Anda di halaman 1dari 37

VARIASI BAHASA DITINJAU DARI SEGI PENUTUR PADA

SANTRI DI PESANTREN NURUL AZIZAH BALONGJERUK

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Sosiolinguistik


Dosen Pengampu Dr. Heny Sulistyowati, M.Hum.

Kelompok 2

1. Sisca Mardiansyah (216004)


2. Richa Anggenia (216014)
3. Eva Agista Ragilita (216015)
4. Utsmaniyah Fitriyah (216028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

JOMBANG

TAHUN 2023
PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan anugrah-Nya, sehingga kami selaku mahasiswa Sekolah Tinggi
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia Jombang
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dapat menyelesaikan makalah ini
pada tanggal 3 April 2023. Makalah ini disusun berdasarkan riset pustaka yang
kami lakukan untuk mendapatkan hasil yang valid.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Heny
Sulistyowati, M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah teori belajar bahasa,
karena sudah membimbing kami. Dan kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini. Sehingga pembuatan atau penyusunan makalah ini dapat selesai tepat
waktu.

Adapun maksud dan tujuan pembuatan atau penyusunan makalah ini


adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah sosiolinguistik. Selain
itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik mungkin,
sehingga berdampak/menghasilkan sesuatu hal yang memuaskan dan sesuai
dengan keinginan.

Jombang, 03 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 6
2.1 Definisi Variasi Bahasa .......................................................................... 6
2.2 Bentuk Variasi Bahasa dari Segi Penutur................................................ 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 11
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ....................................................... 11
3.2 Sumber Data ......................................................................................... 12
3.3 Tahap Penelitian ................................................................................... 12
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 13
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 14
3.6 Keabsahan Data .................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 17
4.1 Data Narasumber .................................................................................. 17
4.2 Transkrip ............................................................................................... 18
4.3 Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 23
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 27
5.1 Simpulan ............................................................................................... 27
5.2 Saran ..................................................................................................... 27
DAFTAR REFRENSI ........................................................................................ 28
LAMPIRAN ........................................................................................................ 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Manusia


dapat melakukan interaksi antar sesama melalui bahasa, baik secara lisan maupun
tulis. Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2014:32) bahasa
merupakan sebuah simbol bunyi yang memiliki makna dalam interaksi antar
manusia guna untuk menyampaikan informasi. Artinya, bahasa selalu memiliki
makna tertentu untuk memberikan informasi kepada orang lain. Melalui berbagai
bentuk interaksi tersebut, bahasa akan terus berkembang pesat dan juga memiliki
banyak variasi.

Dalam bahasa yang ditutukan oleh masayrakat terdapat variasi di


dalamnya sehingga bahasa akan digunakan pada waktu dan kondisi yang tepat.
Menurut Chaer (2014) variasi bahasa dapat terjadi bukan karena penutur
melainkan dari interaksi pada saat berada di lingkup masyarakat. Artinya, variasi
bahasa adalah sebuah pola dalam bahasa yang memiliki faktor penyebab dari
penutur dengan keadaan yang beragam sehingga menghasilkan berbagai variasi
bahasa guna kelancaran dalam berinteraksi. Menurut Abdul Chaer dan Leoni
Agustina (2014:62), variasi bahasa dapat dilihat dengan berdasarkan empat jenis,
diantaranya adalah variasi bahasa dari segi penutur, variasi bahasa dari segi
pemakaian, variasi bahasa dari segi keformalan dan variasi bahasa dari segi
sarana.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini mengkaji variasi bahasa dari


segi penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk. Hal tersebut
dilakukan karena sebelumnya belum ada yang mengkaji mengenai variasi bahasa
dari segi penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk tersebut.
Pondok Pesantren Nurul Azizah yang terletak di desa Balongjeruk, Kecamatan
Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Indonesia ini dirintis sejak tahun 1930-
an oleh ulama Islam setempat bernama H. M. Sholeh. Pada tahun 1940-an
kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Azizah Balongjeruk diserahkan kepada

1
putra H. M. Sholeh, yaitu H. Nur Asnawi yang baru pulang dari berguru Agama
Islam di Mekah selama sebelas tahun. Di Bawah kendali H. Nur Asnawi pondok
ini dikembalikan pada ajaran Islam yang benar yaitu murni berdasarkan
Kitabillahi dan Sunah Nabi, Al Quran dan Al Hadist.

Semula system pengajaran H. Nur Asnawi mendapat tentangan dari


masyarakat sekitar, namun berkat kesabaran dan ketekunannya H. Nur Asnawi
pada tahun 1956 berhasil mendapatkan simpati dari 4 orang tokoh Muhamadiyah
di wilayah tersebut, yang akhirnya mengakui kebenaran ajaran H. Nur Asnawi.
Mereka adalah H. Kusni, H. Saiman, H. Ma'ruf dan H. Khulaifi. Keempat orang
tersebut akhirnya mau turut berjuang mengembangkan dan membesarkan Pondok
Pesantren Nurul Azizah Balungjeruk hingga akhir hayatnya.

Bahkan pada tahun 1960-an dua orang tokoh komunis setempat, Bpk.
Manijan dan Bpk. Sudirman, menyatakan masuk Islam dan memperdalam ilmu
agama di Pondok Pesantren Nurul Azizah Balungjeruk. Juga putra H. Kusni, H.
Kusmadi, yang semula aktif di organisasi Pemuda Muhammadiyah akhirnya
mengikuti jejak ayahnya hijrah ke Lembaga Dakwah Islam Indonesia pada tahun
1967. Sejak tahun 1975, H. Kusmadi hingga saat ini dipercaya memimpin Pondok
Pesantren Nurul Azizah Balungjeruk.

