Oleh:
Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi
Manado
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul "Perencanaan dan Pengendalian
Proyek"
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Perencanaan
dan Pengendalian Proyek pada Program Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi. Disamping itu,
penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca.
Makalah ini dapat diselesaikan semata karena kami kelompok menerima banyak bantuan
dan dukungan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ir. JANTJE BERNHARD MANGARE, M.T Selaku dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan dan Pengendalian Proyek.
Untuk pihak di atas kami mengucapkan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dan
pembelajaran yang diberikan. Kami memohon maaf apabila ada kesalahan selama Menyusun
makalah ini, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada orang tua dan pihak-pihak eksternal yang sudah boleh membantu kami sampai boleh
menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, kami memohon maaf apabila ada terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Dan
menyadri kekurangan dari makalah ini, kami dengan senang hati menerima saran dan koreksi
dari saudara sekalian guna membantu kami menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian Makalah ini kami buat, kami ucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
Kelompok 2
Tabel 3.10 Serangkaian kegiatan dengan data waktu kegiatan efektif [te] dan deviasi
kegiatan [d]………………………………………………………………………….52
Salah satu hasil dari perencanaan adalah penjadwalan proyek, yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja
sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek
dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan
kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat terperinci dan sangat detail. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling
proyek adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing
pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan
mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husen, 2009: 133). Metode
menyusun jadwal yang terkenal adalah analisis jaringan kerja (network analysis), yang
menggambarkan dalam suatu grafik hubungan urutan pekerjaan proyek. Pekerjaan
yangharus mendahului atau didahului oleh pekerjaan lain di identifikasi dalam kaitannya
dengan waktu.
Perencanaan dan pengendalian jadwal adalah suatu tugas utama bagi kesuksesan
manajemen proyek konstruksi. Melalui peningkatan kinerja penjadwalan proyek maka
dapat mengurangi perubahan proyek dan peningkatan biaya proyek (cost overruns project).
Di dalam proyek-proyek konstruksi, salah satu dari permasalahan utama dalam
perencanaan dan pengendalian jadwal adalah penentuan jadwal proyek, terutama ketika
sumberdaya yang diperlukan dibatasi (Jan, Shu-Hui, Construction Project Buffer
Management In Scheduling Planning and Control, ISARC, Taiwan, 2006).
Proyek ialah suatu kegiatan yang kompleks dan mempunyai sifat yang tidak dapat terjadi
berulang, memiliki waktu yang terbatas, spesifikasi yang sudah di tentukan di awal untuk
menghasilkan suatu produk. Karna adanya batasan-batasan dalam melakukan suatu proyek, maka
sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki agar
dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai.
Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan
dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang di harapkan.
Menurut Schwalbe yang diterjermahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014:2) menjelaskan
bahwa proyek adalah usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan
yang unik. Pada umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan
aktivitasnya dan sponsor utama proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber daya yang
efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.
Nurhayati (2010:4) menjelaskan bahwa sebuah proyek dapat diartikan sebagai upaya atau
aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting
dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Subagya (2000) Proyek adalah suatu pekerjaan yang memiliki tanda-tanda
khusus sebagai berikut, yaitu:
1. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja
akhir.
2. Dalam proses pelaksanaan, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu.
3. Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan
akhir ditentukan dengan jelas.
4. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang
proyek berlangsung.
5. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
3. Proyek
Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan utamanya adalah melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka
menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan serta lingkup kerja yang dilakukan
sering mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan
proyek dapat berupa memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan, atau metode
produksi.
6. Proyek Radio-Telekomunikasi
Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang
luas dengan biaya minimal.
7. Proyek Kapital
Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk
investasi.
Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan biaya (anggaran) yang
dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan diatas disebut juga tiga
kendala (triple constrain) yang sering di asosiasikan sebagai sasaran proyek. Seperti yang
tergambar di bawah ini (Iman Soeharto, 1995:1-2)
Biaya
Anggaran
Jadwal Waktu
Mutu Kinerja
1. Anggaran Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran.
2. Jadwal Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah
ditentukan.
3. Mutu Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan. Jadi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang
dimaksudkan.
Meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti
dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran.
Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau
jadwal.
b) Perencanaan (Planning)
Perencanaan atau planning adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan membuat tujuan
perusahaan dengan berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang ingin diraih perusahaan
tersebut. Perencanaan ialah cara terbaik dalam mengejar serta membuat tujuan
perusahaan bisa tercapai karena perencanaan merupakan proses bagian dari fungsi
manajemen yang penting karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi manajemen berikutnya
tidak akan dapat berjalan.
c) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian atau organizing ialah membagi suatu kegiatan-kegiatan kecil dengan
membagi dalam setiap tugas supaya tercapainya suatu tujuan bisa dilakukan dengan lebih
mudah.
d) Pengarahan (Directing)
Sedangkan pengarahan atau directing adalah suatu tindakan yang mengusahakan supaya
semua anggota kelompok mau dan ingin berusaha mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan manajerial serta usaha.
e) Pengontrolan (Controlling)
fungsi pengontrolan atau pengendalian ini mungkin saja merupakan fungsi tersulit dan
juga terpenting bagi seorang manajer apakah proyek akan berjalan semestinya ataukah
tidak.
f) Penutupan (Closing)
manajer proyek hendaknya selalu menilai keberhasilan atau kegagalan pada kesimpulan
dari sebuah proyek yang dijalani.
Sumber daya merupakan komponen yang paling penting dalam suatu perencanaan proyek.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan perencanaan sumber daya adalah proses mengidentifikasi
jenis dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan yang telah ditetapkan. Tujuan
perencanaan tersebut adalah mengusahakan agar sumber daya yang dibutuhkan tersedia tepat
pada waktunya, tidak boleh terlalu awal atau terlambat, karena keduanya merupakan sumber
pemborosan.
Biaya
Biaya proyek merupakan sumber daya yang memegang peranan sangat penting dalam
penyelanggaraan suatu proyek dari awal hingga akhir pada pelaksanaan proyek yang
selanjutnya digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya
seperti manusia, peralatan, material, maupun waktu.
Untuk membangun suatu proyek konstruksi dibutuhkan investasi berupa sejumlah besar
biaya atau modal. Modal dalam proyek dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu modal
tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital) (Iman Soeharto, 1995:127).
Secara teoritis, keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja
proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang dibagi dengan kurun waktu
pelaksanaan proyek. Namun cara tersebut tidak realistis karena keperluan tenaga kerja
selama siklus proyek tidak konstan. Oleh karena itu, untuk merencanakan tenaga kerja
proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam-macam faktor, diantarannya yang
terpenting adalah seperti berikut ini (Iman Soeharto, 1998:131):
Dilihat dari bentuk hubungan kerja antar pihak yang bersangkutan, maka tenaga kerja
proyek khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi (Iman Soeharto, 1998:147):
Material merupakan bagian terpenting yang mempunyai presentase cukup besar dari total
biaya proyek. Oleh karena itu, penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk
membeli, mendistribusikan dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting.
Peralatan
Salah satu sumber daya terpenting yang harus tersedia pada saat melaksanakan kegiatan
proyek adalah peralatan konstruksi (construction plant).
Secara umum peralatan konstruksi adalah mahal, karena itu diperlukan perhatiaan dan
pertimbangan yang matang dalam memutuskan tipe dan ukuran alat adalah biaya
keseluruhan dari tiap satuan produksi yang diperoleh. Terdapat beberapa faktor lain yang
patut diperhatikan sebelum keputusan akhir dibuat, faktor-faktor tersebut meliputi
(Wulfram I. Ervianto, 2004:175):
Jenis-jenis proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok yaitu:
Jenis-jenis Proyek Konstruksi, Bangunan merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi.
Banyak masyarakat mengartikan bangunan adalah rumah, gedung, jembatan atau sarana
prasarana lainnya. Pekerjaan proyek bangunan atau konstruksi memiliki ruang lingkup yaitu
wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan baik yang ada di
atas, di bawah tanah atau di air. Pekerjaan proyek konstruksi terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
Proyek jenis ini mencakup proyek pembangunan tempat tinggal seperti rumah, perumahan, villa,
ataupun apartemen. Kegiatan pembangunan jenis ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
secara pribadi maupun masal. Namun, biasanya khusus untuk proyek perumahan dilakukan
secara masal atau serempak dengan penyediaan sarana penunjang. Dalam pengerjaan proyek
bangunan perumahan diperlukan perencanaan yang matang karena menyangkut fasilitas dan
jaringan infrastruktur, seperti jalan, air bersih, listrik, dan sarana-sarana lainnya.
Teknologi konstruksi memiliki fungsi yang sesuai dengan peruntukannya. Salah satu bentuk
hasil akhir konstruksi yaitu tempat tinggal. Tempat tinggal berfungsi sebagai tempat berlindung
manusia dari segala cuaca. Pada saat ini tempat tinggal dapat berupa rumah tinggal, apartemen,
villa, maupun kondotel.
Siklus proyek konstruksi, meliputi beberapa tahap berikut (Dimyati & Nurjaman, 2014:10-11):
• Kontekstual gagasan
Tahapan ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan
awal, indikasi awal dimensi, biaya, dan jadwal proyek.
• Studi kelayakan
Terdiri dari kegiatan pendalaman berbagai aspek persoalan, desain engineering dan
pengembangan, pembuatan jadwal utama dan anggaran serta menentukan perencanaan
sumber daya, penyiapan perangkat, dan penentuan peserta proyek dengan program
lelang.
• Tujuan
Yaitu menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci, secara teknis dan
administratif untuk memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan proyek.
• Pengadaan
• Implementasi
Terdiri atas kegiatan, desain engineering yang terperinci, pembuatan spesifikasi dan
kriteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi dan kontruksi, inspeksi mutu, uji
coba, start-up, demobilisasi, dan laporan proyek penutup. Tujuan akhir proyek adalah
mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja paling maksimal, dengan
melakukan proses perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan dan pengendalian yang lebih
cermat serta terperinci dari proses sebelumnya. Pada tahap ini, kontraktor memiliki peran
dominan dengan tujuan akhir sasaran proyek tercapai dan mendapatkan keuntungan
maksimal. Peran pemilik proyek pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai
konsultan pengawas pelaksanaan, dengan tujuan mereduksi segala macam penyimpangan
serta melakukan tindak koreksi yang diperlukan.
Terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan prestasi akhir proyek serta
pemeliharaan fasilitas bangunan yang dapat digunakan untuk kepentingan sosial dan
ekonomi masyarakat.
Pada bagian ini akan dibahas mengenai 3 faktor pembatas di dalam lingkup manajemen proyek,
yaitu meliputi:
- Scope atau ruang lingkup.
- Time atau waktu.
- Cost atau biaya.
Manajemen ruang
linkup proyek
-Cost atau biaya, adalah salah satu faktor atau komponen utama proyek. Pada intinya faktor
biaya atau cost ini adalah menentukan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan untuk sebuah
proyek. Faktor biaya ini sangat dipengaruhi oleh 2 faktor sebelumnya, yaitu faktor scope dan
faktor time. Secara umum semakin besar ruang lingkup dan semakin lama waktu, maka akan
semakin besar pula biaya suatu proyek. Berikut ini digambarkan keterkatian antara ketiga faktor
pembatas atau triple constraint (scope, time & cost), serta kaitannya terhadap kualitas suatu
target.
Menurut (Imam Heryanto, 2013), tiga faktor pembatas di dalam lingkup manajemen proyek,
yaitu meliputi:
1. Scope atau ruang lingkup membahas jenis dan batasa-batasan yang ada pada sebuah proyek.
Sejauh mana batasan-batasan atau ruang lingkup suatu proyek ditentukan. Semakin besarnya
ruang lingkup suatu proyek, maka secara umum akan makin bertambah pula waktu pengerjaan,
ini tentu berdampak pada bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan.
2. Time atau waktu adalah salah satu komponen yang menjadi target utama dalam sebuah
proyek, bagaimana kita menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
sebuah proyek.
