Anda di halaman 1dari 29

DR. H. HUSEN SARUJIN, SH., MM., M.SI., MH.

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

“IMPLEMENTASI NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI


BHINEKA TUNGGAL IKA”

Disusun oleh :

Kelompok 4 / 1A

1. Khasriani Tahir (60100121007)


2. Andi Feny Sufika (60100121019)
3. Heri Hannas (60100121002)
4. Sri Wahyuni (60100121021)
5. Rivaldi (60100121001)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.Si, MH.
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Implementasi Nilai Kebangasaan yang Bersumber Dari Bhineka Tunggal Ika”

ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen

pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Bapak DR. H. HUSEN SARUJIN, SH., MM., M.Si., MH. yang membimbing dan

membina kami dalam menyelesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang

diberikan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

dosen pengampu pada mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang

“Implementasi nilai kebangsaan yang bersumber dari Bhineka Tunggal Ika” bagi

para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Samata, 9 November 2021


Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 6

C. Tujuan ................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 7

A. Pengertian Bhineka Tunggal Ika ........................................................................... 7

B. Bhinneka Tunggal Ika Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa .................................. 8

C. Hakikat Dan Peran Sesanti Bhineka Tunggal Ika ............................................... 10

D. Nilai-Nilai Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan Bermasyarakat,

Berbangsa dan Bernegara.................................................................................... 11

E. Pentingnya Semboyan Bhinneka Tunggal Ika .................................................... 16

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 25

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 25

B. Saran ................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 26


1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang majemuk. Menurut Hardiman (2002:4),

Indonesia dalam membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional selalu

mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam satu wadah yaitu Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Guna menyatukan kemajemukan, Bangsa Indonesia

memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut berasal dari

Bahasa Jawa Kuno. Semboyan itu memiliki arti “berbeda-beda tapi tetap satu

jua”. Semboyan ini sangat cocok untuk keadaan bangsa Indonesia yang dihuni

oleh beragam suku, ras, agama, dan kebudayaan. Nilai kesatuan amat dijunjung

tinggi oleh leluhur bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika rupanya juga terkait

dengan filsafat, ideologi Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Bhinneka Tunggal Ika juga memiliki keterkaitan dengan

simbol pemersatu bangsa Indonesia seperti bendera nasional, lagu kebangsaan,

dan bahasa. Keterkaitan yang dimaksud untuk memperkuat gagasan bahwa

Bhinneka Tunggal Ika telah tertanam dalam kehidupan dan karakter bangsa

Indonesia.

Realitanya nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur dari kehidupan

masyarakat Indonesia. Tindakan yang dilakukan sebagian masyarakat, justru


2

cenderung berlawanan dengan semboyan tersebut. Di beberapa daerah di

Indonesia dapat ditemukan konflik antar suku, ras ataupun agama. Berita terkait.

Konflik etnis pernah diinformasikan Oke Zone (2016), mengenai perang

suku di Timika. Dampak perang suku yang terjadi di Iliale Kampung Tunas

Matoa Distrik Kwamki Narama Mimika pada 24 Juli 2016, sempat meluas hingga

ratusan warga Jemaat GIDI mengungsi ke Sentani Kabupaten Jayapura. BBC

(2016) juga pernah memberitakan serangan di salah satu gereja di Medan. Pria

yang menyerang tersebut menyamar sebagai jemaat dan ikut misa di Gereja Santo

Yosep Medan pada Minggu (28 Agustus 2016). Pria itu sebelum menyalakan

benda mirip bom, sempat menyerang pastor Albert Pandiangan dengan pisau. Dua

peristiwa di atas menjadi bukti bahwa permasalahan lunturnya nilai-nilai

Bhinneka Tunggal Ika, terjadi pada masyarakat Indonesia.

Penelitian Handayani (2015) menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar

Pasar Gede memiliki sikap toleran walaupun berbeda agama. Implementasi sikap

toleran diwujudkan dengan tidak mengganggu pada saat prosesi upacara

berlangsung, bergotong royong apabila menyelenggarakan acara, penduduk

muslim ikut menghormati hari besar agama lain, serta selalu bermusyawarah

apabila akan mengadakan acara.

Hasil penelitian Nisvilyah (2013) menunjukkan bahwa secara normatif

nilai-nilai dasar yang menjadi landasan terbentuknya toleransi antar umat

beragama adalah nilai agama dan nilai budaya. Penelitian Nisvilyah (2013)

menjadi salah satu bukti bahwa keberagaman di masyarakat menarik untuk dikaji

secara ilmiah.
3

Penelitian Handayani (2015) dan Nisvilyah (2013) memiliki persamaan

dan perbedaaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini.