Pada tahun 1960-an Pondok Pesantren Balongjeruk tersebut diberi nama


Pondok Pesantren Nurul Azizah, mengambil nama istri H. Nur Asnawi yang setia
mendampingi perjuangan suaminya mengembangkan Quran hadist di daerahnya.
Pondok Pesantren Nurul Azizah mendidik siswa putra dan putri yang berasal dari
berbagai daerah. Ini lah yang menjadikan hal menarik untuk dikaji oleh peneliti
sebab pemakaian bahasa pada santri yang berasal dari berbagai macam daerah,
salah satunya dari daerah Madiun, Lamongan, Karawang, Tarakan, Tangerang dan
Bekasi.

Kota Madiun adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota
terbesar ke-4 di Jawa Timur setelah Surabaya, Malang dan Kediri. Di kota ini
terdapat Industri Kereta Api (INKA) yang merupakan pabrik pembuatan kereta
api terbesar se-Asia Tenggara dan memiliki sekolah tinggi perkeretaapian, yakni
salah satunya Politeknik Perkeretaan Indonesia. Kota Madiun mendapat julukan

2
sebagai “Kota Gadis”, “Kota Brem”, “Kota Pecel”, “Kota Sastra”, “Kota Pelajar”,
“Kota Kereta”, “Kota Budaya”, “Kota Industri”, “Kota Karismatik”, dan “Kota
Pendekar”. Bahasa Jawa Madiun dipergunakan di Kawasan Jawa Timur kadipaten
Mediyun atau yang sekarang kota Madiun, ciri utamanya yaitu dalam intonasi.
Orang Madiun sering memberi tekanan pada suku kata pertamanya.

Lamongan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timut, Indonesia.


Pusat pemerintahan Kabupaten Lamongan berada di Kecamatan Lamongan.
Kabupaten Lamongan dilintasi Jalan Nasional Jakarta-Surabaya, merupakan salah
satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbang
Kertosusila. Penggunaan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Lamongan yaitu
menggunakan bahasa Jawa. Masyarakat tutur Lamongan merupakan masyarakat
tutur yang disglostik. Masyarakat Lamongan mengenal adanya variasi bahasa
dalam satu bahasa Jawa.

Karawang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat,


Indonesia. Kota ini merupakan ibu kota Kabupaten Karawang, wilayah yang
termasuk dalam kota ini terdiri dari Karawang Barat, Karawang Timur,
Telukjambe Barat, dan Telukjambe Timur. Selain itu, penduduk kota Karawang
mayoritas menggunakan bahasa sunda sebagai alat komunikasi. Bahasa Sunda
adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa ini umumnya dituturkan oleh penduduk bersuku Sunda di
wilayah bagian barat pulau Jawa. Bahasa Sunda juga dituturkan oleh diaspora
Sunda di beberapa wilayah lain di Indonesia dan di luar Indonesia.

Tarakan adalah sebuah kota di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia dan


juga merupakan kota terbesar di Kalimantan Utara. Tarakan atau juga dikenal
sebagai Bumi Paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil. Semboyan dari Kota
Tarakan adalah Tarakan Kota “BAIS” (Bersih, Aman, Indah, Sehat dan
Sejahtera). Bahasa bugis merupakan bahasa yang sering di gunakan dalam
berkomunikasi, namun tidak jarang pula untuk orang tarakan pendatang yang
menggunakan bahasa Indonesia dengan idioleg bahasa bugis.

Tangerang adalah kota yang terletak di provinsi Banten, Indonesia. Kota


ini terletak tepat di sebelah barat kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

3
Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di
Kawasan Jabodetabek setelah Bekasi dan Depok. Masyarakat Kabupaten
Tangerang memiliki kultur budaya campuran Betawi dan Priangan. Masyarakat
Kabupaten Tangerang berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah. Ada juga bahasa Jawa yang merupakan bahasa
pendatang dari luar Kabupaten Tangerang yang umumnya para pekerja di
kawasan industri Kabupaten Tangerang.

Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Nama Bekasi berasal dari kata bagasasi yang artinya sama dengan
candrabaga yang tertulis di dalam Prasas Tuguti era Kerajaan Tarumanegara, yaitu
nama sungai yang melewati kota ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan


masalah yang diperoleh adalah bagaimana variasi bahasa ditinjau dari segi
penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka


tujuan penulisan yang disusun adalah mendeskripsikan variasi bahasa ditinjau dari
segi penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk.

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka penulisan ini


diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan


mengenai variasi bahasa yang ditinjau dari segi penutur pada santri di
pesantren Nurul Azizah Balongjeruk, serta diharapkan sebagai sarana
wawasan pengembangan ilmu pengetahuan.

4
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat


untuk penulis dalam mengembangkan variasi bahasa yang ditinjau dari segi
penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk.

b. Bagi Pembaca

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan


dalam menerapkan variasi bahasa ditinjau dari segi penutur pada santri di
pesantren Nurul Azizah Balongjeruk.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Variasi Bahasa

Bahasa Indonesia tidak hanya dipakai oleh kaum terpelajar. Bahasa


Indonesia juga dipakai oleh kalangan yang tidak terpelajar. Bahasa Indonesia
tidak hanya dipakai oleh para penguasa atau pejabat, tetapi dipakai juga oleh
masyarakat. Itulah sebabnya, mengapa muncul variasi atau ragam bahasa
Indonesia (Suyanto (2011:32). Variasi bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara kawan bicara dan orang yang dibicarakan serta menurut medium
pembicaraan (KBBI. 2003:920). Sebuah bahasa yang mempunyai sistem dan
subsistem yang dipahami sama oleh penutur bahasa tersebut (BANGUN, D. N.
(2021)).

Menurut Chaer dan Agus Tina (2018:61) dalam BANGUN, D. N. (2021)


bahasa sebagai langue mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh
semua penutur bahasa itu sendiri, tetapi karena penutur bahasa tersebut meski
berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang
homogen atau sama maka wujud bahasa yang kongkrit menjadi tidak seragam.
Keragaman ini terjadi bukan hanya karena para penuturnya yang tidak homogen,
tetapi juga karena interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Keragaman ini akan semakin bertambah jika pemakaian bahasa tersebut
digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang luas.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan
berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh
karena itu, latar belakang dan lingkungan yang tidak sama maka bahasa yang
mereka gunakan bervariasi, diantara variasi yang satu dengan yang lain sering kali
mempunyai perbedaan yang besar.

