Anda di halaman 1dari 20

Arti morfem imbuhan, Arti morfem ulang, dan Arti morfem konstruksi majemuk

Arti morfem imbuhan


Menurut Muslich (2008: 66) menyatakan sebenarnya pembicaraan masalah arti morfem
imbuhan ini tidak dapat dipisahkan dengan fungsi morfem itu sendiri. Yang dimaksud
dengan arti pada pembicaraan ini bukanlah arti suatu kata yang terdapat dalam kamus, arti
leksikal tetapi arti sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan lainnya, arti
structural atau arti gramatikal. Misalnya:
Kata kuda yaitu “binatang berkaki empat, biasanya dipakai untuk mrnggeret kereta atau
dokar”, tidak akan dibicarakan disini tetapi yg dibicarakan adalah kata kuda mendapatkan
imbuhan {ber-} sehingga menjadi berkuda dan berubah makna menjadi “mengendarai kuda”
(Muslich, 2008: 66).
Menurut Muslich (2008: 66-69) menyatakan morfem-morfem imbuhan yang terdapat dalam
bahasa Indonesia.
1.      Morfem imbuhan {meN-}
Menurut Muslich, 2008: 67 menyatakan
a.    Melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar:
Mengambil                  “melakukan tindakan ambil”
Menjual                       “melakukan tindakan jual”
Membeli                      “melakukan tindakan beli”
b.    Menjadi seperi tersebut dalam bentuk dasar ‘atau’ dalam keadaan seperti bentuk dasar.
Melarut                        “menjadi / dalam keadaan larut”
Menurun                      “menjadi / dalam keadaan turun”
Meluap                        “menjadi / dalam keadaan luap”
c.    Membuat kesan seperti pada bentuk dasar dengan sengaja.
Mengalah                    “membuat kesan kalah dengan sengaja”
Membisu                     “membuat kesan bisu dengan sengaja”
                                                           
            Muslich, 2008: 68 menyatakan apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan
{meN-} mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut:
a.   Pergi ke … atau menuju ke… misalnya
Mendarat                     “menuju ke darat”
Melaut                         “menuju ke laut”
b.   ‘mencari’ atau ‘mengumpulkan’ misalnya:
Mencari                       “mencari mengumpulkan rumput”
Merotan                       “mencari mengumpuklan rotan”
c.   ‘Menjadi sebagaimana yang disebut pada bentuk dasar’:
Membuah                    “menjadi buah”
Membisu                     “menjadi bisu”
d.  ‘membubuhkan apa yang tersebut pada bentuk dasar’:
Mencap                       “membubuhkan cap”
Mencat                                    “membubuhkan cap”
e.   ‘membuat apa yang tersebut padabentuk dasar’ misalnya:
Menyate                      “membuat sate”
f.   ‘berlaku seperti yang disebut pada bentuk dasar’ misalnya:
Merajalela                   “berlaku seperti rajalela”
g.  ‘melakukan tindakan dengan alat seperti bentuk dasar’ misalnya:
Menyabit                     “menggunakan sabit”
h.  ‘meminum atau menghisap seperti yang tersebut pada bentuk dasar’ misalnya:
Mengopi                      “meminum kopi”
Merokok                      “menghisap rokok”

i.   ‘menyerupai seperti bentuk dasar’:


Menyemut                   “menyerupai semut”
Membukit                    “menyerupai bukit”
j.   ‘dalam keadaan berfungsi sebagai bentuk dasar’:
Menjanda                    “dalam keadaan berfungsi sebagai janda”
Menduda                     “dalam eadaan berfungsi sebagai duda”

k.  ‘Mengeluarkan bunyi seperti bentuk dasar’:


Mengeong                   “mengeluarkan bunyi ngeong”
Muslich, 2008: 68-69 menyatakan apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan
{meN-} mempunyai arti seperti berikut ini:
a.  ‘menjadi seperti bentuk dasar dengan sendirinya’:
Menguning (padi)       “menjadi kuning dengan sendirinya”
Memutih (rambut)       “menjadi putih dengan sendirinya”
Membusuk (borok)     “menjadi busuk dengan sendirinya”
b.  ‘menimbulkan kesan seperti bentuk dasar’:
Memanjang                 “menimbulkan kesan panjang”
Memutih                      “menimbulkan kesan putih
Merendah hati             “menimbulkan kesan rendah hati”.
                                               