Persamaannya terletak pada keberagaman masyarakat sebagai objek umum

penelitian. Perbedaannya dengan Handayani (2015), secara khusus mengkaji

toleransi umat Islam terhadap upacara adat. Sementara perbedaaan dengan

penelitian Nisvilyah (2013), memfokuskan perhatian pada nilai-nilai agama dan

nilai budaya. Penelitian yang akan dilakukan ini berfokus pada implementasi

nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda.

Penelitian Dempsey and all (2016) dalam Journal International,

menjelasakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah The textbooks’ explanations of

Bhinneka Tunggal Ika are also associated with (1) philosophy, ideology and the

foundation of the state, Pancasila (the Five Principles); (2) the Constitution of the

Republic of Indonesia 1945; (3) Unifying symbols of the nation‐state of Indonesia

such as the national flag, anthem, and language; (4) history of the struggle of

Indonesia for independence; and (5) the Oath of Youth. The explanations are

intended to reinforce the idea that Bhinneka Tunggal Ika has been embedded in

the life and the character of the nation‐state of Indonesia. It represent its soul and

its character. Dengan mewujudkan dan mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai

Bhinneka Tunggal Ika, diharapkan segenap komponen bangsa dapat

mengintegrasikan seluruh kehidupan berkebangsaan dengan menjunjung tinggi

nasioanalisme demi mempertahankan NKRI.

Negara merupakan sebuah organisasi besar yang di dalamnya terdapat

masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. Negara juga dapat dikatakan sebagai
4

suatu wilayah dipermukaan bumi yang terdapat pemerintahan untuk mengatur

ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional. Menurut

Darmadi (2010:24), negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok

manusia yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu. Suatu komunitas

masyarakat dapat dikatakan sebagai negara apabila telah memenuhi beberapa

syarat yang ditetapkan. Syarat berdirinya negara diantaranya mempunyai wilayah,

rakyat, pemerintahan yang berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.

Masyarakat Indonesia yang berbudaya, memiliki sistem-sistem nilai yang

terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika. Cara masyarakat Indonesia dalam

berkomunikasi sangat bergantung pada budaya, bahasa, aturan, dan norma

masing-masing. Budaya memiliki tanggung jawab atas seluruh perbendaharaan

perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Wrenn (1962)

berpendapat bahwa kegagalan dalam menghargai perbedaan, berkaitan dengan

latar belakang budaya. Menurut Hefner (1987) ide nasionalis pasca kolonial

mencerminkan ikatan primordial kekerabatan, bahasa, etnis, dan agama secara

bertahap sehingga memberikan arti lebih menyeluruh dari komunitas politik

nasional.

Mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika pada masyarakat Indonesia juga

menemui tantangan. Problem utamanya adalah setiap individu memiliki

kecenderungan menganggap bahwa budayanya sebagai suatu keharusan tanpa

perlu dipersoalkan lagi (Mulyana dan Rakhmat, 2003:vii). Setiap orang akan

menggunakan budayanya sebagai standarisasi untuk mengukur budaya-budaya

lain. Salah satu bentuk aktivitas komunikasi antar budaya yang nyata di dalam
5

Bhinneka Tunggal Ika terlihat dalam kehidupan keluarga perkawinan campuran,

yang tidak mempermasalahkan perbedaan agama. Pemerintahan Indonesia yang

berdaulat memiliki posisi yang sangat penting, baik sebagai penentu kebijakan

maupun sebagai pelaksana dalam arti mengkoordinasikan kegiatan pertahanan dan

pembelaan terhadap negara.

Nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika perlu diwujudkan di lingkungan

masyarakat, tidak terkecuali oleh para pemuda. Pemuda harus berpartisipasi

secara langsung maupun tidak langsung dalam mengamalkan nilai-nilai Bhinneka

Tunggal Ika. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

kajian ilmiah mengenai implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada

pemuda di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Surakarta. Wilayah

Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Surakarta yang memiliki keragaman

etnis, dianggap sebagai salah satu lokasi yang cocok untuk diteliti terkait

Bhinneka Tunggal Ika.

Tema penelitian ini memiliki keterkaitan dengan Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikian Universitas Muhammadiyah Surakarta. Keterkaitannya terletak pada

visi Prodi PPKn FKIP UMS yang terdapat kata “membentuk bangsa yang

berkarakter kuat dan memiliki kesadaran konstitusi menuju masyarakat madani”.

Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Prodi PPKn FKIP UMS meletakkan perhatian

pada permasalahan nilai atau karakter bangsa, yang selaras dengan tema

penelitian ini. Keterkaitan yang lain dengan adanya mata kuliah Sosiologi

Indonesia dan Pendidikan Multikultural di Prodi PPKn FKIP UMS. Tema


6

penelitian ini dianggap selaras dengan cakupan mata kuliah Sosiologi Indonesia

dan Pendidikan Multikultural, yang memfokuskan pada masalah-masalah sosial

dan budaya di dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda di

Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Surakarta?

2. Bagaimana kendala dan solusi dalam implementasi nilai-nilai Bhinneka

Tunggal Ika pada pemuda di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres

Kota Surakarta?

