Anda di halaman 1dari 19

“RUU HALUAN IDEOLOGI PANCASILA”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila


Dosen Pembimbing :
Bapak Roedy Susanto, ST., M.Sos.

Disusun Oleh :
( KELOMPOK 1)

1. Adhiesta Shabna Dheandra Agni (P17440203053)


2. Putri Ayu Andriani (P17440203054)
3. Isna Aura Fortuna (P17440203055)
4. Nindias Fajar Vadila (P17440203056)
5. Elzami Lovisti Aurelia Fisabilila (P17440203057)
6. Salira Hangesti Manah Rasha Subroto (P17440203058)
7. Nadhifa Nanda Bimasya (P17440203059)
8. Anisa Alifah Nabila (P17440203060)
9. Sayyidati Lillah Hakim (P17440203061)
10. Anfiq Putra Maulana (P17440203062)
11. Bayu Akbar Satriawan (P17440203063)
12. Darrell Oliver Krisbintoro (P17440203064)
13. Annisa Tarwiyanida (P17440203065)

D-3 TEKNOLOGI BANK DARAH

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Rancangan Undang-
Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) tepat waktu.
Makalah Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP)
disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Pancasila di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Rancangan Undang-Undang Haluan
Ideologi Pancasila (RUU HIP).
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Roedy
Susanto, ST., M.Sos. selaku dosen mata kuliah Pancasila. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 9 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
i

KATA PENGANTAR ……..………………………………………. i


DAFTAR ISI …………..…………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN ..………………………………………… 1


1. Latar Belakang………………...……..…………………………. 1

2. Kajian Pustaka………………………………………………….. 3
3. Tujuan…………………………………………………………... 6
4. Rumusan Masalah…………….……………………………….... 7

BAB II PEMBAHASAN ………………………...…………………………. 8


1. Pengertian RUU HIP ………….……………………....................... 8
2. Penyebab Penolakan RUU HIP …………...……………...………. 9
3. Tujuan dibentuk RUU HIP……….……………………………… 10

4. 5 Fakta mengenai RUU HIP yang perlu diketahui ………………. 11


5. Pendapat Para Pakar Tentang RUU HIP……………………….… 12

6. Perjalanan Pembahasan RUU HIP……………………….……… 13

BAB III PENUTUP ……………………………………………......... 15


1. Kesimpulan……………………………………………………..... 15

2. Saran ……………………………………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA ………….………….................................. 16

BAB I
PENDAHULUAN
ii

1. Latar Belakang
Di Indonesia sering terjadi polemik yang berujung keresahan. Akhir-akhir ini
muncul polemik tentang adanya usulan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi
Pancasila (RUU HIP). RUU HIP diusulkan oleh DPR dan ditetapkan dalam Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) RUU Prioritas tahun 2020 yang kemudian menuai pro
dan kontra dari berbagai kalangan. Kontroversial mengenai RUU HIP ini juga menuai
demonstrasi dari kelompok organisasi kemasyarakatan ditengah wabah pandemi
Covid-19. Massa menuntut agar RUU tersebut dapat ditarik dari Proglenas tahun
2020. Banyak kalangan baik akademisi dan praktisi yang mengkritisi urgensi
pembahasan RUU HIP serta isi naskah yang tidak relevan dengan hakikat
Pancasila. Polemik mengenai pengusulan RUU HIP ini menarik untuk dikaji
mengingat bahwa persoalan ini memiliki keterkaitan erat dengan Pancasila yang
menjadi dasar Negara yang lahir sebagai jiwa bangsa Indonesia.
Latar belakang RUU HIP hingga saat ini belum ada Undang-undang sebagai
landasan hukum yang mengatur mengenai Haluan Ideologi Pancasila untuk menjadi
pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di dalam naskah akademik RUU
dijelaskan bahwa RUU HIP dibuat sebagai pedoman bagi Penyelenggara Negara
dalam menyusun dan menetapkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap
kebijakan pembangunan nasional. Baik di tingkat pusat maupun daerah yang
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Dalam polemik tersebut, memicu penolakan
keras dari banyak pihak, diantaranya; Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), PP Muhammadiyah, akademisi hingga para
purnawirawan TNI-Polri. Majelis Ulama Indonesia bahkan menyebut RUU tersebut
“Pencurian di saat senyap” ideologi negara karena pembahasannya tidak melibatkan
berbagai kalangan masyarakat, dan hanya dalam waktu singkat telah disahkan