Menurut Kridalaksana (2009:206) dalam BANGUN, D. N. (2021) Variasi


bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang

6
dibicarakan, dan menurut medium pembicara. Berdasarkan beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan variasi bahasa adalah suatu bentuk atau ragam bahasa
yang terjadi karena adanya interaksi sosial manusia yang berbeda didalam
lingkungannya dalam hal pemakaian atau penggunaan bahasa di dalam
masyarakat itu sendiri.

Chaer dan Leonie dalam Setiawati, R. D. (2019) menyatakan bahwa


terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh
para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial
yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau
menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu. Keragaman ini akan semakin
bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak,
serta dalam wilayah yang sangat luas. (2010 : 61) Dalam hal ini variasi bahasa
dibagi menjadi dua pandangan. Pertama, variasi bahasa dilihat sebagai akibat dari
adanya keragaman sosial penutur bahasa serta keragaman dari fungsi bahasa itu
sendiri. Jadi variasi bahasa terjadi karena akibat dari adanya keragaman sosial dan
keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam berkomunikasi pada kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini biasa saja diterima ataupun ditolak.
Yang pasti, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya
keragaman sosial dan fungsi kegiatan di masyarakat sosial.

2.2 Bentuk Variasi Bahasa dari Segi Penutur

Menurut Chaer dan Agus Tina (2018:62-68) dalam BANGUN, D. N.


(2021) Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat
individual dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatife
sama yang berada pada satu tempat atau area yang sama. Variasi bahasa dari segi
penutur terbagi menjadi empat bagian sebagai berikut.

1.) Idiolek adalah ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam idiolek ini
berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat.
Namun yang paling dominan adalah warna suara, sehingga jika tidak cukup
akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa

7
melihat orangnya, kita dapat mengenalinya. Mengenali idiolek seseorang dari
bicaranya memang lebih mudah daripada melalui karya tulis.

Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perorangan. Dilihat dari


konsepnya idiolek, setiap orang dianggap memiliki variasi bahasanya atau
idioleknya masing-masing. Variasi dari segi idiolek ini berkenaan dengan
warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat. Namun dari semua
itu yang paling dominan dalam idiolek adalah “warna suara”. Sehingga bisa
mengenal dengan baik seseorang, hanya dengan suara bicaranya tanpa
melihat orangnya, kita sudah dapat mengenalinya. Dalam mengenali idiolek
seseorang lebih mudah dari bicaranya daripada dari karya tulisnya (Setiawati,
R. D. (2019)).

2.) Dialek adalah ragam bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif,
yang berada pada suatu tempat, wilayah tempat atau area tertentu. Karena
dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka
dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Para
penutur dalam suatu dialek meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-
masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai dialeknya.Dialek memiliki
ciri-ciri yaitu dialek adalah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-
beda yang memiliki ciri-ciri umum masing-masing lebih mirip sesamanya
dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa lain dan dari bahasa yang
sama dan ciri yang lainnya merupakan dialek tidak harus mengambil seluruh
bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Para penutur dalam suatu dialek meskipun
mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang
yang menandai dialeknya juga.

Ada lima macam perbedaan yang terdapat pada dialek yakni:

a.) Perbedaan fonetik, polimorfisme atau alofonik. Perbedaan ini berada di


bidang fonologi, dan biasanya si penutur dialek yang bersangkutan tidak
menyadari adanya perbedaan tersebut
b.) Perbedaan semantic.

8
c.) Perbedaan anomasiologis yang menunjukan nama yang berbeda
berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang
berbeda.
d.) Perbedaan semasiologis, yaitu pemberian nama yang sama untuk
beberapa konsep yang berbeda.
e.) Perbedaan morfologi

3.) Kornolek adalah variasi bahasa yang memiliki kata lain temporal, yakni
variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya,
variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa yang
digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini.
Variasi bahasa pada ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal,
ejaan, morfologi, maupun sintaksis. Disamping itu di dalam bahasa ada
berbagai variasi bahasa variasi bahasa dari segi penutur. Salah satunya
kronolek atau dialek temporal.

4.) Sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan
kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi bahasa
ini banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk
membicarakannya, karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para
penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,
keadaan sosial ekonomi dan sebagainya. Berdasarkan usia dapat dilihat
perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang
dewasa, dan orang yang tergolong lansia (lanjut usia). Perbedaan variasi
bahasa di sini bukanlah yang berkenaan dengan isisnya, isi pembicaraan
melainkan perbedaan dalam bidang morfologi, sintaksis dan juga kosa
katanya.

Variasi bahasa sosiolek dibagi menjadi sebagai berikut:

a.) Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu variasi bahasa yang digunakan
tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan
variasi remaja atau orang dewasa.

9
b.) Variasi bahasa berdasarkan terkait dengan tingkat pendididkan si
pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan
sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus
sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya
dengan mahasiswa atau para sarjana.
c.) Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait
dengan jenis kelamin dalam hal pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda dengan variasi bahasa
yang digunakan oleh bapak-bapak.
d.) Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait
dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut.
Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh guru, dokter, dan lain
sebagian tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
e.) Varisi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi yang
terkait dengan tingkat dan kedudukan kebangsawanan atau raja-raja
dalam masyarakat. Misalnya adanya perbedaan variasi bahasa yang
digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam
bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa,
sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
f.) Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi
bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi berdasarkan tingkat
kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai
warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya,
seorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai
variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat
ekonomi lemah.

10
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6).

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi


menggunakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen
yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis (Sugiyono, 2006:207).

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,


wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena
beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode
ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2007:10).