C. Tujuan

1. .Untuk mendeskripsikan implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika

pada pemuda di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota

Surakarta.

2. Untuk mendeskripsikan kendala dan solusi dalam implementasi nilai-nilai

Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda di Kelurahan Sudiroprajan

Kecamatan Jebres Kota Surakarta


7

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Istilah Bhineka Tunggal Ika ditulis oleh Mpu Tantular dalam Kitab

Sutasoma yang terjemahan isinya berbunyi “ bahwa agama Budha dan Siwa

(Hindu) merupakan zat yang berbeda tapi nilai-nilai kebenaran jina (Budha) dan

Siwa (Hindu) adalah tunggal. Terpecah belah tetapi satu jua artinya tidak ada

dharma yang mendua”. Semboyan Bhineka Tunggal Ika mulai menjadi

pembicaraan terbatas pada siding-sidang BPUPKI antara Muhamad Yamin, Ir.

Soekarno, I Gusti Bagus Sugriwa sekitar dua setengah bulan sebelum proklamasi.

Sesanti Bhineka Tunggal Ika, lengkapnya berbunyi “Budha Siwa Maha Siwa

Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrva”, tertulis di dalam kitab

Sutasoma karangan pujangga agung Mpu Tantular yang menjadi pujangga

kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk (1350—

1389).Oleh M. Yamin (1903—1962), sesanti ini kemudian dijadikan sebagai

semboyan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang akan didirikan.

ini merupakan alas an amat tepat mengingat ajaran yang terkandung di

dalam sesanti ini sangat sesuai dengan realita kehidupan masyarakat Indonesia

yang amat pluralis, baik dalam arti budaya masyarakat maupun dilihat dari segi

kondisi geografi yang menjadi ruang hidupnya.

Bhineka Tunggal Ika, diterjemahkan sebagai “Berbeda-beda itu satu itu”.

Artinya, bahwa di dalam realitas kehidupan yang amat beragam, yang ditandai

oleh perbedaan-perbedaan lahiriah, akan tetapi tetap mampu membangunsuasana


8

rukun untuk mewujudkan satu tujuan hidup bersama dalam satu kesatuan bangsa

dan satu kesatuan kesatuan wilayah Negara yaitu Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Kesatuan di sini merupakan hasil konsesus atau kesepakatan bersama

dari segenap komponen bangsa Indonesiauntuk mengatasi kerawanan-kerawanan

sebagai akibat siafat-sifat yang melekat pada keberagaman itu.

B. Bhinneka tunggal ika dalam sejarah perjuangan bangsa

Bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa majemuk, yang multikulturalis.

Aneka ragam budaya dalam wujud adat-istiadat, bahasa local/daerah, bahkan

agama dan kepercayaan yang dianut masyarakatnya menjadi cirri yang mewarnai

kehidupan bangsa, yang tersebar seluruh bentangan wilayah kepulauan Nusantara.

Keanekaragaman budaya yang dipadu dengan keterpisahan geografik sebagai

ruang hidupnya, menjadikan bangsa ini sebagai satu-satunya bangsa dengan

tingkat keunikan tertinggi. Bahwa jauh sebelum bangsa Indonesia menegara, di

seluruh wilayah tanah air ini pada dasarnya telah berdiri banyak kerajaan besaar-

kecil yang merupakan pemerintahan Negara merdeka dan berdaulat atas wilayah

masing-masing. Di antara kerajaan yang pernah ada, kerajaan Majapahit di Jawa

Timur adalah salah satu dari dua kerajaan yang sangat berpengaruh di samping

kerajaan Sriwijaya di wilayah Sumatra. Pada masa pemerintahan raja Hayam

Wurukdi Majapahit (1350—1389) inilah yang diajarkan tentang bagaimana

membangun kehidupan bersama yang rukun bersatu walaupun menghadapi

suasana perbedaanyang sangat prinsip. Ajaran moral yang ditulis dalam

sebuahseloka yang berbunyi Bhineka Tunggal Ika, pada mulanya memang

digunakan untuk menciptakan suasana kehidupan antara dua kelompok


9

masyarakat yang beragama Siwa (Hindu) dengan kelompok masyarakat beragama

Budha, di mana keduanya memiliki prinsip-prinsip beragama yang secara

substansial berbeda. Melalui ajaran moral yangditerapkan dengan seksama

ditopang oleh pemerintahan kerajaan yang bijaksana telah mampu mewujudkan

suasana kehidupan rakyat Majapahit yang sejahtera,dan kerajaan pun mengalami

masa keemasannya.

Kehadiran kaum penjajah Barat telah merenggut kedaulatan pemerintahan

local yang ada, untuk kemudian menguasainya selama lebih dari tiga setengah

abad. Bangkitnya kesadaran kebangsaan, atau yang lebih dikenal

sebagaiKebangkitan Nasional (1908) telah menginpirasi bangkitnya perlawanan

terhadap kekuasaan penjajah yang dilakukan hamper di segenap wilayah tanah air.

