Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS

Pada Ny “I” GIII P2002 UK13/14 minggu dengan perdarahan pervaginam

Di Pondok Bersalin Bu Tin

Oleh :
Wilda Yuladu Fitri Elisa
14.02.02.1629

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian maternal dan neonatal merupakan masaah besar khususnya di negara yang
sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara yang
berkembang dan di negara maju hanya 1-2 % . kematian maternal dan neonatal dapat
dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat.
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4692 jiwa ibu melayang karena tiga kasus
(kehamilan, persalinan dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan akibat
terjadinya perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus
(5%).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena
abortus tip tahunnya. Angka kejadian abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari g
juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900 ribu. Manuaba (2007) mengemukakan
diperkirakan terjadi gugur kandungan secara ilegal pada kehamilan yang tidak diinginkan
sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan kematian sekitar 125000-130000 orang/tahun di
Indonesia.
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor penyebabnya meliputi kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum 8
minggu, kelainan pada plasenta, faktor maternal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktik klinik kebidanan selama 3 minggu di Pondok Bersalin Bu Tin
Desa Sidokumpul Kecamatan Paciran, mahasiswa kebidanan dapat memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil patologis.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan praktik klinik kebidanan selama 3 minggu di Pondok Bersalin Bu Tin
Desa Sidokumpul Kecamatan Paciran. Mahasiswa kebidanan mampu :
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada ibu hamil patologis
2) Mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada ibu hamil patologis
3) Menentukan intervensi atau perencanaan tindakan pada ibu hamil patologis
4) Melakukan implementasi tindakan pada ibu hamil patologis
5) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan pada ibu hamil patologis
1.3 Metode Pembahasan

