i
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau
Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
Purwanto
Beny Harjadi
Agung Budi Supangat
UNS PRESS
iii
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Penulis
Ir. Purwanto, M.Si.
Ir. Beny Harjadi, M.Sc.
Dr. Agung Budi Supangat, S.Hut., MT.
Penyunting
Drs. C. Kukuh Sutoto, M.Si.
Tata Letak
Tomy Kusuma AP
Ilustrasi Sampul
Tomy Kusuma AP
ISBN 978-602-397-010-0
iv
MOTTO
v
UCAPAN TERIMA KASIH
vi
telah membantu penelitian Implementasi Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Mikro (DAS Mikro) tahun 2009 – 2014.
8. Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo yang
bekerja sama dalam pengelolaan DAS Mikro Pronggo,
Kabupaten Pacitan.
9. Bupati Temanggung dan Bupati Pacitan yang telah mengijinkan
Tim peneliti untuk melakukan penelitian Implementasi
Pengelolaan DAS Mikro di wilayah kerjanya.
10. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten
Temanggung dan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan,
Kabupaten Pacitan yang memfasilitasi pelaksanaan kegiatan
penelitian di lapangan.
11. Muspika Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung dan
Muspika Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan yang telah
memfasilitasi pertemuan-pertemuan dalam kaitannya penelitian
Implementasi Pengelolaan DAS Mikro.
12. Kepala Desa – Kepala Desa dan Kelompok tani – Kelompok
Tani di DAS Mikro Wonsari dan DAS Mikro Pronggo yang
turut mendorong masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian ini.
13. Bapak Ir. Kukuh Sutoto, MP., dengan pengetahuan dan
pengalaman beliau yakni dari awal bekerja sampai pensiun
masih berkecimpung dalam kegiatan pengelolaan DAS sehingga
Beliau dapat mengoreksi dan memberi masukkan yang berguna
untuk perbaikan buku ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang
telah membantu kegiatan penelitian Implementasi Pengelolaan
DAS Mikro Wonosari dan DAS Mikro Pronggo sampai
ditertbitkannya buku ini.
Semoga amal beliau-beliau dapat menjadi amal jariyah.
Amin.
Surakarta, Januari 2016
Penulis
vii
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun berdasarkan pengalaman penulis melakukan
Kajian Implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Mikro
(DAS Mikro) Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah dan DAS Mikro Pronggo, Kecamatan
Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Buku ini ditujukan untuk pembaca yang berkecimpung dalam
pengelolaan DAS pada skala impelementasi (DAS Mikro), yakni
pemerintah daerah, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, atau
lembaga lain seperti LSM yang langsung berhubungan dengan
kegiatan pengelolaan DAS Mikro. Buku ini diharapkan sebagai
bahan masukkan untuk penyusunan petunjuk teknis dalam
pengelolaan DAS pada skala mikro.
Struktur buku ini terdiri dari 10 bab. Bab I berisi latar belakang
yang menjawab pertanyaan: mengapa Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Mikro (DAS Mikro), harus dilakukan? Bab II berisi definisi
DAS Mikro. Tidak ada definisi yang tegas tentang DAS Mikro.
Berbagai sumber, baik peraturan perundangan maupun hasil kajian
tentang definisi DAS Mikro dari dalam negeri maupun luar negeri,
yang kebanyakan berasal dari hasil kajian di India disajikan dalam
bab ini. Bab III berisi aspek hukum pengelolaan DAS Mikro, yang
melandasi pengelolaan DAS Mikro sehingga apabila para pihak
akan menerapkan di tempat lain, tidak ada kekhawatiran akan
melanggar hukum. Bab IV berisi teknik pemilihan lokasi DAS
Mikro, yang diturunkan dari Sub DAS karena rencana pengelolaan
DAS berdasarkan herarkhi (berjenjang). Dalam buku ini penurunan
dari Sub DAS ke DAS Mikro didasarkan pada parameter-parameter
dalam buku Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno,
dan Purwanto; 2010). Bab V berisi analisis potensi dan
permasalahan yang terdiri dari potensi dan permasalahan biofisik,
sosial, dan ekonomi. Bab VI memuat hasil analisis kelembagaan
yang berisi siapa berbuat apa dalam pengelolaan DAS Mikro pada
waktu yang telah lalu. Hasil analisis kelembagaan tersebut
digunakan dalam meyusun organisasi pengelolaan DAS Mikro ke
depan. Bab VII berisi penyusunan rencana pengelolaan DAS
Mikro. Bab VIII berisi implementasi pengelolaan DAS Mikro. Bab
IX berisi monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS Mikro.