2. Morfem imbuhan {ber-}


Muslich, 2008: 69 menyatakan bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan
{ber-}dapat dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu berkelas kata kerja, benda, sifat
(adjektiva) dan bilangan (numeralia).
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti sebagai
berikut:
a.    “dalam keadaan seperti bentuk dasar”:
Berada                         “dalam keadaan ada”
Berkembang                “dalam keadaan (meng) kembang”
b.   “menjadi seperti bentuk dasar”:
Berubah                       “menjadi ubah”
c.   “melakukan menjadi bentuk dasar “
Bekerja                        “melakukan kegiatan kerja”
                                               
Muslich, 2008: 69-70 menyatakan apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda imbuhan
{ber-} mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut:
a.  Memakai atau mengenakan, misalnya:
Bersepatu                    “memakai atau mengenakan sepatu”
b.   Mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasarnya, misalnya:
Bersuami                     “mempunyai suami”
c.   Mengeluarkan misalnya,
Berdarah                     “mengeluarkan darah”
d.  Mengerjakan atau menggarap misalnya,
Bersawah                    “mengerjakan atau menggarap sawah”
e.   Mengendarahi atau memprgunakan misalnya:
Berkuda                      “mengendarahi kuda”
f.   Bermain seperti bentuk dasar, misalnya:
Bertinju                       “bermain tinju”
                                   
3.      Morfem imbuhan {di-}
Muslich, 2008: 70 menyatakan artinya imbuhan {di-} hanya satu yaitu, ‘menyatakan suatu
tindakan yanag pasif, misalnya:
         Diambil
         Diangkat
         Disiram
         Dibayar
                                                     

4.      Morfem imbuhan {ter-}


Muslich, 2008: 71 menyatakan artinya bentuk dasar yang dapat bergandeng dengan imbuhan
ter adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja, kata sifat, dan kata benda. Bila berawalan
{ter-} melekat pada sebuah kelas kata benda maka yang timbul adalah sebagai berikut:

a.  ‘tak sengaja di (seperti bentuk dasar):


Tercangkul                  “tak sengaja dicangkul”
Tersendok                   “tak sengaja disendok”

b.  Dapat di (seperti bentuk dasar) kan/I:


Tergambar                   “dapat digambarkan”
Terbukti                       “dapat dibuktikan”
Terpengaruh                “dapat dipengaruh”
Menurut Muslich (2008: 71) apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja maka imbuhan
{ter-} mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut.
a. ‘menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak disengaja, misalnya:
·         Tersentuh
·         Tertiup
·         Tergeret
·         Terganggu

b.  Dapat atau sanggup misalnya:


Terangkat                    “dalam kalimat meskipun berat, batu itu terangkat juga”
c.   Menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesi (perfektif) misalnya:
Tertulis                        “dalam kalimat pendapat dia tertulis dirumusan hasil seminar”
d.   Ketiba-tibaan misalnya,
Terbangun                   “dalam kalimat ia terbangun karena suara yang menggelegar itu”

5. Morfem Imbuhan {peN}    


Muslich, 2008: 72 menyatakan arti imbuhan morfem {peN-} sangat ditentukan oleh kelas
kata bentuk dasarnya. Apabila bentuk katanya berkelas kata kerja maka {peN-} mempunyai
beberapa kemungkinan arti sebagai berikut:
a.  Menyatakan ‘orang yang (biasa) melakuakan pekerjaan yang sebut pada bentuk dasar
misalnya: pengarang ‘orang yang (biasa) melakauakn mengarang’.
b.   Menyatakan ‘alat yang dipakai untuk melakaukan tindakan yang tersebut pada bentuk
dasar. Misalnya: penggaris ‘alat untuk menggaris’
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat maka imbuhan {peN-} mempunyai arti sebagai
berikut:
a.   Menyatakan ‘yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar” misalnya:
Periang                        “yang mempunyai sifat riang”
b.   Menyatakan ‘yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar misalnya:
Pengeras                      “yang menyebabkan jadi keras atau yang mengeraskan”
c.    Orang yang mudah cepat / menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar. Misalnya:
Pemarah                      “orang yang mudah menjadi marah”
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti ‘yang
biasa melakuakan tindakan / pekerjaan yang berhubungan denagn benda yang tersebut pada
bentuk dasarnya’. Misalnya:
Pelaut                          “orang yang biasa melaut”
Perokok                       “orang yang biasa merokok”