3. Cost atau biaya adalah salah satu komponen utama dalam sebuah proyek, menentukan
seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan untuk sebuah proyek.
Ketiga faktor pembatas atau triple constraint (scope, time & cost), serta kaitannya terhadap
kualitas suatu target, dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Faktor Pembatas atau Triple Constraint (scope, time & cost)
TEPAT BIAYA; Anggaran proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi
anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal
bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecahkan
bagi komponen-komponenya, atau perperiode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan
keperluan.
TEPAT WAKTU; Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal
akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak
boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
TEPAT MUTU; Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang dipersyaratkan.
Memiliki batasan waktu: proyek bersifat temporary atau sementara jadi dapat
didefinisikan sendiri proyek itu memiliki waktu mulai (start date) dan waktu akhir (end
date), batasan waktu pengerjaan proyek biasanya ditentukan oleh customer, dengan
pertimbangan dari kapasitas yang mengerjakan proyek dan kebutuhan dari customer itu
sendiri.
Terdapat batasan atau scope: proyek tidak bersifat umum atau memiliki ruang lingkup
yang berbeda dengan disiplin ilmu yang berbeda pula, secara global proyek terbagi atas 2
bidang yaitu proyek IT dan non-IT.
Penuh dengan ketidak pastian: karakteristik ini yang paling saya ingat, dikarenakan
saya menjadisalah satu objek untuk menjelaskan apa maksud dari karakteristik ini, salah satu
bidang Proyek yaitu IT, seiring dengan berkembangnya teknologi (IT) permintaan akan
Perencanaan dan Pengendalian Proyek | Kelompok 2 13
kebutuhan akan terus berkembang sehingga hal ini mendasari ketidakpastian dari proyek
tersebut, dan saya tidak tahu apakah penjelasan saya itu salah namun yang dimaksud penuh
dengan ketidakpastian ialah tidak ada yang tahu apakah sebuah proyek akan berhasil atau
tidak, karena menurut pengalaman dunia lebih banyak proyek yang gagal dibandingkan
dengan yang berhasil.
Menghasilkan Produk yang Unik: tujuan dari sebuah proyek ialah menghasilkan
produk yang beda dari yang lain, atau memiliki fungsionalitas yang belum ada sebelumnya,
seperti contoh sebuah instansi perkantoran/perusahaan yang menginginkan dibuatkan
software yang sesuai dengan proses bisnis internal perusahaan, software tersebut dibuat
berdasarkan kebutuhan customer/company sehingga output dari proyek tersbebut ialah
produk yang unik.
Memiliki Sumber Daya (Manusia dan non Manusia): sebuah proyek pasti
membutuhkan sumber daya baik itu manusia dalam hal pekerja ataupun infrastruktur atau
teknologi yang akan digunakan.
Memiliki Tujuan Spesifik/Sasaran: Tujuan dapat berupa produk yang berkualitas,
waktu pengerjaan dan biaya yang akan dikeluarkan. kualitas dari produk yang dihasilkan
harus sesuai dengan janji yang telah dibuat dengan customer dan juga tepat waktu dalam
menghasilkan produk tersebut.
Memiliki Stakeholder: Definisi dari Stakeholder ialah semua orang/organisasi yang
terlibat dalam pengerjaan proyek.
Menurut Schwalbe yang dikutip dari buku Dimyati & Nurjaman (2014:21), setiap proyek
akan dibatasi dengan ruang lingkup (scope), waktu (time) dan biaya (cost). Batasan-batasan ini
seringkali digunakan ke dalam manajemen proyek sebagai tiga batasan utama. Agar proyek
berhasil, manajer proyek harus mempertimbangkan hal berikut. Pertama, ruang lingkup
pekerjaan yang akan dilakukan sebagai bagian dari proyek tersebut, serta produk dan layanan
atau hasil yang diinginkan oleh pelanggan (sponsor) yang dapat dihasilkan dalam suatu proyek.
Kedua, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek. Ketiga, biaya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
Setiap proyek memiliki tujuan khusus, dan dalam proses pencapaian tujuan tersebut ada tiga
konstrain yang harus dipenuhi, yang dikenal dengan TradeOff Triangle atau Triple Constraints.
Triple Constraints adalah usaha pencapaian tujuan yang berdasarkan batasan sebagai berikut.
Tepat mutu
Mutu adalah apa yang akan dikerjakan oleh proyek tersebut, produk, layanan atau hasil
yang diraih proyek tersebut atau disebut sebagai kinerja (performance), harus memenuhi
spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemilik.
Tepat waktu
Yang di maksud dengan waktu ialah berapa lama waktu yang di butuhkan untuk
melaksanakan suatu proyek serta apa itu jadwal proyek. salah satu komponen yang
menjadi target utama dalam sebuah proyek. Pada intinya faktor waktu ini adalah
bagaimana kita menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
sebuah proyek. Komponen waktu begitu berarti, terutama pada saat-saat yang memang
sangat krusial. Terkadang suatu proyek dipaksa untuk selesai pada waktu tertentu,
walaupun berdampak pada membengkaknya biaya.
Perencanaan dan Pengendalian Proyek | Kelompok 2 14
Tepat biaya
Dalam proyek kita tidak akan pernah lepas dari biaya, biaya di butuhkan untuk
menyelesaikan sebuah proyek harus di perhitungkan secara matang. Pada intinya faktor
biaya atau cost ini adalah menentukan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan untuk
sebuah proyek. Faktor biaya ini sangat dipengaruhi oleh 2 faktor sebelumnya, yaitu faktor
scope dan faktor time. Secara umum semakin besar ruang lingkup dan semakin lama
waktu, maka akan semakin besar pula biaya suatu proyek.
Salah satu tahap perencanaan yang penting adalah bagaimana mengestimasi biaya, waktu dan
mutu yang tepat sehingga tujuan proyek tercapai secara efisien dan efektif.
Estimasi biaya merupakan unsur penting dalam pengelolaan biaya proyek secara
keseluruhan, karena memiliki fungsi yang amat luas dalam merencanakan dan mengendalikan
sumber daya seperti: material, tenaga kerja, waktu dan lain-lain. Estimasi bertujuan untuk
memperkirakan besarnya biaya yang terjadi untuk melaksanakan suatu kegiatan di masa datang,
oleh sebab itu perlu dilakukan seakurat mungkin. Kegiatan estimasi pada umumnya dilakukan
dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar
rencana, dapat diketahui kebutuhan material yang nantinya akan digunakan, sedangkan
berdasarkan spesifikasi dapat diketahui kualitas bangunannya. (Ervianto, 2009)
Estimasi biaya digunakan untuk menyusun anggaran dan dijadikan dasar untuk mengevaluasi
performansi proyek. Kontraktor yang tidak mempunyai pemahaman tentang komponen biaya,
termasuk biaya tidak langsung akan meningkatkan risiko mereka terhadap kegagalan yang tidak
perlu. Sebagai suatu bidang usaha yang dikategorikan beresiko tinggi, keberhasilan kegiatan-
kegiatan konstruksi tentunya sangat peka terhadap perubahan biaya, dan hal ini menjadi sangat
penting untuk diperhatikan oleh para pelaku dibidang usaha tersebut.
Dalam kondisi tersebut, maka kemampuan dan keberhasilan para kontraktor untuk bertahan
dalam industri yang ketat persaingannya ini akan sangat tergantung pada sebaik apa mereka
mampu mengatasi ketidakpastian, khususnya dalam aspek biaya. Keberhasilan kontraktor dalam
persaingan ini tercermin dari kemampuannya memenangkan pelelangan dan menyelesaikan
proyek-proyek konstruksi dengan tetap menghasilkan profit yang cukup.
Menurut (Santosa, 2008), biaya langsung adalah elemen biaya yang memiliki kaitan
langsung dengan volume pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran atau menjadi komponen
permanen hasil akhir proyek. Komponen biaya langsung terdiri dari biaya upah pekerja, operasi
peralatan, material. Termasuk kategori biaya langsung adalah semua biaya yang berada dalam
kendali subkontraktor.
Biaya tidak langsung merupakan elemen biaya yang tidak terkait langsung dengan besaran
volume komponen fisik hasil akhir proyek, tetapi mempunyai kontribusi terhadap penyelesaian
kegiatan atau proyek. Elemen biaya ini umumnya tidak tertera dalam daftar item pembayaran
dalam kontrak atau tidak dirinci.
Yang termasuk dalam kategori biaya tidak langsung antara lain adalah
Biaya risiko adalah elemen biaya yang mengandung dan/atau dipengaruhi ketidakpastian
yang cukup tinggi, seperti biaya tak terduga (contingencies) dan keuntungan (profit).
Komponen biaya tak langsung proyek konstruksi dalam proses penawaran biasanya
dimasukkan oleh kontraktor dalam setiap jenis pekerjaan. Kontraktor nasional di Indonesia pada
umumya tidak melakukan identifikasi biaya tidak langsung secara detail sebelumnya. Kontraktor
juga diyakini tidak memiliki mekanisme yang akurat dalam menentukan besarnya masing-
masing variabel biaya tidak langsung. Penentuan alokasi biaya tidak langsung yang biasa
dilakukan adalah melalui presentase yang besarnya berbeda-beda, tergantung pengalaman
kontraktor. Penetapan besarnya persentase ini juga dipengaruhi oleh persepsi risiko oleh
kontraktor terhadap tiap jenis poyek, karena tiap proyek memiliki karakteristik tertentu dan
ketidakpastian yang berbeda.
Pada umumnya besarnya biaya tidak langsung ditetapkan sebagai proporsi (persentase) dari
biaya langsung keseluruhan. Informasi mengenai bagaimana proporsi tersebut ditetapkan dan
faktor apa saja yang dipertimbangkan tidak dapat dijelaskan. Berbagai kajian di atas perlu
ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih mendalam dan lengkap untuk memperoleh
gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang praktek estimasi biaya tidak langsung yang
dilakukan oleh praktisi di industri konstruksi di Indonesia. Melalui gambaran tersebut dapat
mencerminkan karakteristik pola estimasi biaya tidak langsung dari para pelaku konstruksi di
Indonesia.
Orang yang ahli dalam mengestimasi biaya disebut estimator. Pengetahuan yang harus
dimilik oleh seoarang estimator adalah dapat dilihat seperti gambar berikut:
Memvisualisasikan dari 2
dimensi ke 3 dimensi
Produktifitas Netralisir
Tenaga kerja resiko
ESTIMASI
Metode Strategi
Konstruksi Penawaran
Sistem
Pembiayaan
Sumber informasi terbaik adalah pengalaman perusahaan dari proyek-proyek yang pernah
dikerjakan antara lain: informasi mengenai jumlah material yang terpakai, jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk suatu jenis pekerjaan, jam kerja peralatan dll.
Terdapat beberapa jenis estimasi yang didasarkan pada cara memperkirakan biaya suatu
konstruksi, yaitu:
1. Estimasi Kelayakan adalah sebagaimana tujuan dari tahap studi kelayakan yaitu
menetukan apakah bangunan tersebut layak dibangun.
2. Estimasi Konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan yang akan
dibangun. Estimasi biaya konseptual juga dapat dilakukan dengan menggunakan data
masa lalu yang diperbaharui dengan menggunakan indeks biaya (harga). Hal penting
dalam dunia industri konstruksi.
3. Estimasi Detail/Terperinci adalah memperkirakan biaya konstruksi secara lebih
terinci dengan berpedoman pada gambar rencana, spesifikasi, gambar potongan dan
gambar detail telah tersedia, demikian juga gambar kerja yang selanjutnya dari
gambar kerja dapat dihitung material-material yang memerlukan potongan yang
berpola, sehingga volume dari masing-masing detail bagian konstruksi maupun
potongan pola tersebut dapat dihitung lebih pasti. Atau disebut denganmetodeharga
satuan dan volume pekerjaan (Quantity Take Off).
4. Sistem Estimasi Subkontraktor, dipakai pada bagian konstruksi khusus yang
disubkontraktorkan.
