Anda di halaman 1dari 5

ACARA PEMERIKSAAN PRADILAN TATA USAHA NEGARA

Pemeriksaan acara di PTUN didahului dengan prosedur dismissal atau dismissal proses,
yakni penelitian yang meliputi segi administrative dan segi elementer. Hasil penelitian ini
selanjutnya dituangkan di dalam suatu formulir laporan singkat sebagai informasi kepada ketua
melalui panitera dan dilampirkan bersama-sama dengan gugatan yang telah didaftarkan, untuk
dinilai dalam rapat permusyawaratan.

Dismissal Proses

Rapat Permusyawaratan

Perlawanan Pengugat

Acara Singkat

Putusan

Diterima Ditolak

Acara Biasa Tidak tersedia upaya hukum


ANALISA UU NO. 44 TAHUN 1950

TENTANG

PEMBENTUKAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ATAU DEWAN


PEMERINTAHAN DAERAH UMUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pemerintahan Daerah

Dosen Pengampu: Gugun El Guyanie, S.HI., LL.M.

Disusun Oleh:

Luthfiyah Asfrida 18103070013

Surya Hadi Pranoto 18103070021

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019/2020

ANALISA UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAH


DAERAH

UU NIT (Undang-Undang Negara Indonesia Timur) No. 44 Tahun 1950 tentang


pemerintah daerah pada masa susunan Negara Republik Indonesia sebagai negara federal
dibawah konstitusi RIS. Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Belanda dan
Indonesia di Den Haag. Dengan berlakunya konstitusi RIS maka negara kesatuan Republik
Indonesia berubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat, yang terdiri dari 16 negara
bagian yang disebut “Daerah Bagian” dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang
disebut “Negara” dan kelompo yang disebut “Satuan-satuan kenegaraan yang tegak sendiri”.

Secara sengaja UU NIT No. 44 Tahun 1950 ditetapkan dalam rangka menyongsong
pembekuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan maksud menyesuaikan susunan
ketatanegaraan pemerintah daerah dalam lingkungan wilayah Indonesia Timur dengan bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Bagian Negara Indonesia Timur diatur dengan UU
NIT No. 44 Tahun 1950 yang mulai berlaku pada 15 Juni 1950.Dalam UU ini NIT dibagi dalam
tiga tingkatan daerah otonomi yaitu :

(1) Tingkat I adalah Daerah


(2) Tingkat II adalah Daerah Bagian
(3) Tingkat III adalah Daerah Anak Bagian

Di wilayah NIT sebelum negara bagian itu melebur menjadi Negara Kesatuan sempat ada
tiga belas Daerah yang terbentuk. Ketiga belas daerah itu adalah:
(1) Sulawesi Selatan
(2) Minahasa
(3) Kepulauan Sangihe dan Talaud
(4) Sulawesi Utara
(5) Sulawesi Tengah
(6) Bali
(7) Lombok
(8) Sumbawa
(9) Flores

Daerah Bagian dan Daerah Anak Bagian berdasarkan UU tersebut belum sempat
terbentuk sampai NIT melebur menjadi Negara Kesatuan.Isi UU NIT No. 44 Tahun 1950
sebagian besar mengadopsi isi UU RI-Yogyakarta No. 22 Tahun 1948.UU ini tetap berlaku pada
masa Republik III di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku sampai tahun 1957.

UU No. 44 Tahun 1950 dengan segala materi muatannya hanya mengambil oper dari UU
No 22 Tahun 1948 dengan segala penyesuainnya. Praktis bahwa isi UU NIT (Undang-undang
Negara Indonesia Timur) tersebut sama dengan UU No. 22 Tahun 1948, kecuali hal-hal seperti:

1. Susunan dan penamaan daerah. UU NIT No. 44 Tahun 1950 memungkinkan susunan terdiri
atas 2 atau 3 tingkatan (tidak harus 3 tingkatan) dengan nama-nama: Daerah, Daerah Bagian,
dan Daerah Anak Bagian. “Daerah” berada dibawah pengawasan pemerintah Negara
Indonesia Timur (NIT). Sebaliknya “Daerah” sendiri mengawasi “Daerah Bagian” dan
“Daerah Anak Bagian”. Pengawasan ini  baik bersifat preventif (hak mengesahkan) maupun
represif (Hak menunda/membatalkan). Terhadap penolakan mengesahkan suatu keputusan
oleh Daerah dapat diajukan keberatan oleh “Daerah Bagian” atau “Daerah Anak Bagian”
kepada Pemerintah NIT, sedangkan penolakan pengesahan oleh Pemerintah NIT suatu
Daerah  dapat banding kepada pemerintah RIS. Daerah mempunyai hak memungut pajak
dan mengadakan pinjaman uang menurut peraturan-peraturan  yang telah ditetapkan., yaitu
peraturan-peraturan warisan masa Hindia Belanda maupun yang dibuat oleh Negara
Indonesia Timur .
2. Sebutan resmi untuk DPD adalah Dewan Pemerintahan dan keanggotaanya diambil dari
bukan anggota DPRD, demi memperoleh tenaga-tenaga ahli.
3. Jumlah anggota DPRD tidak semata-mata berdasarkan jumlah penduduk (UU No. 22 Tahun
1948), tetapi juga mempertimbangkan luasnya otonomi kekuatan keuangan, dan suasana
politik. Masa jabatan anggota DPRD 3 Tahun (UU No. 22 Tahun 1948 menetapkan 5
Tahun).
4. Undang-undang NIT No. 44 tahun 1950 tidak mengatur tentang Sekretaris Daerah dan
pegawai daerah, siapa mewakili daerahnya didalam dan diluar pengadilan, pajak dan
keuangan daerah, sedangkan anggaran pendapatan dan belanja hanya diulas sekilas dalam
penjelasan. Kemiripan dan kesamaan substansi materi antara dua Undang-undang tersebut
terjadi pula dalam hal kewenangan DPRD juga kewenangan Kepala Daerah.

Memperhatikan prinsip-prinsp yang terkandung di dalam UU No. 22 Tahun 1948, yang


diambil oper ke dalam UU NIT No. 44 Tahun 1950, beberapa prinsip dapat dicatat sebagai
berikut:
1. Upaya menghilangkan sifat dualistik di dalam UU No. 1 Tahun.
2. Hanya ada satu pemerintahan di daerah, yaitu daerah otonom.
3. Titik berat otonomi pada desa.
4. Keinginan menghaouskan lembaga dan fungsi pamongpraja.
5. Penyerahan urusan pemerintahan sebanyak-banyaknya kepada kepala desa.

Anda mungkin juga menyukai