Penganalisaan dengan metode tersebut dapat mendeskripsikan data secara


rinci. Pemilihan jenis penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan manfaat pada
penelitian yaitu dapat menjadi sarana yang bermanfaat untuk penulis dalam
mengembangkan variasi bahasa yang ditinjau dari segi penutur pada santri di
pesantren Nurul Azizah Balongjeruk bagi penulis serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan dalam penerapannya bagi pembaca.

Penelitian ini mengkaji mengenai variasi bahasa yang digunakan santri


antar daerah di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk dalam berkomunikasi.
Pengerjaan penelitian ini akan bergantung pada video hasil observasi peneliti
sekaligus selaku instrumen penghimpun data. Penelitian ini menghimpun data
yang wujudnya hasil transkrip dialog pada video hasil observasi peneliti, baik

11
yang bentuknya hanya potongan percakapan maupun keseluruhan dari suatu
percakapan baik dalam bentuk kata ataupun kalimat.

3.2 Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam


penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang
yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data
utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,
pengambilan foto, atau film (Moleong, 2007:157).

Data yang digunakan sebagai pengumpulan bahan pada penelitian ini


adalah dari hasil observasi yang direkam kemudian ditranskripkan sehingga
menjadi dialog para santri antar daerah yang mengandung variasi bahasa yang
ditinjau dari segi penutur oleh santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk.

3.3 Tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, bentuk semua teknik pengumpulan data dan


kualitas pelaksanaan, serta hasilnya sangat tergantung pada penelitinya sebagai
alat pengumpulan data utamanya. Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat
penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan selalu yang bersifat
terbuka dengan kelenturan yang luas, seperti misalnya observasi berperan, dan
bila diperlukan data awal yang bersifat umum, bisa juga menggunakan kuesioner
terbuka (Sutopo, 2006:45).

Penelitian ini, sebagai subjek penelitiannya adalah peneliti yang berperan


sebagai alat dan subjek penelitian. Peneliti berperan untuk mengumpulkan dan
mengolah data yang selanjutnya data-data yang dikumpulkan dibuat laporan. Hal
ini peneliti lakukan agar perolehan data dan informasi lebih valid atau validitas
pengumpulan data dan informasi lebih akurat.

Penelitian ini diawali dengan mensurvei tempat yang berkaitan dengan


penelitian yang akan dilaksanakan. Hasil dari survei tempat ini selanjutnya akan
dijadikan pengambilan video yang dilakukan dengan disertai dasar teori yang
dapat mendukung penelitian.

12
Merekam, menyimak dan mencatat masalah yang ada merupakan aktivitas
yang juga dilakukan dalam tahap ini. Topik pembahasan dalam rekaman video
adalah jajanan ringan yang sering dituju para santri di pesantren Nurul Azizah
Balongjeruk. Hasil rekaman tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah
variasi bahasa yang ditinjau dari segi penutur pada santri di pesantren Nurul
Azizah Balongjeruk.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar.
Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Sutopo,
2006:75).

Goetz & LeCompte (1984) berbagai strategi pengumpulan data dalam


penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis cara,
yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan
noninteraktif. Data interaktif berarti ada kemungkinan terjadi saling
mempengaruhi antara peneliti dengan sumber datanya. Teknik noninteraktif sama
sekali tak ada pengaruh antara peneliti dengan sumber datanya, karena sumber
data berupa benda, atau sumber datanya manusia atau yang lainnya (Sutopo,
2006:66).

Pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat interaktif tidak secara


langsung, penelitian ini menggunakan hasil observasi yang dilakukan dengan
pengamatan dan pengukuran terhadap sistem aktual secara nyata dan menyeluruh
oleh sesama sumber data lainnya bukan langsung dengan peneliti. Peneliti
memilih menggunakan alat rekam dengan metode simak dan teknik mencatat
sebagai hasilobservasi. Penyediaan data dilakukan dengan metode simak dan
merekam objek observasi tersebut pada hari Rabu tanggal 22 Maret 2023 di
pesantren Nurul Azizah Balongjeruk tepatnya pukul 10:38-11.00 waktu Indonesia
bagian Barat, mulai dari mempersiapkan penampilan narasumber, perombakan
dalam menata tempat yang akan dijadikan pengambilan video, pemasangan
kamera, hingga pengaturan pencahayaan kamera agar objek terlihat jelas dalam
kamera. Adapun durasi keseluruhan video yaitu selama lima menit lebih tiga

13
puluh tiga detik. Metode tersebut dilakukan dengan merekam perbincangan santri
antar daerah kemudian memahami video hasil observasi tersebut, dan setelah itu
dianalisis secara teliti. Tak hanya itu, untuk menunjang metode simak digunakan
teknik catat. Teknik tersebut bertujuan agar dapat mempermudah peneliti dalam
menganalisis data. Penelitian ini dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Rabu, 22 Maret 2023

Pukul : 09.30

Lokasi : Balongjeruk

Durasi : 05:33

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan sebelum peneliti


terjun ke lapangan, selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan, sampai
dengan pelaporan hasil penelitian. Analisis data dimulai sejak peneliti
menentukan fokus penelitian sampai dengan pembuatan laporan penelitian selesai.
Jadi teknik analisis data dilaksanakan sejak merencanakan penelitian sampai
penelitian selesai.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu
mengumpulan data, mengelola data dan menyimpulkan data. Adapun
penjelasannya secara menyeluruh sebagai berikut:

 Mengumpulkan Data
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara merekam dan
menyimak serta mencatat hasil transkrip video yang dianggap dalam bentuk
variasi bahasa dari segi penutur.
 Mengelola data
Pada tahap ini, peneliti mengelola data yang sudah ditemukan. Kemudian,
pada setiap data akan diberi warna untuk mempermudah penganalisaan data.
setelahnya dianalisis dengan mengaitkan data pada teori.
Berikut warna yang digunakan:
- Risti : Biru