Laporan asuhan kebidanan ini disusun dari hasil praktek kerja lapangan, studi kasus,
konsultasi dengan dosen pembimbing ruangan, konsultasi dengan dosen pembimbing
akademik dan studi pustaka.
1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan asuha kebidanan ini dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang , tujuan , metode pembahasan dan
sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Teori
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Winkjosastro, 2014).
Menurut Varney (2006), Masa kehamilan dapat disebut dengan periode antepartum,
periode dimana mulai dihitung sejak hari pertama haid terakhir atau HPHT hingga
dimulainya persalinan sejati. Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minngu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Saifudin, 2006).
2.1.2 Pembagian Kehamilan
Menurut Hellen Varney (2007), dalam kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu
trimester I berlangsung pada minggu 1 sampai ke 12 (12 minggu), trimester II
berlangsung pada minggu ke 13 sampai ke 27 (15 minggu), trimester III berlangsung pada
minggu ke 28 sampai ke 40 (13 minggu).
2.1.3 Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Kehamilan
1) Perubahan Fisiologis Kehamilan
(1) Uterus. Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan hormon estrogen dan
progesterone. Selain itu, selama kehamilan uterus akan membesar karena hipertofi dan
hipervaskularisasi akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan
volume amnion, dan perkembangan plasenta dari yang berukuran 30 gr menjadi 1000 gr
dengan volume dari 10 ml menjadi 5 L bahkan dapat mencapai 20 L pada akhir
kehamilan. Disamping itu, akan terjadi pelunakan pada isthmus uteri dan pembesaran
plasenta pada satu sisi uterus, (Hani, dkk, 2011), (2) Serviks. Terjadi hipervaskularisasi
dan pelunakan pada serviks, peningkatan hormon estrogen dan progesteron, peningkatan
lendir serviks yang disebut operkulum, dan kerapuhan meningkat sehingga mudah
berdarah saat melakukan senggama, (Hani, dkk, 2011), (3). Vagina dan vulva. Selama
kehamilan terjadi peningkatan vaskularisasi dan hyperemia pada kulit dan otot-otot
diperineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang
dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot olos. Disamping itu,
juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan, menebal, dan
pH antara 3,5-6, (Prawirohardjo, 2014), (4). Ovarium. Proses ovulasi selama kehamilan
akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda dan hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Korpus luteum graviditatis ini akan berkembang
sampai usia kehamilan 16 minggu kemudian ia mengecil sampai plasenta terbentuk dan
lambat laun fungsinya akan diambil alih oleh plasenta, (Prawirohardjo, 2014), (5)
Mammae. Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon
estrogen dan progesteron. Sealin itu, juga terjadi peningkatan hormon
somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar, (Hani, dkk,
2011). (6). Sirkulasi darah. Sirkulasi darah ibu pada kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi plasenta. Uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang besar
pula, mammae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
Volume darah ibu pada kehamilan bertambah secara fisiologis dengan adanya pencarian
darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak sekitar 25% dengan
puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak
kira-kira 30% akibat hemodilusi yang dimulai pada kehamilan 16 minngu. Eritropoesis
dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan transport zat asam yang
dibutuhkan sekali dalam kehamilan. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit
secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga
konsentrasi hemoglobin pada darah menjadi lebih rendah. Hal ini tidak boleh
dinamakan anemia fisiologis dalam kehamilan oleh karena jumlah hemoglobin pada
wanita hamil keseluruhannya lebih besar dari pada waktu sebelum hamil,
(Winkjosastro, 2014). (7). Respirasi. Seorang wanita hamil pada kelanjutan
kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang sesak nafas. Hal ini dikemukakan pada
kehamilan 30 minggu keatas, oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar
kearah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang meningkat sekitar 20% seorang wanita hamil selalu nafas lebih
dalam, dan bagian toraksnya juga melebar kesisi, yang sesudah partus kadang-kadang
menetap jika tidak dirawat dengan baik, (Winkjosastro, 2014), (8). Traktus digestivus.
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini akibat
hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot traktus digestivus juga berkurang serta
terjadi relaksasi otot-otot pencernaan antara lain peristaltik usus dilambung sehingga
pencernaan makanan oleh lambung menjadi lebih lama dan mudah terjadi peritaltik
balik ke esophagus. Selain itu, pengaruh hormon HCG juga dapat menyebabkan ibu
hamil merasakan mual dan muntah, (Hani, dkk, 2011), (9) Traktus urinarius.
Peningkatan sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya merupakan akibat
kompresi pada kandung kemih. Pada trimester kedua, kandung kemih tertarik ke atas
dan keluar dari panggul sejati ke arah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm
karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil
ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini
membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung
kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar
1500 ml. pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih,
menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine, (
Hani, dkk, 2011), (10). Kulit. Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara
dan paha. Perubahan ini dikenal dengan namastrie gravidarum. Perubahan ini diduga
karena adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormon yang
dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesterone, (Prawirohardjo, 2014).
2) Perubahan Psikologis Kehamilan
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada trimester I meliputi
ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.Pada trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih
nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat,
kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.Pada trimester III, perubahan yang
terjadi meliputi perasaan aneh, lebih introvert dan merefleksikan pengalaman masa lalu
(Mansur, 2011).