5. Estimasi Pekerjaan Tambah Kurang, di mana pekerjaan tambah kurang dapat terjadi
karena kebutuhan pemilik, kesalahan dalam dokumen kontrak, atau perubahan
kondisi lokasi proyek
6. Estimasi Kemajuan, berfungsi sebagai dasar permintaan pembayaran, sebagai
pembanding terhadap keuntungan dari kerugian yang telah diramalkan sebelumnya.
(Ervianto, 2009)
Dasar dalam proses estimasi meliputi ketersediaan material, jumlah dan tipe peralatan,
jumlah tenaga kerja dengan keterampilan yang dimilikinya, dan produktivitas tenaga kerja yang
sesuai dengan kondisi proyek. Penyesuaian ini berdasarkan pada ketersediaan material, jarak
pengangkutan, kondisi lapangan, komposisi tanah, batasan pekerjaan dan kondisi lainnya yang
berpengaruh pada produktivitas pekerjaan. Penentuan biaya peralatan dapat diperoleh dari
informasi yang diberikan oleh pihak penyedia peralatan. Penentuan produktivitas tenaga kerja
dapat ditentukan dari data-data proyek sebelumnya dan disesuaikan denga kondisi ekonomi
selama pelaksanaan proyek yang diperkirakan oleh estimator.
Menurut (Ervianto, 2009) estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan
perusahaan. Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada keahlian dan kerajinan estimator
dalam mengikuti seluruh proses pekerjaan dan sesuai dengan infomasi terbaru. Secara umum
komponen biaya yang tercantum dalam estimasi biaya konstruksi meliputi:
Estimasi biaya langsung adalah semua biaya yang menjadi komponen permanen
hasil akhir proyek (material, labor & peralatan)
Estimasi biaya tak langsung adalah semua biaya yang mendukung pekerjaan
tetapi tidak tercantum dalam mata pembayaran dari pekerjaan seperti:
Biaya Over head adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung dengan
biaya bahan, peralatan dan tenaga kerja. Contoh, ketika bagian logistik memesan
semen dilakukan dengan menggunakan telepon genggam (HP). Biaya pulsa
telepon tersebut tidak dapat ditambahkan pada harga semen yang dipesan. Contoh
lain biaya operasional kantor proyek di lapangan (site office) seperti listrik, air,
telepon, gaji tenaga administrasi, dst.
Anggaran biaya proyek disusun dengan tujuan untuk mengetahui berapa budgeting dari
proyek tersebut. Owner membuat estimasi tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang
sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus dikeluarkan. Estimasi yang dibuat owner disebut
Owner Estimate (OE) atau Engineer Estimate (EE). Anggaran biaya yang dibuat oleh kontraktor
dengan tujuan untuk mengajukan penawaran harga pekerjaan. Dalam rangka memenangkan
tender, kontraktor membuat anggaran, harus mendekati OE atau EE
Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar untuk
menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.
Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerahlokasi proyek
dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.
Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan menggunakananalisis yang
diyakini baik oleh si pembuat anggaran. Di pasaran terdapat buku BOW (Burgelijke
Openbare Werken).
Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisis
satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.
Membuat rekapitulasi
Selain menentukan anggaran biaya, bagian terpenting dari perencanaan adalah perencanaan
waktu. Perencanaan waktu adalah menentukan jadwal proyek, durasi proyek setiap item
pekerjaan dari awal mulai proyek sampai selesai proyek. Penjadwalan proyek bertujuan juga
untuk memudahkan pengontrolan, dan pengontrolan bertujuan untuk menghindari keterlambatan
proyek. Pada manajemen proyek, time management tertuang dalam penyusunan perencanaan
waktu (Time schedule) . Perencanaan dapat dikatakan sebagai dasar dari pengendalian. Akan
menjadi tidak bermakna apabila membuat rencana tanpa adanya usaha untuk melaksnakan
pengendalian. Sebuah rencana merupakan instrument yang dinamis, perencanaan memerlukan
perbaikan (update) secara terus menerus, yang mereflesikan perubahan keadaan seperti
perubahan design, keterlambatan (karena cuaca, isu-isu, industri), perubahan sumber daya
(kelebihanatau keurangan orang, peralatan, material), perubahan prioritas (keputusan pemilik).
Secara umum definisi perencanaan adalah suatu proses dalam manajemen proyek yang
mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk didalamnya menyiapkan segala program
teknis dan administratif agar dapat diterapkan. Perencanaan adalah proses yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk
mencapainya. Diperlukan cara memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan di masa
datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk
menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Diperlukan cara memilih dan menentukan
langkah-langkah kegiatan di masa datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu
fungsi pengendalian adalah memantau dan mengkaji (bila perlu mengadakan koreksi) agar
langkah-langkah kegiatan tersebut terbimbing ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Soeharto,
1995).
Perencanaan adalah tulang punggung keseluruhan proyek dan didasarkan atas sasaran yang
jelas. Dengan perencanaan yang tepat, sumber daya yang memadai dapat disediakan pada saat
yang tepat. Waktu yang cukup dialokasikan untuk setiap tahap proses, dan berbagai komponen
kegiatan dimulai pada saat yang tepat (Austin dan Neale, 1991).
Perencanaan didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan perumusan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan
peramalan tersebut. Perencanaan tersebut berupa perencanaan prosedur, perencanaan metode
kerja, perencanaan standar, perencanaan hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan
program (rencana kegiatan beserta jadwal) (Ervianto, 2009)
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen proyek. Dengan
perencanaan yang baik, maka apa yang menjadi tujuan proyek akan dapat tercapai. Perencanaan
merupakan dasar dari kegiatan untuk memonitoring dan pengendalian proyek.
Menurut (Santosa, 2008) lingkup pekerjaan selama proses dari perencanaan dan
pengendalian proyek adalah
Dalam perencaaan sebuah proyek memiliki banyak sekali manfaat-manfaat atau keuntungan
yang ada. Antara lain sebagai berikut:
Suatu bentuk perencanaan dapat membuat pelaksanaan tugas menjadi tepat dan
kegiatan tiap unit akan terorganisir dengan baik menuju arah yang sama.
Suatu perencanaan yang disusun dari penelitian yang akurat akan menghindarkan
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
Suatu perencanaan memuat standar atau batasan tindakan dan biaya akan
memudahkan pelaksanaan pengawasan.
Perencanaan bisa dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan sehingga
aparat pelaksana mempunyai irama atau gerak dan pandangan yang sama untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Perencanaan memberikan arahan. Dalam proses perencanaan, tujuan organisasi
didefinisikan dengan kata-kata yang sederhana dan jelas. Hasil yang jelas dari ini adalah
bahwa semua karyawan mendapatkan arahan dan semua upaya mereka difokuskan pada
tujuan tertentu. Dengan demikian, perencanaan memiliki peran penting dalam pencapaian
tujuan organisasi. Misalnya, perusahaan menetapkan target penjualan di bawah proses
perencanaan. Sekarang semua departemen, misalnya, pembelian, personalia, keuangan, dll.,
Akan memutuskan tujuan mereka berdasarkan target penjualan. Dengan cara ini, perhatian
semua manajer akan terfokus pada pencapaian tujuan mereka. Ini akan membuat pencapaian
target penjualan menjadi suatu kepastian. Dengan demikian, jika tidak ada tujuan, organisasi
menjadi cacat dan tujuan ditetapkan di bawah perencanaan.
Perencanaan mengurangi ketidakpastian. Perencanaan selalu dilakukan untuk masa depan
dan masa depan tidak pasti. Dengan bantuan perencanaan, kemungkinan perubahan di masa
depan diantisipasi dan berbagai kegiatan direncanakan dengan cara terbaik. Dengan cara ini,
risiko ketidakpastian di masa depan dapat diminimalkan. Misalnya, untuk menetapkan target
penjualan, survei dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah perusahaan baru yang
kemungkinan memasuki pasar. Dengan mengingat fakta-fakta ini dan merencanakan kegiatan
di masa depan, kemungkinan kesulitan dapat dihindari.
Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan
tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi biaya
proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek sebagai berikut:
Biaya Langsung (Direct Cost), merupakan biaya tetap selama proyek berlangsung, biaya
tenaga kerja, material dan peralatan
Biaya Tak Langsung (Indirect Cost), merupakan biaya tidak tetap yang dibutuhkan guna
penyelesaian proyek. Biaya ini adalah biaya manajemen proyek, tagihan pajak, biaya
perizinan, asuransi, administrasi, ATK, keuntungan/profit.
Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu keberhasilan proyek, harus memiliki
kualifikasi, ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai
keberhasilan suatu proyek. Perencanaan SDM dalam suatu proyek mempertimbangkan juga
perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan tenaga kerja adalah :
Peralatan yang digunakan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh produktivitas alat terhadap
volume pekerjaan yang akan dilakukan, sedangkan jumlah peralatan yang dibutuhkan
bergantung pada hal-hal berikut:
Kualitas material yang dibutuhkan: menggunakan tipe tertentu dengan mutu harus sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi proyek
Spesifikasi teknis material: merupakan dokumentasi persyaratan teknis material yang
direncanakan dan menjadi acuan untuk memenuhi kebutuhan material
Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok: dengan memilih harga yang
paling murah dengan kualitas meterial terbaik
Waktu pengiriman (delivery): menyesuaikan dengan schedule pemakaian material,
biasanya beberapa material dikirim sebelum pekerjaan dimulai
Pajak penjualan material: menjadi beban bagi pemilik proyek yang telah dihitung dalam
harga satuan material atau dalam harga proyek secara keseluruhan
Termin dan kondisi pembayaran kepada logistik material yang dilakukan : harus
disesuaikan dengan cashflow proyek agar likuiditas keuangan proyek tetap aman
Pemasok material adalah rekanan terpilih yang telah bekerja sama dengan baik dan
memberikan pelayanan yang memuaskan pada proyek-proyek sebelumnya
Gudang penimbunan material harus cukup untuk menampung material yang siap dipakai,
karena itu kapasitas dan lalu lintasnya harus diperhitungkan
Harga material saat penawaran lelang dapat naik sewaktu-waktu pada tahap pelaksanaan
proyek, karena itu perhitungan eskalasi harga harus dimasukkan dalam komponen harga
satuan
Jadwal penggunaan material harus sesuai antara kebutuhan proyek dengan waktu
pengiriman material dari pemasok. Penggunaan sub schedule material untuk setiap item
pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam
proyek.
Penjadwalan suatu proyek dapat membantu dalam beberapa hal, diantaranya (Heizer, Jay dan
Render, Barry 2006):
1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan
proyek;
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan
Scheduling Method
Untuk membuat schedule ada banyak metode yang dapat digunakan. Metode-metode yang
dipakai sebaiknya disesuaikan dengan kondisi karakteristik proyek dan yang bisa digunakan
pada kontraktor tersebut. Adapun metode-metode scheduling yang bisa digunakan antara lain:
Bar Chart (Kurva S), CPM, PDM dan alat bantu penjadwalan dengan sistem komputerisasi
Microsoft Project 2007.
Owner merupakan faktor penentu dalam pencapaian keberhasilan suatu proyek. Pada
umumnya owner mempunyai tiga tujuan yang ingin dicapai yaitu mutu kerja yang baik,
biaya rendah, dan penyelesaian proyek yang cepat. Pemilik proyek atau pemberi tugas atau
pengguna jasa adalah orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau
menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan membayar biaya
pekerjaan tersebut.
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu
dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya
pekerjaan tersebut.
Bagi Kontraktor
Bagi Pemilik:
(1) Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek.
(2) Merencanakan aliran kas.
(3) Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya proyek.
Dalam merencanakan jadwal proyek, Manajer Proyek harus mengaplikasikan jadwal yang
diperkiraan ke Calender Days (jadwal harian) atau lamanya pekerjaan. Metode terbaik untuk
melakukan hal ini adalah dengan menggambarkan ke dalam sebuah Gantt Chart atau Bar Chart.