viii
Monitoring dan evaluasi terdiri dari monitoring pengelolaan lahan,
hirologi, dan sosial ekonomi masayarakat yang terkait dengan
pengelolaan DAS Mikro; dan Bab X merupakan penutup yang
berisi bahwa buku ini diharapkan sebagai salah satu acuan dalam
mengelola DAS Mikro dan beberapa saran apa yang masih harus
dilakukan ke depan dalam hal pengelolaan DAS Mikro.
Disadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan sehingga kritik
dan saran membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan.
Surakarta, Januari 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 22 Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Mikro Progo dari 122
Tahun 2007-2013
Tabel 23 Curah Hujan, Debit Minimum dan Maksimum dan Koefisien 124
Regim Sungai Pronggo
Tabel 24 Neraca Air Bulanan Tahun 2013 di Sub DASProngo 128
Tabel 25 Hasil Analisis Beberapa Parameter Kualitas Air di Outlet 129
DAS Mikro Wonosari, Temanggung
Tabel 26 Perbandingan Parameter Kualitas Air di Hulu Tengah dan 131
Hilir DAS Mikro Wonosari Temanggung
Tabel 27 PDRB, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita 135
Masyarakat Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun
2009-2013
Tabel 28 PDRD dan Proporsi Lapangan Usaha Kecamatan Bulu. 137
Kabupaten Temanggung Tahun 2013
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 20 Hasil Analisis Pasokan Air Banjir di DAS Mikro Wonosari 55
Gambar 31 Lokasi Plot Contoh Konservasi Tanah dan Air untuk 109
Mengatasi Kerentanan Lahan di Desa Wonosari, DAS Mikro
Wonosari
Gambar 33 Kebun Bibit Desa di Dusun Drono, Desa Temon, Kec. 111
Arjosari, Kabupaten Pacitan
xiv
Gambar 37 Kecenderungabn Curah Hujan, Debit Minimum, debit 125
Maksimum dan Koefisien Regim, Sungai DAS Mikro
Pronggo
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 Data Perubahan Penggunaan Per Unit Lahan di DAS Mikro 170
Wonosari Tahun 2009-2013
Lampiran 5 Data Perubahan Penggunaan Per Unit Lahan di DAS Mikro 181
Pronggo Tahun 2009-2013
xvi
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB I
PENDAHULUAN
1
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
2
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
dan sifat rentan serta kapasitas yang dapat ditenggang oleh suatu
DAS terhadap pengelolaan sumberdaya alam yang ada.
3
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
4
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
5
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
6
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB II
DEFINISI DAS MIKRO
7
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
8
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
9
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
10
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB III
ASPEK HUKUM PENGELOLAAN DAS
MIKRO
11
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
12
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
13
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
14
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
15
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
16
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
17
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
18
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
19
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
20
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB IV
TEKNIK PEMILIHAN AREAL
DAS MIKRO
21
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (5+6+7+8) (9)
3. Kuas 7.025 0,182 (IM) 4,10 1,09 3,33 2,10 9,63 IV (lahan Kritis)
4. Jambe 4.979 0,522 © 4,20 1,14 3,46 2,10 9,90 II (lahan Kritis)
8. Mandang 7.700 0,366 © 3,80 1,10 3,25 2,20 9,35 VI (lahan Kritis)
9. Tingal 10.637 0,799 © 4,00 1,21 3,49 2,20 9,90 III (lahan Kritis)
Diolah dari Paimin, .et al. (2010) dengan permisi *) Tidak ada data, © = continuous, IM =
Intermittent, tingkat kerentanan 1 – 5, angka paling besar menunjukkan kondisi paling rawan.