2.1.4 Tanda-Tanda Kehamilan


1) Tanda tidak pasti (presumptive sign). Tanda tidak pasti adalah perubahan- perubahan
fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil.
Terdiri dari: 1) Amenorea (berhentinya menstruasi), konsepsi dan nidasi menyebabkan
tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi sehingga dengan memastikan hari
pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan
taksiran persalinan, tetapi amenore juga dapat disebabkan oleh penyakit kro nik tertentu,
tumor pituitari, perubahan dan faktor lingkungan ,malnutrisi, dan biasanya gangguan
emosional seperti ketakutan akan kehamilan. 2) Mual (nausea) dan muntah (emesis),
pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan
dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning
sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. 3)
Ngidam (menginginkan makanan tertentu), wanita hamil sering menginginkan makanan
tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan. 4) Syncope
(pingsan), terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama
jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu. 5) Kelelahan,
sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolism
(basal metabolism rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan
usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi. 6) Payudara tegang, estrogen
meningkatkan perkembangan system duktus pada payudara, sedangkan progesteron
menstimulasi perkembangan system alveolar payudara. Bersama somatomamotropin,
hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang
dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta pengeluaran
kolostrum. 7) Sering miksi, desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama
akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini
akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
triwulan, gejala biasa timbul karena janin mulai masuk kerongga panggul dan menekan
kandung kemih. 8) Konstipasi atau obstipasi, pengaruh progesterone dapata menghambat
peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan BAB. 9) Pigmentasi kulit, terjadi
pada usia kehamilan 12 minggu.terjadi akibat pengaruh hormon kortikisteroid lasenta yang
merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini: (1)
sekitar pipi :kloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi, dan leher),
(2) sekitar leher: tampak lebih hitam, (3) dinding perut: strie lividae/gravidarum (terdapat
pada seorang primigravida, warnanya membiru), strie nigra, linea alba menjadi lebih
hitam (linea grisea/nigra), (4) sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mamae sehingga
membentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang
merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada
wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes
sekitar payudara, (5) sekitar pantat dan paha atas: terdapat strie akibat pembesaran bagian
tersebut. 10) Epulis, hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
11) Varises atau penampakan pembuluh darah vena, pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.
Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara.
Penampakan pembuluh darah ini dapat hilangsetelah persalian, (Hani, dkk, 2011).
2) Tanda kemungkinan (probability sign); Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan
fisioogis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada
wanita hamil. Terdiri dari: 1) Pembesaran perut, terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini
terjadi pada bulan keempat kehamilan. 2) Tanda hegar, adalah pelunakan dan dapat
ditekannya isthmus uteri. 3) Tanda goodel, adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang
tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti
bibir. 4) Tanda Chadwick, perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga porsio dan serviks. 5) Tanda piscaseck, merupakan pembesaran
uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan
kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu. 6) Kontraksi Braxton hicks,
merupakan peregangan sel-sel otot uterus akibat meningkatnya actomysin didalam otot
uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan
delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester
ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai
mendekati persalinan. 7) Teraba ballottement, ketukan yang mendadak pada uterus
menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti
bentuk janin saja tidak cukup karena dapt saja merupakan myoma uteri. 8) Pemeriksaan tes
biologis kehamilan (planotest) positif, pemeriksaan ini adalah Human Chorionik
Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan.
Hormon ini disekresi pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai didteksi pada 26 hari setelah
konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70
usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130 (Hani, dkk, 2011).
3) Tanda pasti (positive sign) Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung
keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Terdiri dari: 1) Gerakan
janin dalam rahim, gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu. 2) Denyut
jantung janin, dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
elektrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop laenec, DJJ barudapat didengar
pada usia kehamilan 18-20 minggu. 3) Bagian-bagian janin, yaitu bagian besar janin
(kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas
pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih
sempurna menggunakan USG. 4) Kerangka janin, dapat dilihat dengan foto rontgen
maupun USG, (Hani, dkk, 2011).

2.1.5 Standar Asuhan Kebidanan


1) Timbang Berat Badan. Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenaikan
antara 9 sampai 13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg
dalam 1 bulan. Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada trimester ke dua
kehamilan. Pertanda Bahaya : 1) Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling
sedikit 9 kg) selama kehamilan. 2) Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah >19 kg selama
kehamilan. 3) Berat badan ibu naik secara tiba-tiba > 0,5kg dalam 1minggu atau lebih dari
2 kg dalam 1 bulan. Penambahan Berat badan ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri
atas penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban dan sebagian lagi berasal dari
penambahan BB ibu sendiri.
2) Ukur Tekanan Darah. Tekanan darah adalah ukuran kencangnya darah menekan bagian
dalam pembuluh darah (vena dan arteri). Tekanan darah normal antara 90/60 hingga
140/90 mmHg dan tidak banyak meningkat selama kehamilan. Tekanan darah tinggi dapat
meyebabkan banyak masalah dalam kehamilan alirandarah dari plasenta ke bayi juga
mengalami gangguan sehingga penyaluran oksigen serta makanan terhambat, yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan (IUFD) dan sebagainya.
3) Ukur Tinggi Fundus Uteri. Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan
penambahan usia kehamilan, pemeriksaan TFU dilakukan dengan membandingkan HPHT
(hari pertama hait terakhir), dan diukur dengan menggunakan palpasi (metode jari) atau
meteran terhadap TFU. Uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan. Pertanda bahaya : 1)
Bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tanggal kehamilannya dari HPHT. 2)
Pembesaran uterus lebih 2 jari perbulan.
4) Imunisasi TT (Tetanus toksoid). Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna
memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus (tetanus neonatorum) pada saat
persalinan, maupun post natal. Bila seorang wanita selama hidupnya mendapat imunisasi
sebanyak 5 kali berarti akan mendapatkan kekebalan seumur hidup (long life) dengan
periode waktu tertentu terhadap penyakit tetanus. Menurut WHO, jika seorang ibu belum
pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut minimal
mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama kehamilan (pertama saat kunjungan
antenatal pertama dan kedua dan 4 miggu setelah kunjungan pertama). Dosis terakhir
sebaiknya diberikan sebelum 2 minggu persalinan untuk mendapatkan efektifitas dari obat.
Tabel 2.2 Imunisasi TT (Tetanus toksoid)
Antige Interval (selang waktu Perlindungan
Lama perlindungan
n minimal) (%)
TT 1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT 3 6 Bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT 4 1tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur hidup 99

