Panduan Penanggulangan Kebakaran Di Rumah
Panduan Penanggulangan Kebakaran Di Rumah
EDISI 1
Penyusunan Panduan ini di jadikan sebagai acuan dalam menentukan langkah dan
arah kegiatan ini yang tertib dan tertur serta bertujuan memberikan pelayanan yang maksimal
pada masyarakat RS. Graha Hermine khususnya pasien dan keluarga pasien.
Untuk mewujudkan semua itu kami mengharapkan dukungan dari semua pihak baik
dari Direktur, Manager, Kepala Bagian, serta semua pelaksana yang ada di RS. Graha
Hermine ini.
Kami menyadari Panduan kerja ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Hal
ini dikarenakan kemampuan kami yang masih minim. Oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam mensukseskan jalannya Panduan kerja ini.
Penyusun
ii
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE
Nomor : 193/Dir/SK/RSGH/I/2019
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Batam
Pada Tanggal : 19 Januari 2019
DIREKTUR Rumah Sakit Graha Hermine
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
SK DIREKTUR NOMOR : 195/DIR/SK/RSGH/I/2019 iii
TENTANG PANDUAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
iv
DI RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Pengertian 1
B. Maksud Dan Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2
BAB II PERENCANAAN TAPAK UNTUK PROTEKSI 3
KEBAKARAN
A. Lingkungan Bangunan 3
B. Akses Petugas Pemadam Kebakaran Ke 3
Lingkungan
C. Akses Petugas Pemadam Kebakaran Ke 3
Bangunan Gedung
BAB III SARANA PENYELAMATAN 4
A. Tujuan, Fungsi & Persyaratan Kinerja 4
B. Persyaratan Jalan Keluar 4
C. Konstruksi Eksit 5
BAB IV SISTEM PROTEKSI PASIF 6
A. Tujuan, Fungsi Dan Prasyaratan Kinerja 6
BAB V SISTEM PROTEKSI AKTIF 8
A. TUJUAN, FUNGSI & PERSYARATAN KINERJA 8
B. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN MANUAL 9
C. PENGENDALIAN ASAP KEBAKARAN 10
D. SISTEM DAYA DARURAT & TANDA 13
PETUNJUK ARAH
E. SISTEM DAYA DARURAT 15
F. PUSAT PENGENDALI KEBAKARAN 17
BAB VI PENGAWASAN & PENGENDALIAN 21
A. UMUM 21
B. PENGAWASAN & PENGENDALIAN TAHAP 21
PERENCANAAN
C. PENGAWASAN PENGENDALIAN TAHAP 21
PELAKSANAAN
D. PENGAWASAN PENGENDALIAN TAHAP
22
PEMANFAATAN / PEMELIHARAAN
v
E. JAMINAN KEANDALAN SISTEM 23
F. PENGUJIAN API 24
G. PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
24
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
BAB VII PENGAWASAN & PENGENDALIAN
A. PENUTUP 29
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1. Bangunan gedung adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap
dalam suatu lingkungan, di atas tanah/perairan, ataupun di bawah
tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk tempat
tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya. Sedangkan mengenai
klasifikasi bangunan gedung sesuai dengan Keputusan Menteri PU no.
441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
2. Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman
potensional dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran
hinga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkannya.
3. Exit atau jalan keluar adalah : Jalan keluar horizontal atau lorong yang
dilindungi terhadap kebakaran yang menuju ke exit horizontal.
4. Salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan keluar
menuju ke jalan umum atau ruang terbuka:
a. Bagian dalam dan luar tangga,
b. Ramp
c. Lorong yang dilindungi terhadap kebakaran
d. Bukaan pintu yang menuju jalan umum atau ruang terbuka
5. Jalan akses adalah jalur pencapaian yang menerus dari perjalanan ke atau
didalam bangunan yang cocok digunakan untuk/oleh orang cacat sesuai
dengan standar aksesibilitas.
