Analisa UU No 44 Tahun 1950
Analisa UU No 44 Tahun 1950
Pemeriksaan acara di PTUN didahului dengan prosedur dismissal atau dismissal proses,
yakni penelitian yang meliputi segi administrative dan segi elementer. Hasil penelitian ini
selanjutnya dituangkan di dalam suatu formulir laporan singkat sebagai informasi kepada ketua
melalui panitera dan dilampirkan bersama-sama dengan gugatan yang telah didaftarkan, untuk
dinilai dalam rapat permusyawaratan.
Dismissal Proses
Rapat Permusyawaratan
Perlawanan Pengugat
Acara Singkat
Putusan
Diterima Ditolak
TENTANG
Disusun Oleh:
Secara sengaja UU NIT No. 44 Tahun 1950 ditetapkan dalam rangka menyongsong
pembekuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan maksud menyesuaikan susunan
ketatanegaraan pemerintah daerah dalam lingkungan wilayah Indonesia Timur dengan bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Bagian Negara Indonesia Timur diatur dengan UU
NIT No. 44 Tahun 1950 yang mulai berlaku pada 15 Juni 1950.Dalam UU ini NIT dibagi dalam
tiga tingkatan daerah otonomi yaitu :
Di wilayah NIT sebelum negara bagian itu melebur menjadi Negara Kesatuan sempat ada
tiga belas Daerah yang terbentuk. Ketiga belas daerah itu adalah:
(1) Sulawesi Selatan
(2) Minahasa
(3) Kepulauan Sangihe dan Talaud
(4) Sulawesi Utara
(5) Sulawesi Tengah
(6) Bali
(7) Lombok
(8) Sumbawa
(9) Flores
Daerah Bagian dan Daerah Anak Bagian berdasarkan UU tersebut belum sempat
terbentuk sampai NIT melebur menjadi Negara Kesatuan.Isi UU NIT No. 44 Tahun 1950
sebagian besar mengadopsi isi UU RI-Yogyakarta No. 22 Tahun 1948.UU ini tetap berlaku pada
masa Republik III di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku sampai tahun 1957.
UU No. 44 Tahun 1950 dengan segala materi muatannya hanya mengambil oper dari UU
No 22 Tahun 1948 dengan segala penyesuainnya. Praktis bahwa isi UU NIT (Undang-undang
Negara Indonesia Timur) tersebut sama dengan UU No. 22 Tahun 1948, kecuali hal-hal seperti:
1. Susunan dan penamaan daerah. UU NIT No. 44 Tahun 1950 memungkinkan susunan terdiri
atas 2 atau 3 tingkatan (tidak harus 3 tingkatan) dengan nama-nama: Daerah, Daerah Bagian,
dan Daerah Anak Bagian. “Daerah” berada dibawah pengawasan pemerintah Negara
Indonesia Timur (NIT). Sebaliknya “Daerah” sendiri mengawasi “Daerah Bagian” dan
“Daerah Anak Bagian”. Pengawasan ini baik bersifat preventif (hak mengesahkan) maupun
represif (Hak menunda/membatalkan). Terhadap penolakan mengesahkan suatu keputusan
oleh Daerah dapat diajukan keberatan oleh “Daerah Bagian” atau “Daerah Anak Bagian”
kepada Pemerintah NIT, sedangkan penolakan pengesahan oleh Pemerintah NIT suatu
Daerah dapat banding kepada pemerintah RIS. Daerah mempunyai hak memungut pajak
dan mengadakan pinjaman uang menurut peraturan-peraturan yang telah ditetapkan., yaitu
peraturan-peraturan warisan masa Hindia Belanda maupun yang dibuat oleh Negara
Indonesia Timur .
2. Sebutan resmi untuk DPD adalah Dewan Pemerintahan dan keanggotaanya diambil dari
bukan anggota DPRD, demi memperoleh tenaga-tenaga ahli.
3. Jumlah anggota DPRD tidak semata-mata berdasarkan jumlah penduduk (UU No. 22 Tahun
1948), tetapi juga mempertimbangkan luasnya otonomi kekuatan keuangan, dan suasana
politik. Masa jabatan anggota DPRD 3 Tahun (UU No. 22 Tahun 1948 menetapkan 5
Tahun).
4. Undang-undang NIT No. 44 tahun 1950 tidak mengatur tentang Sekretaris Daerah dan
pegawai daerah, siapa mewakili daerahnya didalam dan diluar pengadilan, pajak dan
keuangan daerah, sedangkan anggaran pendapatan dan belanja hanya diulas sekilas dalam
penjelasan. Kemiripan dan kesamaan substansi materi antara dua Undang-undang tersebut
terjadi pula dalam hal kewenangan DPRD juga kewenangan Kepala Daerah.