1
menjadi Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2020. Salah satu pasal yang
dinilai bermasalah adalah Pasal 7 yang memiliki tiga ayat, yaitu:
(1) Ciri pokok Pancasila adalah keadilan dan kesejahteraan sosial dengan semangat
kekeluargaan yang merupakan perpaduan prinsip ketuhanan, kemanusiaan,
kesatuan, kerakyatan/ demokrasi politik dan ekonomi dalam satu kesatuan.
(2) Ciri Pokok Pancasila berupa trisila, yaitu: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi,
serta ketuhanan yang berkebudayaan.
(3) Trisila sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terkristalisasi dalam ekasila, yaitu
gotong-royong.

Di satu sisi, ada pihak yang menganggap bahwa RUU ini merupakan Undang-
Undang dan/atau payung hukum untuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP) dalam melaksanakan kinerjanya. Kemudian di sisi lainnya, ada pihak
menganggap RUU HIP ini berpretensi kembali berubahnya pancasila yang sudah
final di undangkan pada tanggal 18 agustus 1945 menjadi trisila (sosio-
nasionalisme, sosio-demokrasi dan ketuhanan yang berkebudayaan) yang
dikristalisasikan menjadi ekasila (gotong royong) sebagaimana yang disampaikan
pada pidato bung karno pada tanggal 1 juni 1945. Hal tersebut menimbulkan
polemik anggapan beberapa pihak bahwa RUU HIP ini ingin merubah dasar
Negara Indonesia dengan mengesampingkan nilai ketuhanan yang ada pada sila
pertama.
Sebenarnya RUU HIP tersebut tidak ada gunanya bagi masyarakat
Indonesia, karena jika dilihat kembali kepada sejarah, bahwa pancasila yang lahir
pada tanggal 18 agustus 1945 itu sudah final, sebagai falsafah yang menjiwai
bangsa dalam penyelenggaraan Negara, tidak boleh diganggu gugat lagi.
Kemudian, justru sebaliknya RUU ini menegaskan bahwa pancasila ini milik
dan mengguntungkan pihak pemerintah, tafsir pada RUU HIP tersebut mengatakan
bahwa “Presiden memegang kekuasaan haluan ideologi pancasila”, ini sangat
berbahaya dan bisa menjadikan sistem pemerintahan Indonesia yang otoriter,

2
sehingga menimbulkan anggapan siapa yang tidak sejalan dengan Presiden
dianggap tidak pancasila, radikal, makar dan sebagainya seperti era orde lama dan
orde baru, dan bisa kemungkinan pancasila menjadi alat pembeda, alat penggebuk,
alat memukul namun bukan alat untuk merangkul. Dalam hal ini, Pancasila tidak
boleh diklaim oleh pihak manapun, karena pancasila milik seluruh rakyat Indonesia
bukan perorangan maupun kelompok tertentu. Pancasila harus menjadi dasar
ideologi, landasan berpikir yang bersifat terbuka, tidak boleh tertutup.
Berdasarkan latar belakang dibentuknya RUU HIP, maka dapat diketahui
bawah motivasi pembentukan RUU HIP adalah pandangan subyektif legislatif atau
DPR RI atas kondisi kekinian bangsa Indonesia. Sehingga dinyatakan secara jelas,
"maka diperlukan campur tangan negara untuk memelopori mengimplementasikan
ideologi Pancasila sesuai tantangan jaman masa kini". Ini menunjukkan bahwa RUU
HIP tidak berangkat dari kebutuhan nasional dan masyarakat Indonesia, melainkan
DPR RI “memaksakan kehendaknya” agar negara untuk terlibat dalam kepentingan
politik praktis yang sangat subyektif.

