Anda di halaman 1dari 4

"Demokrasi: Antara Tantangan dan Harapan di Era Modern"

Sanipar
Ketua Bidang Pendidikan dan Riset PB HMI

Peringatan hari Demokrasi Internasional setiap tanggal 15 September adalah


momentum untuk meneropong kondisi demokrasi di seluruh dunia. Peringatan ini lahir dari
Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2007 yang
mencanangkan prinsip-prinsip demokrasi untuk menentukan sistem politik, ekonomi,
sosial, dan kebudayaan, serta partisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan. Kini,
demokrasi @dak lagi sekedar menjadi wacana intelektual (intellectual discourse), melainkan
obsesi poli@k berbagai negara dalam menjalankan pemerintahannya. Sistem demokrasi
menghendaki adanya kemerdekaan individu, kesamaan hak (equal right), serta hak pilih untuk
semua warga negara (universal suffrage) telah menjadi pilar utama dalam menjaga keadilan,
kebebasan, dan hak asasi manusia. Namun, dalam era modern yang kompleks ini, demokrasi
dihadapkan pada tantangan besar.
Tantangan Demokrasi di Era Globalisasi
Globalisasi merupakan diskursus yang menarik dan berdampak terhadap semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk dalam sistem demokrasi.
Globalisasi dapat melahirkan harapan maupun tantangan terhadap demokrasi modern.
Menurut Hun@ngton (1997), globalisasi menjadi pendorong gelombang demokra@sasi dunia
sekarang ini khususnya di era mul@dimensi. Namun, di sisi lain terdapat pandangan bahwa
dampak ekonomi-poli@k dari globalisasi justru mengancam masa depan demokrasi.
Di era globalisasi kita telah menyaksikan kemajuan teknologi yang luar biasa, yang
memiliki dampak besar pada politik dan demokrasi. Dampak globalisasi bagi ekonomi nasional
akan berlangsung melalui @ga mekanisme, yakni tekanan perdagangan yang semakin
kompe@@f, mul@nasionalisasi produksi, dan integrasi pasar keuangan (GarreM 2000, 302). Itu
menyebabkan demokrasi modern dihadapkan pada hambatan dan harapan. Jika globalisasi
yang terjadi pada aspek ekonomi tersebut semakin mengokohkan kapitalisme yang
mendorong terjadinya eksploitasi kekayaan alam yang dimiliki suatu negara dan membuka
karpet merah bagi kapitalis untuk memperkaya diri, maka akan semakin memperlebar jurang
kesenjangan dan ke@daksetaraan.
Sebaliknya, apabila peluang globalisasi itu dapat dikelola dengan baik dan tetap
berkiblat untuk mewujudkan negara yang sejahtera (welfare state), maka akan mendorong
terciptanya otonomi dan kesetaraan yang lebih luas. Sehingga akan memberikan masa depan
yang lebih cerah bagi demokrasi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Ins@tut Teknologi
MassachuseMs menunjukkan bahwa negara-negara yang beralih ke pemerintahan
demokratis mengalami 20% peningkatan PDB selama periode 25 tahun, dibandingkan
dengan apa yang akan terjadi jika tetap menjadi negara otoriter. Artinya sebagai
sebuah sistem penyelenggaraan negara, demokrasi memiliki peluang dalam

mewujudkan kesejahteraan apabila dijalankan dengan baik.


