Dosen Pengampu :
M.Alim Khoiri,S.H.I,M.SY
Oleh :
Kelompok 8 :
FAKULTAS TARBIYAH
1
Kata Pengantar
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………………….. 4
3. Penulisan …………………………………………………… 7
BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………………… 8
Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Qiyas
2. Dasar hukum
3. Macam-macam qiyas
4
4. Rukun dan Syarat Qiyas
5. Kedudukan qiyas
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Qiyas
Sebagai dalil hukum Islam, qiyas merupakan solusi dari berbagai kasus
hukum yang tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks-teks agama. Imam
Syafii adalah penggagas konsep qiyas. Dalam pandangannya, berbagai kasus
hukum yang ditemukan dalam masyarakat muslim yang tidak diatur secara
jelas dalam nash-nash agama dapat diselesaikan melalui qiyas, baik dalam
bentuk qiyas kuat maupun qiyas lemah. Siapa saja yang tahu bahasa Arab,
Islam hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an, tradisi kenabian, pendapat
ulama generasi awal, konsensus dan kontroversi di antara mereka, memiliki
kapasitas intelektual yang tinggi dan analisis yang tajam dalam yang dia dapat
mengidentifikasi fakta-fakta yang dikaburkan, bisa menjadi al-qais. qiyas
harus terdiri dari empat unsur al-ashl, hukum asal yang berasal dari teks, al-
far, dan hukum al-illah. Sebuah qiyas tidak boleh melampaui teks-teks agama,
karena itu hanyalah perpanjangan dari mereka.1
Pengertian Qiyas
Qiyas secara bahasa memiliki arti sebagai tindakan mengukur sesuatu atas
sesuatu lainnya dan kemudian disamakan. Sedangkan secara istilah qiyas
diartikan sebagai menetapkan hukum terhadap sesuatu perbuatan yang
belum ada ketentuannya dan didasarkan pada sesuatu yang sudah ada
ketentuannya.
1
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/syariah/article/view/86
6
Dalam bukunya yang berjudul Ilmu Ushul Fiqih, dijelaskan bahwa
qiyas merupakan mempersamakan suatu kasus yang tidak ada nash
hukumnya dengan kasus lain yang ada nash hukumnya, karena
persamaan kedua itu dalam illat (suatu sifat yang terdapat pada
pokok dan sifat ini menurun pada cabangnya) hukumnya.
Romli
Jenis Qiyas
Pada dasarnya ijma dan qiyas juga memiliki beberapa jenis, khusus
untuk ijma sudah dijelaskan di atas. Sedangkan untuk qiyas, secara
umum terbagi menjadi tiga jenis. Yaitu:
Qiyas Illat, Jenis qiyas yang pertama adalah qiyas illat, yakni jenis
qiyas yang sudah jelas illat dari kedua persoalan yang dibandingkan
atau diukur. Sehingga baik masalah pokok maupun cabang sudah
jelas illatnya, sehingga para ulama secara mutlak akan sepakat
mengenai hukum dari sesuatu yang sedang dibandingkan dan diukur
7
tadi. Misalnya saja hukum mengenai minuman anggur, buah anggur
memang halal namun ketika dibuat menjadi minuman maka akan
mengandung alkohol. Alkohol memberi efek memabukan sehingga
hukum meminumnya sama dengan minuman jenis lain yang
beralkohol, yakni haram atau tidak boleh diminum.
Qiyas Khafi, Jenis ketiga adalah qiyas khafi, yaitu jenis qiyas yang
illat suatu persoalan diambil dari illat masalah pokok. Jadi, jika
hukum asal atau persoalan utamanya adalah haram maka persoalan
yang menjadi cabang pokok tersebut juga haram, demikian jika
sebaliknya. Salah satu contoh jenis qiyas satu ini adalah hukum
membunuh manusia baik dengan benda yang ringan maupun berat.
Dimana hukum keduanya adalah haram atau dilarang, sebab
membunuh adalah kehataan sekaligus dosa karena mendahului
kehendak Allah SWT dalam menentukan umur makhluk hidup di
dunia.
Qiyas Dalalah Jenis kedua adalah qiyas dalalah, yaitu jenis qiyas
yang menunjukkan kepada hukum berdasarkan dalil illat. Bisa juga
diartikan sebagai qiyas yang diterapkan dengan cara mempertemukan
8
pokok dengan cabang berdasarkan dalil illat tadi. Contoh dari qiyas
jenis ini adalah ketika mengqiyaskan nabeez dengan arak, dimana
dasarnya adalah sama-sama mengeluarkan bau yang terdapat pada
minuman memabukan.
Qiyas Shabah, Jenis ketiga adalah qiyas shabah, yakni qiyas yang
mempertemukan antara cabang dengan pokok persoalan hanya untuk
penyerupaan. Contohnya sendiri bisa diambil dari yang disampaikan
oleh Abu Hanifah mengenai mengusap atau menyapu kepala anak
berulang-ulang. Tindakan tersebut kemudian dibandingkan dengan
menyapu lantai memakai sapu. Sehingga didapat kesamaan yaitu
sapu. Hanya saja untuk qiyas shabah sendiri oleh beberapa
muhaqqiqin mendapat penolakan. Sehingga menjadi jenis qiyas yang
terbilang jarang diterapkan.
Selain jenis yang dipaparkan di atas, baik ijma dan qiyas juga masih
memiliki jenis yang beragam dan didasarkan pada dasar-dasar
tertentu. Jenis di atas didasarkan pada illat dari perkara yang
dibandingkan atau diukur satu sama lain. Qiyas juga dibedakan
menjadi beberapa jenis berdasarkan keserasian illat dengan hukum.
Sehingga didapatkan dua jenis qiyas lagi, yaitu qiyas muatsir dan
juga qiyas mulaim. Sedangkan jika didasarkan pada metode yang
digunakan maka ada qiyas ikhalah, qiyas shabah, qiyas sabru, dan
juga qiyas thard.
9
ijma dan qiyas atau salah satunya. Sehingga menjadi jelas, apakah
persoalan tersebut diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
B. HUKUM QIYAS
2
https://penerbitbukudeepublish.com/materi/ijma-dan-qiyas/
10
الر ُس ْو َل َواُوىِل ااْل َ ْم ِر ِمْن ُك ۚ ْم فَاِ ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم يِف ْ َش ْي ٍء
َّ ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْٓوا اَ ِطْيعُوا ال ٰلّهَ َواَ ِطْيعُوا
ِ ِ ٰ ِ ِ
َّ َفُر ُّد ْوهُ اىَل ال ٰلّ ِه َو
َ الر ُس ْو ِل ا ْن ُكْنتُ ْم ُت ْؤ ِمُن ْو َن بِاللّ ِه َوالَْي ْوم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل
ك َخْيٌر َّواَ ْح َس ُن
Yang artinya : ‘Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benarberiman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya16
11
Rasulullah.(HR. Tirmidzi)17
Para sahabat menggunakan qiyas, seperti apa yang dilakukan sahabat Abu
Bakar terkait dengan persoalan kalalah yang menurutnya, adalah orang
yang tidak mempunyai ayah dan anak laki-laki. Pendapat ini dikemukakan
Abu bakar berdasarkan pendapat akalnya, dan qiyas termasuk kedalam
pendapat akal. Bahkan dalam kisah yang amat popular juga adalah bahwa
Umar bin al-Khattab menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, ketika ia
ditunjuk sebagai menjadi hakim di Bashrah, Irak. Dalam suratanya yang
panjang itu, Umar menekankan agar dalam menghadapi berbagai
persoalan yang tidak ditemukan hukumya dalam nash, agar Abu Musa
menggunakan qiyas. Menurut Jumhur Ulama ushul fiqh, baik terhadap
pendapat Abu Bakar maupun terhadap sikap Umar ibn al-Khattab di atas,
tidak satu orang sahabat pun yang membantahnya.
Secara Logika,
12
Dasarnya adalah kesamaan illat antara keduanya. Sedangkan argumentasi
yang dikemukakan oleh kelompok penolak qiyas18 adalah sebagaI berikut:
ِّم ْوا َبنْي َ يَ َد ِي ال ٰلّ ِه َو َر ُس ْولِهٖ َو َّات ُقوا ال ٰلّهَ ۗاِ َّن ال ٰلّهَ مَسِ ْي ٌع َعلِْي ٌم ِ ٓ
ُ ٰياَيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمُن ْوا اَل ُت َقد
Yang artinya :
13
maka ini berarti telah menetapkan hukum wajib kepada sesuatu yang
dimaafkan dan dibolehkan.
C. Kedudukan qiyas
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ك أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إاَّل إيَّاهُ َوبِالْ َوال َديْ ِن إ ْح َسانًا ۚ إ َّما َيْبلُغَ َّن عْن َد َك الْكَبَر أ
۞ َح ُدمُهَا أ َْو َ ُّض ٰى َرب
َ ََوق
ٍّ كِاَل مُهَا فَاَل َت ُق ْل هَلَُما أ
ُف َواَل َتْن َه ْرمُهَا َوقُ ْل هَلَُما َق ْواًل َك ِرميًا
14
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra’
[17] : 23)
Ayat tersebut menerangkan salah satu keutamaan berbakti kepada orang tua,
yakni memperlakukan keduanya dengan perbuatan maupun perkataan yang
baik. Maka dengan ayat tersebut dapat diqiyaskan bahwa memberikan
perlakuan buruk kepada orang tua seperti memukul atau membentaknya
memiliki tingkat pelarangan lebih tinggi daripada perkataan, “ah“.3
Para ahli ushul yang mengatasi qiyas sebagai dalil dalam menetapkan ketika
qiyas itu telah memenuhi rukunnya.
Hukum yang ada dalam pokok harus hukum Syara' bukan hukum akal
atau hukum bahasa.
3
https://dalamislam-com/amp
4
https://www.dicio.id/t/apa-saja-rukun-rukun-qiyas/94030
15
Hukum cabang tidak lebih dulu adanya daripada hukum pokok.
Illat yang terdapat pada hukum cabang harus sama dengan illat
yang terdapat pada pokok.
3. Illat, yaitu sifat yang menjadi dasar persamaan antara hukum cabang
dengan hukum pokok. syarat-syaratnya :
Segala minuman yang memabukkan adalah far'un atau cabang artinya yang
diqiyaskan.
16
BAB III
KESIMPULAN
Qiyas merupakan solusi dari berbagai kasus hukum yang tidak secara eksplisit
disebutkan dalam teks-teks agama. Imam Syafii adalah penggagas konsep qiyas.
Dalam pandangannya, berbagai kasus hukum yang ditemukan dalam masyarakat
muslim yang tidak diatur secara jelas dalam nash-nash agama dapat diselesaikan
melalui qiyas, baik dalam bentuk qiyas kuat maupun qiyas lemah. Sedangkan untuk
qiyas, secara umum terbagi menjadi tiga jenis. Yaitu: Qiyas ilat,Qiyas jali,Qiyas
dalalah,Qiyas khafi,Qiyas shabah.Hukum Qiyas adalah Keabsahan qiyas sebagai
landasan hukum, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama ushul fiqh. Jumhur
ulama ushul fiqh sepakat, bahwa qiyas dapat dijadikan sebagai dasar dalam
menetapkan hukum Islam dan sekaligus sebagai dalil hukum Islam yang bersifat
praktis.kedudukan Qiyas hukum dalam menentukan bagaimana hukumnya suatu
perkara yang telah memenuhi rukun qiyas. Adapun rukun dan syarat Qiyas ada 4
yaitu :Ashlun,Far'un,Illat,Hukum.
17