6.       Morfem imbuhan {pe-}


Muslich, 2008: 73-74 menyatakan pada penggalan terdahulu telah dijelaskan bahwa morfem
imbuhan {pe-} mempunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {ber-}, sedangkan morfem
imbuhan {peN-} mempunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {meN-}. Pernyataan itu
dapat dibuktikan dengan deretan contoh berikut, misalnya:
Pelari                           “orang yang berlari”
Petani                          “orang yang bertani”
Bandingkan dengan:
Penulis                         “orang yang menulis”
Pembaca                      “orang yang membaca”
                                               
7.   Morfem imbuhan {per-}
Masnur, 2008: 74-75 menyatakan morfem imbuhan {per-} dapat bergabung dengan bentuk
dasar yang berkelas kata benda, bilangan, dan sifat. Apabila bergandengan dengan bentuk
dasar kata benda, {per-} mempunyai arti ‘menjadikan (objek) sebagai’ atau ‘memperlakukan
(objek) sebagai’; sedangkan apabila bergandengan dengan bentuk kata bilangan, imbuhan
{per-) mempunyai arti ‘membuat jadi’; dan apabila bergandengan dengan bentuk dasar yang
berkelas kata sifat, {per-}mempunyai arti ‘membuat jadi lebih’. Misalnya:
Peristri                         “menjadikan (objek) sebagai istri”
Perbudak                     “memperlakukan (objek) sebagai budak”
Pertiga                         “membuat jadi tiga”
Perdalam                     “membuat jadi lebih dalam”

8. Morfem Imbuhan {se-}


Muslich, 2008: 75 menyatakan morfem imbuhan {se-} bisa bergandengan dengan bentuk
dasar yang berkelas kata benda, misalnya:
·         Sekelas
·         Sejalan
Sekepala
·         Sedesa
Imbuhan {se-} yang melekat pada bentuk dasar kata benda mempunyai arti sebagai berikut:
a)      Menyatakan “satu”, misalnya:
Sebuah                        “satu buah”
Seminggu                    “satu minggu”
b)      Menyatakan “seluruh”, misalnya:
Sedunia                       “seluruh dunia”
Seisi buku                   “seluruh isi buku”
c)      Menyatakan “sama” atau “sebesar…”, misalnya:
Sekepala                      “sama dengan kepala” atau “sebesar kepala”
Sekucing                     “sama dengan kucing” atau “sebesar kucing”
Muslich, 2008: 75-76 menyatakan morfem {se-} bisa bergabung dengan penggolong benda,
misalnya:
·         Seorang
·         Seekor
·         Sebuah
·         Sebatang
·         Sebentuk
·         Sebidang
Kata sifat pun bisa dilekati morfem {se-}, misalnya:
·         Sebaik
·         Secantik
·         Segenit
·         Setampan
·         Segawat

9. Morfem Imbuhan {ke-}


Muslich, 2008:76 menyatakan Morfem imbuhan {ke-}melekat pada bentuk dasar yang
berkelas kata bilangan (kesatu, krtiga, kesembilan). Ada juga yang melekat pada bentuk dasar
selain kata bilangan, misalnya: ketua, kerangka, kekasih, kehendak).
Apabila imbuhan {ke-} bergandengan dengan bentuk dasar berkelas kata bilangan, maka
imbuhan itu mempunyai arti sebagai berikut:
a)      ‘menyatakan kumpulan yang terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar’,
misalnya:
Kelima (anak itu anak saya) ‘kumpulan anak yang yang terdiri atas lima orang’.
Kedua (kuda itu dari Sumbawa) ‘kumpulan anak yang terditri atas dua ekor’.
b)      ‘menyataka urutan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’, misalnya:
(anak) kelima ‘urutan amak yang nomor lima’
(istri) kedua ‘urutan istri yang nomor dua’
                                                     