14
- Wella : Merah muda
- Harum : Merah
- Laras : Kuning
- Luluk : Ungu
- Mira : Hijau
 Menyimpulkan Data
Pada tahap ini, peneliti akan menyimpulkan data yang telah dikelola secara
rinci agar memudahkan pembaca dalam memahami isi pada variasi bahasa
yang ditinjau dari segi penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah
Balongjeruk.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Narasumber


1. Nama : Rindi Ayu Agustin
Asal : Probolinggo
Gander : Perempuan
Status : Santri
2. Nama : Risti
Asal : Tarakan
Gander : Perempuan
Status : Santri
3. Nama : Wella Rizki
Asal : Madiun
Gander : Perempuan
Status : Santri
4. Nama : Harum Kemuning
Asal : Tangerang
Gander : Perempuan
Status : Santri
5. Nama : Laras Nur Azizah
Asal : Lamongan
Gander : Perempuan
Status : Santri
6. Nama : Luluk Auliya Wulandari
Asal : Bekasi
Gander : Perempuan
Status : Santri
7. Nama : Namira Nida Syaffa
Asal : Karawang
Gander : Perempuan
Status : Santri

16
4.2 Transkrip

Harum (Tangerang) : “Risti mana Risti? Dari tadi tak ada muncul-muncul dia?”
Harum (Tangerang) : “Ey, dari mana saja kau ini?”
Risti (Tarakan) : “Biasalah, habis dari pak Sholeh.”
Harum (Tangerang) : “Pak sholeh mana kau?”
Risti (Tarakan) : “Gama satu.”
Harum (Tangerang) : “Ngapain kau di sana?”
Risti (Tarakan) : “Cuci-cuci mata.”
Harum (Tangerang) : “Mau cuci mata? Dengan siapa kau?”
Risti (Tarakan) : “Sendirilah.”
Harum (Tangerang) : “Kau tidak ajak aku ta?”
Risti (Tarakan) : “Siapa juga yang mau ajak ko?”
Harum (Tangerang) : “Ey aku mau ikute, aku ogah ada di sini.”
Laras (Lamongan) : “Heh, gak usah takon-takon neh.”
Harum (Tangerang) : “Apa itu takon-takon? Saya tidak paham dengan bahasa
kau yang itu.”
Luluk (Bekasi) : “Lo kebanyakan nanya itu artinya.”
Harum (Tangerang) : “Memang aku kepo. Kenapa memangnya?”
Harum (Tangerang) : “Mira mana Mira? Ikutan mejeng dia kayaknya, Mira
Mira.”
Luluk (Bekasi) : “Nih, baru dateng nih.”
Mira (Karawang) : “Nyaho teu si guys?”
Harum (Tangerang) : “Dateng-dateng langsung ngajak gibah kau ini.”
Mira (Karawang) : “Nyaho teu si, urang nemuin pentol anyar.”
Luluk (Bekasi) : “Apaan tuh?”
Harum (Tangerang) : “Apaan?”
Risti (Tarakan) : “Apa sih?”
Mira (Karawang) : “Namanya pentol pak Sri ngeunah pisan ceunah mah.”

17
Harum (Tangerang) : “Ey, kalau kau bicara dengan bahasa yang banar lah, sa
tidak paham yang kau bicarakan itu apa.”
Mira (Karawang) : “Lah, aku teh bicara teh senyunyur-nyunyurnya,
sebenar-benarnya gitu ya.”
Harum (Tangerang) : “Ngomong apa kau ini dari tadi?”
Mira (Karawang) : “Aya pentol anyar di ditu tah di eta di deket masjid
Antiq.”
Harum (Tangerang) : “Di mana?”
Mira (Karawang) : “Di deket masjid Antiq.”
Harum (Tangerang) : “Pentol apa namanya?”
Mira (Karawang) : “Di harepeun, di harepeun masjid Antiq pas eta teh.”
Harum (Tangerang) : “Biar saya tanya, pentol apa namanya?”
Mira (Karawang) : “Pentol pak Sri.”
Harum (Tangerang) : “Pentol pak Sri?”
Mira (Karawang) : “Iya.”
Harum (Tangerang) : “Nampak tak jelas itu namanya, pak Sri.”
Mira (Karawang) : “Emang gitu namanya pentol pak Sri.”
Wella (Madiun) : “Jinjja?”
Harum (Tangerang) : “Berapaan?”
Mira (Karawang) : “Murah pisan, murah pisan eta mah.”
Risti (Tarakan) : “Bote bote, lebih enakan pentol bu Jamil dari pada pentol
pak Sri.”
Harum (Tangerang) : “Nah, bu Jamil selalu di hati.”
Mira (Karawang) : “Lah, nya kan eta mah, nya kan eta mah, coba kita
nyoba nu anyar, nyona nu…”
Harum (Tangerang) : “Kau tau dari mana itu pentol pak Sri? Kau dengar atau
kau sudah cobain?”
Indi (Probolinggo) : “Udah lah”
Mira (Karawang) : “Sudah lah nu tadi ya? Ulah bohong.”
Risti (Tarakan) : “Halah, bote bote.”