Penjadwalan sangat berhubungan dengan waktu dan bagaimana koordinasi di lapangan. Waktu
dan koordinasi di lapangan dapat terlaksana dengan baik jika di awal memiliki sistem
penjadwalan yang tepat. Untuk itu kontraktor biasanya perlu membuat Master Schedule di awal
proyek. Master schedule ini menggambarkan jadwal pekerjaan secara umum. Oleh karena master
schedule ini dibuat pada awal proyek, terkadang informasi yang ada didalamnya kurang sesuai
dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Hal ini dapat membuat proyek berjalan lebih cepat
atau lebih lambat dari pada jadwal pada master schedule. Masalah seperti ini dapat diatasi oleh
kontraktor dengan membuat rencana penjadwalan pekerjaan jangka pendek, yang dikenal
sebagai “Short interval planning”. Short interval planning ini dapat digunakan sebagai sistem
pengawasan proyek konstruksi secara keseluruhan, khususnya sebagai sistem pengawasan
penjadwalan proyek. Selain itu dianalisa faktor keterlambatan pekerjaan setiap akhir pengamatan
mingguan, sehingga dapat mengurangi hambatan yang menyebabkan keterlambatan.
Anggaran pada pelaksanaan proyek konstruksi, disamping kita mengetahui pihak–pihak yang
berperan dalam pekerjaan konstruksi, diperlukan juga perencanaan Anggaran atau keuangan.
Menurut buku Manajemen Proyek karangan Imam Soeharto, masalah keuangan ini mencakup
biaya dan pendapatan proyek serta penerimaan dan pengeluaran kas, secara umum biaya proyek
dapat dikelompokan menjadi Biaya tetap (modal tetap) dan Biaya tidak tetap (modal kerja).
Modal tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang digunakan untuk menghasilkan produk
yang diinginkan, mulai dari studi kelayakan sampai konstruksi atau instalasi tersebut berjalan
penuh. Sedangkan modal kerja merupakan biaya yang digunakan untuk menutupi kebutuhan
pada tahab awal operasi.
Pengendalian mutu proyek dapat dikerjakan oleh sebuah tim yang dikepalai oleh seorang
manager. Sebelum proyek dimulai, tim hendaknya sudah dibentuk dan dilakukan penunjukan
untuk mengepalai tim. Orang yang ditunjuk untuk menjadi manager harus disetujui oleh pemberi
proyek. Manager pengendalian mutu ini nantinya akan melaporkan pekerjaanpekerjaannya
secara langsung kepada manager proyek.
Pengendalian mutu dalam sebuah proyek terdiri dari tiga langkah utama yakni perencanaan
mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan kualitas.
Pada langkah pengendalian mutu, dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus diperhatikan,
mengembangkan metode pengukuran mutu, mengembangkan standar, dan mengembangkan alat
pengendalian mutu.
1. Buatlah RAB (Rencana Anggaran Biaya) atau Daftar Kuantitas dan Harga
2. Selanjut carilah bobot setiap item pekerjaan dengan cara membagi harga setiap item pekerjaan
dengan Jumlah Harga seluruh item pekerjaan Kemudian kalikan dengan 100% Rumus nya
(Harga setiap item/Harga Seluruh Item)*100%.
3. Setelah menghitung bobot buatlah kolom untuk waktu pelaksanaan proyek yang kita buat
kurva S nya
Kekurangan:
Tidak menunjuk secara spesifik hubungan ketergantungan antar kegiatan, sehingga sulit
mengetahui dampak akibat keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal seluruh proyek
Kurang tepat untuk proyek berukuran sedang atau besar yang memiliki kegiatan yang
kompleks
Gantt Charts tidak bisa secara aksplisit menunjukkan keterkaitan antar aktivitas dan bagaimana
satu aktivitas berakibat pada aktivitas lain bila waktunya terlambat atau dipercepat. Untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada Gantt Charts, cara baru dikenal sebagai
jaringan kerja atau network. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jaringan
kerja adalah:
Gambar 3.2 Contoh Gantt Chart dalam Rekapitulasi Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan
Suatu jaringan yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu proyek. Jaringan ini disusun berdasarkan urutan kegiatan tertentu dan menunjukkan
hubungan yang logis antar kegiatan, hubungan timbal balik antara pembiayan, dan waktu
penyelesaian proyek.
Fungsi:
Metode diagram AOA (Activity On Arrow) atau Arrow Diagramming Method (ADM) adalah
metode menggambarkan kegiatan pada garis panah. Yang mana kegiatan digambarkan pada node
dalam hal ini garis panah (Arrow) merupakan hubungan logis antar kegiatan.
1. Setiap kegiatan harus mempunyai suatu event awal (i), dan suatu event
akhir (j).
Perhitungan Earliest Event Time (EET), digunakan perhitungan ke depan (Forward Anlysis),
dimulai dari kegiatan paling awal dan dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya.
Perhitungan Latest Event Time (LET), digunakan perhitungan ke belakang (Backward Analysis),
dimulai dari kegiatan paling akhir dan dilajutkan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Float, dari network yang terjadi, terbentuk jalur-jalur penyelesaian proyek dimulai dari kejadian
awal samapai kejadian paling akhir. Jalur-jalur tersebut biasa disebut lintasan. Float dapat
difinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga memungkinkan
penundaan atau perlambatan kegiatan tersebut secara sengaja atau tidak sengaja, tetapi
penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesaiannya. Float
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float dan free float. Total float adalah sejumlah
waktu yang tesedia untuk keterlambatan atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa
mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Total float dan free float yang mempunyai nilai = 0, berrati tidak ada tenggang waktu untuk
terlambat sehingga kegiatan tersebut disebut kegiatan kritis. Lintasan yang menghubungkan
antar kegiatan kritis disebut lintasan kritis.
Metode PDM adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi Activity On Node (AON). Disini
kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah
hanya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Pada PDM juga
dikenal adanya konstrain. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node, karena setiap
node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = Start (S) dan ujung akhir atau selesai =
Finish (F).
Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan oleh sebuah lambing segi
empat karena letak kegiatan ada di bagian node sehingga sering disebut juga Activity On Node
(AON). Kelebihan Precedence Diagram Method dibandingkan dengan Arrow Diagram Method
adalah:
1. Earliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat dimulai, dengan
memperhitungkan waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan kegiatan.
2. Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan
tanpa penundaan keseluruhan proyek.
3. Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan.
4. Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu
kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan.
5. Duration (D) adalah kurun waktu kegiatan.
hitungan mundur
Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan kemudian menentukan jalur kritis
dapat dilakukan perhitungan ke depan (Forward Analysis) dan perhitungan ke belakang
(Backward Analysis). Perhitungan ke depan dilakukan untuk mendapatkan besarnya Earliest
Start (ES) dan Earliest Finish (EF). Yang merupakan kegiatan predecessor adalah kegiatan I,
sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan J.
Lintasan kegiatan yang mempunyai Total Float = 0, dinamakan lintasan kritis (Critical
Path). Lintasan inilah yang menentukan umur proyek dalam lintasan ini, semua kegiatan
tidak bisa ditunda. Penundaan akan menyebabkan umur proyek mundur atau molor.
Pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian
komponen-komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun
waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan
kritis. dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis
penting bagi pelaksana proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila
pelaksanaannya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
Untuk menentukan lintasan kritis/jalan kritis diagram panah dikenal cara-cara perhitungannya
yaitu:
1. Perhitungan maju
2. Perhitungan mundur
3. Perhitungan float slack
Berikut penjelasan serta perhitungan untuk masing-masing cara penentuan lintasan kritis secara
rinci:
1. Perhitungan Maju
a. Saat paling awal untuk terjadinya kejadian (event) yang pertama dari jaringan kerja
disamakan dengan nol. (SA = 0)
b. Tiap-tiap aktifitas mulai paling awal (MA) disamakan dengan saat paling awal
terjadinya event sebelumnya (MA = SA). Sehingga dapat dituliskan rumusnya
sebagai berikut : BA = SA + d
c. Untuk merge event, saat mulai paling awal terjadinya aktifitas disamakan dengan
harga terbesar dari saat berakhir paling awal dari aktifitas-aktifitas sebelumnya.
2. Perhitungan Mundur
Sesudah langkah cara perhitungan maju selesai dilakukan sampai event yang terakhir,
maka untuk pengecekan dan mengetahui apakah adakesalahan atau tidak perlu dilakukan
perhitungan mundur. Pokok-pokok pedoman yang hams diperhatikan dalam perhitungan
mundur ialah:
a. Saat paling lambat yang diizinkan pada event terakhir dari jaringan kerja tersebut
disamakan dengan saat paling awal untuk event tersebut yang didapat dari cara
perhitungan maju (SL = SA)
b. Saat mulai (start paling lambat yang masih diijinkan untuk suatu aktifitas (ML)
adalah sama dengan saat berakhir paling lambat (SL) yang diijinkan untuk kejadian
berikutnya dikurangi waktu pelaksanaan aktifitas tersebut (d).
BL = SL - d
c. Untuk burst event, saat paling lambat yang diijinkan untuk terjadinya suatu event
sama dengan harga terkecil dari saat mulai paling lambat yang diijinkan untuk
aktifitas-aktifitas sesudahnya.
3. Pengertian Float/Slack
Kata "slack” atau "float" diartikan sebagai skala waktu yang longgar bagi pelaksanaan
suatu aktifitas, sehingga aktifitas tersebut pelaksanaannya dapat diperlambat secara
a. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
b. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.
c. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi.
d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event)
dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya
Kegiatan pada titik (AON) Arti dari kegiatan Kegiatan pada panah (AOA)
A datang sebelum B, yang
dating sebelum C.
A dan B keduanya harus
diselesaikan sebelum C dapat
dimulai.
Pada prosedur penjadwalan terdahulu (CPM, PDM) diasumsikan bahwa durasi kegiatan
dianggap diketahui dengan pasti.
Dalam kenyataannya prosedur penjadwalan melalui proses yang dinamakan estimasi (estimasi
durasi maupun estimasi biaya), dimana ciri utama dari estimasi adalah mengandung unsur
ketidak-pastian.
PERT-type, sistem ini dirancang untuk membantu dalam perencanaan dan pengendalian
sehingga tidak langsung terlibat dalam optimasi.
Contoh:
Pemerintah akan membangun rumah sakit berstandar internasional, rumah sakit tersebut akan di
bangun dan harus melalui 8 kegiatan yakni: membangun komponen internal, memodifikasi atap
dan lantai, membangun tumpukan, menuangkan beton dan memasang rangka, membangun
pembakar temperatur tinggi, memasang sistem kendali polusi, membangun alat pencegah polusi
udara, dan kegiatan terakhir yaitu pemeriksaan dan pengujian. Kegiatan tersebut dapat dilihat
pada table di bawah ini berikut penjelasan susunan kegiatannya:
Gambar 3.11 Contoh AON Untuk Kegiatan Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Setelah proses penggambaran AON dilanjutkan dengan menggambarkan AOA sebagai berikut:
Gambar 3.12 Contoh AOA Untuk Kegiatan Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Tabel 3.10 Serangkaian kegiatan dengan data waktu kegiatan efektifm [te] dan deviasi kegiatan [d]
Gambar 3.15 Contoh serangkaian estimasi durasi kegiatan dengan metode PERT
Keterangan :
Untuk hasil perhitungan waktu perkiraan (t) didapatkan dengan menggunakan rumus
Pertanyaan :
a. Buat jaringan kerja
b. Tentukan jaur kritisnya dengan menggunakan perhitungan ES, EF, LS, LF, dan S
(Jawab dengan menggunakan metode PERT):
Gambar 3.17 Jaringan kerja dan hasil dari perhitungan ES, EF, LS, dan S
Keterangan :
Rumus perhitungan ES, EF, LS, LF dan S:
ES = Early Start (Waktu mulai aktivitas paling awal)
EF = Early Finish = ES+t (Waktu penyelesaian aktivitas paling awal)
LS = Late Start = LF-t (Waktu mulai aktivitas paling akhir)
LF = Late Finish = LS+t (Waktu penyelesaian aktivitas paling akhir)
S = Slack = LF – EF or LS – ES (Waktu mundur aktivitas)
Penentuan jalur kritis kasus di atas ditentukan dari perhitungan penjumlahan waktu
terlama setiap jalur, yakni:
Sehingga diperoleh jalur kritisnya adalah A-B-F-J-K karena memiliki waktu paling banyak
diantara jalur yang lain yakni 22,67 bulan. Pada metode PERT lebih menitik beratkan pada
waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya
memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk
menyelesaikan suatu proyek. Pada waktu terlama yang digunakan untuk menyelesaikan satu jalur
menyatakan bahwa seluruh metode yang ada telah tercover. Sehingga apabila pada suatu jalur
yang memiliki waktu tercepat telah dapat tercover juga. Apabila dipilih jalur kritis yang memiliki
waktu tercepat maka tidak semua metode yang ada dapat tercover oleh waktu yang tersedia.