10. morfem imbuhan {kan-}
Muslich, 2008: 77 menyatakan morfem {kan-} bisa melekat ada kata benda,
misalnya: Arikan, kanfaskan, bukukan. Tentu bisa dengan kata kerja, misalnya: kerjakan,
berikan, bacakan, rebahkan, belikan. Dengan kata sifat morfem imbuhan {kan-}bisa melekat,
misalnya: hitamkan, putihkan, licinkan, grogikan.
Arti morfem afiks {kan-} bisa dideskripsikan seperti ini:
a)      ‘membuat (objek) seperti bentuk dasar’ atau ‘kausatif’
Meninggikan               “membuat (objek) menjadi tinggi’
Menyempitkan            “membuat (objek) menjadi sempit’

b)      ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’ atau me…(objek) untuk orang lain’ atau
‘benefaktif’:
Membacakan               “membaca untuk orang lain”
Membelikan                “membelikan untuk orang lain”
c)      ‘melakukan sesuatu secara intensif’:
Mendengarkan                        “mendengarkan dengan intensif”
Membalikkan              “membalik dengan intensif”
d)      ‘melakukan seperti bentuk dasar bentuk dasar pada/tentang sesuatu’ atau ‘transitif’:
Mengadukan               “mengadu (pada seseorang) tentang sesuatu”
Mengajarkan    “mengajar (pada seseorang) tentang sesuatu”
                                                           
11. Morfem Imbuhan {-i}
            Muslich, 2008: 78 menyatakan morfem {-i} biasanya bergandeng dengan bentuk
dasar kompleks yang berkelas kata kerja dan biasannya mempunyai dua kemungkinan arti
sebagai berikut:
a)      Menyatakan bahwa ‘tindakan’ yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-
ulang, misalnya:
Melempari                   “melempar berulang-ulang”
Mengambil                  “mengambil berulang-ulang”
b)      Menyatakan ‘melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya di suatu tempat,
misalnya:
Menulisi                      “menulis di…”
Menanami                   “menana di…”
c)      Melakukan sesuatu atau terjadi sesuatu pada…
Meliputi                       “meliputi pada”
Mengenai                    “mengena pada”
Mendekati                   “mendekat pada”
                                                                       
12. Morfem Imbuhan {-an}
            Menurut Muslich, 2008: 78 menyatakan morfem imbuhan {-an} dapat bergabung
dengan bentuk dasar kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata bilangan. Apabila bergandeng
dengan bentuk dasar kata benda, morfem imbuhan {-an} mempunyai dua kemungkinan arti,
yakni:
a)      Menyatakan “tiap-tiap”, misalnya:
Meteran                       “tiap-tiap meter”
Bulanan                       “tiap-tiap bulan”
b)      ‘kumpulan’ atau ‘yang banyak…nya’ atau ‘luas…nya’:
Durian                         “banyak duriannya”
Rambutan                    “banyak rambutannya”
Lautan                         “banyak lautannya”
c)      ‘yang ada di…’
Bawahan                     “yang ada di bawah”
Atasan                         “yang ada di atas”
Belakangan                 “yang ada di belakang’
                                               
            Muslich, 2008: 79 menyatakn apabila bergandeng dengan bentuk dasar yang berkelas
kata kerja, morfem imbuhan {-an} mempunyai tiga kemungkinan arti, mialnya:
a)      Menyatakan ‘hasil’ atau akibat dari tindakan yang tersebut pada bentuk dasae,
misalnya:
Pikiran                         “hasil memikir”
Tangkapan                   “hasil menangkap”
b)      Menyatakan ‘alat yang diapaki dalam tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya’,
misalnya:
Saringan                      “alat menyaring”
Ukuran                                    “alat ukur”
c)      Menyatakan ‘tempat suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasrnya’, misalnya:
Pacuan                         “tempat berpacu”
Kuburan                      “tempat mengubur”

d)      Yang di… seperti bentuk dasar:


Makanan                     “yang dimakan”
Minuman                     “yang diminum”
Pakainan                      “yang dipakai”
                                                                       
