PBL DK 1 & 2
PBL DK 1 & 2
DISKUSI PBL DK 1
Seorang perempuan, umur 20 tahun, P1 A0 UK 39-40 minggu baru saja melahirkan di PMB.
Bayi lahir menangis lemah, kulit kebiruan pada ekstremitas namun badan kemerahan,gerak
sedikit fleksi, frekuensi jantung 130x/menit. Ketuban jernih. Bidan segera melakukan langkah
awal resusitasi dan bayi menangis setelah dihisap lendir melalui hidung dan mulut. Skor APGAR
9 pada menit ke-5. Satu jam setelah IMD, dilakukan pemeriksaan. Hasilnya BB lahir: 2.600 gr.
PB lahir; 45cm, jenis kelamin laki-laki, frekuensi jantung 130x/menit, S 36.6◦C, P 30x/menit.
Tidak didapatkan kelainan kongenital. Selanjutnya bidan melakukan perawatan rutin pada bayi
baru lahir.
A. Clarifying Concepts
B. Identifikasi Masalah
1. Berapa skor APGAR normal bayi baru lahir dan kapan mulai menghitung skor APGAR?
2. Mengapa kulit ekstremitas pada bayi bewarna kebiruan?
3. Mengapa pada kasus bayi menangis lemah?
4. Mengapa dilakukan resusitasi pada kasus?
5. Bagaimana cara melakukan resusitasi awal pada bayi baru lahir?
6. Berapa TTV normal bayi baru lahir?
7. Apakah tatalaksana bidan dalam kasus tersebut sudah sesuai ?
8. Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus tersebut?
1. Skor apgar normal bayi baru lahir yang baik adalah 10 tetapi skor 7 sudah termasuk
normal. Skor apgar dihitung setelah menit pertama kelahiran sampai beberapa waktu
setelah bayi lahir.
2. Normal, karena bayi baru lahir oksigen tidak terlalu adekuat di bagian ekstremitas
sehingga karena inilah yang mengakibatkan warna biru pada kulit ekstremitas.
3. Bayi menangis lemah karena ada lendir di mulut dan hidung.
4. Resusitasi merupakan pertolongan untuk menyelamatkan bayi yang kesulitan untuk
menerima oksigen.
5. Resusitasi awal dilakukan dengan cara memeriksa kondisi kesadaran bayi, menyedot
lendir pada mulut dan hidung, memberikan oksigen dan cek kondisi bayi setelah
resusitasi.
6. TTV normal bayi baru lahir , frekuensi jantung : 120-160x/menit, P: 40-60x/menit,
7. Sudah, karena bidan langsung memberikan resusitasi pada bayi yang kondisi mulut dan
hidung terdapat lendir.
8. Peran bidan adalah menilai kesejahteraan bayi, mencegah komplikasi bayi baru lahir dan
melakukan penatalaksanaan yang tepat dan sesuai kewenangan bidan.
D. Systematic classification
E. Learning Objective
1. Mahasiswi kebidanan mengetahui dan memahami definisi bayi baru lahir normal.
2. Mahasiswi kebidanan mengetahui dan memahami tahapan bayi baru lahir.
3. Mahasiswi kebidanan mengetahui dan memahami penilaian pada bayi baru lahir.
4. Mahasiswi kebidanan mengetahui dan memahami tatalaksana pada bayi baru lahir
normal.
5. Mahasiswi kebidanan mengetahui dan memahami risiko yang akan terjadi pada bayi baru
lahir.
F. SELF STUDY
Hari : Rabu. 18 November 2020
Tutor : dr. Ni Luh Putu Herli Mastuti, SpA, M. Biomed
Moderator : Ainun Sakinah
Notulensi : Ruman Fitria
1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal
Nabila Sinta :
BBL adalah bayi yang lahir umur kehamilan 37-40 minggu dengan berat badan lahir
2500-4000 gram.(Dep.kes RI,2005)
Neonatus adalah bayi baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph,2015)
Sumber : Hanny, Vivian. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika
Ainun S. : Bayi lahir normal jika memiliki ciri ciri:
- UK 37-40
- BB 2500-4000 gram
- FR 120-160x/menit
- rambut kepla telah sempurna
- lanugo tidak terlihat
- pada bayi laki-laki kedua testis sudah turun kedalam skrotum, bayi perempuan labia
minora sudah tertutup oleh labia mayor
- -Bayi sudah bisa berkemih dalam 24 jam pertama
- Pengeluaran Mekonium berwarna hitam kecoklatan terjadi dalam 24 jam pertama
Selain itu, klasifikasi bayi baru lahir menurut Endang (2011):
a. Berdasarkan masa gestasinya dibagi menjadi bayi kurang bulan (UK<37 minggu) ; bayi
cukup bulan ( UK 37-42 minggu) ; Bayi lahir lebih bulan ( UK>42 minggu).
b. Berdasarkan berat lahir dibagi menjadi Berat lahir rendah ( <2500gram); Bayi lahir cukup
(2500-4000 gram) ; Bayi lahir lebih atau makrosomia (>4000gram).