1. Memberikan kemampuan project manager untuk melihat, pada saat proses berjalannya
proyek, apakah mereka mampu menyelesaikan proyek tepat waktu dengan melanjutkan cara
bekerja yang sudah terealisasi.
2. Menunjukkan hambatan, memberikan kemampuan project manager untuk fokus pada titik-
titik yang berpotensi terjadi gangguan.
4. Memberikan kemampuan project manager untuk memastikan proses perpindahan antar unit
kerja dengan konflik minimal dan mengurangi waktu tunggu pekerja dan peralatan.
Menurut Mawdesley (1997), LOB mempunyai format dasar grafik X-Y dengan sumbu axis (X)
merupakan variabel waktu dan sumbu ordinat (Y) merupakan variabel jumlah unit berulang.
LOB pada penelitian ini akan digambarkan sebagai jajar genjang untuk setiap pekerjaan. Setiap
aktivitas digambarkan sebagai garis horisontal sepanjang durasi (sumbu X) dan setinggi jumlah
unitnya (sumbu Y).
dimana,
m = kecepatan produksi pekerjaan yang ditinjau,
Yj = unit keseluruhan pekerjaan yang ditinjau,
Yi = unit ke-1 = 1,
Xj = durasi keseluruhan pekerjaan yang ditinjau,
Xi = durasi pekerjaan setiap siklus.
Proses penjadwalan menggunakan LOB melibatkan beberapa tahapan dasar sebagai berikut (Su
dan Lucko, 2015) (Uher, 1996):
1. Menyiapkan diagram logika yang menunjukkan urutan produksi satu siklus pekerjaan
berulang
2. Memperkirakan jumlah regu kerja untuk setiap aktivitas
3. Menyiapkan jadwal LOB
4. Menentukan waktu buffer (jika dikehendaki)
5. Menggambar grafik LOB
Dalam penulisan diperlukan adanya suatu metode yang menjelaskan tahapan-tahapan proses dari
awal hingga akhir. Metode tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh baik
melalui pengamatan dan wawancara mandalam (in-depth interview) secara langsung dengan
pihak-pihak terkait, antara lain staf proyek, pelaksana lapangan, dan para ahli yang
berpengalaman di bidangnya yang dapat dijadikan sumber info penelitian ini.
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung. Data sekunder ini diambil melalui
data-data proyek, laporan-laporan proyek, dan buku-buku literatur yang umumnya berupa teori,
informasi, konsep dasar atau metode-metode yang dapat menunjang ataupun mendukung
penulisan tugas akhir ini, seperti time schedule maupun data-data pendukung lainnya.
PEMBAHASAN LOB
Line of balance akan diterapkan pada dua penjadwalan, pertama, jadwal keseluruhan meliputi
pekerjaan struktur atas, pekerjaan arsitektur, dan pekerjaan Proyek. Kedua, meliputi detail
pekerjaan struktur: besi kolom, bekisting kolom, cor kolom, beksiting balok dan perancah half
slab, instalasi half slab, besi balok dan pelat, dan cor balok dan pelat. Penjadwalan akan
direncanakan mulai lantai 1 sampai dengan lantai 16 yang didasarkan pada bentuk denah yang
tipikal untuk setiap lantainya.
Perhitungan tanggal mulai dan tanggal selesai dipengaruhi oleh durasi pekerjaan yang akan
dihitung dibandingkan dengan durasi pekerjaan predecessor. Jika pekerjaan (j) yang akan
dihitung berdurasi lebih cepat dari pekerjaan terdahulu (i), maka penentuan tanggal dihitung
pada tanggal selesainya, dimana tanggal selesai pekerjaan (j) adalah penjumlahan dari tanggal
selesainya pekerjaan (i) ditambah durasi satu siklus terakhir pekerjaan (j). Sedangkan jika
pekerjaan (j) berdurasi sama atau lebih lama dari pekerjaan terdahulu (i), maka penentuan
tanggal dihitung pada tanggal mulainya, dimana tanggal mulai pekerjaan (j) adalah penjumlahan
dari tanggal mulai pekerjaan (j) ditambah durasi satu siklus pertama pekerjaan (j).
Kelebihan LOB:
- Kombinasi dari logika analisa jaringan kerja metode ini lebih mendetail untuk semua aktivitas
yang berulang
- Memberikan suatu kesederhanaan dan efektivitas peralatan untuk program pemesanan dan
pengiriman material.
Kekurangan LOB:
Pada proyek yang banyak mengalami hambatan atau gangguan, maka akan sulit menggunakan
metode ini.
1. Siapkan network diagram dari kegiatan-kegiatan untuk satu unit beserta durasi dari
masingmasing kegiatan dengan satu kelompok pekerja untuk mengetahui hubungan
ketergantungan antar kegiatan.
2. Berdasarkan durasi tersebut dapat ditentukan kecepatan produksi untuk tiap kegiatan
dengan satu kelompok pekerja.
3. Tentukan jumlah kelompok pekerja yang mengerjakan tiap kegiatan. Berdasarkan
kecepatan produksi untuk tiap kegiatan dengan satu kelompok pekerja dan jumlah
kelompok pekerja yang digunakan dapat ditentukan kecapatan produksi total untuk tiap
kegiatan dengan jumlah kelompok pekerja yang digunakan.
- Menghitung dan menggambar diagram batang prestasi pekerjaan pada waktu tertentu.
3.1.6.5 KURVA S
Kurva S Merupakan salah satu alat untuk merencanakan tahapan pelaksanaan proyek. Dapat pula
digunakan sebagai alat kontrol antara jadwal rencana dengan jadwal pelaksanaan.
Adapun contoh kasus sederhana yang akan disajikan ini mungkin bisa Anda jadikan sebagai
referensi dalam membuat jadwal waktu pelaksanaan. Yang perlu dipersiapkan sebelum membuat
Kurva S adalah Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang sudah ada.
Pekerjaan A = 6 hari
Pekerjaan B = 2 hari
Pekerjaan C = 2 hari
Pekerjaan D = 1 hari
Pekerjaan E = 3 hari
Pekerjaan F = 1 hari
Rumusnya:
langkah berikutnya adalah membagi bobot pekerjaan dengan durasi kemudian meletakan pada
kolom hari pelaksanaanya
Langkah yang terakhir adalah menggambar kurva S sesuai dengan bilangan presentasi pada
setiap baris item pekerjaan (huruf merah)
Demikian ini cara membuat kurva S dalam pekerjaan konstruksi yang biasanya dipersyaratkan di
dalam penyampaian dokumen penawaran.
Berikut adalah contoh dari kurva S dalam pembangunan gedung yang dapat dilihat pada gambar
3.25 dan pada gambar 3.26.
Pada pelaksanaan proyek konstruksi, disamping kita mengetahui pihak–pihak yang berperan
dalam pekerjaan konstruksi, diperlukan juga perencanaan Anggaran atau keuangan. Menurut
buku Manajemen Proyek karangan Imam Soeharto, masalah keuangan ini mencakup biaya
dan pendapatan proyek serta penerimaan dan pengeluaran kas, secara umum biaya proyek
dapat dikelompokan menjadi Biaya tetap (modal tetap) dan Biaya tidak tetap (modal kerja).
Modal tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang digunakan untuk menghasilkan produk
yang diinginkan, mulai dari studi kelayakan sampai konstruksi atau instalasi tersebut berjalan
penuh. Sedangkan modal kerja merupakan biaya yang digunakan untuk menutupi kebutuhan
pada tahap awal operasi.
Mutu Proyek
Pengendalian mutu proyek dapat dikerjakan oleh sebuah tim yang dikepalai oleh seorang
manager. Sebelum proyek dimulai, tim hendaknya sudah dibentuk dan dilakukan penunjukan
untuk mengepalai tim. Orang yang ditunjuk untuk menjadi manager harus disetujui oleh
pemberi proyek. Manager pengendalian mutu ini nantinya akan melaporkan pekerjaan-
pekerjaannya secara langsung kepada manager proyek. Pengendalian mutu dalam sebuah
proyek terdiri dari tiga langkah utama yakni perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan
peningkatan kualitas.
Kunci untuk semua rencana adalah memecahkan aktifitas yang diinginkan kedalam sebuah
bagian yang kecil. Rincian struktur kerja diawali dengan menyusun komponen-komponen
utama proyek.WBS merupakan patokan dari rencana kerja proyek. WBS memberi penjelasan
mengenai:
Langkah kedua dari perencaan (Kerzner, 1992:92) adalah menggambarkan diagram jaringan
yang menunjukkan urutan kejadian. Tipe diagram yang paling banyak digunakan adalah
bagan PERT. Pada bagan PERT dengan mengikuti petunjuk garis panah, lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk menelusuri setiap jalur dapat dijumlahkan dengan menambahkan lamanya
waktu dari jalur masing-masing kegiatan. Jalur kritis (CP/Critical Path) adalah jalur
terpanjang dan didefinisikan waktu minimal yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek (Ali,
1992:67).
Jika kontrak proyek telah mempunyai harga tetap, Manajer Proyek dapat menghitung biaya
kasar untuk tenaga kerja, material dan alat (Taylor, 2000:43). Biaya pekerja perhari disebut
„biaya penuh‟ yang harus mencakup biaya operasi, sewa, administrasi, pekerja, dan
keuntungan (Mingus, 2002:37). Untuk itu harus ditambahkan biaya tetap, seperti sewa
computer, sewa peralatan khusus, biaya tak terduga, dan sebagainya. Biaya tetap harus dirinci
oleh setiap estimator untuk kegiatan utamanya.
Menurut (Santosa, 2008) tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi kegiatan
penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara rinci, terdiri
dari:
1. Jadwal pekerjaan
2. Anggaran dan sistem pengendalian biaya
3. Work Breakdown Structure secara rinci
4. Bagian-bagian yang berisiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan
kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul
5. Rencana sumber daya manusia dan pemakaian sumber daya lainnya
6. Rencana pengujian hasil proyek
Proses penyiapan Rencana Induk Proyek sebaiknya dilakukan sejak awal bahkan sebelum
proyek didelegasikan kepada tim.
Matrik Tanggung Jawab. Matrik yang digunakan untuk menentukan organisasi proyek,
orang-orang kunci dan tanggung jawabnya. Intinya matrik ini menunjukkan hubungan
antara kegiatan dan penanggungjawabnya.
suatu perencanaan dapat ditinjau dari hierarki yang menerangkan urutan jenjang dan
kegunaannya. Hierarki perencanaan proyek yang terkait dengan perencanaan perusahaan
terlihat pada Gambar dibawah dengan keterangan sebagai berikut:
MISI PERUSAHAAN
MISI PERUSAHAAN
Suatu perencanaan diawali dengan adanya "visi" perusahaan yang jelas. Visi tersebut sekurang-
kurangnya harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apa jenis dan ke mana
arah usaha (business) yang akan dimasuki oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
PERENCANAAN STRATEGIS
Perencanaan strategis adalah perencanaan yang meliputi pengambilan keputusan tentng
kebijaksanaan (policy) untuk mencapai sasaran dalam usaha memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan macam ini berurusan dengan masalah-masalah kegiatan organisasi yang bersifat
mendasar, berdampak jauh, dan mernberikan kerangka bagi perencanaan operasi pelaksanaan.