22
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
23
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
24
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
25
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
26
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB V
DATA DASAR UNTUK ANALISIS
POTENSI DAN PERMASALAHAN
27
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
2. Geologi
DAS Mikro Pronggo tersusun dari formasi geologi
Mandalika (Temon) seluas 591 ha dan formasi Arjosari
(Toma) seluas 516 ha. Formasi Mandalika tersusun dari
perselingan breksi gunung api, lava, tuff bersisipan batu
pasir tufan, batu lanau dan batu lempung. Formasi Arjosari
tersusun dari konglomerat aneka bahan, batu pasir, batu
28
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
29
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
3. Jenis Tanah
Jenis tanah di DAS mikro Pronggo terdiri dari Koluvial
(Dystrandept) seluas 72 ha, Litosol (Drystropent) seluas 494
ha, dan Mediteran (Tropaquept) seluas 541 ha. Sebaran
masing-masing jenis tanah separti pada Gambar 6.
4. Curah Hujan
Karakteristik hujan di DAS mikro Pronggo didekati
dari stasiun terdekat di Ajosari. Data pengamatan hujan
harian selama 10 tahun terakhir (1998 – 2007) yang telah
dianalisis untuk kebutuhan karakterisasi DAS seperti pada
Tabel 4. Dari stasiun Arjosari diperoleh informasi bahwa
curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.208 mm, hujan
30
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
sari
Tahun
-an 3350 2318 2604 2375 2133 2046 - 1864 1162 2023
Hari-
an
maks 97 89 162 116 94 128 84 112 83 181
3 hri
Urut 169 139 159 188 155 169 103 136 111 207
Maks
Bln
kering 1 5 5 5 6 7 5 4 - 7
(bln)
Sumber : Diolah dari Laporan Monitoring Hujan. Dinas Pengairan
Kabupaten Pacitan (1998-2007)
5. Kelas Lereng
Lereng lahan umumnya curam dengan kelas lereng
>15%. Sebaran kelas lereng seperti pada Tabel 5 dan
Gambar 7.
31
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
32
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
33
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
Luas
No Penutupan lahan
Ha %
2 Kebun 77 6,9
3 Pemukiman 21 1,9
6 Tegal/Ladang 75 6,8
7. Sosial Ekonomi
Berdasarkan Kecamatan Arjosasri Dalam Angka 2008,
jumlah penduduk di DAS mikro Pronggo sebesar 2.161 jiwa
yang terdiri dari 1.014 laki-laki dan 1.147 perempuan.
Kepadatan penduduk geografis sebesar 215 jiwa/km2,
sedangkan kepadatan agraris sebesar 221 jiwa/km2, dengan
asumsi rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 org per
KK maka rata-rata kepemilikan lahan seluas 2,27 ha/KK.
Pertumbuhan penduduk sebesar 0,95% per tahun. Penduduk
di DAS Mikro Pronggo menyebar di dua Desa yakni Desa
Temon dan Gembong.
34
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
35
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
36
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
2. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar
Magelang-Semarang Skala 1: 100.000, bahan induk lokasi
kajian merupakan batuan gunung api sumbing (qsm)
(Gambar, 10), bersusunan andesit, augit, dan olivin serta
sedikit batuan kompleks gunung sumbing yang tak
teruraikan (qsu). Menurut Ngkoimani (2005), batuan beku
andesit yang banyak tersingkap di bagian selatan Pulau Jawa
digolongkan sebagai Andesit Tua (Old Andesite) dan
menurut pentarikhan dengan metode K-Ar umumnya
berumur Tersier. Andesit adalah suatu jenis batuan beku
vulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang
umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik dan
daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi. Nama
andesit berasal dari nama Pegunungan Andes. Batu andesit
37
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
38
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
3. Jenis Tanah
39
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
4. Curah Hujan
40
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
5. Kelas Lereng
41
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
1 0–8 495,18
2 9 – 15 514,08
3 16 – 25 332,21
4 26 – 45 130,11
5 > 46 4,50
Jumlah 1.476,07
42
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
43
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
1
Wawancara dengan Kepala Desa Wonosasri, Agus Parmuji, dilakukan di
Desa Wonosari pada tanggal 4 November 2010 sebagai pengelola lahan dan
pedagang tembakau.
44
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
45
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
46
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB VI
PROSES PENYUSUNAN RENCANA
PENGELOLAAN
47
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
48
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
49
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
50
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
51
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
52
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
53
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
54
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
55
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
56
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
57
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
58
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
1. Sosial
59
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
60
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
61
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
62
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
63
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
2. Budaya
1) Perilaku konservasi tanah
Berdasarkan budaya perilaku konservasi tanah hampir
seluruh responden melakukan konservasi tanah. Untuk lahan
tegalan dilakukan pembuatan guludan dan sebagian besar
dilkakukan penutupan dengan plastik sebagai mulsa. Dari
ancaman erosi perlakukan konservasi tanah yang demikian
64
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
65
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
66
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
3. Ekonomi
1) Ketergantungan terhadap lahan
Berdasarkan Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin,
dkk. 2006) dalam parameter tingkat kerentanan keter-
gantungan terhadap lahan yang dicerminkan oleh pendapatan
sektor pertanian terhadap total pendapatan dengan kriteria: <
50% (rendah), 50 – 75% (sedang), dan > 75% (tinggi) maka
ketergantungan masyarakat di DAS Mikro Wonosari
disajikan pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat
bahwa ketergantungan masyarakat terhadap lahan tinggi dan
merata untuk semua desa di dalam DAS Mikro Wonosari.
67
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
2) Tingkat pendapatan
Pendapatan rata-rata masyarakat di DAS Mikro
Wonosari sebesar Rp. 9.989.996,81,- per kapita per tahun
(Tabel 18). Pendapatan rata-rata terendah di Desa
Ngimbrang sebesar Rp. 6.546.678,89,- dan tertinggi di Desa
Bulu sebesar Rp. 13,190,913.62 per kapita per tahun. Untuk
kepentingan penilaian prioritas penanganan untuk masing-
masing Desa maka perbedaan pendapatan tertinggi –
terendah dibagi 5 (lima) sehingga akan diperoleh 5 kelas
prioritas penanganan. Prioritas 1 dengan pendapatan <Rp.
7.498.408,78,-, prioritas 2 dengan pendapatan Rp.
7.498.408,78 – Rp 9.159.467,46,- prioritas 3 dengan
68
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
Jumlah 73.510.652,64
69
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
70
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB VII
ANALISIS PERAN LEMBAGA
PENGELOLA DAS MIKRO
71
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
Masyarakat
Kelas
Menengah
(Midle
Class):
Pers,
LSM, dll).
Pemerintah Swasta
72
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
73
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
74
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
75
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
76
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
7. PT. DSC
PT. DSC merupakan perusahaan yang bergerak dalam
pembuatan veneer dan kayu lapis yang berada di Kecamatan
Glagah Ombo, Kabupaten Pacitan. Dalam rangka kegiatan
CSR perusahaan tersebut membagikan bibit kepada
masyarakat Kecamatan Arjosari dimana DAS Mikro
Pronggo berada, sebanyak 5.000 bibit sengon pada tahun
2007. Bibit tersebut diserahkan kepada Camat Arjosari
kemudian diteruskan ke desa-desa tetapi sekali lagi di tingkat
77
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
78
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
79
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
80
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
81
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
82
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
83
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
84
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
85
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
86
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
87
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
g) Kecamatan Bulu
Organisasi Kecamatan Bulu secara eksplisit
tidak ada Seksi yang membidangi pertanian,
perikanan dan perkebunan. Namun demikian apabila
ada kegiatan sektor tersebut Kepala Seksi
Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) Kecamatan
Bulu bersama para penyuluh melakukan pembinaan
kepada masyarakat.
h) Desa
Organisasi Desa terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Seksi Pemerintahan, Seksi
Pembangunan dan Seksi Kesejahteraan Masyarakat.
Tidak ada seksi yang secara langsung menangani
aspek pengelolaan DAS, lingkungan, maupun konser-
vasi tanah dan air. Namun demikian, menurut
Kodiran Lilik, Sekretaris Desa Mondoretno: ”Ber-
dasarkan Musyawarah Pembangunan Desa Tahun
2010, diusulkan agar dilakukan penanaman turus
jalan dengan pohon buah-buahan dan tanaman keras
(jambu, matoa, mlinjo, dan mangga). Pada tahun
88
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
89
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
i) Lembaga Masyarakat
Lembaga non formal yang mengakar Sub DAS
Wonosari antara lain pengajian ”yasinan” dan kerja
bakti bersih desa. Kegiatan yasinan merupakan
kegiatan rutin setiap Kamis malam di masing-masing
RT sedangkan kegiatan bersih Desa dilakukan setiap
Hari Minggu pagi pada saat tidak sibuk mengurusi
tanaman tembakau (Juni, Juli, dan Nopember). Dua
lembaga tersebut merupakan media yang sebaiknya
90
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
91
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
92
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
j) Lembaga Swasta
Perusahaan rokok, PT. Djarum, perusahaan
pupuk organik, PT. Fertila dan penyuluh pertanian
Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Kecamatan Bulu melakukan pembinaan
budidaya tembakau ke petani tembakau di Desa
Wonosari dan Bansari dengan cara membuat demplot
penanaman tembakau kemloko I, kemloko II dan
kemloko III. PT. Djarum memiliki kepentingan untuk
menjaga suplai tembakau dari wilayah tersebut
sedangkan PT. Fertila memiliki kepentingan agar
pupuk organik yang diproduksinya dibeli oleh petani.
Menurut petani, mereka mendapat tambahan
pengetahuan tentang pola tanaman tembakau
93
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
k) Lembaga Lain
Pada tahun 2010, Koramil Parakan
menyumbang bibit tanaman tembresi untuk di tanam
sebagai turus jalan. Bantuan tersebut diserahkan
kepada Kepala Desa Mondoretno, Ngrimbang,
Pengilon, Bulu, dan Danurejo masing-masing
sebanyak 200 batang. Organisasi Koramil tidak
memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola
DAS tetapi karena ada Peraturan Presiden No. 89
tahun 2007 tentang Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan maka Koramil turut serta dalam
kegiatan pengelolaan DAS. Kesadaran akan perlunya
rehabilitasi lahan tersebut harus terus dipupuk sesuai
dengan tujuan GERHAN yakni gerakan sosial
rehabilitasi lahan yang secara mandiri dilakukan oleh
seluruh komponen masyarakat. Pemerintah hanya
berfungsi sebagai pendorong dalam kegiatan tersebut
(Purwanto, et. al. 2011).
94
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
95
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
96
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB VIII
IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DAS
MIKRO
A. Sosialisasi
Setelah dilakukan analisis kerentanan biofisik dan sosial
ekonomi dan dibuat peta kerentanan maka dilakukan sosialisasi
kepada seluruh stakeholders implementator pengelolaan DAS
Mikro Pronggo yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Pacitan. SKPD tersebut antara lain: 1). Bappeda,
2). Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 3). Dinas Pertanian dan
Peternakan, 4). Badan Pelaksana Penyuluhan, 5). Kantor
Lingkungan Hidup, 6). Camat Arjosari, 7). Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Solo, 8).Kepala Desa Gembong dan
9). Kepala Desa Temon. Sosialisasi ini juga melibatkan
Gabungan Kelompok Tani (GaPokTan) Desa Temon dan Desa
Gembong dan pabrik pengolah kayu serta perusahaan pengolah
kayu PT. Daya Sakti Unggul Cooperation Pacitan. Suasana rapat
sosialisasi d Sosialisasi dilakukan pada Bulan Maret 2009. Dari
kegiatan sosialisasi ini hanya Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (BPDAS) Solo, Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Pacitan, Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten
97
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
98
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
99
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
100
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
101
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
b. Pemberdayaan masyarakat
Dewasa ini, pengelolaan DAS yang bersifat kolaboratif
sebagai sebuah paradigma baru dalam kebijakan lingkungan
makin banyak dibicarakan. Perubahan paradigma dari
kebijakan yang bersifat terpusat (centralized) dan command
and control yang menjadi ciri kebijakan lingkungan tahun
70an menjadi kebijakan yang bersifat pengelolaan
kolaboratif yang didesain untuk mendapatkan konsensus dan
kerjasama antar pemangku kepentingan pada tingkat DAS
semakin menguat (Lubell, 2004). Lebih lanjut, Lubell (2004)
dalam penelitiannya di Florida menemukan bahwa persepsi
petani terhadap efektivitas kebijakan pemerintah lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Hal ini berarti
kebijakan pemerintah di daerah hulu untuk melakukan
kebijakan konservasi tanah harus menguntungkan dari sisi
ekonomi.
102
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
103
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
1) Penyuluhan
Penyuluhan di DAS Mikro Pronggo dilakukan oleh
penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian, Balai Penyuluhan
Kehutanan dan Perkebunan; Kabupaten Pacitan, dan peneliti
dan teknisi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan
Pengelolaan DAS.Penyuluhan oleh Balai Penyuluhan
Pertanian dan Balai Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Pacitan dilakukan 2 (dua) bulan sekali yang
bertempat di Kantor Desa Temon dan Desa Gembong.
Disamping merubah kondisi sosial ekonomi dan biofisik,
salah satu penyuluh kehutanan di Kecamatan Arjosari
mendapat penghargaan Penyuluh Kehutanan Teladan tahun
2014 dari Menteri Kehutanan.
104
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
2) Sekolah lapang
105
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
3) Pembangunan Demplot
Pembangunan plot contoh ditujukan agar seluruh pihak
yang berpartisipasi dalam pengelolaan DAS mikro dapat
melihat langsung contoh pengelolaan DAS mikro dimana
ujung tombaknya adalah konservasi tanah dan air di setiap
penggunaan lahan. Beberapa contoh kegiatan pembangunan
plot disajikan sebagai berikut:
106
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
107
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
108
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
109
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
110
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
111
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
112
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
113
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
4) Studi Banding
Tujuan studi banding adalah menambah pengetahuan
masyarakat dengan melihat langsung kegiatan usaha dan
konservasi tanah yang dilakukan oleh kelompok tani lain.
Dalam kegiatan pengelolaan DAS Mikro Pronggo, studi
banding dilakukan di Petani Modern An Nur, Kecamatan
Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Danpak dari studi banding
Petani desa Temon, DAS Mikro Pronggo meyatakan bahwa
hasil studi banding yang dilakukan TA. 2010, di Pertanian
Organik An Nur, Nguter, Sukoharjo menunjukkan bahwa
mereka mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang
pertanian terpadu yakni sawah, lahan kering, peternakan,
perikanan, dan hutan rakyat dimana yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung
(Purwanto, dkk, 2010). Studi banding untuk petani DAS
Mikro Wonosari dilakukan ke Kelompok Tani Kredo, Desa
Dokerso, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang (Gambar,
35).
114
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
PENGELOLAAN DAS MIKRO
115
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
116
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
117
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
118
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
119
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
120
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
121
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
122
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
123
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
1. Cuhah 3.187 1.464 1.670 1.451 1.850 2.891 2.293 2.497 2.721 2.128
hujan
(mm)
2. Debit 5,00 5,38 5,38 * 4,85 2.18 0,309 0,025 0,329 0,204
Minim
um
(liter/d
t)
3. Debit 37,00 17,94 29,1 * 15.31 11.54 12.290 16,181 15.897 11.093
Maksimu
m (m3/dt)
4. Koefisi 7.400 3.335 5.409 * 3.157 5.294 3.977 6.476 4.832 5.438
en
Regim
Sungai
(KRS)
Sumber: Laporan Monitoring dan Evaluasi Tata Air Tahun Anggaran 2005
s/d 2014 BPDAS Solo. (*: tiak ada data karena alat rusak).