            Makna morfem {-an}, bila bergabung dengan kata sifat, adalah ‘yang seperti bentuk
dasar’, mislanya sebagai berikut:
            Kotoran                       “yang kotor”
            Dataran                       “yang datar”
            Manisan                       “yang manis”
            Kuningan                    “yang kuning”
13. Morfem Imbuhan {-wan}
            Menurut Muslich, 2008: 80-81 menyatakan morfem imbuhan {-wan} dapat melekat
pada bentuk dasar berkelas kata benda, misalnya: sejarahwan, negarawan, hartawan,
dwibahasawan. Arti {-wan} untuk ini adalah sebagai berikut:
a)      ‘orang yang ahli dalam bidang seperti bentuk dasar’
Ilmuwan                      “orang yang ahli dalam bidang ilmu”
Budayawan                 “orang yang ahli dalam bidang budaya”
b)      ‘orang yang pekerjaannya khusus dalam bidang seperti bentuk dasar’
Industriwan                 “orang yang pekerjaannya khusus dalam bidang industry”
Wartawan                    “orang yang pekerjaannya khusus dalam bidang warta”
c)      ’orang yang memiliki seperti bentuk dasar yang bersifat lebih:
Rupawan                     “orang yang memiliki rupa lebih”
Hartawan                    “orang yang memiliki harta lebih”
d)      ‘orang yang secara khusus memahirkan diri dalam bidang seperti bentuk dasar’
Sastrawan                    “orang yang memahirkan diri khusus di bidang sastra”
Olahragawan               “orang yang memahirkan diri khusus di bidang olahraga”
                                                           
14. Morfem Afiks {-el-, {-er}, {-em}
            Menurut Muslich, 2008: 81 menyatakan bentuk telunjuk, misalnya, berarti ‘jari
tangan yang biasa digunakan untuk menunjuk’. Seperti diketahui, bentuk itu merupakan hasil
proses afiksasi –el- + tunjuk. Contoh lain kemuning, geligi, telapak, serabut,
seruling.  Bentuk dasar dari contoh-contoh tersebut adalah kuning, gigi, tapak,
sabut, dan suling.
                                                                       
15. Morfem Imbuhan {ke-an}
            Menurut Muslich, 2008: 81-82 menyatakan bentuk dasar yang dapat dilekati oleh
morfem imbuhan {ke-an} pada umumnya berkelas kata kerja, benda, sifat, dan bilangan.
Berturut-turut kemungkinan arti morfem imbuhan {ka-an} ialah sebagai berikut:

a)      Menyatakan ‘suatu abstraksi atau hal dari bentuk dasar’, misalnya:


Keberangkatan                        “hal berangkat”
Kepergian                                “hal pergi”
Kemanusiaan                           “hal manusia”
b)      Menyatakan ‘menderita atau dikenai apa yang tersebut pada bentuk dasar’ misalnya:
Kedinginan                 “menderita/dikenai dingin”
Kehujanan                   “dikenai hujan”
Ketakutan                   “menderita takut”
c)      Menyatakan ‘tempat’ atau ‘daerah’. Misalnya:
Kelurahan                    “tempat” daerah lurah”
Kecamatan                  “tempat” daerah camat”
Kerajaan                      “daerah raja”
d)      ‘sifat seperti bentuk dasar”
Keindonesiaan            “sifat Indonesia”
Kejawaan                    “sifat jawa”
                                                           
16. Morfem Imbuhan {peN-an}
            Menurut Muslich, 2008: 82-83 menyatakan morfem {peN-an} bisa bergabung dengan
kata benda (penghaegaan, pengairan, penanaman), kata kerja (pengajaran, pendidikan,
penghabisan), kata sifat (pengadilan, pemutihan, pengasingan), kata bilangan (penyatuan).
Arti morfem imbuhan {peN-an} dideskripsikan sebagai berikut:
a)      ‘hal/proses’
Pemeriksaan                            “hal/proses memeriksa”
Pembacaan                              “hal/proses membaca”
Pembersihan                            “hal/proses membersihkan”
b)      ‘hal/hasil’
Pengalaman                             “hal/hasil mengalami”
Penghasilan                             “hal/hasil dari menghasilkan”
Pendapatan                             “hal/proses mendapatkan”
c)      ‘tempat’
Penggilangan                           “tempat menggiling”
Penampungan                         “tempat menampung”
Pengadilan                              “tempat mengadili”
                                                           
17. Morfem Imbuhan {per-an}
Menurut Muslich, 2008: 83-84 menyatakan Setelah melekat pada bentuk dasarnya, morfem
imbuhan {per-an} mempunyai tiga kemungkinan arti, yaitu:
a)      Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar’,
misalnya:
Perekonomian             “hal-hal yang berhubunga dengan ekonomi”
Perindustrian               “hal-hal yang berhubungan dengan industry”
Perjudian                     “hal-hal yang berhubungan dengan judu”
b)      Menyatakan ‘hal atau hasil dari suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasar,
misalnya:
Perkembangan            “hal berkembang”
Perhitungan                 “hal berhitung” atau “hasil berhitung”
Perdamaian                 “hal berdamai”
c)      Menyatakan ‘kumpulan’ atau ‘daerah’, mislanya:
Pertokoan                    “daerah took”
Perumahan                  “kumpulan/daerah rumah”
Perbukitan                   “daerah bukit”
d)      ‘tempat’, misalnya:
Perapian                      “tempat berapi-api (diri)”
Perguruan                    “tempat berguru”
Perlindungan               “tempat berlindung”
                                                           
18. Morfem Imbuhan {ber-an}
Menurut Muslich, 2008: 84-85 menyatakan bentuk dasar yang dapa bergabung dengan
morfem imbuhan {ber-an} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja saja, misalnya:
a)      menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh
banyak orang’ misalnya:
bermunculan                “banyak yang muncul”
berjatuhan                   “banyak yang jatuh”
berdatangan                “banyak yang dating”
b)      menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan secara
berulang-ulang’, misalnya:
berloncatan                  “berloncat berulang-ulang”
berlarian                      “berlari berulang-ulang”
bergulingan                 “berguling berulang-ulang”
c)      menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua
pihak yang saling mengenai’:
berkiriman                   “saling mengirim”
berpandangan              “saling memandang”
bersindiran                  “saling menyindir”
19. Morfem Afiks {meN-kan}
            Menurut Muslich, 2008:85-86 menyatakan morfem {meN-kan} bisa bergabung
dengan kata kerja, misalnya: melaksanakan, menirimkan, mengerjakan, menjalankan. Dengan
kata sifat, misalnya: mengindahkan, membahagiaakan, mengasinkan. Dengan kata bilangan,
misalnya: menyatakan. Maknanya dapat dilihat sebagai berikut:
a)      ‘menjadikan (objek) sebagai seperti bentuk dasar’:
Mencerminkan                        “menjadikan (objek) sebagai cermin”
Mengakibatkan                       “menjadikan (objek) sebagai akibat”
Membukukan                          “menjadikan (objek) sebagai buku”
b)      ‘membuat (objek) (melakukan tindakan) seperti bentuk dasar’”
Menidurkan                             “membuat (objek) (melakukan) tidur”
Membangunkan                      “membuat (objek) bangun”
Mendatangkan                        “membuat (objek) dating
c)      ‘memberi (objek) sesuatu seperti bentuk dasar’:
Mengizinkan                           “memberi (objek) izin”
Menjanjikan                            “memberi (objek) janji”
Menempatkan                         “memberi (objek) tempat”
d)      ‘melakukan tindakan seperti bentuk dasar’:
            Membicarakan                                     “melakukan tindakan bicara”
            Mengerjakan                           “melakukan tindakan kerja”

20. Morfem Afiks {meN-i}


            Menurut Muslich, 2008:87 menyatakan sebagai konfiks, morfem {meN-i} dapat
bergabung dengan kata benda, misalnya memusuhi, menempati, mewakili. Dengan kata
kerja, misalnya: mengawini, menulisi, menduduki, dan dengan kata sifat,
misalnya: menyukai, mematuhi, dan menikmati. Arti morfem {meN-i} untuk bentuk-bentuk
ini adalah sebagai berikut:
a)      ‘menjadikan (objek) sebagai seperti bentuk dasar’
Memusuhi                               “menjadikan (objek) sebagai musuh’’
Menempati                              “menjadikan (objek) sebagai tempat”
b)      ‘memberi (objek) seperti bentuk dasar’
Menjuduli                                “memberi (objek) judul”
Melukai                                   “memberi (objek) luka”
Menghargai                             “memberi (objek) harga”
c)      ‘(melakukan) perbuatan seperti bentuk dasar di/pada/ke (objek)’
Menduduki                             “melakukan duduk di (objek)
Mendatangi                             “dating di (objek)”
Menanyai                                “Tanya pada (objek)”
d)      ‘membuat/menyebabkan (objek) seperti bentuk dasar’
Menghitami                             “membuat/menyebabkan (objek) hitam”
Mengotori                               “membuat/menyebabkan (objek) kotor”
Membasahi                              “membuat/enyebabkan (objek) basah”

e)      ‘jadi seperti bentuk dasar di/dalam (objek)’