6. Jalan penyelamatan/evakuasi adalah jalur perjalanan yang menerus
(termasuk jalan keluar, koridor/selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian
bangunan termasuk di dalam unit hunian tunggal ketempat yang aman.
7. Tempat aman adalah :
8. Suatu tempat yang aman di dalam bangunan, yakni:
a. Yang tidak ada ancaman api, dan
b. Dari sana penghuni bisa secara aman berhambur setelah menyelamatkan
dari keadaan darurat menuju ke jalan atau ruang terbuka, atau :
1. Suatu jalan atau ruang terbuka.
1
2. Tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran.
3. Pintu kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran
dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran.
4. Waktu penyelamatan/Evakuasi adalah waktu bagi pengguna/penghuni
bangunan untuk melakukan penyelamatan ke tempat aman yang dihitung dari
saat dimulainya keadaan darurat hingga sampai ke tempat yang aman.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari ketentuan ini meliputi
1. Ketentuan umum
2. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran
3. Sarana penyelamatan
4. Sistem proteksi pasif
5. Sistem proteksi aktif
6. Pengawasan dan pengendalian
2
BAB II
PERENCANAAN TAPAK UNTUK PROTEKSI KEBAKARAN
A. LINGKUNGAN BANGUNAN
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan
operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalan
lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam
kebakaran.
3
BAB III
SARANA PENYELAMATAN
A. TUJUAN, FUNGSI DAN PERSYARATAN KINERJA
1. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam bab ini adalah mencegah terjadinya
kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat keadaan
darurat terjadi.
2. Fungsi
Setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana evakuasi yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang
diakibatkan oleh keadaan darurat.
3. Persyaratan Kinerja
Sarana atau jalan ke luar dari bangunan harus disediakan agar penghuni
bangunan dapat menggunakannya untuk penyelamatan diri. Jalan keluar harus
ditempatkan terpisah. Agar penghuni atau pemakai bangunan dapat
menggunakan jalan ke luar tersebut secara aman, maka jalur ke jalan luar harus
memiliki dimensi yang di tentukan berdasarkan :
1. Tersebar merata di sekeliling lantai yang dilayani sehingga akses ke minimal dua
eksit tidak terhalang dari semua tempat termasuk area lif di lobby, dan
2. Jarak tidak kurang dari 9 m antar eksit, dan
3. Terletak sedemikian rupa sehingga alternatif jalur lintasan tidak bertemu,
sehingga jarak antar eksit kurang dari 6 m.
4
C. KONSTRUKSI EKSIT
1. Pintu
Suatu pintu dalam bangunan yang berfungsi sebagai eksit atau membentuk
bagian dari eksit atau setiap pintu untuk area perawatan pasien harus :
a. Bukan pintu berputar
b. Bukan pintu gulung
c. Tidak boleh dipasang pintu sorong
d. Pengoperasian gerendel pintu
Pintu pada eksit yang disyaratkan membentuk bagian dari eksit atau jalur yang
menuju ke eksit harus siap dapat dibuka tanpa kunci dari sisi dalam yang
menghadap ke jalur penyelamatan dengan satu tangan, dengan mendorong
melalui alat yang dipasang pada ketinggian antara 0,9 – 1,2 m dari lantai.
BAB IV
SISTEM PROTEKSI PASIF
5
A. TUJUAN, FUNGSI DAN PERSYARATAN KINERJA
1. Tujuan
Tujuan dari persyaratan yang tercantum dalam Bab ini adalah untuk:
a. Melindungi manusia yang sakit ataupun cedera akibat terjadinya kebakaran
dalam bangunan maupun saat penyelamatan
b. Menyediakan fasilitas untuk menunjang kegiatan yang dilakukan petugas
pemadam kebakaran
c. Menghindari penyebaran kebakaran antar bangunan
d. Melindungi benda atau barang lainnya terhadap kerusakan fisik akibat
keruntuhan struktur bangunan saat terjadi kebakaran.
