DISUSUN OLEH :
NAMA: APFIA GERALDIND DEBORAFEBINAELL
NIM : 1900206
Paha kanan dan kiri pasien tersiram air mendidih saat masak kurang lebih 1 jam SMRS.
Pasien masih dapat merasakan nyeri pada paha kiri dan kanan. Pasien masih mampu berjalan.
Setelah tersiram air mendidih, pasien membersihkan luka bakar dengan menggunakan NaCl
0.9% yang diberikan oleh keluarga pasien. Luka bakar ditemukan seperti gambar di bawah
dari seluruh permukaan tubuh dan merupakan luka bakar derajat I – II oleh karena adanya
blister pada daerah yang terkena luka bakar dan terdapat beberapa bagian yang hanya
memiliki eritema. Pasien tidak memiliki keluhan mati rasa atau baal pada daerah yang
terkena luka bakar.
1. Mengapa luka yang tersiram air mendidih dapat menyebabkan lepuh? (lyda)
2. Jelaskan tingkat derajat luka bakar? (OA)
3. Macam cairan yang digunakan untuk membersihkan luka bakar selain NaCl? (rachel)
4. Penanganan apa aja yang dilakukan saat mengalami luka bakar? ( maria)
5. Bagaimana cara perawatan pada luka bakar selain menggunakan NaCl? (galuh)
6. Apakah akibat yang dapat ditimbulkan dari luka bakar? (yohana)
7. Penanganan pertama saat terkena luka bakar? (bob)
8. Makanan yang dapat mempercepat penyembuhan luka bakar? (kak kadek)
9. Faktor apa saja yang dapat memperparah tingkat luka bakar? (Eliz)
1. Sebab kulit merupakan bagian tubuh mempunyai limid derajat terhadap panas (kak
kadek)
2. 3 Derajat luka bakar berdasarkan tingkat keparahan (bob)
a. Derajat I : Mempengaruhi epidermis/lap kulit luar
b. Derajat II : Mempengaruhi lap dermis
c. Derajat III : Mempengaruhi epidermis, dermis atau lebih dalam lagi
3. Asam cuka atau asam asetat (kak kadek)
4. Menggunakan air mengalir selama 15 menit atau lebih (galuh)
5. Menggunakan obat-obatan seperti salep bacitradin dan salep lidah buaya (eliz)
6. Perubahan warna kulit dan kulit mengelupas (rachel)
7. Penanganan pertama, hilangkan sumber panas, dalam artian mejauh dari sumber
terjadinya luka bakar Lalu dicuci menggunakan air mengalir (Eliz & carmen)
8. Jeruk, daging/telur, sayur wortel, makanan laut, semisal kerang (maria)
9. Air,kelembapan,kebersihan saat merawat luka (OA & yohana)
STEP IV
STEP V
LUKA BAKAR
1. KONSEP MEDIS
a. Definisi
b. Anatomi Fisiologi
c. Etiologi
d. Epidemiologi
e. Klasifikasi
f. Patofisiologi
g. Manifestasi Klinis
h. Penatalaksanaan
i. Komplikasi
j. Pencegahan
k. Pemeriksaan penunjang
l. Prognosis
2. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Diagnosis Keperawatan
c. NCP
3. SAP/Penyuluhan
4. Jurnal Terkait
5. Isu legal etik keperawatan
STEP VI
1. KONSEP MEDIS
a. Definisi
Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh trauma panas
atau trauma dingin (frost bite). Penyebabnya adalah api, air panas, listrik, kimia,
radiasi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan ini dapat menyertakan jaringan
bawah kulit.
b. Anatomi Fisiologi
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan bersambung dengan selaput
lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Mampu
memperbaiki sendiri (self-repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama
(pembatas antara lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh). Merupakan organ
terbesar(16% dari berat badan), tertipis, & sangat penting.
1) Epidermis
Sumber:
PPT Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen oleh Ignasia Yunita Sari,
S.Kep., Ns., M.Kep., Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta
c. Etiologi
1) Luka Bakar Termal Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena
terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2) Luka Bakar Kimia Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya
jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi
misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam
bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3) Luka Bakar Elektrik Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang
digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh.
4) Luka Bakar Radiasi Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan
sumber radioaktif.
d. Epidemiologi
Menurut WHO, sekitar 90 persen luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah di
negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, daerah yang umumnya tidak
memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengurangi insiden luka bakar.
Data yang diperoleh dari WHO menyebutkan bahwa wanita di wilayah Asia
Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi, 27% dari angka
keseluruhan secara global meninggal dunia dan hampir 70% diantaranya adalah
wanita.
Dari studi epidemiologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun
2011-2012 data pasien yang dirawat selama periode 2 tahun adalah 303 pasien.
