalankan oleh lembaga legeslatif.

Untuk menjalankan fungsi ini legeslatif dapat bekerjasama dengan

lembaga eksekutif.
f. Penerapan Aturan. (Rule Application)

Fungsi ini dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta jajaran

birokrasinya. Tidak hanya berarti pelaksanaan peraturan sebagai

pedoman berprilaku, tetapi juga berarti pembuatan rincian dan

pedoman pelaksanaan peraturan.

g. Penghakiman Aturan (Rule Adjudication)

Merupakan fungsi untuk menyelesaikan pertikaian atau

persengketaan yang menyangkut persoalan peraturan,

pelanggaran peraturan dan penegasan fakta-fakta yang perlu

untuk mendapatkan keadilan.

Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik menurut McNair

memiliki lima fungsi dasar, yakni sebagai berikut.

1) Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di

sekitarnya.

2) Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan

juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.

3) Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikasi fakta

yang ada. Di sini para jurnalis diharapkan melihat fakta

yang ada sehingga berusaha objektif yang bisa mendidik

masyarakat atas realitas fakta tersebut.

4) Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung

masalah-masalah politik sehingga bisa menjadi wacana

dalam membentuk opini public, dan mengembalikan hasil


opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian, bisa

memberi arti dan nilai pada usaha penegakkan demokrasi.

5) Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan

lembaga- lembaga politik. Disini media bisa berfungsi

sebagai anjing penjaga (watchdog) sebagaimana pernah

terjadi dalam kasus mundurnya Nixon sebagai Presiden

Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.

Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi

sebagai saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan

program- program lembaga politik dapat disalurkan kepada media

massa.

Jika fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh McNair

dikombinasikan dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran

Hedebro, komunikasi politik berfungsi untuk :

1) Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-

usaha yang dilakukan lembaga politik maupun dalam

hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat;

2) Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan

tujuan lembaga politik;

3) Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan pendukung


partai;

4) Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat


sehingga menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini

publik;

5) Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi,

sosialisasi tentang cara-cara pemilihan umum dan

penggunaan hak mereka sebagai pemberi suara;

6) Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi”

dengan menampilkan para juru kampanye, artis, dan para

komentator atau pengamat politik;

7) Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan

guna menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan

separatis yang mengancam persatuan nasional;

8) Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur

kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan

masyarakat luas terhadap gerakan reformasi dan

demokratis;

9) Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran

berita, agenda setting, maupun komentar-komentar politik;

10)Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu

terciptanya good governance yang transparansi dan

akuntabilitas.
4. Saluran-Saluran Komunikasi Politik.

Istilah struktur Komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga

diartikan sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah :

a. Struktur wawanmuka (face-to face) informal, yaitu : merupakan saluran

yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Di samping

struktrur yang formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat struktur

informal yang “membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti

tidak terikat oleh struktur formal, namun tidak semua orang dapat

akses ke saluran ini dalam kadar yang sama.

b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang

ditentukan oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau

sumber). Artinya, pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan

dan (tentunya akan menentukan pula) akses disusunan sosial

masyarakat tersebut.

c. Struktur masukan (input) politik, yaitu : struktur yang memungkinkan

terbentuknya / dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud.

Yang termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-

kelompok kepentingan, dan partai politik.

d. Struktur output, yaitu : struktur formal dari pemerintah. Struktur

pemerintahan, khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-

pemimpin politik megkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan

peraturan-peraturan untuk bermacam pemegang jabatan politik

dengan cara yang efisien dan jelas.


Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah

komunikasi politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu

dalam menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah

masyarakat. Serta sangat terkait akan pembentukan opini publik.

B. Era Digital

1. Pengertian Era Digital

Sekarang ini Anda sudah masuk di era digital, dimana semua

kegiatan bisa dilakukan dengan cara yang lebih canggih. Secara umum

era digital adalah suatu masa yang sudah mengalami perkembangan

dalam segala aspek kehidupan menjadi serba digital.Perkembangan era

digital juga terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Karena sebenarnya

masyarakat sendiri yang meminta dan menuntut segala sesuatu menjadi

lebih praktis dan efisien.

Secara umum, era digital adalah suatu kondisi kehidupan atau

zaman dimana semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah

dipermudah dengan adanya teknologi. Bisa juga dikatakan bahwa era

digital hadir untuk menggantikan beberapa teknologi masa lalu agar jadi

lebih praktis dan modern.

Media baru (era digital) adalah istilah yang di gunakan dalam

kemunculan digital, jaringan internet khususnya teknologi informasi


komputer. Media baru sering di gunakan untuk menggambarkan teknologi

digital.

Media baru memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat

jaringan atau internet. selain internet seperti media cetak, telivisi, majalah,

Koran dan lain-lain bukanlah termasuk dalam kategori media baru.

Media massa Beralih ke media baru atau internet karena ada

pergeseran budaya dalam sebuah penyampaian informasi.

Kemampuan media baru yang lebih memudahkan masyarakat

dalam menerima informasi lebih cepat dalam hal ini internet yang

membuat media massa berbondong-bondong pindah haluan.

Kemajuan teknologilah yang memaksa media massa harus

berubah dalam menyampaikan informasi. Media online (internet) di era

sekarang ini menggeserkan media massa.

Jika perusahaan media massa seperti Koran, majalan dan lain-lain

masih tetap bertahan tanpa mengikuti kemajuan jaman dalam hal ini

(internet) maka dapat di pastikan perusahaan tersebut akan mengalami

kemunduran karena kebutuhan masyarat dalam menerima informasi

sudah beralih ke media baru atau internet.

Sebagai contoh dalam sebuah bisnis atau perusahaan, di era

sekarang ini kemampuan digital yang cukup mendorong kemajuan sebuah


perusahaan, memudahkan dalam sisi menegement. Namun jika di lihat

secara individu masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak dapat

memanfaatkan kemunculan digital sebagai sesuatu yang positif.

Banyak orang yang justru terjebak dalam penerimaan kemunculan

digital yang menjadikan manusia menjadi tidak manusiawi seperti

menurun bahkan hilangnya etika, moral, dan budaya.

Sebenarnya Hampir satu dasawarsa Indonesia terlambat dalam

mengadopsi teknologi komunikasi khususnya internet. Dengan munculnya

budaya digital masyarakat sangat cepat menerima perkembangan

teknologi tersebut. Di lihat secara global Indonesia siap dalam menerima

budaya digital, budaya digital di butuhkan dalam mencapai pertumbuhan

yang positif sesuai dengan kemajuan jaman itu sendiri.

Contoh sederhana; Saat dosen tengah menjelaskan materi tidak

sedikit mahasiswa yang asyik bermain dengan gadgetnya; cek instagram,

facebook, twitter dan lain-lain tanpa peduli bahwa dosen yang sedang

menjelaskan atau bebicara. Inilah sebuah etika tidak lagi menjadi prioritas.

Mengacu pada nilai-nilai etika, moral dan budaya inilah maka

tantangan terbesar adalah bagaimana individu-individu dapat siap dalam

menerima era budaya digital ini.


Kesimpulannya adalah bagaimana membuat individu berfikir cerdas

dalam kemunculan era budaya digital, Karena jika tidak justru era digital

budaya akan membuat kemunduran nilai-nilai manusia itu sendiri.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi analisis, yang

bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor bupati Maros

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan september 2021.

C. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Pasangan Bupati dan wakil

bupati Maros H.A.S. Chaidir Syam dan Hj. Suhartina Bohari beserta

bebera tim suksesnya.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara

mendalam dan dokumentasi.

Anda mungkin juga menyukai