Merajai                                    “jadi raja di dalam (objek)”
Menokohi                                “jadi tokoh di dalam (objek)”
Mewakili                                 “jadi wakil d dalam (objek)”
f)       ‘menganggap/memperlakukan (objek) sebagai seperti bentu dasar’
Membodohi                             “menganggap (objek) bodoh”
Membelakangi                         “menganggap (objek) sebagai (ada di) belakang”

21. Morfem Afiks {se-nya}


            Menurut Muslich, 2008: 88 menyatakan konfiks {se-nya} mempunyai arti- tepatnya:
tugas-seperti beikut ini:
a)      ‘pembentuk adverbial/keterangan’:
Sebaliknya, seandainya, selanjutnya, secukupnya, sebelumnya, sebaliknya.
b)      ‘pembentuk modalitas’:
Sebenarnya, sekirannya, semestinya, seharusnya

22. Morfem Afiks {isme}, {(is)asi}, {-logi}


Menurut Muslich, 2008:88-89 menyatakan makna {-isme} adalah ‘paham, aliran, sifat’:
misalnya klobatisme, bapakisme, marhaenisme, sungkanisme, gombalisme.  Morfem {-
(is)asi} bisa bermakna proses atau ‘peN-bentukdasar-an’, misalnya: helmisasi, lelenisasi, KB-
nisasi. {-log} berarti studi tentang seperti bentuk dasar,
misalnya: jawanologi ‘studi/pengkajian tentang jawa, balinologi ‘studi/pengkajian tentang
Bali’, Sundanologi, Maduranologi

v Arti morfem ulang


Menurut Muslich (2008: 89) menyatakan morfem ulang bahasa Indonesia dapat membentuk
kata dengan bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda, dan sifat. Di samping itu morfem
ulang juga berkombinasi dengan morfem imbuhan dalam membentuk suatu kata.

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja maka morfem ulang mempunyai beberapa
kemungkinan arti sebagai berikut:
a)   Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang’
misalnya:
Memukul-mukul                                  “memukul berulang-ulang”
Menggerak-gerakkan                          “menggerakkan berulang-ulang”
b)  Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh dua pihak
dan saling mengenai / berbalasan’ misalnya:
Bantu-membantu                                “saling membantu”
Tinjau-meninjau                                  “saling meninjau”
c)  Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang bersangkut paut dengan
bentuk dasar’ misalnya:
Cetak-mencetak                                  “hal-hal yang berhubungan dengan kegiata mencetak”
d)  Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan seenaknya
/santai atau hanya untuk bersenang-senang’ misalnya:
Membaca-baca                        “membaca seenaknya / santai untuk bersenang-senang”
Makan-makan                         “makan seenaknya / santai untuk bersenang-senang”

e)  Apabila berkombinasi dengan {ber-an} menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh
kedua pihak dan saling mengenai, misalnya:
Berkirim-kiriman                     “saling mengirim”
Berolok-olok                           “saling mengolok”
f)   Rasa kekhawatiran, rasa ketidaksetujuan, rasa menggerutu:
Datang-datang dalam ‘datang-datang, langsung tidur menjadi “baru saja datang, kok langsung
tidur”.

Menurut Muslich, 2008: 90 apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda maka morfem ulang
mempunyai beberapa kemungkinan arti yaitu:
a.   Menyatakan ‘banyak’ misalnya:
Kemajuan-kemajuan               “banyak kemajuan”
Gedung-gedung                      “banyak gedung”
Orang-orang                            “banyak orang”

b.   Menyatakan ‘meskipun’ misalnya:


Beras-beras (dimakannya)                  “meskipun beras (dimakannya)
Sandal-sandal (diangkatnya)              “meskipun
sandal (diangkatnya).
                                                                       
Menurut Muslich, 2008: 90 apabila dikombinasi dengan –an menyatakan ‘sesuatu yang
menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya:
Orang-orangan                        “menyerupai orang”
Kuda-kudaan                          “menyerupai kuda”
                                                                       
Menurut uslich, 2008: 91 apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka kemungkinan arti
morfem ulang sebagai berikut:
a)      Menyatakan ‘lebih… lagi’, misalnya:
Cepat-cepat                 “lebih cepat lagi”       berlarilah cepat-cepat!
Rajin-rajin                   “lebih rajin lagi”        belajarlah rajin-rajin!

b)      Apabila berkombinasi dengan {ke-an} menyatakan ‘agak’, misalnya:


Kehijau-hijauan                       “agak hijau”
Keheran-heranan                     “agak heran”
Kemerah-merahan                   “agak merah”

c)      ‘meskipun seperti bentuk dasar’:


Jelek-jelek (dia itu setia)                     “meskipun jelek”
Kecil-kecil (tapi amat dibutuhkan)     “meskipun kecil”
d)      Apabila dikombinasi dengan {se-nya} menyatakan ‘tingkat yang paling tinggi’ atau
‘superlatif’ misalnya:
Sekecil-kecilnya                      “tingkat yang paling kecil”
Sedalam-dalamnya                  “tingkat yang paling dalam”

Pengertian kombinasi antara morfem ulang dan imbuhan seperti yang disebutkan diatas
tidaklah mempunyai arti sendiri-sendiri tetapi mendukung satu arti. Jadi berdasarkan contoh
diatas disamping terdapat morfem ulang, terdapat juga morfem {ulang-an}, {ber-ulang-an},
dan {se-Ulang-nya} (Muslich, 2008: 91).

v Arti morfem konstruksi majemuk


Menurut Muslich (2008: 91) menyatakan secara sederhana kata majemuk bisa
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok:
1.   Kelompok pertama beranggotakan
Kambing hitam                naik daun
Meja hijau                        tangan dingin
Lembaran hitam               mulut besar
Apa boleh buat                 senjata makan tuan          
Bertekuk lutut                  membanting tulang
Membabi buta                  putri malu
Hidung belang                 kumis kucing
Pitam babi                        matahari sayap kiri
                                                           
2.   Kelompok kedua beranggotakan
Rumah makan                  tamu wicara
Rumah sakit                     angkat besi
Kamar kecil                      naik haji
Mata air                            jumpa pers
Istri muda                         mabuk laut
Kamar tunggu                  habis akal
Dengar pendapat              jual beli
Sepak bola                        pulang pergi
Tolak peuru                      putus asa
Pesawat tempur                naik pangkat

                                                                       
3.   Kelompok ke tiga beranggotakan kata-kata majemuk macam:
Tua renta                          hitam legam
Tua Bangka                      anak pinak
Muda belia                       mendadak sontak
Kering kerantong             gelap gulita
Malam kelam                    tunggang lenggang
Naik pitam                       dendam kesumat.
                                                                       
Muslich, 2008: 92 menyatakan untuk memahami maksud kelompok dua dan tiga tidak terlalu
sulit, tidak demikian dengan kelompok pertama. Arti kata majemuk kelmpok pertama tidak
lepas sama sekali dari unsur-unsurnya, sebut saja arti absolut.
Kita tidak perlu mencari tahu apa makna hidung, apa arti belang ketika mengartikan
konstruksi hidung belang, yang arti absolutnya adalah ‘orang yang suka/gampang tergoda
wanita’ (orang Jawa bilang: thukmis!)
Memahami makna kata majemuk kelompok kedua, kita tidak sesulit memahami kelompok
pertama tadi. Bahwa artii temu wicara berbeda dengan makna temu dan wicara, memang ya!
Tetapi kata majemuk ini konsepnya masih mengandung unsur ’bertemu’ dan ‘berbicara’
(Muslich, 2008: 92).
Morfem unik bahasa Indonesia apabila bergandeng dengan morfem lain dapat membentuk-
bentuk majemuk. Morfem yang bergandeng dengan morfem unik ada dua jenis, yaitu berjenis
kata kerja dan berjenis kata sifat. Yang berjenis kata kerja misalnya morfem lalu dalam lalu
lalang, dan morfem simpang dalam simpang siur, sedangkan yang berjenis kata sifat,
misalnya morfem tua dalam tua Bangka, muda pada muda belia, gelap dalam gelap gulita,
dan sunyi dalam sunyi senyap (Muslich, 2008: 92).

                      

Anda mungkin juga menyukai