2. Kajian Pustaka
Istilah ideologi berasal dari kata‘idea’yang berarti “gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita” dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasald ari kata Bahasa
Yunani ‘eidos’ yang artinya bentuk. Di samping itu ada ‘idein’ yang artinya melihat.
Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science
of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Istilah ideologi pertama
dipakai dan dikemukakan oleh Destutt deTracy, pada tahun 1796. Perhatian kepada
konsep ideologi menjadi berkembang antara lain karena pengaruh Karl Marx.
Ideologi menjadi vokabuler penting di dalam pemikiran politik maupun ekonomi.
Karl Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam bidang politik atau sosial ekonomi.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan, gagasan-
gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang menyangkut

3
dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang
kehidupan. Maka ideologi dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang menjadi
basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian
yang mempunyai ciri yaitu mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai
kebangsaan dan kenegaraan.
Pengertian ideologi menurut beberapa ahli:
a. A.S. Hornby mengatakan, bahwa ideologi adalah seperangkat gagasanyang
membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang
orang. 
b. Soejono Soekanto mengatakan, behwa secra umum ideologi sebagai kumpulan
gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang
menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.
c. Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang
manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
d. Menurut Horton dan Hunt, ideologi merupakan suatu sistem gagasan yang
menyetujui seperangkat norma.
e. Menurut M. Sastrapratedja, ideologi adalah seperangkat gagasan
yang berorientasi pada tindakan yang diorganisasikan menjadi sistem yang
teratur.
f. Menurut KBBI ideologi diartikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan atas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup, cara berpikir seseorang atau golongan.

Ideologi dibagi menjadi dua yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup.
Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of trought), maka ideologi terbuka
itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka, sedangkan ideologi tertutup itu
merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Sifat dari ideologi tertutup adalah
totaliter dan akan menyangkut segala segi kehidupan.Berbeda dengan ideologi
tertutup, ideologi terbuka memiliki ciri khasyaitu bahwa nilai nilai-nilai dan cita-

4
citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari hari kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, ideologi terbuka
adalah milikseluruh rakyat dan masyarakat akan menemukan dirinya dan
kepribadiannya di dalam idelogi tersebut. (Budi Juliardi, 2014: 23)
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasilaadalah bersifat aktual,
dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
jaman. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
Pancasila namun mengekplisitkan wawasan secara lebih kongkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan aktual.
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang bersifat
tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu
setiap kali harus diekplisitkan. Sebagai contoh keterbukaan ideologi Pancasila antara
lain (pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum, kebudayaan, dan bidang-
bidang lainnya).
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila memberikan orientasi ke depan,
mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan, yang sedang dan
akan dihadapi, terutama globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang.
Sehingga ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia, selalu berada
dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka,
memberikan landasan yang kuat untuk tumbuhnya pola sikap, pola pikir, dan pola
tindak yang bersifat tradisional, menuju berkembangnya cipta, rasa dan karsa, yang
maju dan mandiri, untuk menyongsong dinamika kehidupan sesuai dengan
perubahan-perubahan yang dinamis. (Alwi Kaderi, 2015: 121)
Pancasila harus menjadi dasar, arah dan tujuan. Pancasila bersifat hierarkhis
piramidal. Pondasi utama adalah sila pertama dan puncaknya adalah sila ke lima. Sila
pertama sebagai dasar negara, sila kedua sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sila ketiga sebagai tujuan hidup bangsa Indonesia. Sila keempat sebagai jiwa dan
kepribadian bangsa Indonesia, dan sila kelima, adalah hasil perjanjian luhur bangsa
Indonesia. (Mustaqiem, 2013: 62). 5
Di samping itu Pancasila sebagai dasar negara kesatuan Republik Indonesia,
berfungsi sebagai dasar filosofis untuk menata dan mengatur penyelenggaraan
negara. Hal tersebut dapat dijabarkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara, yang
berarti:
a. Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara;
b. Pancasila dijadikan dasar dalam pengaturan dan sistem pemerintahan negara;
c. Pancasila merupakan sumber hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila digunakan sebagai ideologi nasional
bangsa Indonesia. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pancasila yang digunakan
sebagai ideologi negara memiliki peranan atau fungsi yaitu:
a. Sarana pemersatu bangsa Indonesia.
b. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan.
c. Memberikan motivasi untuk menjaga dan memajukan jati diri bangsa Indonesia.
d. Menunjukkan jalan serta mengawasi dalam upaya mewujudkan cita-cita yang
terkandung dalam pancasila.
e. Menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan negara.
f. Menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme.