Sumber : Buda E. (2011). BukuAjar:Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan balita.
Sumber :
Rohan, H & Siyoto, S, (2013). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kemenkes, R. I. (2010). Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak. Jakarta: kemenkes RI.
Marisa : Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari
ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi (Rukiyah dan Yulianti,
2010). Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0 -28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase,
adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterine) dan
toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015).
Sumber:
Marmi K, R,. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar;.
Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. (2010) .Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika.
Ainun S: Bayi Baru Lahir (BBL) disebut juga dengan neonatus yang merupakan
individu yang baru saja bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan peyesuaian kehidupan intera uterine ke kehidupan extrauterine. BBL
normal adalah bayi yang lahir dengan Usia Kehamilan 37-42 minggu dengan BB 2500-
4000 gram. Ciri-ciri nilai APGAR lebih dari 7 bayi menangis, dan gerak aktif. (Vivian,
Nanny.2013:1)
Sumber : Nanny Vivian. (2013). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Jakarta:Salemba Medika
Tika Widia : Bayi baru lahir normal adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh bayi
yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kehidupan bayi seperti
pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitive seperti menghisap
dan mencari puting susu. Ciri-ciri fisik bayi baru lahir normal yaitu adanya Reflek
rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut sudah
terbentuk dengan baik (Rukiyah, dkk. 2012).
Sumber : Rukiyah, dkk. (2012). Asuhan Kebidanan Persalinan & BBL. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Ririn : BBL normal yaitu bayi yang lahir melalui vagina tanpa memakai bantuan alat
dengan presentasi belakang kepala, bayi lahir dengan usia kehamilan genap 37
minggu sampai 40 minggu, berat badan lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai APGAR
> 7 dan tanpa cacat bawaan.(Nurhasiyah dkk, 2017)
tambahan ciri- ciri BBL normal:
Reflek hisap atau menelan sudah baik
Reflek morrow atau gerak memeluk jika di kagetkan sudah baik
Refleks graps atau menggenggam sudah baik
Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan kontraktil pada pipi dan
daerah mulut sudah terbentuk dengan baik
Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan
(Dwiendra,2014)
Sumber:
-Nurhasiyah,Siti,J,dkk.(2017).Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi,Balita
dan Anak Pra Sekolah. Ed.1 Cet.1. Universitas Muhammadiyah; Jakarta.ISBN.978-602-
6708-05-2.
-Dwiendra, R, Octa, dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus , Bayi/Balita
dan Anak Pra Sekolah untuk Para Bidan. Ed. 1 Cet. 1. Deeppublish; Yogyakarta. ISBN.
978-602-280-678-3
Aqilah :
Reflek rooting
Timbul akibat stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut bayi biasanya menggunakan
putting susu ibu. Bayi akan memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini
menghilang pada usia 7 bulan.
Reflek sucking
Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap putting susu dan menelan ASI.
Reflek graps
Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup telapak
tangannya atau ketika telapak kaki digores atau di sentuh pada ujung jari kaki, jari kaki
menekuk.
Sumber : Sinta, E. L., Andriani, F., Yulizawati., & Insani, A.A. (2019). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Tanggapan dr. Ni Luh: Kalau diatas 4000 disebut dengan makrosomia, UK 37-40 bayi
bisa lebih beradaptasi , lebih kematangan neurologis seperti reflek rooting, reflek graps.
2. Tahapan Bayi Baru Lahir:
Alidha : Fase bayi baru lahir
Bayi baru lahir mengalami fase tidak stabil selam 6-8 jam pertama setelah lahir yang
disebut fase transisi (Lowdermilk, 2013). Fase transisi tersebut terbagi menjadi:
1) Fase pertama reaktivitas
Fase reaktivitas terjadi saat bayi lahir sekitar 30-60 menit setelah lahir, saat fase ini
denyut jantung bayi meningkat dengan cepat 160-180 x/menit, kemudian menurun secara
perlahan hingga mencapai rata-rata 100-120 x menit. Laju pernafasan masih irregular
antara 60-80 x/menit, ronchi halus kadang terdengar seperti orang mengorok, retraksi
dinding dada dan nafas cuping hidung. Periode ini bayi sadar, terbuka matanya,
menangis, kepala bergerak dari satu sisi ke sisi lain. Pada periode ini adalah waktu yang
tepat untuk memulai memberikan ASI (air susu ibu).