5) Pemberian tablet besi (minimum 90 tablet selama kehamilan). Selama kehamilan seorang
ibu hamil minimal harus mendapatkan 90 tablet tambah darah (Fe), karena untuk
mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari makanan. Untuk mencegah anemia
seorang wanita sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya 60 mg zat besi (FeSO4) dan 1 mg
asam folat setiap hari. Akan tetapi, jika ibu tersebut sudah menderita anemia, maka
sebaiknya mengkonsumsi 2 tablet besi dan 1 asam folat perhari, ingatkan bahwa zat beri
menyebabkan mual, konstipasi, serta perubahan warna pada feses. Maka saran yang
dianjurkan adalah minum tablet beri pada malam hari untuk menghindari perasaan mual.
Tablet besi sebaikanya diberikan saat diketahui ibu tersebut hamil sampai 1 bulan sesudah
persalinan zat besi penting untuk mengopensasi peningkatan volume darah yang terjadi
selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin yang
adekuat.
6) Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual). PMS yang terjadi selama kehamilan akan
menyebabkan kelainan bawaan pada janin dengan segala akibatnya, oleh karena itu tes
terhadap PMS perlu dilakukan agar dapat didiagnosis secara dini dan mendapat pengobatan
secara tepat.
7) Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan. Temuwicara mengenai persiapan tentang
segala sesuatu yang kemungkinan terjadi selama kehamilan. Hal ini penting karena bila
terjadi komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segerah mendapat pertolongan secara tepat,
karena kematian ibu sering terjad karena 3T yaitu sebagai berikut: 1) Terlambat mengenali
bahanya, 2) Terlambat untuk dirujuk, 3) Terlambat mendapat pertologan yang memadai.
8) Pemeriksaan Hb. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi terjadinya anemia pada ibu.
Penyakit anemia akan berdampak buruk selama kehamilan dan persalinan. Adapun nilai
normal Hb pada ibu hamil: 1) Trimester 1 = 11 g/dl, 2) Trimester 2 = 10,5 g/dl, 3)
Trimester 3 = 11 g/dl.
9) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara. Perawatan payudara
diperlukan ibu hamil untuk persiapan masa laktasi.Perawatan Payudara (Prawirohardjo,
2014) antara lain: 1) Mengompres payudara dengan kapas yang diberi baby oil/atau
minyak kelapa selama 10 menit.2) Membersihkan dengan searah jarum jam. 3) Massae
mulai areola ke Corpus mamme dengan 8 arah. 4) Mengeluarkan putting susu dengan 2 ibu
jari yaitu: tekan putting susu dari arah samping, dengan gerakan 2 arah samping dan atas,
bahwa dilakukan 2x sehari selama 5 menit. 5) Mengeluarkan putting susu dengan
memijat/menekan dari daerah areola menuju putting.
10) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil. Senam hamil mulai dilakukan saat usia
kehamilan suidah mencapai 22 minggu dan tidak ada gejala potologis, senam hamil akan
dapat menuntut wanita hamil ke arah persalinan yang fisiologis pada minggu ke 22-25
Trimester II .
11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi. Untuk mengetahui adanya kadar protein dalam
urin ibu hamil, yang dapat mengindikasikan terjadinya preeklampsi.Penetapam kadar
protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan pada urin.
12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi. Pemeriksaan ini dilakukan, untuk mendeteksi
adanya penyakit, atau kelainan yang diderita oleh seorang ibu hamil, misalnya ibu tersebut
mempunyai diabetes, bilirubin yang tidak normal, darah dalam urin, asam urat, dan masih
banyak lagi, bila hal ini bisa dideteksi sedini mungkin, penanganan tau rujukan dapat
dilakukan secara optimal dan efektif.
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok. Wanita hamil didaerah
endemik GAKY akan mengalami berbagai gangguan kehamilan antara lain: Abortus, Bayi
Lahir mati, Hipothryroid pada Neonatal. Daerah endemik sedang dan berat : 1) Wanita
Usia Subur Wus: 2 Kapsul/tahun @ 200 mg, 2) Ibu hamil: 1 Kapsul/tahun, 3) Ibu
menuyusui: 1 Kapsul selama menyusui, 4) Kebutuhan yodiumdewasa 150 mikrogram/hari,
5) Ibu hamil 175 mikrogram/hari,6) Ibu menyusui 200 mikrogram/hari.
14) Pemberian Terapi Anti Malaria Untuk Daerah Endemis Malaria. Di daerah endemismalaria
wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan wanita tidak hamil. Pada
ibu dengan infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi komplikasi berat seperti demam,
anemia, hipoglikemia, malaria otak, edema paru merupakan yang utama mempengaruhi
wanita-wanita dengan kekebalan rendah. Pada malaria plasenta dapat menyebabkan
kematian janin, abortus, hiperpireksia, prematuritas dan berat badan lebih rendah. Kontrol
malaria selama kehamilan dapat dilakukan secara kemoprofilaksis, kemoterapi,
mengurangi kontak dengan vektor dan vaksinasi.
2.1.6 Jadwal Minumal ANC
Jadwal minimal ANC meliputi: 1) Kehamilan trimester pertama (<14 mgg) satu
kali kunjungan. 2) Kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan. 3)
Kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu & sesudah migg ke-36) dua kali kunjungan.

