Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Pengelolaan Konflik Kepentingan

Konflik Kepentingan atau Conflict of Interest merupakan suatu situasi dimana seseorang seperti


petugas publik atau seorang pegawai, professional yang memiliki kepentingan pribadi dan
berbenturan dengan tugas dan tanggung jawab resmi pekerjaannya (ACLC, 2016). Praktiknya dapat
kita lihat dalam kasus yang memperlihatkan keadaan pada saat seorang penyelenggara negara
menerima gratifikasi atas keputusan atau jabatannya. Polanya dibagi dalam 4 (empat) dimensi
hubungan antara lain:
Personal – pendekatan konflik kepentingan mempertimbangkan nilai-nilai individu seperti
karakteristik, kepribadian, emosional dan spiritual. Contohnya dapat kita lihat pada sumber konflik
yang muncul karena gaya hidup berlebihan maupun persaingan antar individu.
Relasional – pendekatan konflik kepentingan dalam hubungan relasional antar individu, antar suku,
antar Lembaga, antar pemangku kepentingan misalnya antara pimpinan dan bawahan, antara
penyedia dan pengguna jasa ataupun manajer dan staf lapangan.
Struktural – pola pengelolaan konflik yang ditinjau dari sejauhmana pengaruhnya terhadap
perubahan sosial. Dalam hal ini manajemen organisasi akan berpengaruh dalam pengambilan
keputusan antara satu dengan yang lainnya dan melibatkan seluruh anggota dan kegiatan
operasional.
Kultural – nilai-nilai budaya yang ada dalam lingkungan seperti perbedaan latar belakang suku,
bahasa dan keyakinan akan mempengaruhi bagaimana organisasi melakukan kegiatan
operasionalnya.
KPK RI juga menjelaskan untuk dapat mengelola konflik kepentingan tersebut
diperlukan strategi agar semua patuh dan memegang teguh kode etik dan kode perilaku terkait
pekerjaannya antara lain:

1. Membuat pernyataan deklarasi tidak memiliki konflik kepentingan serta patuh terhadap
ketentuan yang mengatur kode etik dan kode perilaku yang berlaku;
2. Meningkatkan kesadaran akan pemahaman kode etik dan perilaku melalui Pendidikan dan
pelatihan;
3. Penegakan hukum dan pengendalian internal dalam lingkungan kerjanya (internal control);
4. Penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaannya misal e-procurement, dll;
5. Kepemimpinan yang beretika;
6. Membudayakan nilai-nilai organisasi.

Secara rinci, tahapan pengendalian konflik kepentingan dilakukan sebagai berikut:

1. Identifikasi situasi konflik kepentingan;


2. Penyusunan kerangka kebijakan
3. Penyusunan strategi penanganan konflik kepentingan
4. Penyiapan serangkaian tindakan untuk menangani konflik kepentingan melalui:

 Pengurangan kepentingan pribadi Penyelenggara Negara dalam jabatannya;


 Penarikan diri dari proses pengambilan keputusan dimana seorang pejabat memiliki
kepentingan;
 Membatasi akses atas informasi tertentu apabila yang bersangkutan memiliki kepentingan
 Mutasi ke jabatan lain yang tidak memiliki konflik kepentingan
 Mengalihkan tugas dan tanggung jawab yang bersangkutan
 Pengunduran diri dari jabatan yang menyebabkan konflik kepentingan
 Melakukan pengawasan terhadap pegawai tersebut dengan intensif;
 Pemberian sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya.

Pustaka
Anti-Corruption Learning Center (ACLC). (2016). Pengelolaan Konflik Kepentingan. Diakses pada
tanggal 20 November 2020 melalui: https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Modul-7-
Konflik-Kepentingan.pdf

Anda mungkin juga menyukai