3. Tujuan
1. Memahami arti penting Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila
(RUU HIP).
2. Menjadikan mahasiswa berwawasan terkait ideologi Negara.
3. Memenuhi tugas mata kuliah Pancasila pada pembahasan Rancangan Undang-
Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).

6
4. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU
HIP)?
2. Apa penyebab Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU
HIP)?
3. Mengapa perlu Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU
HIP) dibentuk?
4. Perlukah Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP)
dibuat?
5. Bagaimana Pendapat para pakar tentang Rancangan Undang-Undang Haluan
Ideologi Pancasila (RUU HIP)?
6. Bagaimana perjalanan pembahasan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi
Pancasila (RUU HIP)?
BAB II
PEMBAHASAN
7
1. Pengertian RUU HIP
Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (HIP) adalah pedoman
bagi penyelenggara negara dalam menyusun dan menetapkan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi terhadap kebijakan pembangunan nasional di bidang
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, mental, spiritual, pertahanan dan keamanan
yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta arah bagi seluruh
warga negara dan penduduk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
pada nilai-nilai Pancasila. Tercantum pada pasal 1 Ketentuan Umum RUU HIP.
Sekitar dua bulan setelah beredarnya file draft Naskah Akademik dan RUU HIP
tertanggal 26 April 2020 melalui sosial media, telah menuai reaksi besar dari
masyarakat berupa penolakan dan tanggapan serius, bahkan di bulan Juni telah
banyak kegiatan-kegiatan ilmiah dan diskusi membedah RUU HIP secara online.
Fenomena ini memecahkan rekor kontroversial suatu RUU dengan tanggapan yang
sangat cepat dari masyarakat, hanya kurang dari dua bulan. RUU HIP adalah RUU
yang diusulkan oleh DPR RI dan disebut telah ditetapkan dalam Prolegnas RUU
Prioritas 2020.
RUU Haluan Ideologi Pancasila diperlukan sebagai kerangka landasan berpikir
dan bertindak bagi penyelenggara negara dan masyarakat. Demi mencapai tujuan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat dalam tata masyarakat adil
dan makmur. Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) menurunkan
derajat Pancasila dengan memonopoli penafsiran Pancasila yang merupakan
kesepakatan dan milik bersama.
Dalam drafnya disebutkan bahwa Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi
Pancasila (RUU HIP) sebagai landasan untuk memperkuat bahwa Pancasila sebagai

8
dasar dan ideologi negara. Untuk mewujudkan tujuan negara. sesuai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penyebab penolakan RUU HIP
RUU tersebut justru dianggap mendegradasi Pancasila sebagai ideologi negara.
Dianggap melumpuhkan unsur Ketuhanan pada sila pertama Pancasila. Secara
terselubung dan berpotensi membangkitkan komunisme. Isi RUU tersebut
menyimpang dari makna Pancasila. Ini terkait Trisila dan Ekasila. Disampaikan
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas.
RUU HIP dapat menurunkan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara jika
disahkan. Selain itu tidak ada urgensi pembentukan RUU HIP sebagaimana diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan untuk melakukan pembahasan. Dikatakan Sekretaris Umum
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti.
Sebagai partai oposisi, PKS bersuara paling lantang menolak RUU HIP. Ada
beberapa alasan. Pertama, RUU tersebut tidak memasukkan TAP MPRS
XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI dan Larangan Ajaran
Komunis/Marxisme sebagai konsiderans. TAP MPRS tersebut harus dimasukkan
untuk menegaskan bahwa Pancasila menolak seluruh ajaran komunisme, marxisme,
dan leninisme yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Kedua, menolak Pancasila
diperas menjadi trisila dan ekasila karena mereduksi makna Pancasila yang utuh
dengan lima silanya. Ini disampaikan Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini.
Fraksi Partai Nasdem juga menolak pembahasan RUU HIP. Alasannya karena
TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tidak dicantumkan dalam konsideran draf
RUU tersebut. Itu disampaikan anggota DPR dari Fraksi NasDem Willy Aditya.
Fraksi Demokrat di MPR juga bersuara keras. RUU HIP dinilai tidak perlu.
Alasannya, penjabaran mengenai Pancasila sudah ada di batang tubuh UUD 1945.
RUU HIP hanya akan membuat tumpang tindih peraturan dan undang-undang yang
sudah ada. Selain itu, pasal-pasal yang ada dalam RUU HIP dinilai bermasalah.
Selain itu pengusulan mengenai RUU HIP inimenuai pro dan kontra dari
berbagai kalangan dan masyarakat umum.Beberapa kalangan menilai bahwa
tujuan RUU ini sebagaimana disebutkan di dalam naskah akademik masih belum
jelas dan tidak memilik urgensi yang tepat mengingat bahwa saat ini sedang
terjadi situasi krisis Covid-19 di Indonesia. Pada urutan tata perundang-undangan 9
RUU HIP ini jika disahkan akan kontradiktif dengan UU No. 12 tahun 2011 yang
menyebutkan bahwa Pancasila merupakan sumber hukum tertinggi.
Hierarki tata perundang-undangan menunjukkan bahwa Pancasila sebagai
cita-cita hukum menjadi rujukan bagi perundang-undangan dibawahnya, begitupun
sebaliknya, dalam penyusunan perundang-undangan harus menjadikan Pancasila
sebagai refensi utama. Sehingga implementasi dari perundang-undangan tersebut
dapat diterima oleh masyarakat luas mengingat bahwa Pancasila lahir dari jiwa dan
kepribadian masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, jika terdapat Undang-Undang
baru yang akan mengatur mengenai penjabaran dan implementasi Pancasila, tentu
saja hal tersebut mengacaukan terhadap hierarki tata perundang-undangan.
Kemudian, perlu dipertanyakan kembali mengenai tujuan yang menyatakan bahwa
RUU HIP dirancang karena belum adanya peraturan perundang-undangan sebagai
landasan hukum yang mengatur RUU Haluan Ideologi Pancasila untuk menjadi
pedoman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Tujuan dibentuk RUU HIP


Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode (2009-2014) telah
mengeluarkan empat pilar MPR dimana pancasila adalah salah satu pilarnya. Melalui
peraturan presiden (perpres) Nomor 54 tahun 2017, presiden Jokowi membentuk Unit
Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Kemudian melalui peraturan presiden
No. 7 tahun 2018, presiden Jokowi membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode (2019-2024) juga tidak mau
ketinggalan. DPR membahas RUU HIP yang merupakan inisiatif DPR atas usul dari
partai PDIP.
RUU HIP dirumuskan dengan tujuan dapat menjadi pedoman bagi
Penyelenggara Negara dalam menyusun dan menetapkan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi terhadap kebijakan pembangunan nasional, baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. 10
Berdasarkan isi Naskah Akademik tersebut, RUU HIP juga dianggap layak
dirumuskan karena sampai dengan saat ini belum terdapat peraturan perundang-
undangan sebagai landasan hukum yang mengatur Haluan Ideologi Pancasila untuk
menjadi pedoman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4. 5 fakta mengenai RUU HIP yang perlu diketahui


1. Diusulkan oleh DPR RI
Melansir dari Catatan Rapat Badan Legislasi Pengambilan Keputusan Atas
Penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Haluan Ideologi Pancasila pada
22 April 2020, RUU HIP adalah RUU yang diusulkan oleh DPR RI dan disebut
telah ditetapkan dalam Prolegnas RUU Prioritas 2020.

2. Membuat bias Pancasila


Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan mengkritik
sejumlah pasal, salah satunya Pasal 6 RUU HIP yang menyebutkan ciri pokok
Pancasila adalah Trisila yang terkristalisasi dalam Ekasila.

3. Usulan cabut RUU HIP


Forum Komunikasi Purnawirawan TNI-Polri mendesak DPR RI mencabut
RUU HIP karena dianggap dapat mengacaukan sistem ketatanegaraan dan
pemerintahan.

4. Pembahasan RUU HIP menunggu surpres


Sejauh ini, RUU HIP belum mulai dibahas DPR bersama pemerintah karena
DPR masih menunggu surat presiden (surpres) dan daftar inventarisasi masalah

11
(DIM). Adapun RUU tersebut telah disahkan sebagai RUU inisiatif DPR dalam
rapat paripurna yang diselenggarakan pada 12 Mei 2020.