e. Fungsi
f. Konstruksi suatu bangunan harus mampu menciptakan kestabilan struktur
selama kebakaran untuk:
Memberikan waktu bagi penghuni bangunan untuk menyelamatkan
diri secara aman
Memberikan kesempatan bagi petugas pemadam kebakaran untuk
beroperasi
Menghindarkan kerusakan benda atau barang akibat kebakaran
2. Suatu bangunan harus dilindungi terhadap penyebaran kebakaran
a. Sehingga penghuni bangunan mempunyai cukup waktu untuk melakukan
evakuasi secara aman tanpa dihalangi oleh penyebaran api dan asap
kebakaran
b. Untuk memberikan kesempatan bagi petugas pemadam kebakaran
beroperasi
3. Persyaratan Kinerja
Suatu bangunan gedung harus mempunyai bagian atau elemen bangunan yang
pada tingkat tertentu bisa mempertahankan stabilitas struktur selama terjadi
kebakaran, yang sesuai dengan:
1. Fungsi bangunan
2. Beban api
3. Intensitas kebakaran
4. Potensial bahaya
5. Ketinggian bangunan
6. Kedekatan dengan bangunan lain
6
7. Sistem protektif aktif yang terpasang dalam bangunan
8. Ukuran kompartemen kebakaran
9. Tindakan petugas pemadam kebakaran
10. Elemen bangunan lainnya yang mendukung
11. Evakuasi penghuni
Ruang perawatan pasien harus dilindungi terhadap penjalaran asap dan panas serta
gas beracun yang ditimbulkan oleh kebakaran untuk dapat memberikan waktu cukup
agar evakuasi penghuni bisa berlangsung secara tertib pada saat terjadi kebakaran.
Setiap elemen bangunan yang dipasang atau disediakan untuk menahan penyebaran
api pada bukaan, sambungan-sambungan, tempat-tempat penembusan struktur
untuk utilitas harus dilindungi terhadap kebakaran sehingga diperoleh kinerja yang
memadai dari elemen tersebut.
BAB V
SISTEM PROTEKSI AKTIF
A. TUJUAN, FUNGSI DAN PERSYARATAN KINERJA
7
1. Tujuan
2. Melindungi penghuni dari kecelakaan atau luka, dengan memperingatkan
kepada penghuni akan adanya suatu kebakaran, sehingga dapat melaksanakan
evakuasi dengan aman.
3. Melindungi penghuni dari kecelakaan atau luka pada waktu melakukan
avakuasi pada saat kejadian kebakaran.
4. Fungsi
Suatu bangunan dilengkapi dengan proteksi kebakaran sedemikian rupa
sehingga:
1. Tujuan
Instalasi APAP harus ditujukan untuk menyediakan sarana bagi pemadam api pada
tahap awal
2. Persyaratan kinerja
Alat pemadam api portabel harus dipilih dan ditempatkan sesuai ketentuan dalam
SNI 03-3987- edisi terakhir, tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan
Pemadaman Api Ringan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung.
9
Pengendalian asap harus disediakan pada bangunan. Suatu bangunan bangunan
yang mempunyai atrium, atau yang terpisah/secara khusus. Ketentuan sistem
pembuangan asap serta ventilasi asap dan panas dari bagian ini tidak berlaku
untuk setiap area yang tidak digunakan oleh penghuni untuk jangka waktu lama
antara lain: gudang dengan luas lantai kurang dari 30 m², ruang sanitasi, ruang
mesin atau sejenis.
1. Ketentuan umum
Suatu sistem deteksi asap harus dipasang guna mengoperasikan sistem
pengendalian asap terzona dan sistem penahan udara otomatis
(pressurization) pada sarana jalan keluar yang aman kebakaran.
Detektor asap yang dipasang untuk mengaktifkan sistem pengendalian asap kebakaran
harus:
Merupakan bagian dari sistem pendeteksian asap atau kebakaran bangunan yang
memenuhi SNI 03-3689 edisi terakhir, atau merupakan sistem berdiri sendiri yang
dilengkapi dengan peralatan kontrol dan indikator dengan fasilitas verifikasi alarm dan
memenuhi persyaratan yang berlaku.