Perencanaan strategis disusun setelah mengadakan evaluasi menyeluruh mengenai kekuatan dan
kelemahan perusahaan serta risiko kegiatan yang bersangkutan.
5. Laporan (Reports)
Bentuk dan isi dari laporan keadaan, laporan milestone dan dokumen proyek lain dapat dirinci di
dalam laporan tersebut.
6. Dokumentasi (Documentation)
Ada 2 jenis dokumen di dalam proyek, yaitu user dan manajemen proyek.
Pada hal ini akan dijelaskan mengenai pengendalian proyek. Pengendalian proyek yaitu
suatu kegiatan pengawasan/Monitoring suatu Proyek agar proyek bisa berjalan dengan
lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan waktu serta evaluasi atau
pengambilan langkah-langkah yang diperlukan pada saat pelaksanaan, agar proyek dapat selesai
sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam rangka pengendalian dan pengawasan pekerjaan di lapangan atau lazim disebut
monitoring (Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya) suatu media atau alat yang mampu
merangkum informasi-informasi secara tepat dan cepat dapat diketahui. Umumnya pengendalian
tersebut dipakai media jaringan kerja, curve S, formulir disamping kontrak (spesifikasi Teknis,
Gambar dll). Media komunikasi tersebut bermanfaat untuk memastikan tentang kondisi
kemajuan proyek, masalah yang terjadi, serta keputusan dan tindakan yang diambil oleh yang
berwenang.
Pengendalian proyek adalah sistem yang mengatur semua kegiatan dalam proyek dengan tujuan
agar semua terlihat berfungsi secara optimal, sehingga pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan
jadwal proyek (time schedule), serta membuat terkoordinasi dengan baik agar dapat
menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang sesuai dengan yang direncanakan.
Ada beberapa tujuan dan manfaat yang penting dalam pengendalian suatu proyek antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu bagian dari proyek atau
proyek secara menyeluruh.
2. Mengetahui hubungan antara pekerjaan satu dengan pekerjaan lain.
3. Penyediaan dana/keuangan.
4. Sebagai alat dalam pelaksanaan.
5. Sebagai alat koordinasi dan pimpinan.
6. Pengukuran, penilaian dan evaluasi.
7. Pengendalian waktu penyelesaian.
Lingkup proyek adalah total jumlah kegiatan atau pekerjaan yang harus dilakukan untuk
menghasilkan produk yang diinginkan oleh proyek tersebut, dalam hal ini dokumen yang
berisi spesifikasi proyek.
Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan hubungan antara dana
dan kegiatan proyek. Agar pengelolaan efektif maka disusun beragam teknik menyusun
anggaran biaya proyek. Pengelolaan waktu meliputi perencanaan, penyusunan dan
pengendalian jadwal. Salah satu tekniknya adalah mengelola float atau slack pada
jaringan kerja, serta konsep cadangan waktu (D.H. Bush, 1991). Seperti diketahui, waktu
penyelesaian yang dibutuhkan untuk proses konstruksi selalu diterakan dalam dokumen
kontrak karena akan berpengaruh penting terhadap nilai pelelangan dan pembiayan
pekerjaan tersendiri. Penetapan jangka waktu pelaksanaan proyek terikat erat dengan
pembiayaanya bahkan saling tergantung. Sehingga pengendalian waktu pelaksanaan
konstruksi umumnya dilakukan bersamaan dan tidak terlepas dari pengendalian biaya.
Mutu dalam kaitannya dengan proyek diartikan sebagai memenuhi syarat untuk
penggunaan yang telah ditentukan (fit forintended use). Kegiatan pengendalian mutu dan
kualitas dilakukan dengan menyusun program penjaminan (quality assurance) dan
pengendalian mutu (quality control).
Pengelolaan sumber daya terdiri dari pengelolaan sumber daya manusia dan non manusia.
Pengelolaan sumber daya manusia mulai dari inventarisasi kebutuhan, merekrut dan
mengajukan keperluan, membentuk tim, melatih, memotivasi serta membimbing agar
menjadi sebuah tim yang tangguh untuk menangani kegiatan proyek yang menjadi
tanggung jawabnya. Pengelolaan sumber daya non manusia antara lain adalah pengaturan
sumber daya yang berbentuk material seperti peralatan konstruksi dan lain-lain.
Proyek akan selalu melibatkan perjanjian yang mengikat pihak pihak peserta seperti
pemilik, kontraktor, konsultan dan lain-lain. Perjanjian ini dapat berupa kontrak jasa,
pembelian danbantuan teknis. Mereka yang akan menangani proyek dituntut mengalami
kecakapan evaluasi, negosiasi dan administrasi yang kompleks serta memerlukan
ketelitian dan kesabaran.
Pengendalian resiko
Dalam konteks proyek, mengelola resiko berarti mengidentifikasi secara sistematis jenis,
besar dan sumber timbulnya resiko selama siklus proyek, kemudian menyiapkan
tanggapan yang tepat untuk menghadapi resiko tersebut. Pegelolaan disini bersifat
proaktif dan bukannya reaktif yang menunggu sampai terjadinya persoalan yang sulit
diatasi.
Pengendalian komunikasi
Pengelolaan suatu proyek melibatkan berbagai macam organisasi dan personil dari luar
dan didalam perusahaan. Dengan demikian diperlukan sarana komunikasi berupa
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), agar proses pengumpulan
dan pengelolaan data serta informasi dari berbagai aspek kegiatan proyek dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat.
Faktor-faktor yang menyebabkan pengendalian dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya
hambatan yang terjadi, diantaranya adalah:
1. Ketepatan Waktu
Diperlukan agar informasi pemantauan yang diberikan sesuai dengan kondisi saat ini.
2. Akses Antar Tingkat
Akses yang mudah dan jelas akan mempercepat pelacakan bagian yang memiliki performa
jelek.
3. Perbandingan Data Terhadap Informasi
Data yang diperoleh dapat memberikan informasi yang proposional sesuai dengan jumlah data
yang diberikan.
4. Data dan Informasi Yang Dapat Dipercaya
Menyangkut kejujuran dan kedisiplinan pihak yang terlibat dalam proyek.
5. Objektifitas Data
Data yang diperoleh harus sesuai dengan yang terjadi di lapangan tanpa adanya asumsi
pribadi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan suatu hambatan pada saat proses pengendalian
proyek, yang diantaranya adalah:
1. Definisi Proyek
Merupakan ukuran dan komplektisitas suatu proyek. Kesulitan yang muncul pada proyek
dengan skala besar antara lain: Kesulitan komunikasi dan koordinasi yang berhubungan
dengan struktur organisasi proyek.
2. Faktor Tenaga Kerja Kurang
ahlinya pengawas proyek menyebabkan proyek menjadi kurang efektif dan akurat.
3. Faktor Sistem Pengendalian Penerapan sistem informasi dan pangawasan yang terlalu
formal.
1. Menentukan sasaran
Sasaran pokok proyek adalah menghasilkan produk atau instalasi dengan batasan lingkup
anggaran, jadwal, dan mutu yang telah ditentukan. Sasaran ini dihasilkan dari satu perencanaan
dasar dan menjadi salah satu faktor pertimbangan utama dalam mengambil keputusan untuk
melakukan investasi atau membangun proyek, sehingga sasaran-sasaran tersebut merupakan
tonggak tujuan dari kegiatan pengendalian
2. Menentukan standar dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai sasaran
Dalam usaha mencapai sasaran secara efektif dan efisien, perlu disusun suatu standar, kriteria
atau spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk membandingkan dan menganalisis hasil
pekerjaan. Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih dan ditentukan harus bersifat kuantitatif,
Berupa satuan uang, seperti anggaran persatuan unit pekerjaan (SRK), anggaran pekerjaan
perunit per jam, penyewaan alat per unit per jam, biaya angkutan per ton per KM.
Berupa standar mutu, kriteria, dan spesifikasi, misalnya yang berhubungan dengan kualitas
material dan hasil uji coba peralatan.
5. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria, dan sasaran yang telah
ditentukan. Di sini diadakan analisis atas indikator yang diperoleh dan mencoha membandingkan
dengan kriteria dan standard yang ditentukan. Hasil analisis ini penting karena akan digunakan
sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh karena itu, metode yang digunakan harus
tepat dan peka terhadap adanya kemungkinan penyimpangan.
Bahan Material
Ketersediaan material harus selalu siap sehingga setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan bisa
dilaksanakan. Namun, proyek merupakan suatu hal yang kompleks, tidak semua yang
direncanakan bisa terlaksana dengan lancar. Salah satunya yaitu permasalahan dalam pengadaan
material yang berhubungan dengan rantai pasok.
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan. Proyek baik secara kuantitas
maupun ketrampilan dari tenaga kerja.
Metode Pelaksanaan
Metode yang tepat dapat mempercepat pelaksanaan proyek, sedangkan metode pelaksanaan yang
tidak memperhitungan banyak aspek dapat memperlambat pekerjaan.
Pengendalian di samping memerlukan perencanaan yang realistis sebagai tolak ukur pencapaian
sasaran, juga harus dilengkapi dengan teknik dan metode yang dapat segera mengungkapkan
tanda-tanda terjadinya penyimpangan. Untuk pengendalian biaya dan jadwal banyak metode
yang digunakan antara lain:
9. Identifikasi Varian
Identifikasi varian dilakukan dengan membandingkan jumlah uang yang sesungguhnya
dikeluarkan dengan anggaran, sedangkan untuk jadwal dianalisis kurun waktu yang telah
dipakai dibandingkan dengan perencanaan.
Konsep dasar nilai hasil dapat digunakan untuk menganalisis kinerja dan membuat perkiraan
pencapaian sasaran. Untuk itu digunakan 3 indikator pengendalian yang digunakan diantaranya
adalah:
a). ACWP (Actual Cost of Work Performed). ACWP adalah jumlah biaya aktual dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan. ACWP merupakan jumlah aktual dari pengeluaran atau dana yang
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pada kurun waktu tertentu.
c). BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule). Anggaran untuk suatu paket pekerjaan, tetapi
disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanan. Jadi di sini terjadi perpaduan antara biaya,
jadwal, dan lingkup kerja, dimana pada setiap elemen pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan
jadwal yang dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dengan menggunakan 3 indikator di atas, dapat dihitung berbagai faktor yang menunjukkan
kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek, seperti:
1. a) Varian Biaya dan Varian Jadwal Terpadu Untuk mengatasinya digunakan metode nilai
hasil dengan indikator BCWS, ACWP dan BCWP. Varian yang dihasilkan tersebut varian
biaya terpadu (Cost Varians) dan varian jadwal terpadu (Schedule Varians). Rumus varian
biaya dan varian jadwal adalah sebagai berikut:
Varian biaya, (CV) = BCWP – ACWP Varian jadwal, (SV) = BCWP – BCWS
2. b) Indeks produktivitas dan kinerja pengelola proyek sering kali ingin mengetahui efisiensi
penggunakan sumber daya dan indeks kinerja sehingga untuk mengetahui besar kecilnya
indeks kinerja dapat dilihat dengan rumus sebagai berikut:
Indek kinerja biaya, (CPI) = BCWP / ACWP Indeks kinerja jadwal, (SPI) = BCWP / BCWS
Kegiatan–kegiatan yang ada pada proyek konstruksi saling mempengaruhi, bila salah satu
kegiatan mengalami keterlambatan, maka akan berpengaruh pada kegiatan yang lain sehingga
tidak menutup kemungkinan pekerjaan tersebut akan terlambat secara keseluruhan dan
berakibat pada ketidaksesuaian biaya dan waktu penyelesaian yang telah direncanakan.
Sebaliknya semakin cepat suatu kegiatan diselesaikan maka kegiatan yang lain akan dapat
diselesaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan sehingga secara keseluruhan penyelesaian
proyek konstruksi tersebut tidak mengalami keterlambatan.