5. Ditolak berbagai pihak


RUU HIP banyak ditolak elemen masyarakat dan organisasi masyarakat
karena tidak tercantumnya TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang
Pembubaran PKI dan Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme dalam draf RUU
itu. Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Pengurus Besar
Nahdatul Ulama (PBNU) Rumadi Ahmad menilai, RUU HIP ini disusun dengan
cara sembrono, kurang sensitif dengan pertarungan ideologi.

5. Pendapat Para Pakar Tentang RUU HIP


Ahli hukum tata negara (HTN) Dwi Anggono menyatakan dinamika publik
soal urgensi dan substansi RUU dalam suatu negara hukum demokratis adalah hal
yang wajar, “meskipun dalam RUU ini ada bagian atau ketentuan yang menimbulkan
perbedaan pandangan di masyarakat, namun sesungguhnya secra garis besar
keberadaan RUU ini masih memenuhi syarat dapat dibetukya suatu UU”.
Bivitri Susati, Ahli Hukum Tata Negara perempuan, “RUU HIP ini bisa
dibatalkan oleh DPR atau presiden” karena beliau tidak setuju dengan adanya
pembentukan RUU HIP ini. Karena, dilatarbelakangi belum adanya ladasan hukum
yang mengatur haluan ideologi pancasila sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Nuridin, Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kabupaten Tegal
mempertanyakan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP)
pengalihan isu atau benar ingin mengubah. Karena hingga saat ini RUU HIP yang
sedang dibahas di Gedung Senayan Jakarta mendapat banyak penolakan dari
masyarakat.
Habib Aboe Bakar Al Habsy, anggota MPR Fraksi PKS meminta Rancangan
Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila, dikeluarkan dari Program Legislasi
Nasional (Prolegnas) 2020. Aboe menegaskan bahwa itu juga merupakan aspirasi

12
kuat dari sejumlah elemen masyarakat. "Aspirasi masyarakat yang menolak RUU
Haluan Ideologi Pancasila sangat kuat. Karena itu, Fraksi PKS terus menyuarakan
agar RUU tersebut di-drop,” kata Aboe.
Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua MPR Kegaduhan RUU HIP menjadi pengingat
bahwa Pancasila sebagai filosofi dan dasar negara tidak bisa di down grade menjadi
setara dengan UU, atau bisa diperas menjadi Ekasila apalagi Trisila. Selain itu,
Pancasila juga tidak bisa dihadirkan, tanpa mementingkan sila pertama secara penuh,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. "Bukan hanya Ketuhanan saja, atau Ketuhanan
yang berkebudayaan sebagaimana yang ada dalam RUU HIP yang ditolak itu,"
ungkap Hidayat. Beliau menambahkan: "Kalau kita tidak paham bahwa dasar negara
adalah Pancasila, maka akan terjadi Islamophobia, juga Indonesiaphobia. Seolah-olah
tidak ada jasa umat Islam dalam pembuatan Pancasila. Dan atau sebaliknya seolah-
olah Indonesia merdeka tidak ada keterkaitan dan kontribusi tokoh-tokoh umat Islam
baik dari ormas maupun orpol Islam,".
Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 
mengatakan tentang dua alasan pemerintah tak setuju pembahasan RUU Haluan
Ideologi Pancasila (HIP) berlanjut saat ini "Satu, tidak setuju kalau tidak dicantumkan
Tap MPRS Nomor 25 Tahun 66. Pemerintah tidak setuju. Tap MPRS Nomor 25
Tahun 66 suatu ketetapan yang mengatakan bahwa Partai Komunis Indonesia itu
dilarang dan dibubarkan. Kita tidak setuju kalau itu tidak dimasukkan, karena itu
yang menjadi penolakan masyarakat," sambungnya. Beliau menambahkan "Kita
katakan pemerintah akan sampaikan sikap itu. Yang kedua, kita tidak setuju juga
kalau Pancasila itu diperas menjadi trisila, trisila diperas lagi menjadi ekasila,".

6. Perjalanan Pembahasan RUU HIP


 11-12 Februari 2020 digelar rapat dengan pendapat umum yang dilaksanakan
Baleg dengan mengundang para pakar. Kedua rapat tersebut dipimpin
langsung oleh Wakil Ketua Baleg DPR RI Fraksi PDIP Rieke Diah Pitaloka.
Pada 11 Februari, rapat mengundang Jimly Asshiddiqie dan Adji Samekto.

13
Pada 12 Februari pemaparan tim ahli. Tapi dijelaskan siapa saja tim ahli dan
isi paparan yang akhirnya membentuk Naskah Akademik dan draft RUU.
 8 April 2020 digelar Rapat Panitia Kerja (Panja) RUU HIP.
 13 dan 20 April 2020 digelar Rapat tertutup. Dipimpin Rieke Diah Pitaloka.
Isi rapat dan kesimpulan tidak bisa diakses.
 22 April 2020 Baleg menggelar rapat Pengambilan Keputusan Fraksi atas
RUU itu. Rapat dipimpin Rieke. Hampir semua fraksi setuju. Hanya PKS
yang menolak karena RUU ini tak mengakomodasi TAP MPRS tentang
pelarangan komunisme. Seperti tertulis dalam kesimpulan rapat.
 12 Mei 2020 DPR resmi menetapkan RUU itu menjadi inisiatif DPR dan
menunggu surpres persetujuan Presiden Joko Widodo untuk pembahasan.

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Saat ini belum ada Undang-Undang sebagai landasan hukum yang mengatur
tentang HIP, dan tidak diperlukan RUU tentang HIP. Karena isi RUU HIP tersebut
dianggap menyimpang dari makna pancasila dan mengandung banyak kontroversi
sehingga memunculkan banyak pertanyaan. RUU HIP dinilai tidak perlu sebab
penjabaran mengenai pancasila sudah tercantum secara luas dan menyeluruh pada
batang tubuh UUD 1945.

2. Saran
Menyikapi pro dan kontra tentang RUU HIP, maka saran yang dapat
diberikan ialah tidak diperlukan lagi pengesahan RUU HIP untuk memperkuat
pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Karena, dikhawatirkan RUU HIP ini
hanya akan membuat tumpang tindih peraturan dan Undang-Undang yang sudah ada.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mustaqiem. 2013. Pendidikan Pancasila, Ideologi Negara Indonesia Dalam


Bermasyarakat, Berbangsa, Dan Bernegara. Yogyakarta: Buku Litera.
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaderi, Alwi. 2015. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin:
Antasari Press.
Juliardi, Budi. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk  Perguruan Tinggi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Septian, Doni. 2020. Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Memperkuat
Kerukunan Umat. http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/tanjak/article/view/147.
Diakses pada 6 Oktober 2020.
Hariadi, Anton. 2020. Siapa Yang Membutuhkan RUU HIP. Dari
http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/16468/7554.Diakses
pada 6 Oktober 2020.
BBC News Indonesia. 2020. RUU HIP: Pemerintah dan DPR sepakat ubah RUU
HIP menjadi RUU BPIP. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53426123.
Diakses pada 6 Oktober 2020.
Halim, Muhammad Fanny Rusydal. 2019. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar
Negara.
https://www.academia.edu/40805911/Pancasila_Sebagai_Ideologi_dan_Dasar_Negar
a. Diakses pada 6 Oktober 2020.
Aida, Nur Rohmi. 2020. Apa Itu RUU HIP yang Dipersoalkan NU dan
Muhammadiyah?. https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/17/062559765/apa-
itu-ruu-hip-yang-dipersoalkan-nu-dan-muhammadiyah. Diakses pada 7 Oktober
2020.
Lubabah, Raynaldo Ghiffari. 2020. Q&A: Membedah RUU HIP dan Kontroversinya.
https://m.merdeka.com/khas/qa-membedah-ruu-hip-dan-kontroversinya.html. Diakses
pada 7 Oktober 2020.
JPNN. 2020. Sosialisasi 4 pilar habub aboe pertegas sikap tolak RUU HIP
https://www.jpnn.com/news/sosialisasi-4-pilar-habib-aboe-pertegas-sikap-tolak-ruu-
hip. Diakses pada 9 Oktober 2020.
Dewi, Retia Kartika. 2020. 5 Fakta RUU HIP, Diusulkan DPR RI hingga Ditolak
Berbagai Pihak. https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/24/114348265/5-fakta-
ruu-hip-diusulkan-dpr-ri-hingga-ditolak-berbagai-pihak?page=all. Diakses pada 9
Oktober 2020.

16

Anda mungkin juga menyukai