Dalam suatu bangunan pada suatu ruang perawatan pasien, sistem peringatan
bahaya: harus ditata untuk memberikan tanda bahaya bagi petugas rumah sakit
dan dalam bangsal perawatan keras bunyi alarm dan isi pesan dari tanda bahaya
11
harus diatur untuk meminimalkan trauma berkaitan dengan jenis dan kondisi
penghuni.
2. Pemantauan sistem
Instalasi berikut ini harus dihubungkan secara permanen ke suatu pos instansi
pemadam kebakaran, atau peralatan pemantauan yang diperbolehkan lainnya
dengan suatu hubungan data langsung ke suatu pos instansi pemadam kebakaran.
3. Sistem pembuangan asap
4. Spesifikasi ini menjelaskan syarat-syarat untuk sistem pembuangan asap secara
mekanis.
5. Kapasitas pembuangan asap
Fan pembuangan asap harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk menghisap
lapisan asap: berada di dalam reservoir asap, yang tepi bawahnya tidak kurang dari
2 m diatas permukaan lantai tertinggi. Di atas puncak setiap bukaan yang
menghubungkan reservoir-reservoir asap yang berbeda.
12
3. Memberikan petunjuk/rambu-rambu yang cukup jelas untuk menuju jalan
keluar (eksit) dan alur pencapaian menuju eksit
4. Memberikan peringatan kepada penghuni/pengguna bangunan akan terjadinya
keadaan darurat.
5. Tuntutan Fungsi
13
a. Disetiap tangga, ramp dan jalan terusan yang dilindungi terhadap kebakaran,
b. Di setiap jalan terusan, koridor, jalur penghubung di ruangan besar (hall) atau
semacamnya yang menjadi bagian dari jalur perjalanan ke eksit,setiap ruangan
yang mempunyai luas lantai lebih dari 100 m² yang tidak membuka ke arah
koridor atau ruang yang mempunyai pencahayaan darurat atau ke jalan umum
atau ke ruang terbuka, setiap ruangan yang mempunyai luas lantai lebih dari
300 m²
c. Desain Sistem Pencahayaan Keadaan Darurat
d. Setiap sistem pencahayaan keadaan darurat harus:
Beroperasi otomatis
Memberikan pencahayaan yang cukup tanpa penundaan yang tidak perlu
dalam upaya menjamin evakuasi yang aman di seluruh daerah dalam
bangunan di lokasi atau tempat yang dipersyaratkan
Dilindungi terhadap kerusakan akibat kebakaran bila sistem pencegahan
darurat tersebut merupakan sistem yang tersentralisasi.
1. Pencahayaan darurat harus memenuhi standar yang berlaku.
2. Tanda keluar (Eksit)
Suatu tanda eksit harus jelas terlihat bagi orang yang menghampiri eksit dan harus
dipasang pada, di atas atau berdekatan dengan setiap:
1. Pintu yang memberikan jalan ke luar langsung dari satu lantai ke:
Tangga, jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan api, yang
berfungsi sebagai sksit yang memenuhi persyaratan
Tangga luar, jalan terusan atau ramp yang memenuhi syarat sebagai eksit
Serambi atau balkon luar yang memberikan akses menuju ke eksit.
2. Pintu dari suatu tangga, jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan
api atau tiap level hamburan ke jalan umum atau ruang terbuka
3. Eksit horisontal
4. Pintu yang melayani atau membentuk bagian dari eksit yang disyaratkan pada
lantai bangunan yang harus dilengkapi dengan pencahayaan darurat.
5. Tanda penunjuk arah
Bila suatu eksit tidak dapat terlihat secara langsung dengan jelas oleh penghuni
atau pengguna bangunan, maka harus dipasang tanda penunjuk dengan tanda
panah menunjukkan arah, dan di pasang di koridor, jalan menuju ruang besar
(hllways), lobi dan semacamnya yang memberikan indikasi penunjukkan arah ke
eksit yang disyaratkan.
14
6. Perkecualian Untuk Pemasangan Tanda Penunjuk Arah Ke Luar
7. Desain dan Pengoperasian Tanda Penunjuk Arah Keluar
8. Setiap tanda eksit harus:
Jelas dan pasti serta mempunyai huruf dan simbol berukuran tepat
Diberi pencahayaan yang cukup agar jelas terlihat setiap waktu saat
bangunan dihuni atau dipakai oleh setiap orang yang berhak untuk
memasuki bangunan
Dipasang sedemikian rupa sehingga bila terjadi gangguan listrik, maka
pencahayaan darurat segera menggantikannya
Bila diterangi dengan sistem pencahayaan darurat, maka komponen
pengkabelan dan sumber daya dan lain-lain harus memenuhi syarat.
1. Tanda penunjuk arah ke luar harus memenuhi standar yang berlaku.
2. Sistem Peringatan dan Interkomunikasi Darurat
Suatu sistem pemberitahuan atau peringatan dan interkomunikasi darurat sesuai
dengan standar yang berlaku harus dipasang pada:
Bangunan dengan tinggi efektif lebih dari 25 m
15
4. Sumber Daya
Daya yang disuplai untuk mengoperasikan sistem daya darurat diperoleh
sekurang-kurangnya dari dua sumber sebagai berikut:
16
Melengkapi sarana alat pengendali, panel kontrol, telepon, mebel,
peralatan dan sarana lainnya yang diperlukan dalam penanganan kondisi
kebakaran.
4. Pusat pengendali kebakaran tidak digunakan untuk keperluan lain selain:
Kegiatan pengendalian kebakaran
Kegiatan lain yang berkaitan dengan unsur keselamatan atau keamanan
bagi penghuni bangunan.
5. Lokasi ruang Pusat Pengendali
Ruang pusat pengendali kebakaran haruslah ditempatkan sedemikian rupa pada
bangunan, sehingga jalan keluar dari setiap bagian pada lantai ruang tersebut
kearah jalan atau ruang terbuka umum tidak terdapat perbedaan ketinggian
permukaan lantai lebih dari 30 cm.
6. Konstruksi
Ruang pusat pengendali kebakaran pada bangunan gedung yang tinggi efektifnya
lebih dari 50 meter, haruslah berada pada ruang terpisah, dengan syarat:
1. Ventilasi alami dari jendela atau pintu pada dinding luar bangunan yang
membuka langsung ke ruang pengendali dari jalan atau ruang terbuka
18
2. Sistem udara bertekanan pada sisi yang hanya melayani ruang pengendali,
Dipasang sesuai ketentuan yang berlaku sebagai ruangan adalah tangga
kebakaran yang dilindungi
Beroperasi secara otomatis melalui aktivitas sistem isyarat bahaya kebakaran
(fire alarm) atau sistem sprinkler yang dipasang pada bangunan dan secara manual
di ruang pengendali
Mengalirkan udara segar ke dalam ruangan tidak kurang dari 30 kali pertukaran
udara per jamnya pada waktu sistem sedang beroperasi dan salah satu pintu
ruangan terbuka
Mempunyai kipas, motor, dan pipa-pipa saluran udara yang membentuk bagian
dari sistem, tetapi tidak berada di dalam ruang penegndali dan diproteksi oleh
dinding yang mempunyai TKA tidak lebih kecil dari 120/120/120
Mempunyai catu daya listrik ke ruang penegndali atau peralatan penting bagi
beroperasinya ruang pengendali dan yang dihubungkan dengan pasokan daya dari
sisi masuk saklar hubung bagi daya dari luar bangunan, dan tidak ada
sarana/peralatan yang terbuka kecuali pintu yang diperlukan, pengendali pelepas
tekanan (pressure control relief) dan jendela yang dapat dibuka oleh kunci yang
menjadi bagian dari konstruksi ruang pengendali.