2) Fase tertidur
Fase tertidur terjadi setelah fase reaktivitas pertama selesai. Pada periode ini bayi
mengalami penurunan aktivitas motoriknya, bayi sering tertidur, berlangsung 60 menit
sampai dengan 100 menit.
3) Fase kedua reaktivitas
Fase kedua reaktivitas bayi terjadi pada 4-8 jam setelah lahir. Fase ini hanya berlangsung
dari 10 menit sampai beberapa jam.Periode singkat takikardia dan takipnea dapat terjadi,
mekonium juga dikeluarkan saat periode ini. Pada bayi baru lahir yang sehat akan
mengalami fase seperti ini, berbeda dengan bayi prematur terkadang tidak mengalami
fase transisi ini dikarenakan fisiologisnya belum matang.
Kematangan pada bayi dapat di nilai dengan Ballard score. Penilaian Ballard Score ini
dengan keadaan fisik bayi serta keadaan neurmuskular, serta bermanfaat untuk melihat
kesesuaian usia gestasi bayi.
Sumber :
Diana, S. and Mail, E., 2019. BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN, PERSALINAN, DAN
BAYI BARU LAHIR. CV Oase Group (Gerakan Menulis Buku Indonesia).
Tanggapan dr. Ni Luh: tahap pertama (sesaat setelah lahir), dilihat dari respon terhadap tindakan
resusitasi yang dilakukan terhadap BBL, lihat juga kemampuan adaptasi yang bisa dilihat dengan
APGAR skor. tahap kedua (24 jam pertama), melihat adaptasi juga, lihat kelaian sepeerti
eliminasi atau tidak, proses menyusui. Tahap 3 evaluasi seperti mengajarkan keluarga cara
minum dkk, dan control ulang.
3. Penilaian BBL :
Ika D:
Menurut Prawirohardjo (2010) nilai APGAR adalah suatu metode sederhana yang
digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Penilaian ini perlu
untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak, yang dinilai adalah
frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone),
warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan
memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.
Ruman :setelah bayi lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang telah
disiapkan di perut ibu. Kemudian lakukan penilaian
1. apakah bayi cukup bulan ?
2. air ketuban jernih atau bercampur dengan mekonium?
3. apakah bayi menangis?
4. tonus otot baik?
jika penilaian buruk maka lakukan resusitasi. Nilai skor APGAR 1-3 (asfiksia berat),
4-6 (asfiksia sedang), 7-10 ( Asifiksia ringan/normal).
Intan P : selain tonus otot dan nafas, perlu menilai byi cukup bulan dan ketubn. Bayi
dengan air ketuban yang ada meconium akan berisiko asfiksia sedang dan berat. APGAR
untuk mengkaji neonates pada menit pertama. Menit pertama menentukan tindakan,
menit kelima untuk menentukan prognosis. (Ekayanthi,2018)
Sumber : Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. (2018). Teori dan Asuhan Kebidanan
Vol.2 Jakarta : Penerbit buku Kedokteran ECG
Tika Widia : APGAR score : Penilaian keadaan bayi dinilai 1 menit setelah bayi baru
lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Bila nilai apgar dalam 2 menit tidak mencapai 7,
maka harus dilakukan tindakan resusitas lebih lanjut karena jika bayi menderita asfiksia
lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologic lanjutan di kemudian hari
akan lebih besar. Maka penilaian APGAR selain dilakukan pada menit pertama juga
dilakukan pada menit ke 5 setelah bayi lahir. (Tando, dkk. 2015 : 145-146)
Sumber : Tando, dkk. (2015). Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Fisiologi
Acness: Skor APGAR dihitung dengan menghitung jumlah skor setiap komponen. Nilai
10 jarang ditemui karena akan kehilangan 1 poin pada warna kulit. Sebagian BBL akan
mempunyai warna kulit kebiruan pada tangan dan kaki (ekstermitas). Selanjutnya,
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dibagi 2 Pemeriksaan fisik segera setelah lahir dan
peerikasaan fisik lanjutan. Pemeriksaan segera lahir : TTV, Antropometri, menilai system
respirasi, GIT, eliminasi dll (Maryani,Anik.2015)
Sumber : Maryan,.Anik. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi,Balita,dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta : In Media
Tanggapan : APGAR skor tidak menentukan resusitasi, klasifikasi asfiksia memakai yang baru;
ringan-sedang, dan berat. Lagkah alur resusitasi biasanya dipakai yang APN.
4. Tatalaksana BBL
Dewi :
Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:
Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan
diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
dengan ibunya atau di ruangan khusus.
Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/
pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan.
Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau
keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan Normal
yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan
oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam
ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu
kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam). Asuhan bayi baru lahir
meliputi:
Sumber :
Nabila Sinta:
Membersihkan jalan nafas : dimana BBL normal akan menangis spontan setelah lahir.
jika menangis spontan hindari pembebasan jalan nafas secara rutin karena dapat karena
dapat menyebabkan perlukaan pada jalan nafas hingga terjadi infeksi, serta dapat
merangsang terjadinya gangguan denyut jantung dan spasme dan tidak terkendali pada
otot. (Lianny, Merry, 2015)
Memotong merawat TP dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. luka tali
pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka tanpa diberi apapun.
Sumber : Hanny, Vivian. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika
Aqilah :
Pencegahan Infeksi :
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
2. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
3. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau di steril.
4. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, dan stetoskop.
Sumber : Sinta, E. L., Andriani, F., Yulizawati., & Insani, A.A.(2019). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Ika D:
Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut:
Keringkan bayi dengan seksama
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Selimuti bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus
dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.
Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar.
Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
Sumber:Lusiana, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi
dan Balita. Sidoarjo:Indomedia Pustaka.
Ririn :
Perawatan mata, obat mata yang umum digunakan yaitu eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% yang disebabkan oleh IMS pada ibu. perawatan mata ini dianjutkan
untu mencegah penyakit mata yang dikarenakan IMS, obat mata dapat di berikan
satu jam pertama setelah melahirkan. (Dwiendra, 2014)
Bidan juga melakukan IMD. pada saat IMD dilakukan penilaian terkait reflek
mencari puting (rooting), reflek menghisp (sucling),dan reflek menelan
(swallowing) pada bayi sudah baik atau belum.(Dwiendra, 2014)
Peberian Imnuisasi hepatitis B, yang bermanfaat untk mencegah infeksi Hepatitis
B pada bayi yang penularannya terutama pada ibu ke bayi.
pemberian Vit. K, diberikan untuk mencegah terjadinya perdarahan.Semua BBL
lahir normal cukup bulan perlu diberi Vitamin K dengan dosis 1mg/hari selama 3
hari, dan bayi berisiko tinggi diberikan dengan dosis 0,5-1mg secara parenteral
IM. (Dwiendra, 2014)
Identifikasi bayi merupakan alat pengenal yang dipasang pasca persalinan.alat
pengenal yang di berikan pada bayi harus tetap di berikan di tempatnya sampai
bayi di pulangkan.(Dwiendra, 2014)
Pemerksaan fisik pada bayi, dilakukan untuk menilai apakah terdapat kelainan
yang perlu dilakukan tindakan segera. pemeriksaan dilakukan secara head to toe,
dimulai dari kepala ( ukuran,bentuk,kaput secundum/hematoma), mata
( perdarahan ,konjungtiva, infeksi), hidung (Labioskisis dan labiopolrlatoksis),
telinga ( kelainan daun telinga dan kelainan bentuk), leher ( serumen, bentuk),
abdomen ( membuncitnya perut yang dicurigai karena pembesaran organ, hati,
limpa, atau tumor), tali pusat (jumlah perdarahan pada tali pusat, warna dan besar
tali pusat),adanya hernia atau tidak, alat kelamin( pada bayi laki laki : terdapat
skrotum, penis berlubang pada ujung. Pada bayi perempuan: labia mayora
menutupi labia minora), anus (atresia ani), esktremitas ( polidaktili/sindaktili).
(Sondakh,2017)
Sumber:
Dwiendra, R, Octa, dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus , Bayi/Balita
dan Anak Pra Sekolah untuk Para Bidan.Ed. 1 Cet. 1. Deeppublish; Yogyakarta. ISBN.
978-602-280-678-3
3. Pernafasan
- Periksa pernafasan dan warna kulit bayi tiap 5 menit
- Bila bayi tidak segera bernafas, lakukan : resusitasi.
- Bila sianosis/ sukar bernafas (frekuensi nafas < 30 atau > 60 X/menit) beri O2
kateter nasal.
4. Perawatan Mata
o Obat mata eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1 % untuk mencegah penyakit
mata kerena klamidia
o Berikan jam pertama setelah kelahiran.
5. Asuhan Bayi Baru Lahir Dalam waktu 24 jam, bayi baik maka :
a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan aktifitas
b. Pertahankan suhu bayi :
- Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam 4
- Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, kepala tertutup
c. Pemeriksaan fisik
- Gunakan tempat yang hangat dan bersih
- Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan
bertindak lembut
- Lihat, dengar dan rasakan tiap – tiap daerah dari kepala sampai dengan kaki
- Bila ada masalah cari bantuan
- Rekam hasil pemeriksaan
d. Beri vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi Vitamin K
pada bayi baru lahir. Lakukan :
- Bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberikan Vitamin K per oral 1 mg/
hari selama 3 hari
- Bayi risiko tinggi diberi vitamin K parenteral dosis 0,5 – 1 mg IM
e. Identifikasi bayi
o Alat yang digunakan : kebal air, tapi tidak mudah melukai, tidak mudah sobek
dan terlepas
o Gelang : nama (bayi dan ibu), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, no urut 5
o Tempat tidur cantumkan : nama, tanggal lahir dan no identifikasi
o Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu
o Ukur BB, PB, LK, LD, LLA
Sumber : Lusiana El,dkk. (2019). Buku AJar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi
dan Balita. Sidoarjo:Indomedia Pustaka
Sumber : Nanny Vivian. (2013). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Jakarta:Salemba Medika
Intan P: imunisasi Hep.B diberikan sedini mungkin setelah lahir mengingat paling tidak
3.9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal kurang
lebih sebesar 45%. Pemberian imunisasi Hepatitis B harus berdasarkan status hbsag ibu:
1. Pada ibu yang tidak diketahui harus diukur hbsag dalam kurun waktu 12 jam
setelah lahir, diberikan vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 mg atau Engerix B 10
mg) atau vaksin plasma derived 10 mg secara IM. Dosis kedua diberikan umur 1-
2 bulan dan dosis ketiga umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya
diketahui ibu memiliki HbsAg positif, segera berikan 0.5 ml HBIG sebelum 1
minggu.
2. Pada ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara berdamaan
diberikan 0,5mg HBIG dan vaksin rekombinan secara IM di sisi tubuh yang
berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga diberikan
usia 6 bulan
3. Jika bayi lahir dari ibu dengan Hbs Ag negatif maka diberikan vaksin rekombinan
dengan dosis minimal 2,5mg(0,25ml) atau engerix B 10mg (0,5ml) secara IM
pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan kemudian
dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama (El Lusiana,2019)
Sumber : Lusiana El,dkk. (2019). Buku AJar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi
dan Balita. Sidoarjo:Indomedia Pustaka
Tanggapan : Lakukan resuitasi dulu, stabilisasi. Vit.k diberikan secara injeksi. Imunisasi Hep.b
bergantung dengan status hbsag ibu. Jika (-) maka langsung diberikan jika BB bayi diatas 2 kg.
jika ibu hbsag(+) diberikan immunoglobulin tanpa melihat BB bayi. IMD langsung dilakukan.
5. Risiko BBL
Ruman F. : Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur sehingga dapat menurunkan oksigen dan meningkatkan karbondioksida.
Etiologi :
a. gangguan sirkulasi janin
b. gangguan pada talipusat
c. pengaruh obat-obatan
d. faktor ibu : gangguan his, hipotensi mendadak/hipertensi, gangguan plasenta seperti
solusio plasenta.
Sumber : Dwiendra, R, Octa, dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus
,Bayi/Balita dan Anak Pra Sekolah untuk Para Bidan.Ed. 1 Cet. 1. Deeppublish;
Yogyakarta. ISBN. 978-602-280-678-3
Sumber :
Diana, S. and Mail, E., (2019). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN, PERSALINAN,
DAN BAYI BARU LAHIR. CV Oase Group (Gerakan Menulis Buku Indonesia).
Marisa:
a. Pencegahan Hipotermi
Menutup kepala bayi dengan topi
Pakaian yang kering
Diselimuti
Ruangan hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C)
Bayi selalu dalam keadaan kering
Tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari jendela/pintu/pendingin
ruangan.
Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan air hangat.
Setelah dimandikan, bayi segera dikeringkan dengan handuk dan dipakaikan
baju. (Maryanti, 2011)
Sumber : Maryanti, Dwi., Sujianti., Tri, B. (2011). Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta:
TIM
Ainun
a. Gangguan Nafas
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
Klasifikasi:
Ringan: frekuensi nafas 60-90x/menit. Adanya tanda tarikan dinding tanpa
merintih saat ekspirasi/sianosis sentral
Sedang: frekuensi nafas 60-90x/menit. Adanya tarikan dinding dada/merintih
saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral
Berat: frekuensi nafas 60-90x/menit. Dengan sianosis sentral dan tarikan
dinding dada/merintih saat ekspirasi
Tatalaksana :
Menjaga jalan nafas tetap bebas
Pencegahan terjadinya hipoksia
Penanganan/tindakan (beri O2, bersihkan jalan nafas dan ASI tetap diberikan
Pengobatan antibiotika ampisilin dan gentamisin
Rujuk (Setiyani, dkk. 2016)
c. Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir
Muntah
Gumoh
Diare
Bisulan
Bercak mongol
Hemangioma (IDAI, 2016)
Sumber: Setiyani, A, dkk. (2016). Asuhan Kebidanan, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta: Kemenkes RI
Nabila Sinta:
Diare : terjadi apabila pengeluaran feses tidak normal dari jumlah maupun
frekuensi. Pada bayi lebih dari 4x.
Bercak mongol : sebuah pigmentasi yang berwarna gelap didaerah pinggang
bawah dan bokong yang biasanya dapat ditemukan di beberapa bayi.
Ikterus karena penyakit hati akibat hiperbilirubinemia
Muntah yaitu keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung setelah agak
lama makanan dicerna dalam lambung yang disertai kontraksi lambung dan
abdomen. dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin akan
mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. muntah ini tidak
jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan.
Sumber : Nanny Vivian. (2013). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Jakarta:Salemba Medika
Ika D:
a. Bayi Baru Lahir Rendah
Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir
kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR sama dengan prematuritas. Namun, BBLR
tidak hanya terjadi pada bayi prematur, juga bayi yang cukup bulan dengan BB <
2.500 gram.
Manifestasi Klinis
BB: < 2.500 gram
PB: < 45 cm
Lingkar Dada: < 30 cm
Lingkar Kepala: < 33 cm
UK: < 37 Minggu
Kepala relatif lebih besar
Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak pada kulit kurang
Otot hipotonik lemah
Apnea
Pernapasan: 45- 50 kali permenit
Frekuensi nadi: 100 – 140 kali permenit
b. Kejang
Definisi
Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik pada satu atau lebih
anggota gerak.
Penyebab kejang:
Serebral hipoksia, trauma lahir, malformasi kongenital;
Metabolik;
Sepsis;
Obat-obatan(Lissauer dan Fanaroff, 2009);
Perubahan suhu yg cepat dantiba-tibademam
Sumber:Lusiana, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan
Balita. Sidoarjo:Indomedia Pustaka
Dewi P:
Hiperbilirubinemia
ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus
atau ensefelopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dapat dikendalikan. pada bayi aterm
ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin mencapai 85-120 μMol/L.
klasifikasi derajat ikterus:
derajat I: ikterus pada daerah kepala dan leher ; perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg%
derajat II: ikterus pada daerah badan atas ; perkiraan kadar bilirubin 9,0 mg%
derajat Iii: ikterus pada daerah badan bawah-lutut ; perkiraan kadar bilirubin 11,4
mg%
derajat IV: ikterus pada daerah lengan, kaki bawah ; perkiraan kadar bilirubin
12,4 mg%
derajat V: ikterus pada daerah tangan dan kaki ; perkiraan kadar bilirubin 16,0 mg
%
Sumber : Lusiana dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan
Balita. Sidoarjo:Indonesia Pustaka
Tika Widia : Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa
antenatal, intranatal dan postnatal. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant
Death Syndrome/SIDS). SIDS terjadi pada bayi yang sehat secara mendadak, ketika
sedang ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. Angka
kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden puncak SIDS terjadi pada
bayi usia 1 minggu-1 tahun. (Nanny, 2013 : 6-8)
Sumber : Nany, Vivian, (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Tanggapan dr. Ni Luh: bayi yang mendapat ASI bisa lebih dari 6x. hiperbilirubin pada bayi tidak
hanya gangguan pada hepar. Ada penyakit jantung bawaan, ada yang memburuk 24 jam pertama,
atau memburuk pada minggu pertama.