18
Indi (Probolinggo) : “Iya salah, eh bener enak.”
Risti (Tarakan) : “Halah, bote bote.”
Mira (Karawang) : “Geus nyoba, cobaakeun euh ngeunah pisan dua rebu
dapet loba.”
Luluk (Bekasi) : “Ih kok murah banget ya?”
Harum (Tangerang) : “Itu lobanya, loba asli atau loba pilokan?”
Mira (Karawang) : “Lah, eta nya aya tahu isina teh, aya pentol.”
Indi (Probolinggo) : “Ada kerupuknya.”
Mira (Karawang) : “Iya aya kerupuk euh ngeunah, cobakeun ayeuna mah
hayu urang anter.”
Luluk (Bekasi) : “Mbak Mira, lo mau biliin gue?”
Harum (Tangerang) : “Gak ada duit aku, kau mau bayarin aku?”
Mira (Karawang) : “Nya embung urang mah gak ada duit, maneh weh duit
maneh weh.”
Harum (Tangerang) : “Duit ku habis.”
Mira (Karawang) : “Nya uwis, ngambil weh di admin.”
Harum (Tangerang) : “Pak Basit yang jaga, aku males kalau dia yang jaga.”
Mira (Karawang) : “Nya dialungkeun weh, eta tah diperangkeun.”
Harum (Tangerang) : “Kau maju dulu.”
Mira (Karawang) : “Perang pak Basit, perang.”
Harum (Tangerang) : “Tidak mau perang dengan bapak-bapak, kalau diwayuh
gimana?”
Mira (Karawang) : “Nya diwayuh mah diwayuh weh.”
Harum (Tangerang) : “Kau mau ta jadi istri ke dua?”
Mira (Karawang) : “Nya embung urang mah.”
Harum (Tangerang) : “Ya uwes aku juga gak mau.”
Mira (Karawang) : “Nya geus ayo pulang weh beli pentol pak Basit, eh pak
Sri.”
Harum (Tangerang) : “Kalau bicara tuh pakai bahasa yang benar, sa tidak
paham yang kau bicarakan itu apa?”

19
Indi (Probolinggo) : “Udah gak usah marah-marah.”
Risti (Tarakan) : “Ges tau ndak ges?”
Luluk (Bekasi) : “Apa tuh?”
Harum (Tangerang) : “Apa?”
Risti (Tarakan) : “Ada info baru ges?”
Luluk (Bekasi) : “Apa?”
Risti (Tarakan) : “Tau ndak? Ada pamong gedung tiga sok-sokan banget,
ya Allah kalau jalan.”
Harum (Tangerang) : “Kenapa?”
Mira (Karawang) : “Iya cuy.”
Harum (Tangerang) : “Kenapa?”
Mira (Karawang) : “Teu wadul urang mah, eta teh urang teh keur nyokot
kartu.”
Harum (Tangerang) : “Ey, kau bicara apa sih?”
Laras (Lamongan) : “Iya ih.”
Risti (Tarakan) : “Pelan-pelan ba, pelan-pelan ba, pelan-pelan aja.”
Harum (Tangerang) : “Kita gak ngerti yang kau bicarakan apa tadi.”
Wella (Madiun) : “Lanjot-lanjot, lanjot Risti terusno.”
Risti (Tarakan) : “Sebentar ba.”
Mira (Karawang) : “Selow ih.”
Harum (Tangerang) : “Lanjut yang kau bicarakan.”
Risti (Tarakan) : “Sudah, tunggu ya?”
Harum (Tangerang) : “Sudah biarkan saja”
Risti (Tarakan) : “Dia tuh kalau jalan suka maju-majuin dadanya, apaan sih
jijik banget. Kayak apa sih, celeda sok cantik banget,
celeda.”
Harum (Tangerang) : “Emang orangnya gini?”
Risti (Tarakan) : “Sama aja gincu, sama celedanya tuh kalau mau di pak
Sholeh”

20
Harum (Tangerang) : “Iya? Ih cabe sekali dia tuh memang. Eh kau tau mas
siaga di sana yang lagi jaga?”
Risti (Tarakan) : “Siapa ba?”
Harum (Tangerang) : “Yang suka jalan malam pake pantofel sepatunya.”
Risti (Tarakan) : “Pakai pentol?”
Harum (Tangerang) : “Pantofel. Pentol saja pikiran kau ini, kau lapar atau
tidak?”
Risti (Tarakan) : “Laper banget.”
Harum (Tangerang) : “Minta Mira belikan.”
Luluk (Bekasi) : “Iya, lo kan banyak duit.”
Harum (Tangerang) : “Katanya kau berduit.”
Mira (Karawang) : “Embung.”
Harum (Tangerang) : “Yang habis dari admin ini loh, baru-baru dari admin.”
Luluk (Bekasi) : “Kayaknya duit gue udah habis deh.”
Risti (Tarakan) : “Makanya ambil sedikit-sedikit, sudah habis kapok.”
Mira (Karawang) : “Naon si teh ngomong naon? Aing teu nyaho sia
ngomong naon.”
Harum (Tangerang) : “Kalau bicara tuh yang benar kau, diajar kan kau dari
orang-orang guru.”
Indi (Probolinggo) : “Loh, mbak wella mana?”
Risti (Tarakan) : “Kemana ba dia? Tadi masih di sini si wella.”
Harum (Tangerang) : “Tasnya loh tadi ada di sini.”
Luluk (Bekasi) : “Wah minggat tanpa izin.”
Harum (Tangerang) : “Oh, coba lihat jam berapa sekarang?”
Laras (Lamongan) : “Sebelas.”
Harum (Tangerang) : “Oh, sudah selesai istirahatnya, pantesan.”
Risti (Tarakan) : “Sudah jam sebelas ya ges? Aku keluar duluan ya?”
Laras (Lamongan) : “Iya.”
Harum (Tangerang) : “Aku juga.”

21
Laras (Lamongan) : “Gak usah.”
Risti (Tarakan) : “Ih tunda dulu tunda dulu, biar gak ketahuan sama si
gurunya.”
Laras (Lamongan) : “Iya.”
Luluk (Bekasi) : “Iya dua-dua.”
Harum (Tangerang) : “Oh, iya caranya gitu ya? Ya sudah kau duluan.”
Risti (Tarakan) : “Habis itu ko susul nanti. Duluan ya ges?”
Luluk (Bekasi) : “Nanti keluar dua lagi.”
Laras (Lamongan) : “Aku habis ini, habis ini.”
Harum (Tangerang) : “Aku habis mu ya? Eh kita berdua aja ya, Mir?”
Mira (Karawang) : “Ya udah ayo.”
Laras (Lamongan) : “Eh, bentar lah.”
Harum (Tangerang) : “Sabar dulu lah, nanti kita ketahuan gimana? Ey
memang.”
Luluk (Bekasi) : “Lo tunggu bentar.”
Harum (Tangerang) : “Eh sudah yuk, saya duluan, ya? Nanti kau.
Assalamu’alaikum?”
Mira (Karawang) : “Heula nya, urang heula.”
Luluk (Bekasi) : “Wa’alaikum salam.”
Laras (Lamongan) : “Kita berdua?”
Luluk (Bekasi) : “Kayaknya udah deh, udah yuk cepetan. Aduh mereka
ningalin kita-kita.”

4.3 Hasil

Dalam video hasil observasi dari variasi bahasa dari segi penutur pada
santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk memiliki latar belakang penutur
yang sangat beragam. Berdasarkan dari setiap penuturannya akan memiliki variasi
bahasa yang berkaitan dengan idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Berikut
adalah hasil analisis dari video hasil observasi dari variasi bahasa dari segi
penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk.

22
Tabel 1. Kosa Kata Dialek Tarakan
No Warna Kosa Kata Terjemahan Bahasa Keterangan
Data Dialek Indonesia
1 Biru Ko
2 bote bote
3 Ges
4 ndak ges
5 Info
6 Ndak
7 Ba
8 celeda
9 gincu
10 celedanya

Tabel 2. Kosa Kata Dialek Madiun


No Warna Kosa Kata Terjemahan Bahasa Keterangan
Data Dialek Indonesia
1 Merah jinjja
muda
lanjot-lanjot
lanjot
terusno

Tabel 3. Kosa Kata Dialek Tangerang


No Warna Kosa Kata Terjemahan Bahasa Keterangan
Data Dialek Indonesia
1 Merah tak
2 Ey
3 kau
4 ogah
5 takon-takon

23
6 kepo
7 mejeng
8 gibah kau
9 Sa
10 tak
11 lobanya
12 loba
13 loba pilokan
14 diwayuh
15 uwes
16 cabe

Tabel 4. Kosa Kata Dialek Lamongan


No Warna Kosa Kata Terjemahan Bahasa Keterangan
Dialek Indonesia
Data
1 Kuning gak usah takon-
takon neh
2 gak usah

Tabel 5. Kosa Kata Dialek Bekasi


No Warna Kosa Kata Terjemahan Bahasa Keterangan
Data Dialek Indonesia
1 Ungu Lo
2 dateng
3 gue
4 minggat

Tabel 6. Kosa Kata Dialek Karawang


No Warna Kosa Kata Terjemahan Bahasa Keterangan
Data Dialek Indonesia

24
1 Hijau nyaho teu si guys
2 urang
3 anyar
4 ngeunah pisan
ceunah mah
5 teh
6 teh senyunyur-
nyunyurnya
7 aya
8 anyar di ditu tah
di eta
9 harepeun
10 pas eta teh
11 pisan
12 pisan eta mah
13 nya kan eta mah
14 nu anyar
15 nyona nu
16 Nu
17 ulah bohong
18 geus
19 cobaakeun euh
ngeunah pisan dua
rebu dapet loba
20 eta nya aya tahu
isina teh
21 aya kerupuk euh
ngeunah
22 cobakeun ayeuna
mah hayu urang
anter

25
23 nya embung urang
mah
24 maneh weh duit
maneh weh
25 Nya uwis
26 weh
27 nya dialungkeun
weh
28 eta tah
diperangkeun
29 nya diwayuh mah
diwayuh weh
30 nya embung urang
mah
31 nya geus
32 cuy
33 teu wadul urang
mah
34 eta teh urang teh
keur nyokot kartu
35 selow
36 embung
37 naon si teh
ngomong naon
38 aing teu nyaho sia
ngomong naon
39 heula nya
40 urang heula

4.4 Pembahasan

Dalam video hasil observasi dari variasi bahasa dari segi penutur pada
santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk memiliki latar belakang penutur

26
yang sangat beragam. Berdasarkan dari setiap penuturannya akan memiliki variasi
bahasa yang berkaitan dengan idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Berikut
adalah pembahasan hasil analisis dari video hasil observasi dari variasi bahasa
dari segi penutur pada santri di pesantren Nurul Azizah Balongjeruk.

1. Idiolek

Harum : “Ey, dari mana saja kau ini?”


Risti : “Biasalah, habis dari pak Sholeh.”
Harum : “Pak sholeh mana kau?”
Risti : “Gama satu.”
Harum : “Ngapain kau di sana?”
Risti : “Cuci-cuci mata.”
Harum : “Mau cuci mata? Dengan siapa kau?”
Risti : “Sendirilah.”
Harum : “Kau tidak ajak aku ta?”
Risti : “Siapa juga yang mau ajak ko?”
Sebagaimana dialog Harum dan Risti terdapat dialog yang dituturkan
oleh tokoh Risti. Pada data tersebut, terdapat kata yang dicetak tebal yaitu
“ko” menjadi kata khas yang dituturkan oleh Risti untuk mengganti kata
kamu. Jika dikaitkan dengan variasi bahasa idiolek, hal tersebut termasuk
idiolek berdasarkan pemilihan kata. Risti lebih menggunakan kata “ko” untuk
mengganti kata “kamu”.
2. Dialek

Mira : “Nyaho teu si guys?”


Harum : “Dateng-dateng langsung ngajak gibah kau ini.”
Mira : “Nyaho teu si, urang nemuin pentol anyar.”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan jenis Bahasa Sunda dengan
dialek tepatnya di daerah Karawang. Penggunaan kosakata “nyaho teu si”
dan “urang” dalam data di atas memiliki arti dalam Bahasa Indonesia “Tau
gak sih” dan “saya”.

27
Laras : “Heh, gak usah takon-takon neh.”
Harum : “Apa itu takon-takon? Saya tidak paham dengan bahasa
kau
yang itu.”
Luluk : “Lo kebanyakan nanya itu artinya.”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan jenis Bahasa Jawa dengan
dialek tepatnya di daerah Lamongan. Penggunaan kosakata “takon-takon”
dalam data di atas memiliki arti dalam Bahasa Indonesia “tanya-tanya”.

Risti : “Siapa juga yang mau ajak kau?”


Harum : “Ey aku mau ikute, aku ogah ada di sini.”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan jenis Bahasa Jawa dengan
dialek tepatnya di daerah Tangerang. Penggunaan kosakata “ogah” dalam
data di atas memiliki arti dalam Bahasa Indonesia “tidak mau”.
3. Kronolek

Luluk : “Lo kebanyakan nanya itu artinya.”


Harum : “Memang aku kepo. Kenapa memangnya?”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan ada kosakata yang
mengandung variasi bahasa kronolek. Kosakata tersebut adalah kata “kepo”.
Kata “kepo” berasal dari bahasa Inggris yaitu Knowing Every Particular
Object. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia “mengetahui setiap objek
tertentu”.

Risti : “Ges tau ndak ges?”


Luluk : “Apa tuh?”
Harum : “Apa?”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan ada kosakata yang
mengandung variasi bahasa kronolek. Kosakata tersebut adalah kata “ges”.
Kata berasal dari bahasa Inggris yaitu “guys”. Jika diartikan dalam bahasa
Indonesia “teman-teman”.

Harum : “Kenapa?”

28
Mira : “Iya cuy.”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan ada kosakata yang
mengandung variasi bahasa kronolek. Kosakata tersebut adalah kata “cuy”.
Kata berasal dari bahasa gaul atau bahasa ABG dari ragam bahasa Indonesia
non standar yang lazim digunakan oleh anak muda. Jika diartikan dalam
bahasa Indonesia “kawan”.

Risti : “Sebentar ba.”


Mira : “Selow ih.”
Harum : “Lanjut yang kau bicarakan.”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan ada kosakata yang
mengandung variasi bahasa kronolek. Kosakata tersebut adalah kata “selow”.
Kata berasal dari kosakata slang dan tidak baku dalam bahasa Inggris yang
memiliki kata lain chill. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia “santai”
(santai dalam situasi apapun).
4. Sosiolek

Usia
Luluk : “Mbak Mira, lo mau biliin gue?”
Harum : “Gak ada duit aku, kau mau bayarin aku?”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan percakapan antara Luluk dan
Harum. Dalam data tersebut terdapat kosakata “lo-gue” dimana pada bahasa
Indonesia memiliki arti aku dan kamu. Dari kedua kata tersebut sering
terdengar dalam percakapan, sehingga mereka memiliki keakraban yang
santai. Jadi dapat disimpilkan bahwa pada usia remaja memiliki bahasa yang
bervariasi.

Pekerjaan
Harum : “Oh, sudah selesai istirahatnya, pantesan.”
Risti : “Sudah jam sebelas ya ges? Aku keluar duluan ya?”
Laras : “Gak usah.”
Risti : “Ih tunda dulu tunda dulu, biar gak ketahuan sama si

29
gurunya.”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan bahwa orang yang sedang
menempuh pendidikan di pesantren cenderung mengenal kata guru yang
dalam bahasa berarti seorang pendidik. Kata tersebut berhubungan dengan
aktivitas pekerjaan sebagai santri.

Ekonomi
Mira : “Geus nyoba, cobaakeun euh ngeunah pisan dua rebu
dapet loba.”
Luluk : “Ih kok murah banget ya?”
Sebagaimana data di atas memperlihatkan mengenai sosiolek ekonomi.
Data tersebut menceritakan mengenai harga pentol dengan harga terjangkau.
Dapat disimpulkan bahwa santri yang tinggal di pesantren pedesaan
cenderung memilih makanan yang sederhana.

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:


dalam penelitian ini mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi bahasa dari segi
penutur yaitu idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek.

1. Variasi bahasa idiolek. Variasi tersebut bersifat perorangan dapat dilihat


berdasarkan pilihan kata yang digunakan oleh tokoh, seperti kata “ko”.
2. Variasi bahasa dialek terdiri dari dialek “nyaho teu si”, “urang”, dialek “takon-
takon”, dan dialek “ogah”. Variasi bahasa dialek dalam series dapat dilihat
melalui campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah tersebut.
Campur kode tersebut terjadi karena latar belakang budaya dari asal penutur.
3. Variasi bahasa kronolek yang dipengaruhi masa sehingga terjadi perubahan.
Variasi bahasa kronolek seperti kata kepo, ges, selow dan cuy.
4. Variasi bahasa sosiolek yang menfokuskan pada usia, pekerjaan, ekonomi,
Pada sosiolek faktor usia pada (lo-gue), faktor pekerjaan memiliki variasi
bahasa yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan (guru), faktor ekonomi
terlihat (pentol dengan harga terjangkau).

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas.


Saran yang dapat disampaikan adalah semoga penelitian ini dapat memberikan
motivasi untuk lebih banyak meneliti mengenai variasi bahasa. Peneliti lain
disarankan untuk meneliti bahasan yang sama namun dengan topik yang berbeda.

31
DAFTAR REFERENSI

BANGUN, D. N. (2021). ANALISIS VARIASI BAHASA DARI SEGI


PENUTUR DALAM FILM ANAK NEGERI KARYA GATOT KOCO
SUROSO TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK.

Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A., Leonia, & Agustina. (2014). Sosiolinguistik Pengenalan Awal. PT


Rineka Cipta.

Setiawati, R. D. (2019). Variasi Bahasa dalam Situasi Tidak Formal pada


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas
Tadulako. Bahasa Dan Sastra, 4(1).
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Elfabeta.
Sutopo H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas
Negeri Sebelas Maret.

32
LAMPIRAN

a. Foto lokasi observasi yakni Pesantren Nurul Azizah di Balongjeruk

b. Foto narasumber yakni santri Pesantren Nurul Azizah di Balongjeruk

33
c. Foto seluruh anggota kelompok 2 saat berada di lokasi observasi yakni
Pesantren Nurul Azizah di Balongjeruk

34

Anda mungkin juga menyukai