Walaupun pada dasarnya masyarakat yang berjuang itu adalah masyarakat adat

yang pada umumnya memiliki ikatan kesukuan/ kedaerahan yang kuat. Namun

sejarah membuktikan bahwa tuntutan perjuangan untuk kebebasan dari belenggu

penjajahan telah memampukan segenap komponen masyarakat untuk bangkit

bersama, serentak, dan bersatu, tidak lagi memperhitungkan seberapa jauh

perbedaan di antara mereka.

Dari kilasan sejarah di atas tergambar jelas bahwa kerukunan dan

persatuan yang terjadi di kalangan masyarakat ditentukan oleh factor itensitas

hubungan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang dilandasi oleh

kemampuan untuk saling mengargai dan saling menguatkan. OLeh karena itu

sesanti Bhineka Tunggal Ika yang semula menunjukkan semangat toleransi

keagamaa, kemudian diangkat menjadi lambing Negara Indonesia, dan ditetapkan


10

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951, tetang Lambang

Negara. Penetapan Sesanti Bhineka Tunggal Ika sebagai lambing Negara

merupakan upaya Negara yang juga menggambarkan kehendak seluruh rakyat

Indonesia untuk mempersatukan masyarakat majemuk yang berlatar belakang

budaya beraneka ragam.

C. Hakikat dan Peran Sesanti Bhineka Tunggal Ika

Pada hakikatnya sesanti Bhineka Tunggal Ika, yang diterjemahkan sebagai

Berbeda-beda itu satu Satu itu (wlaupun berbeda-beda namun tetap satu adanya),

mengandung makna filosofi yang amat dalam. Hal tersebut menunjuk pada

kesadaran yang amat tinggi terhadap hakikat hidup manusia sebagai salah stu atau

hanya bagian kecil saja dari kesemestaan ciptaan Tuhan. Sebagai masyarakat yang

religious, kita mengakui bahwa Tuhan adalah yang Maha Kuasa menciptakan

alam seisinya yang berbeda-beda, sebagai awal atau hulu. Tetapi keseluruhan

yang berbeda-beda itu tetap sebagai satu ciptaaan yang harus membaktikan

dirinya (seluruh kehidupannya) kepada Tuhan, sebagai akhir atau muara. Hal di

atas mengantar kepada pemahaman tetang, pertama, sebagai bentuk perbedaan

yang terikat di dalam satu keutuhan (ke Tunggalan), yang dalam hal ini menunjuk

keberadaan bangsa Indonesia. Atau kedua, di dalam wujud yang Satu (Tunggal)

terdapat keberagaman isi. Wujud yang Satu. Dalam hal ini adalah identitas bangsa

Indonesia (ingat Sumpah Pemuda), 1928), tanpa meninggalkan cirri keberagaman

dari unsure-unsur pembentuknya yakni suku, adat-istiadat, bahasa local,

agama/kepercayaan dan sebagainya.


11

Dari pemahaman tersebut mengingatkan kepada kita tentang dua hal

penting yaitu, pertama, adanya komitmen bersama untuk hidup bersatu sebagai

Satu bangsa dalam satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua,

bahwa unsure-unsur local memiliki peranan penting di dalam andilnya

membentuk bangsa yang besar ini. Lebih jauh menunjukkan betapa pentingnya

memelihara dan terus memajukan nilai-nilai atau kearifan local itu agar dapat

dijadikan kekuatan moral bangsa.

Adapun peran yang diharapkan dan semboyan Bhineka Tunggal Ika

adalah menggugah kesadaran masyarakat luas untuk secara bersama membangun

tata kehidupan baruyang makin menunjukkan semangat saling memahami, saling

menghormati, serta dapat menerima segala bentuk perbedaan yang ada, demi

terwujudnya suasan kehidupan bermasyarakat yang tenteram dan damai.

D. Nilai-Nilai Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan Bermasyarakat,

Berbangsa dan Bernegara

Penelahan mendalam atas makna, hakikatnya serta peran yang diharapkan

dapat ditemukenali nilai yang terkandung di dalam sesanti Bhineka Tunggal Ika,

yaitu:

1. Nilai Toleransi

Diartikan sebagai sikap mau memahami orang lain demi berlangssungnya

komunikasi secara baik. Penjelasan lebih jauh pada nilai ini adalah sikap mau

menerima dan sekaligus mengargai pendapat, atau posisi orang lain di sekitar kita.