124
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
125
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
126
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
127
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
Tabel 24. Neraca Air Bulanan Tahun 2013 di Sub DAS Pronggo
Para-
meter Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Dec Jml
Curah
hujan
(mm) 557 346 219 205 159 219 557 0 3 31 243 498 3.037
ET (mm)
147,7 126,0 144,9 139,6 139,4 131,0 127,3 52,0 24,0 37,0 140,4 144,5 1.354
Limpas-
an, RO
(mm) 293,1 256,5 165,3 115,4 67,5 77,8 253,8 126,9 63,4 31,7 27,6 190,6 1.670
128
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
129
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
130
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
Nitrat Posphat
Titik DHL TSS BOD COD DO
pH (NO3) (PO4)
Sampel (nmhos/cm) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
(mg/l) (mg/l)
)
Hilir * 8,4 158,0 15,16 36,0 0,59 2,6 9,5 4,9
Hilir
)
** 7,3 - 0,98 25,5 0,41 1,9 16,5 6,7
Keterangan: *) Pengamatan langsungtahun 2013
**)Data dari BLH Kabupaten Temanggung (2012, 2013)
131
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
132
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
133
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
a) Pronggo
Berdasarkan data awal pendapatan masyarakat di
DAS mikro Pronggo sebesar Rp. Rp. 4.076.484,-
(Paimin, dkk. 2008). Hasil evaaluasi tahun 2014 dengan
sampling dengan intesitas 2% dari yang dibagi secara
proporsional (Temon 16 org, Gembong 8 org, Jatimalang
8 org dan Gayuhan 6 org), menghasilkan pendapatan
rata-rata masyarakat sebesar Rp. 5.358.504,-, tahun
2014. Artinya dengan standar harga berlaku maka
pendapatan masyarakat di DAS Mikro Pronggo naik
rata-rata 5,24% per tahun.
b) Wonosari
Berdasarkan data yang dihitung dari PDRB dan
Jumlah Penduduk di Kecamatan Bulu yang merupakan
sebagian besar wilayah DAS Mikro Wonosari, pen-
dapatan masyarakat cenderung meningkat dari tahun
2009 – 2013 (Tabel 33 dan Gambar 39). Bila dibanding-
kan dengan pendapatan rata-rata per kapita masyarakat
Kabupaten Temanggung maka pendapatan masyarakat di
DAS Mikro Wonosari lebih rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat di DAS
134
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
Sumber: Kecamatan Bulu Dalam Angka 2009 s/d 2013 dan PDRB
Tingkat Kecamatan.Kabupaten Temanggung 2013. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Temanggung 2013
135
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
136
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
137
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
138
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
BAB X
PENUTUP
139
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
DAFTAR PUSTAKA
140
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
141
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
142
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
143
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
144
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
145
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
146
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
LAMPIRAN
147
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
148
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
2 MANAJEMEN(40%)
A Penggunaan lahan Hutan Lindung/ Rendah 1
(40%) Konservasi*) Agak Rendah 2
Hutan Prod/Perkeb**) Sedang 3
Pekarangan/Semak/Bel Agak Tinggi 4
ukar Tinggi 5
Sawah/Tegal-teras
Tegal/Pmk-kota
149
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
B PENGUKURAN (100%)
A Debit puncak spesifik < 0.58 Rendah 1
3 2
(m /dt/km ) 0.58-1.00 Agak Rendah 2
(100%) 1.01-1.50 Sedang 3
1.51-5.00 Agak Tinggi 4
> 5.00 Tinggi 5
II DAERAH RAWAN BANJIR
1 ALAMI (80%) (55%)
A Bentuk lahan Pegunungan Rendah 1
(10%) Perbukitan Agak Rendah 2
Kipas. Lahar. Dataran Sedang 3
Teras Agak Tinggi 4
Dataran Aluvial. Lembah
Aluvial Tinggi 5
Jalur kelokan
B Meandering 1 – 1.1 Rendah 1
Sinusitas (P) = 1.2 – 1.4 Agak Rendah 2
panjang/jarak sungai 1.5 – 1.6 Sedang 3
sesuai belokan : jarak 1.7 – 2.0 Agak Tinggi 4
lurus >2 Tinggi 5
(5%)
*) dan **) dalam kondisi normal atau tidak dalam kondisi kritis atau terganggu.