2.1.7 Kebutuhan Fisik Ibu Hamil


Kebutuhan fisik ibu hamil mengalami peningkatan, diantaranya:
1) Oksigen. Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu: (1) Udara
yang bersih, (2) Tidak kotor / polusi udara, (3) Tidak bau, dsb. Pada prinsipnya
hindari ruangan / tempat yang dipenuhi oleh polusi udara.
2) Nutrisi. Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15 % dibandingkan dengan kebutuhan
wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin.
Makanan dikonsumsi ibu hamil 40 % digunakan untuk pertumbuhan janin dan sisanya
(60%) digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal kenaikan berat badan ibu
hamil 11-13 kg. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk: (1)
Pertumbuhan dan perkembangan janin, (2) Mengganti sel-sel tubuh yang rusak, (3)
Sumber tenaga, (4) Mengatur suhu tubuh dan cadangan makanan.
3) Personal Hygiene. Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri
sendiri. Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang
kotor banyak mengandung kuman-kuman.
4) Eliminasi. Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar,
untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu minum dan
menjaga kebersihan sekitar kelamin perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas
usus halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit).
Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya gerakan
ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk meningkatkan gerak, banyak
makan makanan berserat (sayur dan buah-buahan). Sembelit dapat menambah
gangguan wasir menjadi lebih besar dan berdarah.
5) Seksual. Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang tidak dapat
ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil, kehamilan bukan
merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Pada hamil muda hubungan
seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat keguguran berulang atau mengancam
kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan, mengeluarkan air. Pada kehamilan tua
sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat
membahayakan. Bisa terjadi bila kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan
bisa terangsang karena, sperma mengandung prostaglandin. Perlu diketahui keinginan
seksual ibu hamil tua sudah berkurang karena berat perut yang makin membesar dan
tekniknya pun sudah sulit dilakukan. Posisi diatur untuk menyesuaikan pembesaran
perut.
6) Mobilisasi (Body Mechanic). Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya
memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan mengangkat tanpa
menjadi tegang. Body mekanik (sikap tubuh yang baik) diinstruksikan kepada wanita
hamil karena diperlukan untuk membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan
nyaman selama kehamilan.
7) Istirahat/Tidur. Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan,
tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak
disukainya. Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu
yang sangat lama. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang
mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut
malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan kalau mungkin
dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur
siang ± 1 jam.
8) Imunisasi. Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan adanya akibat
yang membahayakan Janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya
imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT harus
diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal 1 bulan, dan ibu
hamil harus sudah diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan.
2.1.8 Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan
Beberapa ketidaknyamanan yang sering dialami oleh ibu hamil, yaitu:
1) Perubahan nafsu makan
2) Rasa mual dan muntah (Nausea)
3) Keletihan
4) Nyeri punggung bagian atas
5) Laeukorea (sekresi vagina)
6) Peningkatan frekuensi
7) Nyeri ulu hati
8) Kram tungkai (TM III)
9) Konstipasi
10) Varises (TM III)
11) Insomnia (TM III)
12) Nyeri punggung bawah (TM III)
13) Chloasma atau perubahan warna areola
14) Sesak nafas (TM II dan TM III)
15) Keputihan (fluor albus)
16) Keringat bertambah
2.1.9 Tanda bahaya kehamilan
Menurut Hani, dkk (2011), tanda bahaya pada kehamilan meliputi:
1)Perdarahan Vagina. Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal pada
masa awal kehamilan. Ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit/spotting