7. Tanda
Permukaan luar pintu yang menuju ke dalam ruang pengendali harus diberi
tanda dengan tulisan sebagai berikut: ‘RUANG PENGENDALI KEBAKARAN’
Dengan huruf tidak lebih kecil dari 50 mm tingginya dan dengan warna yang
kontras dengan latar belakangnya.
8.Pencahayaan
Pencahayaan darurat sesuai ketentuan yang berlaku harus dipasang dalam
ruang pusat pengendali, tingkat iluminasi diatas meja kerja tak kurang dari 400
Lux.
BAB VI
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
A. UMUM
Pada bab ini dimuat rangkaian sistematis dan menerus dalam upaya pengawasan dan
pengendalian pengaman terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan baik terhadap bangunan baru maupun bangunan lama agar bangunan laik
fungsi serta aman bagi penghuni atau pengguna bangunan tersebut. Dengan demikian
jaminan keselamatan terhadap bahaya kebakaran baik pada penghuni bangunan dan
lingkungan yang terjadi sewaktu-waktu dapat terpenuhi baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan atau kostruksi/instalasi serta pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan.
20
1. Identifikasi bangunan
2. Konsep perancangan sistem proteksi kebakaran
3. Aksesibilitas untuk mobil pemadam kebakaran
4. Sarana jalan ke luar yang ada atau tersedia
5. Persyaratan struktur terhadap kebakaran yang dipenuhi
6. Sistem pengendalian asap
21
7. Sistem pengindera dan alarm kebakaran
8. Sistem pemadam kebakaran (media air, kimia, khusus)
9. Pembangkit tenaga listrik darurat
10. Sistem pencahayaan untuk menunjang proses evakuasi
11. Sistem komunikasi dan pemberitahuan keadaan darurat
12. Lif kebakaran
13. Daerah dengan resiko atau potensi bahaya kebakaran tinggi
14. Skenario kebakaran yang mungkin terjadi
15. Eksistensi manajemen penanggulangan terhadap kebakaran.
Pihak yang berwenang melakukan inspeksi dan memberikan rekomendasi adalah
Instansi Pemadam Kebakaran. Bila Instansi Pemadam Kebakaran belum cukup mampu
melaksanakan tugas tersebut diatas, maka dapat dibantu oleh konsultan perseorangan
yang profesional atau pihak perguruan tinggi yang tergabung dalam suatu tim dengan
ijin Kepala Daerah.
F. PENGUJIAN API
1. Dalam hal menentukan sifat bahan bangunan dan tingkat ketahanan api (TKA)
komponen struktur bangunan dalam rangka desain maupun evaluasi keandalan
sistem proteksi kebakaran pada suatu bangunan, harus terlebih dahulu dilakukan
pengujian api atau mengacu kepada hasil-hasil pengujian api yang telah dilakukan di
laboratorium uji api.
2. Pelaksanaan pengujian, pengamatan dan penilaian hasil uji dilakukan sesuai
ketentuan dan standar metode uji yang berlaku.
3. Dalam hal pelaksanaan uji tidak dapat dilakukan di Indonesia berhubung dengan
prosedur standar, sumber daya manusia maupun kondisi peralatan uji yang ada,
maka evaluasi dilakukan dengan mengacu kepada hasil pengujian yang telah
dilakukkan oleh lembaga uji yang terakreditasi baik di dalam negeri ataupun di luar
negeri.