Selain itu, demokrasi juga menghadapi tantangan di tengah revolusi digital, meluasnya
informasi dan meningkatnya autokrasi yang memberi dampak pada kualitas demokrasi dan
kebebasan pers secara global. Digitalisasi serta keterbukaan informasi dan komunikasi di satu
sisi mendorong kebebasan berpendapat, akses informasi dan transparansi terhadap kebijakan
publik. Tapi, di sisi lain membuka peluang bagi berbagai aktor dan rezim yang memanfaatkan
lingkungan media untuk menyebarkan disinformasi, memicu polarisasi, dan mengeksploitasi
kerentanan demokrasi. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan kebebasan yang
bertanggung jawab dan berkeadilan, serta edukasi politik yang mencerdaskan.
Demokrasi Indonesia: Tantangan dan Harapan di Masa Kini
Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia telah menjalani
perjalanan demokratisasi sejak beberapa dekade terakhir. Lahirnya reformasi semakin
mendengungkan semangat demokrasi yang membawa harapan akan perbaikan semua tatanan
kehidupan. Reformasi telah menyebabkan ledakan par@sipasi poli@k (Explosions of poli8cal
par8cipa8on) dan menggaungkan kesadaran akan pen@ngnya kesetaraan, kebebasan,
keadilan dan pemerintah yang menjunjung @nggi kedaulatan rakyat. Tak bisa dipungkiri
berbagai pencapaian posi@f telah terjadi, walaupun sitem demokrasi yang dijalankan masih
jauh dari kata sempurna dan memunculkan berbagai tantangan baru.
Korupsi, kolusi dan nepo@sme serta penegakkan supremasi hukum sebagai bagian dari
agenda reformasi masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Bahkan, di era
disrupsi teknologi yang ditandai dengan digitalisasi ini, KKN dapat menjelma dalam model
baru dengan menghalalkan cara-cara baru yang lebih tersistema@s. Ini jelas menjadi
tantangan baru yang menciderai nilai-nilai demokrasi. Dalam hal ini supremasi hukum mutlak
harus ditegakkan dan kontrol terhadap jalannya kekuasaan harus di@ngkatkan. Kita perlu terus
memperjuangkan transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam pemerintahan.
Kemudian, keterbukaan akses informasi dan komunikasi akibat digitalisasi juga
membawa tantangan baru dalam mewujudkan kehidupan yang demokra@s. Di satu sisi
keterbukaan tersebut dapat meningkatkan par@sipasi poli@k warga negara melalui
kemudahan mengakses berbagai informasi. Namun, di sisi lain dapat dimanfaatkan oleh
kelompok-kelompok kepen@ngan tertentu. Sehingga munculnya disinformasi (polluted by
disinforma8on), menyesatkan (mislead), propaganda komputasional (computa8onal
propaganda), dan ucapan kebencian (hate speech) yang dapat menggiring opini posi@f
maupun nega@f terhadap sasaran konten, serta memecah belah warga negara. Terlebih, ke@ka
masyarakat @dak memiliki literasi dan pendidikan poli@k yang baik maka akan menurunkan
kualitas dari par@sipasi.
Tantangan ini semakin nyata menuju pesta demokrasi 2024. Berbagai pla=orm media
sosial, web dan media digital lainnya telah menjadi arena yang semakin ramai dengan diskurus
poli@k. Berdasarkan data Indonesian Digital Report yang dirilis Hootsuitepada 15 Februari
2022, jumlah pengguna internet per Januari 2022 mencapai 204,7 juta. Dari angka tersebut,
sebanyak 191 juta merupakan pengguna ak@f media sosial. Tak heran jika saat ini media sosial
menjadi plaXorm utama dalam memproduksi informasi, menggiring opini,
mengkampanyekan gagasan, menarik simpa@san hingga saling beradu kri@kan.
Menghadapi tantangan tersebut, literasi dan pendidikan poli@k menjadi hal yang
fundamental dalam membangun par@sipasi warga negara yang berkualitas. Karena,
par@sipasi posi@f warga negara adalah prasyarat dari terbangunnya demokrasi yang inklusi
sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang demokra@s. Semua dari kita memilikin peran
pen@ng dalam menjaga keberlangsungan dari demokrasi. Pemerintah yang menjalankan
kekuasaan dari rakyat seja@nya dapat mengabdi pada kepen@ngan rakyat dengan
menegakkan nilai-nilai demokrasi dan cita-cita berdemokrasi. Jangan sampai par@sipasi
masyarakat terkikis karena krisis kepercayaan pada jalannya pemerintahan itu sendiri.
Agen-agen sosialisasi, seper@ ins@tusi pendidikan, partai poli@k, dan berbagai
organisasi memiliki peran pen@ng untuk menjaga kebelangsungan demokrasi yang ada di
Indonesia. Bagaiamanapun reproduksi nilai berawal dari insitusi pendidikan dan agen-agen
sosialisasi lainnya yang dapat memberikan pendidikan poli@k yang baik. Sehingga dapat
terbangun par@sipasi poli@k yang kri@s, santun, dan bertanggung jawab sesuai nilai-nilai
demokrasi Pancasila yang menjadi pilihan terbaik dalam sistem demokrasi Indonesia.
Walaupun masih terdapat kekurangan, tidak ada alasan untuk kehilangan harapan
dalam berdemokrasi. Demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik saat ini yang dapat mengatasi
ketidaksetaraan dan mempromosikan perdamaian. Dalam peringatan hari Demokrasi
Internasional, mari kita memperingati pencapaian-pencapaian demokrasi Indonesia, sambil
bersama-sama mengatasi tantangan yang dihadapi. Demokrasi bukanlah tujuan akhir,
melainkan perjalanan yang terus berlanjut untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan
inklusif. Dengan kesadaran dan tindakan kolektif, kita dapat menjaga dan memperkuat sistem
ini agar tetap relevan dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan. Semua pemangku
kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan warga negara, memiliki peran penting
dalam menjaga dan memperkuat demokrasi kita. Dengan kerja sama dan tekad, kita dapat
membangun masa depan yang lebih demokratis dan berkeadilan untuk semua warga Indonesia.
Menuju pesta demokrasi 2024 sebagai hajat demokrasi, tentu terselip harapan “Semoga pemilu
serentak 2024 menumbuhkan semangat demokrasi, melahirkan pemimpin yang demokratis dan
menjadi gerbang untuk mewujudkan kesejahteraan”.

Anda mungkin juga menyukai