sekitar waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah implantasi dan ini normal
terjadi, pada waktu lain kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari servik yang
lemah, perdarahan semacam ini normal atau pertanda adanya infeksi. Pada awal
kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah berwarna merah, perdarahan yang
banyak dan nyeri dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada
kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, kadang-kadang disertai
rasa nyeri perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa.
2)Sakit Kepala yang menetap. Sakit kepala yang menimbulkan suatu masalah yang serius
adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah tanda pre eklamsi.
3)Bengkak pada muka dan tangan. Bengkak yang normal adalah pada kaki yang biasanya
muncul pada sore hari dan hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak
bisa menunjukan masalah yang serius jika muncul pada muka dan tangan tidak hilang
setelah istirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain, hal ini dapat merupakan
pertanda anemia, gagal jantung, pre eklamsi.
4)Nyeri abdomen yang hebat yaitu nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
istirahat hal ini dapat berarti apendisitis, kehamilan ektopik, abortus, persalinan preterm,
gastritis, infeksi saluran kandung kemih atau penyakit hubungan seksual.
5)Bayi kurang bergerak. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke 4 atau
bulan ke 5 seberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal, jika bayi tidur
gerakanya akan melemah, bayi harus bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3 jam,
gerakan bayi akan lebih terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik.

2.2 Konsep Dasar Abortus


2.2.1 Pengertian Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin <
500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar rahim,
atau sebelum kehamilan itu mencapai usia kehamilan 20 minggu (dihitung dari hari
pertama haid terakhir) atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
2.2.2 Etiologi Abortus
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah (1) kelainan
kromosom, (2) tempat implantasi yang kurang sempurna, (3) pengaruh teratogen
akibat radiasi, virus obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2) Kelainan pada plasenta
3) Faktor maternal, meliputi (1) usia, (2) riwayat penyakit, (3) grandemultipara, (4)
riwayat abortus berulang, dll
4) Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
2.2.3 Tahapan Abortus
Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :
1) Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam kandungan.
2) Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
3) Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal.
4) Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
5) Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
6) Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
7) Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
8) Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis (Prawirohardjo, 2009)
2.2.4 Tanda dan Gejala Abortus Imminens
1) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih berada
dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks
3) Perdarahan melalui OUE
4) Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, tes kehamilan positif
5) Perdarahan implitasi biasanya warnanya merah dan cepat berhenti dan tidak disertai
mules-mules
2.2.5 Penatalaksanaaan
Penatalaksanaan abortus imminens dipakai cara konservatif, meliputi :
1) Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan
mekanis
2) Coitus dilarang selama 2 minggu setelah perdarahan berhenti
3) Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg
4) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
5) Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
BAB 4
PEMBAHASAN

Di dalam laporan ini akan di bahas penunjang atau hambatan melaksanakan asuhan
kebidanan kehamilan patologis pada Ny ”I” GIII P2002 Uk 13/14 minggu dengan perdarahan
pervaginam. Tidak ada hambatan dalam asuhan tersebut. Untuk menyelesaikan atau
mempermudah penyusunan pembahasan ini akan mulai pembahasannya dari latar belakang
pendahuluan, kemudian mengelompokkan permasalahan sesuai tahap proses asuhan kebidanan
yaitu tahap pengkajian, analisa diagnosa atau masalah. Diagnosa potensial, tindakan segera,
perencanaan dan tindakan serta tahap penilaian atau evaluasi.