150
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
151
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
152
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
153
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
154
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
155
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
156
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
157
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
158
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
159
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
160
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
161
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
162
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
163
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
164
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
165
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
166
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
167
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
168
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
169
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
170
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
171
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
172
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
173
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada
tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman
rumput rumput rumput rumput rumput rumput
29. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
tembakau, tembau, tembakau, tembakau, tembakau, tembakau,
sayur dan sayur dan sayur dan sayur dan sayur dan sayur dan
cabe teras cabe teras cabe teras cabe teras cabe teras cabe teras
miring ke miring ke miring ke miring ke miring ke miring ke
dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada
tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman
rumput rumput rumput rumput rumput rumput
30. KPL IIg KPL IIg KPL IIg KPL IIg KPL IIg KPL IIg
pemukiman pemukiman pemukiman pemukiman pemukiman pemukiman
31. KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs
tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau
teras teras teras teras teras teras
miring ke miring ke miring ke miring ke miring ke miring ke
dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada
tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman
rumput rumput rumput rumput rumput rumput
32. KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs KPL VIIs
tembakau tembakau tembakau tembaku tembakau tembakau
teras teras teras teras teras teras
miring ke miring ke miring ke miring ke miring ke miring ke
dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada dalam, ada
tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman
rumput rumput rumput rumput rumput rumput
33. KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi,
singkong singkong singkong singkong singkong singkong
34. KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi,
singkong singkong singkong singkong singkong singkong
35. KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi,
singkong singkong singkong singkong singkong singkong
36. KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi,
singkong singkong singkong singkong singkong singkong
37. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau
38. KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
cengkeh cengkeh cengkeh cengkeh cengkeh cengkeh
39. KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
cengkeh cengkeh cengkeh cengkeh cengkeh cengkeh
40. KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi,
singkong, singkong, singkong, singkong, singkong, singkong,
pemukiman pemukiman pemukiman pemukiman pemukiman pemukiman
174
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
41. KPL VIII- KPL VIII- KPL VIII- KPL VIII- KPL VIII- KPL VIII-
topografi. topografi. topografi. topografi. topografi. topografi.
ditanami ditanami ditanami ditanami ditanami ditanami
tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau
dan dan dan dan dan dan
tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman
semusim semusim semusim semusim semusim semusim
dengan dengan dengan dengan dengan dengan
teras teras teras teras teras teras
miring miring miring miring miring miring
keluar keluar keluar keluar keluar keluar
42. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
palawija palawija palawija palawija palawija palawija
43. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
palawija palawija palawija palawija palawija palawija
44. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
palawija palawija palawija palawija palawija palawija
45. KPL VIIIw KPL VIIIw KPL VIIIw KPL VIIIw KPL VIIIw KPL VIIIw
tembakau, tembakau, tembakau, tembakau, tembakau, tembakau,
singkong, singkong, singkong, singkong, singkong, singkong,
pisang pisang pisang pisang pisang pisang
46. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
palawija palawija palawija palawija palawija palawija
47. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
palawija palawija palawija palawija palawija palawija
48. KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg KPL IIIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
palawija palawija palawija palawija palawija palawija
49. KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg
Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau, Tembakau,
palawija, palawija, palawija, palawija, palawija, palawija,
suren suren suren suren suren suren
50. KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg KPL IVg
kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi,
tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau
singkong singkong singkong singkong singkong singkong
51. KPL II KPL II KPL II KPL II KPL II KPL II
sawah sawah sawah sawah sawah sawah
tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau tembakau
cabe cabe cabe cabe cabe cabe
52. KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg KPL VIg
tembakau, tembakau, tembakau, tembakau, tembakau, tembakau,
jagung, jagung, jagung, jagung, jagung, jagung,
cabe, teras cabe, teras cabe, teras cabe, teras cabe, teras cabe, teras
miring miring miring miring miring miring
keluar keluar keluar keluar keluar keluar
53. KPL VII. KPL VII. KPL VII. KPL VII. KPL VII. KPL VII.
tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman
utama utama utama utama utama utama
tembakau. tembakau. tembakau. tembakau. tembakau. tembakau.
175
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
176
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
177
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
178
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
179
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
180
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
181
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
182
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
183
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
184
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
185
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
186
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
TENTANG PENULIS
187
Belajar dari Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro
188