Toleransi mengajarkan untuk bersikap tidak mudah merendahkan atau

menyepelekan keberadaan orang lain oleh karena kondisinya. Sikap toleransi


12

mengajak kita untuk berpikir secara utuh dan rendah hati, yakni menyadari bahwa

kita (setiap pribadi) hanyalah bagian kecil dari kesemestaan alam/kosmos. Atau,

dalam konteks kehidupan bermasyarakat, kita hanyalah satu titik/bagian dari

keutuhan. Namun kita dituntut untuk menjadi pelengkap dari kekurangan yang

ada

2. Nilai Keadilan

Keadilan senantiasa berkaitan dengan hak hidup, atau hak memperoleh

sesuatu yang bertalian dengan kepentingan pribadi. Dalam kehidupan bersama, di

mana berbagai kepentingan akan bertemu, dan tidak semua kepentingan itu

sejalan, tentu akan mengakibatkan terjadinya gesekan bahkan konflik-konflik

social. Dalam situasi semacam ini, batas-batas antara hak dan wewenang setiap

fihak harus ditetapkan secara jelas, tegas dan proporsional. Bahwa setiap wrga

Negara bebas menuntut haknya, namun pada saat yang sama iapun wajib

menghormati hak orang lain.

Adil/keadilan memiliki makna tidak memihak, tidak bersikap hidup

mengelompok dan tertutup (eksklusif). Sebaliknya berlaku adil menghendaki

sikap terbuka yang senantiasa mau menyediakan “ruang” bagi kehadiran orang

lain. Kebiasaan menyapa orang lain adalah bentuk nyata dari mewujudkan sikap

adil. Menyapa orang lain (siapa pun) pada hakikatnya adalah tindakan awal

membangun jaringan sosial yang akan menjadi kekuatan agar tidak mudah

dipecah belah dan diadu domba.

3. Nilai Gotong Royong


13

Gotong-royong,memiliki arti memikul beban bersama. Suatu kebiasaan

adat masyarakat yang dapat ditemui dalam kehidupan masyarakat disegenap

wilayah tanah air ini. Gotong-royong bertujuan meringankan beban sesamanya,

atau guna mewujudkan kepentingan bersama. Karena itu, bergotong royong

menunjukkan sikap peduli akan keprihatinan atau kekurangan orang lain, dan

dengansukarela membantu. Dalam bergotong royong perlu berbagi tugas sesui

kemampuan masing-masing, karena itu diperlukan sikap saling percaya.

Dewasa ini, kebiasaan bergotong royong semakin dikalahkan oleh

kepentingan-kepentingan yang lebih bersifat individualis dan materialis. Hal ini

menggambarkan semakin renggangnya hubungan social oleh karena sikap peduli

sesame yang makin menipis. Karena itu membiasakan berdialog dalam forum-

forum lintas etnik/agama adalah hal yang sangat bermanfaat.

4. Nilai Kerukunan

Salah satu nilai yang menciptakan kerukunan adalah kepercayaan.

Kepercayaan kepada diri dan orang lain akan member keyakinan bahwa dunia

akan menjadi lebih aman, damai, dan sentosa. Milikilah kepercayaan terhadap diri

sendiri dan orang lain tersebut. Apapun yang dikerjakan, di manapun

ditempatkan, percayalah bahwa Tuhan telah menempatkan di sanauntuk pekerjaan

itu, atau agama itu, atau suku itu, dan lain sebagainya. Kesemua itu merupakan

pendidikan. Setiap hari dalam setiap kegiatan, pikiran, dan ucapan harus

mendekati nilai-nilai kerukunan itu sendiri.


14

Kerukunan harus dilihat dengan cara disiplin rohani yang teratur.

Janganlah melibatkan diri dalam kebimbangan dan keraguan. Jalani disiplin itu

dan bersihkan kesadaran bahwa eksistensi orang, suku, dan agama lain adalah

utama. Apabila nilai kerukunan bersemayam di hati sanubari manusia, maka

ketentraman, kerukunan, dan kebahagian akan tercipta dengan sendirinya. Ada

gula dalam mangkuk tetapi air itu tetap terasa tawar, karena gula itu belum diaduk

baik-baik. Sadhana adalah proses mengaduk gula tersebut sehingga air yang

tadinya tawar akan terasa manis.

Nilai kerukunan lain adalah apresiasi terhadap orang, agama, atau suku

lain. Sikap mengecam adalah tidak baik, karena kecaman adalah cermin dari

kegelapan. Untuk mempraktekkan nilai kerukunan secara konkret,seseorang harus

mengikuti prosedur tertentu secara sungguhsungguh, teliti dan suci. Untuk

mewujudkan kerukunan, seseorang atau sekelompok orang harus menerima susah

payahnya usaha, derita, dan cobaan. Kalau idilakukan secara sungguh-sungguh,

kerukunan pasti akan dengan mudah diciptakan.Kerukunan adalah perjuangan,

perlombaan, dan pencapaian. Tak seorangpun dapat memperoleh buahnya tanpa

kesiagaan, ketekunan, dan keteguhan. Tidak ada jalan pintas untuk keberhasilan

yang terpuji, dan hanya perjuangan yang kukuh yang menjamin kerukunan

itu.Berbeda-beda yang didapat tanpa perjuangan tidak berharga untuk disukuri. Di

mana pengejaran kepuasan materi akan menjadi seperti madu pada permulaan,

tetapi akan menjadi racun pada akhirnya.

Nilai kerukunan yang lain lagi adalah kesempatan untuk menolong,

menghibur, dan menumbuhkan keberanian orang lain di sepamjamg jalan


15

spiritual.Jadilah orang yang rendah hati, jangan sombong akan kemakmuran,

kedudukan, kekuasaan, keterpelajaran dan lainsebagainya. Bertindaklah dengan

seluruh kemampuan, keterampilan, kemampuan, keberanian, dan kepercayaan

diri, maka kerukunan itu akan dengan mudah diciptakan. Dengan semuanya ini,

secara pelan kelepasan dari keterikatan yang menyesatkan akan dihindarkan.

Hanya dengan demikian, kerukunan akan dapat berdiri tegak tanpa membungkuk

di bawah beban yang berat.

Berbicara hanya bila diperlukan dan dianggap penting. Bila kaki

tergelincir,luka dapat disembuhkan, tetapi bila lidah tergelincir, luka

yangditimbulkan dalam hati orang lain akan bernanah seumur hidupnya. Lidah

bertanggung jawab atas empat kesalahan, yaitu: berbicara palsu, berkata jahat,

membicrakan kesalahan orang lain, dan kebanyakan bicara. Semua ini harus

dihindari bila ingin menciptakan kerukunan dan kedamaian. Bila kesal dan marah

pada seseorang, pergilah diam-diam minum air dingin segelas atau tidur samapai

kemarahan itu lewat. Kemarahan selama lima menit dapat merusak hubungan

lima generasi. Prinsip hidup rukun harus dapat diciptakan dengan cari disiplin

pada lima hal, yaitu:

W : maksudnya word, artinya jagalah kata-kata;

A : maksudnya action, artinya jagalah tindakan;

T : maksudnya thought artinya jagalah pikiran;

C : maksudnya character, artinya jagalah watak;

H : maksudnya heart, artinya jagalah hati.


16

Menjelma sebagai manusia itu adalah sungguh-sungguh utama, karena ia dapat

menolong dirinya dari keadaan sengsara dan berbahagialah menjelma sebagai

manusia (Kajeng,dkk, 2000:9).

Manusia dikarunai ingatan dan kelupaan sekaligus. Keduanya merupakan

kemampuan yang berguna. Dengan demikian, hendaknya senantiasa berterima

kasih kepada yang telah melayani. Hormati diri sendiri dan orang lain sebagai

orang yang selalu menunjukkan jalan, memperhatikan kemajuan, dan

kesejahteraanmu.

Dalam melaksanakan sdhana perlu menggiat seva (persembahan atau

pelayanan) yang merupakan bagian yang sangat penting dalam hubungan manusia

dengan Tuhan, manusia dengan sesame, dan manusia dengan alam serta mahluk

lainnya (Tri Hita Karana). Bila manusia dapat menselaraskan ke tiga hubungan

tersebut, maka manusia itu akan dapatmencapai tingkat spritualitas tinggi. Dalam

pencapaian keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, manusia sebagai mahluk

social membutuhkan manusia lainnya. Satu sama lainnya saling membutuhkan.

E. Pentingnya Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang

berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu Tantular.

Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia

terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya

namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan

bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama. Kata-kata

Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia
17

yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram

sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula

diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan IndonesiaSebagaimana

dijelaskan dimuka bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam

suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam

namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa

dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951,

17 Oktober diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam

Lembaran Negara No. II tahun 1951.Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun

bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang

memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka

ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan

suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut

bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman

itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan

makna persatuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam praktek tumbuh dan

berkembangnya persatuan suatu bangsa (nasionalisme) terdapat dua aspek

kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik (lahir), atau disebut juga

kekuasan material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan idealis (batin)

yang berupa nafsu psikis, ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan.

Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh kekuasaan pisik akan

tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya


18

proses nasionalisme (persatuan) yang dalam pertumbuhannya dikuasai oleh

kekuasaan idealis maka akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang ideal

yang jauh dari realitas bangsa dan negara. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia

prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat sebelah, namun justru merupakan

suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang bersifat lahir maupun

hal-hal yang bersifat batin. Prinsip tersebut adalah yang paling sesuai dengan

hakikat manusia yang bersifat monopluralis yang terkandung dalam Pancasila.Di

dalam perkembangan nasionalisme didunia terdapat berbagai macam teori antara

lain Hans Kohn yang menyatakan bahwa :“ Nasionalisme terbentuk ke persamaan

bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah negara dan kewarganegaraan “. Bangsa

tumbuh dan berkembang dari analisir-analisir akar-akar yang terbentuk melalui

jalannya sejarah. Dalam masalah ini bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam

suku bangsa yang memiliki adat-istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam

serta wilayah negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu kepulauan. Oleh

karena itu keadaan yang beraneka ragam itu bukanlah merupakan suatu perbedaan

yang saling bertentangan namun perbedaan itu justru merupakan daya penarik

kearah resultan sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu

kerjasama yang luhur yaitu persatuan dan kesatuan bangsa. Selain dari itu dalam

kenyataan objektif pertumbuhan nasionalisme Indonesia telah dibentuk dalam

perjalanan sejarah yang pokok yang berakar dalam adat-istiadat dan kebudayaan.

Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun dalam

kesatuan majemuk tunggal yaitu :a) Kesatuan sejarah; yaitu bangsa Indonesia

tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah. Kesatuan nasib; yaitu berda
19

dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang sama yaitu dalam

penderitaan penjajah dan kebahagiaan bersama.c) Kesatuan kebudayaan; yaitu

keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk kebudayaan

nasional.d) Kesatuan asas kerohanian; yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai

kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.Berdasarkan

prinsip-prinsip nasionalisme yang tersimpul dalam sila ketiga tersebut dapat

disimpulkan bahwa naionalisme (Persatuan Indonesia) pada masa perjuangan

pergerakan kemerdekaan Indonesia memiliki peranan historis yaitu mampu

mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi “ Persatuan

Indonesia “ sebagai jiwa dan semangat perjuangan kemerdekaan RI.D. Peran

Persatuan Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan IndonesiaMenurut

Muhammad Yamin bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa

dalam panggung politik Internasional melalui suatu proses sejarahnya sendiri

yang tidak sama dengan bangsa lain. Dalam proses terbentuknya persatuan

tersebut bangsa Indonesia menginginkan suatu bangsa yang benar-benar merdeka,

mandiribebas menentukan nasibnya sendiri tidak tergantung pada bangsa lain.

Menurutnya terwujudnya Persatuan Kebangsaan Indonesia itu berlangsung

melalui tiga fase. Pertama Zaman Kebangsaan Sriwijaya, kedua Zaman

Kebangsaan Majapahit, dan ketiga Zaman Kebangsaan Indonesia Merdeka (yang

diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945). Kebangsaan Indonesia pertama

dan kedua itu disebutnya sebagai nasionalisme lama, sedangkan fase ketiga

disebutnya sebagai nasionalisme Indonesia Modern, yaitu suatu Nationale Staat

atau Etat Nationale yaitu suatu negara Kebangsaan Indonesia Modern menurut
20

susunan kekeluargaan yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta

kemanusiaan.Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, pengertian “

Persatuan Indonesia “ adalah sebagai faktor kunci yaitu sebagai sumber semangat,

motivasi dan penggerak perjuangan Indonesia. Hal itu tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : “ Dan perjuangan

pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat

sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan

Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “.Cita-cita

untuk mencapai Indonesia merdeka dalam bentuk organisasi modern baik

berdasarkan agama Islam, paham kebangsaan ataupun sosialisme itu dipelopori

oleh berdirinya Serikat Dagang Islam (1990), Budi Utomo (1908), kemudian

Serikat Islam (1911), Muhammadiyah (1912),Indiche Partij (1911), Perhimpunan

Indonesia (1924), Partai Nasional Indonesia (1929), Partindo (1933) dan

sebagainya. Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali

tampak dalam bentuk federasi seluruh organisasi politik/ organisasi masyarakat

yang ada yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan

Indonesia (1927).Kebulatan tekad untuk mewujudkan “ Persatuan Indonesia “

kemudian tercermin dalam ikrar “ Sumpah Pemuda “ yang dipelopori oleh

pemuda perintis kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang

berbunyi: :

PERTAMA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu

Tanah Air Indonesia.

KEDUA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa
21

Indonesia.

KETIGA. Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa

Indonesia.

1. Kalau kita lihat, Sumpah Pemuda yang mengatakan Satu Nusa,

Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia maka ada tiga aspek

Persatuan Indonesia yaitu :

Aspek Satu Nusa : yaitu aspek wilayah, nusa berarti pulau, jadi

wilayah yang dilambangkan untuk disatukan adalah wilayah pulau-

pulau yang tadinya bernama Hindia Belanda yang saat itu dijajah

oleh Belanda. Ini untuk pertama kali secara tegas para pejuang

kemerdekaan meng-klaim wilyah yang akan dijadikan wilayah

Indonesia merdeka.

2. Aspek Satu Bangsa : yaitu nama baru dari suku-suku bangsa yang

berada da wilayah yang tadinya bernama Hindia Belanda yang

tadinya dijajh oleh Belanda memplokamirkan satu nama baru

sebagai Bangsa Indonesia. Ini adalah awal mula dari rasa

nasionalisme sebagai kesatuan bangsa yang berada di

wilayah sabang sampai Merauke.

3. Aspek Satu Bahasa : yaitu agar wilayah dan bangsa baru yang

bterdiri dari berbagai suku dan bahasa bisa berkomunikasi dengan

baik maka dipakailah sarana bahasa Indonesia yang ditarik dari

bahasa Melayu dengan pembaharuan yang bernuansakan

pergerakan kearah Indonesia yang Merdaka. Untuk pertama kali


22

para pejuang kemerdekaan memplokamirkan bahasa yang akan

dipakai negara Indonesia merdeka yaitu bahasa Indonesia.

Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itulah pangkal tumpuan

cita-cita menuju Indonesia merdeka. Memang diakui bahwa persatuan berkali-kali

mengalami gangguan dan kerenggangan. Perjuangan kemerdekaan antara partai

politik/ organisasi masyarakat pada waktu itu dangan segala strategi dan aksinya

baik yang kooperatif maupun non kooperatif terhadap pemerintahan Hindia

Belanda mengalami pasang naik federasi maupun fusi dalam gabungan politik

Indonesia (1939) dan fusi terakhir Majelis Rakyat Indonesia. Indonesia di jajah

BELANDA selama 350 tahun atau 3,5 Abad, maka untuk itu Indonesia memilih

semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang bertujuan untuk mempersatukan

bangsa Indonesia agar dapat mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi ini.Tetapi

semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada zaman sekarang sudah tidak berguna lagi

di masyarakat Indonesia, karena banyaknya tawuran antar Desa, Antara pelajar,

dan lain-lain sudah menjamur di seluruh pelosok Indonesia.

Jadi Pengorbanan masyarakat dulu sudah tidak berarti lagi di zaman

sekarang, pada zaman dahulu banya peristiwa heroik terjadi setelah ataupun

sebelum kemerdekaan, contoh saja peristiwa besar yang terjadi di kota

SURABAYA pertempuran antara arek-arek SURABAYA dan sekitarnya

melawan para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia, tetapi

dengan gagahnya pemuda-pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu.Semua

itu di lakukan agar para anak cucunya di masa depan agar bisa merasakan
23

kehidupan yang lebih baik dari mereka, maka untuk itu kita harus membangkitkan

rasa NASIONALISME kita terhadap bangsa ini, jangan cuma pada saat Malaysia

mengklaim sesuatu milik kita menjadi kepunyaan mereka, maka kita harus

menghargai jasa para pahlawan zaman dulu, karena tanpa jasanya kita tidak bisa

hidup nyaman seperti sekarang ini.

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai

dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai

antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku

bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia merupakan

negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah

memiliki adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara

yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga

Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya

sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.Bila hal tersebut

terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah kita

jaga bhineka tunggal ika dengan sebai-baiknya agar persatuan bangsa dan negara

Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini

memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita

dalam menyatukan wilayah republik Indonesia menjadi negara kesatuan.


25

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai bangsa besar haruslah menjaga, memahami, dan

mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan demi tetap tegak dan utuhnya

NKRI. Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan ini diharapkan dapat memupuk rasa,

paham, dan semangat kebangsaan saudara sekalian untuk menjadi manusia

berkarakter kebangsaan ke-Indonesia-an yang kuat. Implementasi Nilai-nilai

Kebangsaan tersebut bertujuan untuk mentransformasikan, menumbuhkan dan

melestarikan nilai-nilai kebangsaan kepada setiap komponen bangsa yang

bersumber dari Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

Diharapkan nilai-nilai kebangsaan tersebut dapat tercermin di dalam pemikiran,

sikap dan perilaku setiap Warga Negara Indonesia, untuk memahami pentingnya

mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Saran

Diharapkan melalui makalah ini kita sebagai warga Negara Indonesia

harus selalu mengimplementasikan Nilai-Nilai Kebangsaan yang bersumber dari

Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.


26

DAFTAR PUSTAKA

Prokomsetda, Admin. 2018.“PENTINGNYA SEMBOYAN BHINNEKA

TUNGGAL IKA”,

https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pentingnya-

semboyan-bhinneka-tunggal-ika-

73#:~:text=Bhineka%20Tunggal%20Ika%20merupakan%20semboyan,bangsa%2

Cagama%2Cbahasa%2Cadat.diakses pada 9 November 2021 pukul 08.00.

EKACAHYADI, NUGRAH. 2021. “Nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari

Bhineka Tunggal Ika”,https://id.scribd.com/document/493427527/NILAI-NILAI-

KEBANGSAAN-YANG-BERSUMBER-DARI-BHINNEKA-TUNGGAL-IKA,

diakses pada 9 November pukul 14.25.

Latra, I Wayan. 2018. “NILAI-NILAI BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM

KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA”,

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2252ff899a6ef8809e9244

650a77f853.pdf, diakses pada 9 November 2021 pukul 15.10.

Anda mungkin juga menyukai