4.1 TAHAP PENGKAJIAN


Pada tahap pengkajian data subjektif dan obyektif tidak ditemukan kesulitan baik
melalui wawancara langsung maupun melalui pengamatan terhadap pasien dan keluarga.
4.2 ANALISA DIAGNOS /MASALAH
Setelah dianalisa ternyata di dapatkan satu diagnosa yaitu diagnosa asuhan kebidanan
kehamilan pada Ny ”M” GIII P2002 Uk 13/14 minggu dengan perdarahan pervaginam. Hal
ini sama dengan yang ada pada tinjauan pustaka. Pada tinjauan pustaka hal ini tersebut juga
tercantum.
4.3 DIAGNOSA POTENSIAL
Berdasarkan pangkajian dan analisa data dari kasus diatas di temukan masalah
potensial pada ibu kasus Ny ”I” GIII P2002 Uk 13/14 minggu dengan perdarahan pervaginam,
yaitu abortus insipien, abortus inkomplit, dan abortus komplit.
4.4 TINDAKAN SEGERA
Pada kasus ini di lakukan tindakan segera yaitu bed rest total untuk mengurangi
kontraksi uterus
4.5 TAHAP PERENCANAAN
Sesuai dengan diagnosa yang muncul pada saat melakukan asuhan kebidanan pada Ny
”I” GIII P2002 Uk 13/14 minggu dengan perdarahan pervaginam. Rencana tindakan sesuai
dengan yang tercantum dalam tinjauan pustaka.
Semua rencana tindakan sesuai dengan yang tercantum dalam tinjauan pustaka, jadi
dalam tahap perencanaan ini tidak ada hambatan yang di jumpai karena sarana, prasarana
dan sumberdaya dari klien dan Pondok Bersalin tempat melaksanakan asuhan kebidnanan,
memungkinkan untuk membuat rencana tindakan sesuai prinsip – prinsip ilmu kebidanan
dan standart atau protap yang ada.
4.6 PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini di laksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
yang telah di buat dan di tetapkan yaitu pada diagnosa Ny ”I” GIII P2002 Uk 13/14 minggu
dengan perdarahan pervaginam, dalam melaksanakannya tidak ada hambatan. Karena
kerjasama petugas dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

4.7 EVALUASI
Pada tahap ini setelah melakukan penilaian dari asuhan kebidanan yang telah di
berikan pada pasien dapat di catat perkembangan hasil akhir yang di peroleh sesuai dengan
tujuan kriteria evaluasi yang terdapat pada tinjauan pustaka.
BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan Ny ”I” GIII P2002 Uk 13/14 minggu dengan
perdarahan pervaginam di dapatkan kesimpulan bahwa pengkajian telah di dapat atau di
lakukan pengumpulan data yang meliputi data subjektif dan data obyektif. Intervensi yang
di berikan sesuai dengan ketentuan yang ada. Sedangkan penerapanya di sesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada. Evaluasi di lakukan setelah implementasi di lakukan yang
menunjukkan bahwa Ny ”I” GIII P2002 Uk 13/14 minggu dengan perdarahan pervaginam
harus dipantau sesuai dengan kebutuhan saat ini.

5.2 KRITIK DAN SARAN


5.2.1 BAGI MAHASISWA

Mahasiswa di harapkan dapat mengaplikasikan antara pengetahuan logika dan


ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan dengan benar dan tepat.

5.2.2 BAGI LAHAN PRAKTEK

Pondok Bersalin/BPM harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang


sudah ada dan selalu berusah untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk
kesembuhan pasien.
5.2.3 BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN

Bagi tenaga kesehatan yang berada di institusi kesehatan supaya lebih


memperhatikan dan memberikan kepada calon tenaga kesehatan pada umunya serta
supaya memperbanyak dan melengkapi buku-buku yang ada di perpustakaan yang
merupakan gudang ilmu bagi anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal ; Ed. 1, Cet. 11, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, H. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Vol. 1). Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan (4 ed.). Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Hani, U,dkk. (2011). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai