Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“PENYEBAB TIMBULNYA RUU HIP (HALUAN IDEOLOGI PANCASILA)

YANG LALU DI NEGARA INDONESIA”

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh:

Dilla Resika (214110174)

Semester/Kelas: 1D

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


KATA PENGANTAR

Segala puji sedalam syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat, inayah dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah

Pancasila “Pandangan Pancasila Terhadap Agama Dan Negara”.

Shalawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah

menghantarkan alam ini dari zaman kegelapan hingga menuju zaman yang terang

benderang, dengan risalah islam yang ia bawa dan ia sebarkan, karena tanpanya ada

islam, dunia tidak akan pernah bertemu dengan zaman yang penuh kejayaan seperti

sekarang ini.

Sebelumnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada segenap pihak yang

banyak membantu dan memberikan saran-saran, nasehat, motivasi dan arahan serta

menyemangati, mendukung, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan

makalah ini.

Sekalipun penulisan makalah ini telah kami selesaikan dalam penulisannya namun

menyadari kekurangan, oleh karna itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik konsturktif yang bersifat membangun demi

kesempurnaan karya tulis ilmiah in

Pekanbaru, 20 Oktober 2021

Dilla Resika
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................1

C. Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian RUU HIP (Haluan ideologi Pancasila)..................................................2

B. Penyebab timbulnya RUU HIP yang lalu di Indonesia………………………........3

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN......................................................................................................6

B. SARAN.................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................6
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

RUU Haluan Ideologi Pancasila atau dikenal dengan RUU HIP yang merupakan

inisiatif DPR menjadi perbincangan yang hangat di masyarakat. Banyak pendapat

yang muncul seiring dengan berjalannya proses perbincangan RUU ini, baik itu

pandangan pro, kontra, hingga skeptis terkait keberadaan RUU tersebut. Petama,

Merujuk pada materi muatan Undang-Undang sebagaimana diatur dalam UU

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

UndangUndang sepatutnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan hukum dari

masyarakat sehingga tepat guna sasaran dari segi substansialnya. Sedangkan yang

menjadi kebutuhan bersama saat ini adalah bagaimana penanganan covid-19 ini

dapat terus digemborkan dan pemulihan secara masif dari sektor masing-masing.

Tidak hanya tak memenuhi kebutuhan hukum masyarakat, diantaranya bahkan

terdapat Rancangan Undang-Undang yang dinilai riilnya merugikan masyarakat

yang diantaranya UU Mineral dan Batubara yang dinilai digarap terlalu pesat dan

terburu-buru yang ironinya dibahas ketika distribusi pandemi sedang massif-

masifnya.1 Kedua, Tidak berhenti disitu, aspek kontroversialnya pun berasal dari

muatan yang termuat dalam RUU HIP tersebut. Redaksional pasal-pasal tersebut

pun cenderung masih sangat normatif dan multitafsir.


Hal yang dikritisi oleh Pakar Hukum Tata Negara Sekolah Tinggi Hukum

Jentera Bivitri Susanti, ialah RUU HIP memuat pasal yang sifatnya hanya definisi

dan political statement. Ia menuturkan norma hukum mengatur terkait suatu perilaku

juga kelembagaan, tidak hanya pernyataan belaka namun disertai dengan pasal yang

mengatur perilaku berbuat sesuatu.2 Selain itu, dalam perdebatan di dalam DPR

sendiri, banyak yang mempertanyakan ketiadaan TAP MPRS XXV/MPRS 1966

Tahun 1966 yang sepatutnya menjadi konsideran bagi RUU HIP tersebut. Selain itu,

banyak juga yang mempertanyakan keberadaan Pasal 7 RUU HIP yang memeras

pancasila menjadi trisila kemudian menjadi ekasila dengan banyaknya pandangan

tersebut tentu membawa pertanyaan dimanakah letak penguatan yang banyak

digemborkan para politisi di Senayan? Namun, berbeda halnya jika konteks

penguatan tersebut dikorelasikan dengan penguatan status kelembagaan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang secara jelas diamanahkan oleh RUU ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan RUU HIP (Haluan ideologi Pancasila) yang lalu di

Indonesia?

2. Apa saja penyebab timbulnya RUU HIP (Haluan ideologi Pancasila) yang lalu di

Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan RUU HIP (Haluan ideologi Pancasila)

yang lalu di Indonesia

2. Mengatahui penyebab timbulnya RUU HIP (Haluan ideologi Pancasila) yang

lalu di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian RUU HIP (Haluan ideologi Pancasila)

RUU Haluan Ideologi Pancasila atau dikenal dengan RUU HIP yaitu inisiatif DPR

menjadi perbincangan yang hangat di masyarakat. Banyak pendapat yang muncul

seiring dengan berjalannya proses perbincangan RUU ini, baik itu pandangan pro,

kontra, hingga skeptis terkait keberadaan RUU tersebut. Petama, Merujuk pada materi

muatan Undang-Undang sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UndangUndang sepatutnya dibuat untuk

memenuhi kebutuhan hukum dari masyarakat sehingga tepat guna sasaran dari segi

substansialnya. Sedangkan yang menjadi kebutuhan bersama saat ini adalah bagaimana

penanganan covid-19 ini dapat terus digemborkan dan pemulihan secara masif dari

sektor masing-masing.

Tidak hanya tak memenuhi kebutuhan hukum masyarakat, diantaranya bahkan

terdapat Rancangan Undang-Undang yang dinilai riilnya merugikan masyarakat yang

diantaranya UU Mineral dan Batubara yang dinilai digarap terlalu pesat dan terburu-

buru yang ironinya dibahas ketika distribusi pandemi sedang massif-masifnya.1 Kedua,

Tidak berhenti disitu, aspek kontroversialnya pun berasal dari muatan yang termuat

dalam RUU HIP tersebut. Redaksional pasal-pasal tersebut pun cenderung masih sangat

normatif dan multitafsir.


2.2 Penyebab timbulnya RUU HIP (Haluan ideologi Pancasila) yang lalu di

Indonesia?

Pertama, kehadiran RUU HIP jelas akan memunculkan ketum pangtindihan

(overlapped) dalam sistem ketatanegaraan. Sebab, ideologi Pancasila merupakan

landasan pembentukan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 atau konstitusi negara, yang

melalui RUU HIP ini justru diturunkan derajatnya untuk diatur oleh undang-undang.

Jelas ada kekeliruan logika berpikir disini. Jika proses itu diteruskan, Pancasila tidak

lagi menjadi sumber nilai-nilai kebangsaan, tetapi justru direduksi menjadi aturan-

aturan teknis yang berpotensi memfasilitasi hadirnya monopoli tafsir nilai-nilai

Pancasila itu sendiri. Hal itu, jika terjadi, berpotensi memfasilitasi hadirnya monopoli

tafsir Pancasila, yang pada akhirnya akan melegitimasi hadirnya kekuasaan yang

antikritik dan tidak demokratis.

Kedua, selain cacat secara yuridis, RUU HIP ini cacat interpretasi karena

cenderung mengesampingkan aspek historis, filosofis, dan sosiologis. Salah satu

indikator paling sederhana yang mudah dilihat adalah RUU ini tidak memuat Tap

MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme.

Padahal, hal itu merupakan landasan historis dalam merumuskan bagaimana Pancasila

menjaga titik temu perbedaan, membangun persatuan, dan menolak kekejaman akibat

penyalahgunaan kekuasaan. Selama ini, peringatan Hari Kesaktian Pancasila harus

dimaknai sebagai peneguhan komitmen bangsa untuk menempatkan Pancasila sebagai

dasar negara, pandangan hidup, dan ideologi yang mempertemukan berbagai macam

perbedaan ideologi. Sementara itu, berdasar UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundangundangan, kedudukan Tap MPR berada di atas UU.

Artinya, Ketetapan MPRS XXV/1966 seharusnya diletakkan sebagai spirit dan juga lan

dasan hierarkis, yang menjadi basis pijakan bagi hadirnya RUU semacam ini.

Ketiga,RUU HIP juga memunculkan keresahan besar, terutama di kalangan

umat Islam, yang seolah menciptakan haluan sendiri yang sangat bertolak belakang

dengan pokok-pokok haluan Pancasila yang selama ini disepakati para pendiri bangsa.

Bahkan, sejumlah pihak dari perwakilan organisasi sosial keagamaan seperti PB NU, PP

Mu hammadiyah, MUI, hingga ICMI juga menangkap adanya kecenderungan RUU HIP

ini memuat nuansa ajaran sekularistik atau bahkan memfasilitasi ateistik. Pandangan itu

berawal dari hadirnya pasal 7 ayat 2 RUU HIP yang berbunyi, ’’ …ketuhanan yang

berkebudayaan…”, yang seolah mengingkari kesepakatan yang sudah dibuat oleh

pendiri bangsa, untuk tetap memegang teguh NKRI berdasar spirit Ketuhanan Yang

Maha Esa. Jika ruang diskusi ini dibiarkan tidak terkendali hingga menjadi bola liar di

akar rumput, substansi yang dibawa RUU HIP berpotensi mendorong munculnya

konflik ideologi, polarisasi sosialpolitik, hingga perpecahan bangsa yang lebih besar.

Parlemen dan pemerintah seharus nya mengambil pelajaran penting dari gejala-gejala

politik yang tidak sehat yang sempat muncul di masa awal kemerdekaan atau bahkan

saat pilkada DKI Jakarta (2016) serta pilpres beberapa waktu lalu, yang seolah

memfasilitasi hadirnya pertentangan ideologis dan politik identitas yang jelas tidak

sehat bagi tatanan demokrasi bangsa.

“Upaya peneguhan dan pengamalan Pancasila pada RUU HIP ini justru

akan menjauhkan diri dari implementasi Pancasila itu sendiri. Selain itu, kontroversi
RUU HIP ini mengalihkan perhatian negara dan masyarakat yang seharusnya lebih

fokus pada penanganan pandemi Covid-19.”

Keempat, adanya upaya memeras Pancasila menjadi trisila atau ekasila juga

jelas bertentangan dengan spirit Pancasila yang seutuhnya. Sebab, hal itu akan membuat

negara ini hanya berpijak pada pilar sosial dan politik dan berfokus pada elemen

kegotongroyongan saja. Perdebatan yang tidak produktif ini hendaknya dihentikan.

Seharusnya bangsa Indonesia lebih fokus pada upaya mengisi dan menjalankan nilai-

nilai Pancasila secara nyata, yang disertai keteladanan para penyelenggara negara dan

ke taatan seluruh warga negara Indonesia dengan tetap membuka ruang demokrasi dan

kebebasan pendapat untuk meng ingat kan satu sama lain (checking and balancing).

Karena itu, upaya peneguhan dan pengamalan Pancasila pada perangkat perundang-

undangan (RUU HIP) yang kontroversial ini justru akan menjauhkan diri dari

implementasi Pancasila itu sendiri. Selain itu, kontroversi RUU HIP ini justru

mengalihkan perhatian negara dan masyarakat yang seharusnya lebih fokus pada

penanganan pandemi yang terbukti telah membuat kesehatan public dan ekonomi

negara menjadi rapuh.

Karena itu, RUU HIP ini merupakan produk RUU yang sama sekali tidak urgen

untuk dibahas ke tahapan berikutnya. Sebab, selain tidak banyak manfaatnya, RUU ini

justru berpotensi menghadirkan mudarat yang lebih besar berupa pertentangan ideologis

yang lagi-lagi bisa membelah masyarakat Indonesia. Saat ini, konsentrasi negara

sebaiknya diarahkan untuk fokus pada upaya penanganan pandemi Covid-19 yang

hingga kini belum menunjukkan tren penurunan sama sekali. Kesehatan publik dan
penyelamatan ekonomi negara lebih urgen dan bermanfaat daripada perdebatan RUU

yang tidak relevan seperti HIP ini. Karena itu, seluruh elemen sosial, politik, dan

termasuk ormas keagamaan perlu menyatukan langkah dan gagasan. Upaya itu perlu

dilakukan untuk mengawasi proses politik legislasi di parlemen agar

pembahasanpembahasan hal fundamental seperti ini dapat dikawal dengan baik.

Sehingga tidak terjadi praktik penyelundupan pembahasan undangundang yang seolah

tercerabut dari aspirasi publik karena pembahasan RUU yang tidak melibatkan public

atau bahkan substansinya tidak dikehendaki oleh rakyat Indonesia itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat mengambil kesimpulan,yaitu:

1. RUU Haluan Ideologi Pancasila atau dikenal dengan RUU HIP yaitu inisiatif

DPR yang menjadi perbincangan yang hangat di masyarakat. Banyak

pendapat yang muncul seiring dengan berjalannya proses perbincangan RUU

ini, baik itu pandangan pro, kontra, hingga skeptis terkait keberadaan RUU

tersebut

2. Terdapat 4 penyebab RUU Haluan Iddelogi ditarik pertama yaitu, kehadiran

RUU HIP jelas akan memunculkan ketum pangtindihan (overlapped) dalam

sistem ketatanegaraan, kedua selain cacat secara yuridis, RUU HIP ini cacat

interpretasi karena cenderung mengesampingkan aspek historis, filosofis,

dan sosiologis, ketiga RUU HIP juga memunculkan keresahan besar,

terutama di kalangan umat Islam, yang seolah menciptakan haluan sendiri

yang sangat bertolak belakang dengan pokok-pokok haluan Pancasila yang

selama ini disepakati para pendiri bangsa, keempat adanya upaya memeras

Pancasila menjadi trisila atau ekasila juga jelas bertentangan dengan spirit

Pancasila yang seutuhnya.


2.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menunggu keputusan pemerintah

atau DPR terkait RUU HIP ini.


DAFTAR PUSTAKA

1 Fahmi Ramdhan. 2020. “ potensi masalah hukum jika UU disahkan di tengah

pandemic covid-19.” Diakses dari

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5f0566af97b4f/potensi-masalah-

hukum-jika-ruudisahkan-di-tengah-pandemi-covid-19 Pada 9 Juli 2020 2

Cahya Mulyana. 2020. Ini Alasan RUU HIP Tidak Perlu Dibuat. Diakses dari

https://mediaindonesia.com/read/detail/320697-ini-alasan-ruu-hip-tidak-perlu-dibuat

pada 10 Juli 2020

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ee87d9d4e720/sejumlah-alasan-ruu-

haluan-ideologi-pancasila-dicabut-dari-prolegnas/?page=2

Anda mungkin juga menyukai