23
G. PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
Pemeliharaan dan pengoperasian sistem proteksi kebakaran termasuk menjaga
berfungsinya semua peralatan/perlengkapan pencegahan api (fire stop)
1. Umum
Pedoman ini menetapkan persyaratan minimum pemeliharaan dan perawatan
sistem proteksi kebakaran. Jenis sistem meliputi:
25
Lokasi / daerah yang diperiksa
Frekuensi pemeriksaan
Apa kinerja yang dapat diterima
Siapa yang akan melakukan pemeriksaan
2. Sarana jalan keluar (means of egress).
3. Sarana jalan keluar meliputi eksit, eksis ke akses dan exit pelepasan, tanda
jalan keluar, penerangan darurat dan fan presurisasi tangga kebakaran
4. Inspeksi harus dilakukan secara berkala setiap bulan, atau lebih sering
tergantung kondisi, untuk
Pintu:
Tidak boleh dikunci atau di gembok
Kerusakan pada penutup pintu otomatik (door closer)
Terdapat ganjal atau ikatan yang membiarkan pintu terbuka, pada pintu
yang harus selalu pada keadaan tertutup.
Halangan benda dan lain-lain di depan pintu eksit
Tangga kebakaran:
Terdapatnya ganjal atau ikatan yang membiarkan pintu tangga terbuka.
Bersih, dan tidak digunakan untuk tempat istirahat/merokok
penghuni/karyawan, serta tidak digunakan untuk gedung
Tidak boleh dipakai untuk tempat peralatan seperti panel, unit AC dan
sejenisnya
Kerusakan pada lantai dan pegangan tangga.
Koridor yang digunakan sebagai jalur untuk keluar
Bebas dari segala macam hambatan
Tidak digunakan untuk gudang
Eksit pelepasan di lantai dasar yang menuju ke jalan umum atau tempat
terbuka di luar bangunan harus tidak boleh dikunci.
Tanda eksit:
Jelas kelihatan tidak terhalang
Lampu penerangannya hidup
5. Alat pemadam api ringan (APAR)
6. Alat pemadam api ringan meliputi alat pemadam portabel/jinjing dan yang
memakai roda.
7. Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian hidrostatik dan pemeriksaan berkala
mengikuti SNI 03-3987-1995 tata cara perencanaan dan pemasangan alat
26
pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung
8. Inspeksi
Inspeksi/pemeriksaan harus dilakukan pada saat pertamakali
dipasang/digunakan, dan selanjutnya setiap bulan.
Inspeksi/pemeriksaan meliputi:
Lokasi di tempat yang ditentukan
Halangan akses atau pandangan (Visibilitas)
Pelat nama instruksi operasi jelas terbaca dan menghadap keluar terisi
penuh ditentukan dengan di timbang atau dirasakan dengan di angkat.
Pemeriksaan visuil untuk kerusakan fisik, karat, kebocoran atau nozel
tersumbat.
Bacaan penunjuk atau indikator tekanan menunjukkan pada posisi dapat
dioperasikan.
Untuk yang memakai roda, kondisi dari roda, kereta, slang dan nozel
Terdapat label (tag) pemeliharaan.
Catatan inspeksi bulanan, berisi alat pemadam api ringanyang di inspeksi,
tanggal dan paraf personil yang melakukan, harus di muat dalam label (tag)
pemeliharaan yang dilekatkkan pada alat pemadan api ringan tersebut.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan setiap tahun oleh manufaktur, perusahaan
jasa pemeliharaan alat pemadam api ringan, atau oleh personil yang
terlatih
Prosedur pemeliharaan harus termasuk pemeliharaan menyeluruh dari
elemen dasar alat pemadam api ringan seperti berikut:
Bagian mekanikal dari semua alat pemadam api ringan.
Media pemadam
Cara penghembusan media pemadam
Pengisian kembali: semua alat pemadam api ringan yang dapat diisi
kembali, harus di isi kembali setelah stiap penggunaan atau seperti
ditunjukkan oleh hasil inspeksi atau pemeliharaan.
27
BAB VII
PENUTUP
Ketentuan teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola
gedung, penyedia jasa konstruksi, dan instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan
dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung dalam pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran, guna menjamin keamanan dan keselamatan
bangunan gedung dan lingkungan terhadap bahaya kebakaran. Persyaratan-persyaratan
yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah. Sebagai
pedoman/petunjuk pelengkapan dapat digunakan Standar Nasional Indonesia (SNI)
terkait lainnya.
28