Terminologi proses crashing adalah mereduksi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh
terhadap waktu penyelesaian proyek. Crashing adalah suatu proses disengaja, sistematis, dan
analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang
Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu kegiatan, dipakai
beberapa istilah yaitu:
1. Project Information
Menyusun Perencanaan Proyek dengan MP dimulai dari membuat proyek baru seperti tampilan
di bawah ini . Dilanjutkan dengan memasukan informasi project yang ingin dibuat.
Tentukan waktu kerja yang akan digunakan untuk menyelesaikan proyek yang dilakukan.
Masukkan nama-nama pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Kolom Task Name
Durasi merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan (task) atau
kegiatan. Pekerjaan dapat diisi pada kolom durasi, atau dapat melalui Task Information.
a. Duration, start dan finish Caranya adalah sebagai berikut: Pilih menu sub-task, klik
bagian duration, pilih jumlah hari yang dibutuhkan dengan penunjuk tanda panah.
Kemudian isi start dan finish.
Finish to start
Finish to finish
Start to start
Start to finish
Lag time
Tenggang waktu antara selesainya satu pekerjaan dengan dimulainya pekerjaan lain.
Penulisan lag time disimbolkan dengan tanda plus (+). Misalkan jenis hubungan
antara pekerjaan finish to start, antara pekerjaan pertama dan pekerjaan kedua punya
tenggang waktu 2 hari maka pada predecessor dituliskan 3FS+2d. Angka 3
menunjukkan predecessor pekerjaan kedua (misal pekerjaan pertama adalah task no
3). Sedangkan angka 2 pada 2d menunjukkan tenggang waktu atau lag time selama 2
hari.
Lead time
Resource leveling merupakan kegiatan untuk meminimalkan fluktuasi penggunaaan sumber daya
manusia dalam keseluruhan aktivitas proyek. Karena resource leveling merupakan suatu teknik
penjadwalan yang valid yang dapat digunakan pada proyek-proyek konstruksi, sehingga teknik
ini merupakan teknik yang efisien dalam merencanakan tenaga kerja. Prinsipnya adalah dengan
menggeser aktivitas-aktivitas non kritis dalam waktu tenggang yang tersedia. (Dimyati, 2014).
Menurut (Santosa, 2008), bila tenaga ahli atau peralatan terbatas, atau pada saat yang sama
beberapa proyek membutuhkan tenaga yang sama maka harus dilakukan pengaturan. Untuk itu
harus dilakukan perataan agar tidak ada sumber daya yang dibiarkan (terutama tenaga kerja)
setelah pada saat tertentu diperlukan. Prosedur untuk perataan sumber daya yang dikenal dengan
resource leveling.
Untuk melakukan resource leveling ada beberapa langkah yang bisa membantu:
2. Plot penggunaan sumber daya untuk setiap aktivitas, kemudian gambarkan jaringan kerja dan
sumber daya yang dibutuhkan dalam grafik waktu-sumber daya, dengan menggunakan waktu
paling awal (ES (Earlies Start), EF (Earlies Finish)).
3. Bila sumber daya tak tersedia seperti yang dibutuhkan, tunda kegiatan dengan memanfaatkan
Total Float (TF) yang ada untuk kegiatan yang bersangkutan.
Ada dua metode untuk melakukan perataan sumber daya manusia (resource leveling) pada
Microsoft Project, yaitu:
1. Trial-and-error approach
Dalam Microsoft Project sudah ada fasilitas untuk melakukan resource leveling yang
dilakukan trial pada MS. Project adalah pada batasan maksimum unit jumlah tenaga yang
tersedia di resource sheet. Dengan mengubah-ubah nilai batasan maksimum kemudian
dilakukan resource leveling maka akan diperoleh beberapa histogram sumber daya setelah itu
dipilih histogram yang ideal.
2. Block Schedule
Keterbatasan sumber daya yang terampil seringkali menjadi kendala tersendiri dalam
menyusun kebutuhan sumber daya. Selain keterbatasan sumber daya yang ada, yang sering
juga terjadi adalah keterbatasan ruang atau area kerja sehingga tidak memungkinkan sumber
daya dengan jumlah yang banyak. Penyusunan grafik sumber daya yang baik juga dilakukan
dengan membuat block schedule. Misal untuk sebuah kegiatan yang jumlah total kebutuhan
tenaga adalah 60 orang, dengan durasi 4 hari, maka perharinya 60/4 atau 15 orang per
harinya. Namun sering terjadi di lapangan adalah keberadaan tenaga kerja yang pada
awalnya tidak tersedia secara lengkap sehingga pembagian tenaga kerja tidak memungkinkan
untuk merata. Misalnya tenaga kerja yang akan dipekerjakan didatangkan dari tempat lain,
pada hari:
3.3 Pertama, tenaga kerja yang datang hanya 5 orang sehingga hanya 5 orang yang bekerja
pada hari pertama.
3.4 Kedua, datang lagi 5 orang sehingga sampai pada hari kedua jumlah yang bekerja 10
orang.
3.5 Ketiga, datang 10 orang lagi sehingga pada hari ketiga yang bekerja 20 orang.
Terlihat jumlah total kebutuhan tenaga kerjanya adalah sama, yaitu 60 orang dengan durasi
yang sama yaitu 4 hari. Perbedaannya adalah pada jumlah tenaga kerja yang bekerja
perharinya sehingga jumlah produktivitasnya berbeda.
Analisis data menggunakan program Microsoft Project 2010. Data-data yang telah dikumpulkan
diolah dan dianalisis dengan tahapan sebagai sebagai berikut :
1. Data RAB dengan bantuan daftar analisa pekerjaan dan daftar upah dan bahan satuan
pekerjaan, sehingga diperoleh durasi dan rincian kebutuhan tenaga kerja tiap jenis pekerjaan.
2. Time Schedule digunakan untuk menentukan hubungan ketergantungan antar kegiatan
dengan mengaplikasikan program Microsoft Project 2010.
3. Gannt Chart rencana didapat sesuai dengan Time Schedule maka disesuaikan dengan realisasi
pelaksanaan di lapangan dengan menggunakan data laporan harian, mingguan dan bulanan
serta survey lapangan. Setelah itu didapat schedule realisasi di aplikasikan lagi ke Microsoft
Project 2010, sehingga didapat Gantt Chart realisasi.
4. Metode Resource leveling dilakukan dengan menggunakan metode Trial-and-error approach
pada Microsoft Project 2010. Dalam Microsoft Project 2010 sudah ada fasilitas untuk
melakukan resource leveling yang dilakukan trial adalah pada batasan maksimum unit
jumlah tenaga yang tersedia di resource sheet. Dengan mengubah-ubah nilai batasan
maksimum kemudian dilakukan resource leveling maka akan diperoleh beberapa grafik
sumber daya setelah itu dipilih grafik yang ideal.
Setelah data penelitian diolah kemudian diperoleh data yang siap untuk dianalisis. Analisis
resource leveling terhadap tenaga kerja dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan yang berada pada
lintasan non-kritis. Analisis resource leveling dilakukan dengan bantuan program Microsoft
Project. Hasil analisis resource leveling terhadap alokasi tenaga kerja ditampilkan dalam bentuk
diagram batang sebelum dan sesudah leveling.
a. Tukang gali
Pada Gambar 4.2 menunjukkan diagram batang pada kondisi normal (sebelum leveling)
tukang gali. Pada kondisi tersebut menunjukkan terjadi overallocated (kelebihan alokasi) pada
minggu ke-3 dengan jumlah tukang gali mencapai 3.700% atau 37 orang (1 orang tenaga kerja ≈
100%). penggunaan minggu ke-13 sebanyak 4 orang meningkat menjadi 23 orang, penggunaan
minggu ke-14 sebanyak 15 orang meningkat menjadi 24 orang, penggunaan minggu ke-15
sebanyak 14 orang meningkat menjadi 24 orang, penggunaan minggu ke-18 sebanyak 27 orang
berkurang menjadi 24 orang, dan penggunaan minggu ke-19 sebanyak 8 orang meningkat
menjadi 11 orang.
Hasil analisis resource leveling pada tukang batu ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Perbandingan hasil sebelum dan sesudah leveling menunjukkan bahwa terjadi perubahan alokasi
terhadap tukang gali. Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa setelah dilakukan leveling terjadi
perubahan yang signifikan pada alokasi tukang gali. Penggunaan minggu ke-8 sebanyak 27
orang berubah menjadi 5 orang, penggunaan minggu ke-9 sebanyak 26 orang berubah menjadi 8
orang, penggunaan minggu ke-10 sebanyak 29 orang berubah menjadi 17 orang, penggunaan
minggu ke-11 sebanyak 15 orang meningkat menjadi 18 orang, penggunaan minggu ke-12 dari
tidak ada tukang batu berubah menjadi 11 orang, penggunaan minggu ke-13 sebanyak 4 orang
meningkat menjadi 23 orang, penggunaan minggu ke-14 sebanyak 15 orang meningkat menjadi
Gambar 4.3 Diagram batang sebelum dan sesudah leveling pada tukang gali
Gambar 4.5 Diagram batang sebelum dan sesudah leveling pada tukang batu
Hasil analisis resource leveling pada tukang batu ditunjukkan pada Gambar 4.4. Perbandingan
hasil sebelum dan sesudah leveling menunjukkan bahwa terjadi perubahan alokasi terhadap
tukang batu. Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa setelah dilakukan leveling terjadi perubahan
yang signifikan pada alokasi tukang batu. Penggunaan minggu ke-8 sebanyak 27 orang berubah
menjadi 5 orang, penggunaan minggu ke-9 sebanyak 26 orang berubah menjadi 8 orang,
penggunaan minggu ke-10 sebanyak 29 orang berubah menjadi 17 orang, penggunaan minggu
ke-11 sebanyak 15 orang meningkat menjadi 18 orang, penggunaan minggu ke-12 dari tidak ada
tukang batu berubah menjadi 11 orang, penggunaan minggu ke-13 sebanyak 4 orang meningkat
menjadi 23 orang, penggunaan minggu ke-14 sebanyak 15 orang meningkat menjadi 24 orang,
penggunaan minggu ke-15 sebanyak 14 orang meningkat menjadi 24 orang, penggunaan minggu
c. Tukang besi
Gambar 4.6 menunjukkan diagram batang pada kondisi normal (sebelum leveling) tukang
besi. Pada kondisi tersebut menunjukkan terjadi overallocated pada minggu ke-6 sebanyak
1.800% (18 orang). Hasil analisis resource leveling pada tukang besi ditunjukkan pada Gambar
4.6. Perbandingan hasil sebelum dan sesudah leveling menunjukkan bahwa terjadi perubahan
alokasi terhadap tukang besi. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa setelah dilakukan leveling terjadi
perubahan yang signifikan pada alokasi tukang batu. Penggunaan minggu ke-6 sebanyak 18
orang berubah menjadi 17 orang, penggunaan minggu ke-7 sebanyak 11 orang bertambah
menjadi 12 orang, penggunaan minggu ke-8 sebanyak 8 orang berkurang menjadi 5 orang, dan
penggunaan minggu ke-9 sebanyak 4 orang meningkat menjadi 7 orang.