Sebagian besar pasien dengan luka bakar berat 20-50% adalah 45, 87%. Rata-rata
pasien dirawat adalah 13,72 hari dengan angka kematian sebanyak 34% pada
tahun 2012 dan sebanyak 33% pada tahun 2011.
e. Klasifikasi
1) Derajat Luka Bakar
a) Derajat I
Pada luka bakar derajat 1 (superficial burn), kerusakan hanya terjadi
di permukaan kulit. Kulit akan tampak kemerahan, tidak ada bulla,
sedikit oedem dan nyeri, dan tidak akan menimbulkan jaringan parut
setelah sembuh.
b) Derajat II
Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn) mengenai sebagian dari
ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian dermis.
Pada kulit akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri berat.
c) Derajat III
Pada luka bakar derajat 3 (full thickness burn), kerusakan terjadi pada
semua lapisan kulit dan ada nekrosis. Lesi tampak putih dan kulit
kehilangan sensasi rasa, dan akan menimbulkan jaringan parut setelah
luka sembuh.
d) Derajat IV
Luka bakar derajat 4 disebut charring injury. Pada luka bakar ini kulit
tampak hitam seperti arang karena terbakarnya jaringan. Terjadi
kerusakan seluruh kulit dan jaringan subkutan begitu juga pada tulang
akan gosong.
2) Berat Luka Bakar
a) Ringan jika terdapat luka bakar derajat I seluas <15% atau derajat II
seluas <2%
b) Sedang adalah luka bakar derajat I seluas 10-15% atau derajat II seluas
5-10%
c) Berat 6 merupakan luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III
seluas >10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat
kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi
(>1000V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan
lunak/gangguan jalan nafas.
3) Perhitungan Luas Luka Bakar
a) Kepala (Nilai Total = 9%), terdiri dari: bagian depan = 4,5% dan
bagian belakang = 4,5%
b) Tubuh (Nilai Total = 36%), terdiri dari: dada dan perut = 18% serta
punggung = 18%
c) Lengan (Nilai Total = 18%), terdiri dari: lengan atas depan-belakang =
9% dan lengan bawah depan-belakang = 9%
d) Kaki (Nilai Total =36%), terdiri dari: tungkai atas depan-belakang =
18% dan tungkai bawah depan-belakang =18%
e) Alat kelamin (Nilai Total =1%)
(Ester Grace Sendy, A.Md. Kep. ,2017)
f. Patofisiologi
kesakitan dapat
DS : mengurangi
mendidih
Q : Pedih,panas E:
R : Paha kanan dan - Jelaskan strategi - Agar dapat
kiri meredakan nyeri mengatasi nyeri
S : Skala 6
T : Setelah tersiram C:
air mendidih, pasien - Kolaborasi
membersihkan luka pemberian - Mengurangi rasa
bakar dengan analgetik,jika perlu nyeri
menggunakan NaCl
0.9%
-
2) Gangguan Integritas kulit b.d Faktor Mekanis
3. SAP/Penyuluhan
SAP PENKES
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)
I. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mampu memahami Luka Bakar
B. Tujuan Khusus
1. Klien mampu menjelaskan definisi Luka bakar
2. Klien mampu menyebutkan cara pertolongan pertama pada saat terkena luka
bakar
3. Klien mampu menerapkan cara pencegahan Luka bakar
II. Sasaran
Masyarakat
III. Media
Poster dan demonstrasi
IV. Metode
Ceramah dan demonstrasi
V. Strategi Pelaksanaan
Fase Kegiatan Waktu
Orientasi a. Memberikan salam 5 menit
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan penkes
Kerja a. Bertanya sejauh mana 15 menit
mengetahui luka bakar
b. Menjelaskan sesuai topik
c. Demonstrasi hal-hal yang
ingin dilakukan
Evaluasi a. Redemonstrasi tentang 10 menit
pertolongan pertama saat
terjadi luka bakar
b. Tanyakan terkait dengan
tujuan khusus
c. Jelaskan kembali tentang
kesimpulan penkes
4. Jurnal Terkait
ABSTRAK
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh kontak dengan sumber panas. Nyeri merupakan salah satu
manifestasi klinis pada luka bakar derajat II. Penelitian ini dilakukan di
Unit Luka Bakar RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan
penelitian experimental, dengan desain randomized pre test and post test
control group design. Sampel yang didapat sebesar 24 orang yang terdiri
dari 12 orang kelompok kontrol dan 12 orang kelompok perlakuan.
Sampel dipilih dengan teknik randomized sampling. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah terapi latihan pasif dan teknik
relaksasi pernafasan. Variabel dependennya adalah perubahan intensitas
nyeri yang diukur dengan skala VAS. Data dianalisis dengan uji statistik
parametrik dengan uji t. Hasil yang didapatkan nilai t sebesar 34,51
dengan nilai rata-rata sebesar 50,33, p sebesar 0,00 (p<0,05)
menunjukkan H0 ditolak yang artinya teknik relaksasi pernafasan dan
terapi latihan pasif efektif menurunkan intensitas nyeri luka bakar derajat
II. Dari hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang
bermakna dimana intervensi teknik relaksasi pernafasan pada terapi
latihan pasif lebih efektif menurunkan nyeri luka bakar derajat II karean
dari hasil penelitian didapat rata-rata selisih penurunan intensitas nyeri
sebesar 66,50 sedangkan pada intervensi terapi latihan pasif didapat rata-
rata selisih penurunan intensitas nyeri sebesar 50,33.
Kata kunci: teknik relaksasi pernafasan, terapi latihan pasif, intensitas
nyeri, luka bakar derajat II.
5. Legal Etik Keperawatan
a. Otonomi : Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri,
memperoleh kebebasan dan kemandirian begitu juga dengan perawat yang
mengikuti prinsip ini.
Contoh : Perawat memberi tahu tentang perawatan luka bakar yang akan dijalani
pasien akan tetapi pasien tersebut juga bisa menentukan apakah dia mau atau
tidak untuk menjalani perawatan itu dan perawat tidak boleh memaksa jika
pasien menolak.
b. Nonmaleficience
Prinsip menghindari tindakan yang membahayakan pasien dan perawat. perawat
juga wajib memperhatikan setiap tindakan keperawatan yang akan diberikan.
Contoh : Perawat harus memperhatikan setiap tindakan yang harus dilakukan
pada perawatan luka bakar,harus memperhatikan kebersihan pada saat
membersihkan dan membantu mobilitas klien yang lemah akibat luka bakar be
ditubuh klien dengan memberikan pergerakan ringan agar tidak mencederai
pasien.
c. Beneficience
Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan Perawat melakukan
kebaikan dengan mengimplementasikan tindakan yang bermanfaat bagi pasien
luka bakar jika pada suatu saat pasien menolak untuk diberikan
tindakan/pertolongan, perawat bisa melakukan negoisasi/membujuk pasien untuk
menyetujui tindakan keperawatan yang diberikan salah satu contohnya saat
pemberian obat anti nyeri pada pasien
d. Justice
Sebagai seorang perawat juga mampu bersikap adil tanpa membeda-bedakan
pasien berdasarkan kelas/ekonomi dan jenis penyakit yang dialami paasien.
Contoh : Ada beberapa luka bakar yang mungkin saat dilihat akan mengerikan
dan kita sebagai perawat tidak boleh membedakan dan malah menolak untuk
merawat pasien tersebut,karena semua pasien itu sama.
e. Fidelity
Perawat harus mempertanggungjawabkan semua tindakan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien.
Contoh : Setelah melakukan tindakan keperawatan membersihkan luka bakar
efek setelahnya adalah nyeri yang berlebih karena efek obat oles yang
diberikan,lalu perawat harus bertanggung jawab untuk mengatasi nyeri pasien
tersebut.
f. Veracity
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran yang sebenarnya.
Contoh: Memberi tau dengan jujur kepada klien bahwa penyakit luka bakar
membutuhkan pengobatan secara rutin untuk dapat sembuh/pulih atau
mengatakan bahwa bekas luka bakar pada derajat tinggi akan sulit hilang
bekasnya.
g. Advokasi
Advokasi, mengarah pada loyalitas dan suatu upaya pemenuhan kebutuhan
individu yang membutuhkan perawat untuk mengedukasi pasien sehingga
pasien mengetahui haknya dan mampu mengakses berbagai kemudahan yang
ditujukan untuknya. Dalam advokasi terdapat suatu kontrak sosial antara profesi
perawat dan masyarakat. Advokasi sendiri juga didasarkan pada prinsip etik
lainnya seperti keadilan dan otonomi.Dalam pelayanan kesehatan perawat
membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai. Advokasi juga
dapat dilakukan oleh perawat dengan mendukung upaya pasien menjaga
otonominya dalam pengambilan keputusan jika pasien dianggap masih mampu
mengambil keputusan. Selain itu bentuk advokasi yang dapat dilakukan
perawat adalah dengan menyampaikan dan mendiskusikan keinginan pasien
dan keluargaya terkait dengan proses keperawatan. (sofia rhosma dewi,2014).
DAFTAR PUSTAKA
PPT Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen oleh Ignasia Yunita Sari, S.Kep., Ns., M.Kep.,
Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta
Yulia Ratna Sintia Dewi.2012. LUKA BAKAR: KONSEP UMUM DAN INVESTIGASI
BERBASIS KLINIS LUKA ANTEMORTEM DAN POSTMORTEM. Universitas
Udayana. Fakultas Kedokteran.Bali [ID].
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No__HK_01_07-MENKES-555-
2019_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Tata_Laksana_Luka_Bakar.pdf
(diakses 13 Maret 2021)
http://eprints.undip.ac.id/50798/3/RADHITYO_FEBRIANTO_2201012130157_BAB_II.pdf
(diakses 14 maret 2021)
http://eprints.umm.ac.id/41523/3/jiptummpp-gdl-wahyudwipu-50809-3-bab2.pdf (diakses 14
maret 2021)