Gambar 4.7 Diagram batang sebelum dan sesudah leveling pada tukang besi
Gambar 4.9 Diagram batang sebelum dan sesudah leveling pada tukang kayu
f. Tukang cat
Tenaga kerja berupa tukang cat tidak dapat dilakukan resource leveling, karena item
pekerjaan pengecatan berada pada minggu terakhir, sehingga tidak terdapat waktu luang (float)
yang cukup untuk penundaan (delay) seperti pekerjaan yang lain. Secara ringkas, rekapitulasi
hasil analisis terhadap tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 4.12. Rekapitulasi hasil analisis
resource leveling pada Gambar 4.12 menunjukkan bahwa terjadi perubahan alokasi tenaga kerja
dari overallocated menjadi optimum setelah dilakukan leveling. Jumlah tenaga kerja menjadi
berkurang setelah dilakukan leveling, di mana terjadi tenaga kerja optimum yang jumlahnya akan
berkurang dibandingkan pada overallocated. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang lain akan
diratakan pada minggu-minggu yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa resource leveling
berpengaruh terhadap alokasi tenaga kerja pada proyek konstruksi. Pada kondisi normal
(sebelum leveling) terjadi penumpukan tenaga kerja (overallocated) pada 1-5 minggu, sedangkan
setelah dilakukan leveling alokasi tenaga kerja menjadi lebih merata karena tersebar menjadi 2-
12 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resource leveling pada tenaga kerja (tukang gali, tukang
batu, tukang besi, tukang kayu dan pekerja) berpengaruh terhadap alokasi tenaga kerja pada
proyek konstruksi. Pada kondisi normal (sebelum leveling) terjadi penumpukan tenaga kerja,
sedangkan setelah dilakukan leveling alokasi tenaga kerja menjadi lebih merata. Dengan alokasi
tenaga kerja yang lebih merata secara tidak langsung berdampak terhadap pengaturan biaya
tenaga kerja. Kontraktor akan lebih mudah mengatur biaya konstruksi jika alokasi tenaga kerja
lebih merata. Pada penelitian ini, alokasi tenaga kerja yang dihasilkan belum memperhitungkan
dampaknya terhadap biaya proyek konstruksi. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui pengaruh resource leveling terhadap biaya proyek konstruksi.
ABSTRAKS
Dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan dana pembangunan
mengalami kemerosotan, sehingga diperlukan penghematan untuk menanggulangi kesulitan dana
tersebut dan dituntut suatu manajemen yang tepat pada pelaksanaan proyek konstruksi agar
diperoleh hasil yang optimal. Upaya optimasi dengan cara menganalisa biaya dan waktu
pelaksanaan proyek dari durasi normal dengan durasi PERT menggunakan metode PDM.
Analisa pada proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat Layanan Terpadu Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar perubahan biaya
dan waktu antara metode yang digunakan di proyek tersebut dengan kombinasi metode PDM dan
PERT. Data yang didapatkan dianalisis dengan program Micosoft Project 2000 dan kemudian
mengganti durasi Bar-Chart dengan menggunakan data durasi PERT. Kemudian dihitung biaya
upah tenaga kerja berdasarkan Komposisi SDM dan biaya Overhead. Pada Bar-Chart durasi
penyelesaian proyek selama 330 hari, sedangkan PDM memerlukan durasi penyelesaian proyek
selama 270 hari. Sehingga selisih waktunya adalah 60 hari. Biaya total proyek pada Bar-Chart
sebesar Rp.608.202.000,00, sedangkan dengan menggunakan PDM didapatkan biaya total
proyek sebesar Rp. 517.085.000,00. Sehingga didapatkan selisih biaya total sebesar
Rp.91.117.000,00 ( 14,98 % ) dibandingkan dengan Bar-Chart.
Proyek Studi Kasus Pembangunan Gedung Kantor Pusat Layanan Terpadu Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat Layanan Terpadu Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta dibangun untuk memenuhi kebutuhan dalam hal pengembangan kualitas
pendidikan dan pelayanan kegiatan pendidikan serta akademik bagi mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta, khususnya bagi Fakultas Teknik.
Proyek ini terletak di daerah Karang Malang, Yogyakarta. Secara struktur, gedung ini terdiri
dari tiga lantai dibangun di areal tanah seluas ± 6.000 m2 dengan struktur beton bertulang. Untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.
Jangka waktu pengerjaan proyek ini ditetapkan selama 330 hari kalender kerja terhitung
mulai 12 September 2004 sampai 8 Mi 2005. Dana pembangunan berasal dari IKOMA Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta sebesar Rp. 3.049.500.000,00,- ( tiga milyar empat puluh
sembilan juta lima ratus ribu rupiah). Pihak-pihak yang melaksanakan pembangunan Gedung
Kantor Pusat Layanan Terpadu Fakultas Teknik UNY ini adalah:
Perencana : Tim Teknik Jurusan Sipil dan Perencanaan UNY
Pelaksana : PT. Heri Jaya Palung Buana Konsultan
Pengawas : Teknis Fakultas Teknik UNY dan Tim Teknis Wakil UNY
Pekerjaan Lantai 1
Pekerjaan Lantai 2
Pekerjaan Lantai 3
Sumber: Data Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat Layanan Terpadu Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta.
Setelah dimasukkan item dan durasi pekerjaan, selanjutnya menentukan tanggal mulai
proyek sesuai dengan proyek sesungguhnya. Tampilan dapat dilihat seperti gambar 5.4 dibawah
ini:
Setelah penetuan durasi dan hubungan antarpekerjaan, dengan memasukkan tanggal mulai
pada satu pekerjaan, maka tanggal mulai untuk pekerjaan lain akan ditentukan oleh Ms Project
secara otomatis tanggal selesai pekerjaan tersebut. Dalam ditentukannya Predecessor, maka
secara otomatis Ms Project akan menentukan Successor. Hubungan antarpekerjaan dapat dilihat
pada tabel 5.18 di bawah ini:
Tabel 5.18 Hubungan Antar Pekerjaan
Di dalam Ms. Project, penentuan keterangan kegiatan kritis dan slack secara otomatis dapat
diketahui setelah menentukan predecessors atau successors, dengan menampilkan kolom Slack
dan Critical, seperti pada tabel 5.19 di bawah ini:
5.3.4 Biaya
5.3.4.1 Biaya Tenaga Kerja
Sesuai dengan Komposisi SDM pada tabel 5.17, maka dengan cara yang sama seperti
perhitungan biaya tenaga kerja pada Bar-Chart didapatkan biaya tenaga kerja per lantai
sepertipada tabel 5.20 berikut ini:
Tabel 5.24 Perbandingan Biaya Upah Tenaga Kerja Bar-Chart dengan PDM
6.1 Durasi
Penjadwalan dengan Bar-Chart seperti pada lampiran 4 menghasilkan waktu penyelesaian
proyek selama 330 hari. Sedangkan pada penjadwalan dengan PDM seperti pada lampiran 5
menghasilkan waktu penyelesaian proyek selama 270 hari, sehingga mempunyai selisih 60 hari.
Pada diagram PDM Ms. Project (lampiran 5) dapat di lihat urutan jalur kritisnya. Pada tabel
6.1 dapat dilihat kegiatan urutan - urutan kegiatan yang menjadi jalur kritis antara lain yaitu: 2-3-
4-9-10-11-12-15-27-31-32-46-49-50-53- 56-58-59-60-61-62-63-64.
Setelah mengetahui data a dan b rata-rata selama 3 tahun (2001-2004) pada tabel 5.15, maka
dapat ditentukan Deviasi Standar dan Variannya sebagai berikut:
Contoh perhitungan:
Pekerjaan Pengukuran dan bouwplank
Dari jalur kritis durasi PERT tersebut dan data Varian pada tabel 6.1 sebagai berikut:
Sesuai dengan jumlah Varian pada tabel 6.1 maka dapat dihitung berapa besar Probabilitas
selesainya proyek ini adalah sebagai berikut:
Dari tabel 6.2 di atas untuk ts = 269 hari terletak di sebelah kiri dari nilai te, ini berarti sejak
permulaan telah diketahui bahwa probabilitas adalah lebih kecil daripada durasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan proyek. Dari perhitungan pada tabel 6.2, nilai ts terletak -0,0578 deviasi
standar di sebelah kiri nilai te, sehingga dari tabel distribusi normal (pada lampiran 11) dapat
diketahui bahwa 48,01% dari seluruh daerah di bawah kurva terletak antara ts dengan ujung
sebelah kiri. Yang berarti probabilitas untuk dapat selesai pada waktu 269 hari adalah 48,01%
atau 48 lebih berbanding 100. Daerah yang diarsir menunjukkan kemungkinan untuk terlambat
sebesar 51,99 %, seperti grafik pada gambar 6.1 di bawah ini:
Pada ts = 270 hari nilai ts berimpit dengan nilai te nya. Dari perhitungan pada tabel 6.2 di
atas didapatkan nilai 0 yang berarti ts terletak tepat 0,5 atau Vi dari daerah yang terletak di
bawah kurva. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas proyek dapat selesai tepat waktu hanya
sebesar 50 %. Daerah yang diarsir menunjukkan kemungkinan untuk belum selesai tepat pada
waktu ts = 270 hari sebesar 50 %, seperti grafik pada gambar 6.2 di bawah ini:
7.2 Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, maka disarankan:
1. Langkah awal dalam perencanaan jadwal hendaknya memperhatikan constraint yang logis
sehingga walaupun menggunakan durasi yang lebih panjang akan dapat menghasilkan jadwal
yang ekonomis.
2. Dalam penentuan durasi hendaknya mempertimbangkan kemungkinankemungkinan yang
akan terjadi di proyek, terutama pada kegiatankegiatan yang terdapat di jalur kritis, sehingga
didapatkan jadwal yang efisien yang dapat menekan tingkat ketidakpastian di proyek.
3. Penempatan sumber daya yang digunakan hendaknya direncanakan dengan baik, sehingga
alokasi biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis.
4. Penggunaan program computer khususnya Ms.Project 2000 sangat membantu dalam rencana
penjadwalan proyek dibandingkan dengan sistem manual.
3.1 Kesimpulan
Proyek ialah suatu kegiatan yang kompleks dan mempunyai sifat yang tidak dapat terjadi
berulang, memiliki waktu yang terbatas, spesifikasi yang sudah di tentukan di awal untuk
menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling
berhubungan aktivitasnya dan sponsor utama proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber
daya yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.
Biaya proyek merupakan sumber daya yang memegang peranan sangat penting dalam
penyelanggaraan suatu proyek dari awal hingga akhir pada pelaksanaan proyek yang selanjutnya
digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya seperti manusia,
peralatan, material, maupun waktu.
Secara umum definisi perencanaan adalah suatu proses dalam manajemen proyek yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk didalamnya menyiapkan segala program teknis
dan administratif agar dapat diterapkan. Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan
dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.
Diperlukan cara memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan di masa datang yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
Membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya) merupakan perhitungan biaya rencana dari suatu
proyek yang didalamnya terdapat Bill of Quantity (BOQ) yaitu Jenis Pekerjaan dan Volume
Pekerjaan, Analisa Harga Satuan yaitu analisa tentang Biaya Pekerjaan dari setiap Jenis
Pekerjaan yang berisi perhitungan tentang tenaga kerja yang akan digunakan, bahan, peralatan
dalam satuan tertentu dari setiap pekerjaan.
Pengendalian proyek adalah sistem yang mengatur semua kegiatan dalam proyek dengan tujuan
agar semua terlihat berfungsi secara optimal, sehingga pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan
jadwal proyek (time schedule), serta membuat terkoordinasi dengan baik agar dapat
menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang sesuai dengan yang direncanakan.
Di Setiap proyek konstruksi harus mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan.
Salah satu hasil dari perencanaan adalah penjadwalan proyek, yang dapat memberikan informasi
tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya,
tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk
penyelesaian proyek. Di Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar
kegiatan dibuat terperinci dan sangat detail. Hal ini bertujuan untuk membantu pelaksanaan
evaluasi proyek. Perencanaan dan pengendalian jadwal merupakan suatu tugas utama bagi
kesuksesan manajemen proyek konstruksi. Jika adanya peningkatan kinerja penjadwalan proyek
maka hal tersebut dapat mengurangi perubahan proyek dan peningkatan biaya proyek sehingga
lebih efisien dari segi biaya dan dana.
Sebaiknya penjadwalan dan pengendalian proyek dilakukan dengan baik, mengingat bahwa
dengan adanya bantuan software belum tentu mengatasi keseluruhan hambatan yang dapat
menyebabkan keterlambatan. Software sistem informasi penjadwalan dan pengendalian proyek
konstruksi bangunan sekolah sebaiknya dapat dikembangan agar dapat meliputi bidang lainnya
dalam suatu pelaksanaan proyek seperti penggambaran critical path method perhitungan harga
satuan pekerjaan dan rancangan anggaran biaya, inventory material, serta hal lainnya yang
merupakan bagian vital di dalam suatu proyek konstruksi. Dalam menentukan harga satuan
pekerjaan sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur perhitungan analisa biaya yang tertera
pada SNI.