b) ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’ atau me…(objek) untuk orang lain’ atau
‘benefaktif’:
Membacakan “membaca untuk orang lain”
Membelikan “membelikan untuk orang lain”
c) ‘melakukan sesuatu secara intensif’:
Mendengarkan “mendengarkan dengan intensif”
Membalikkan “membalik dengan intensif”
d) ‘melakukan seperti bentuk dasar bentuk dasar pada/tentang sesuatu’ atau ‘transitif’:
Mengadukan “mengadu (pada seseorang) tentang sesuatu”
Mengajarkan “mengajar (pada seseorang) tentang sesuatu”
11. Morfem Imbuhan {-i}
Muslich, 2008: 78 menyatakan morfem {-i} biasanya bergandeng dengan bentuk
dasar kompleks yang berkelas kata kerja dan biasannya mempunyai dua kemungkinan arti
sebagai berikut:
a) Menyatakan bahwa ‘tindakan’ yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-
ulang, misalnya:
Melempari “melempar berulang-ulang”
Mengambil “mengambil berulang-ulang”
b) Menyatakan ‘melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya di suatu tempat,
misalnya:
Menulisi “menulis di…”
Menanami “menana di…”
c) Melakukan sesuatu atau terjadi sesuatu pada…
Meliputi “meliputi pada”
Mengenai “mengena pada”
Mendekati “mendekat pada”
12. Morfem Imbuhan {-an}
Menurut Muslich, 2008: 78 menyatakan morfem imbuhan {-an} dapat bergabung
dengan bentuk dasar kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata bilangan. Apabila bergandeng
dengan bentuk dasar kata benda, morfem imbuhan {-an} mempunyai dua kemungkinan arti,
yakni:
a) Menyatakan “tiap-tiap”, misalnya:
Meteran “tiap-tiap meter”
Bulanan “tiap-tiap bulan”
b) ‘kumpulan’ atau ‘yang banyak…nya’ atau ‘luas…nya’:
Durian “banyak duriannya”
Rambutan “banyak rambutannya”
Lautan “banyak lautannya”
c) ‘yang ada di…’
Bawahan “yang ada di bawah”
Atasan “yang ada di atas”
Belakangan “yang ada di belakang’
Muslich, 2008: 79 menyatakn apabila bergandeng dengan bentuk dasar yang berkelas
kata kerja, morfem imbuhan {-an} mempunyai tiga kemungkinan arti, mialnya:
a) Menyatakan ‘hasil’ atau akibat dari tindakan yang tersebut pada bentuk dasae,
misalnya:
Pikiran “hasil memikir”
Tangkapan “hasil menangkap”
b) Menyatakan ‘alat yang diapaki dalam tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya’,
misalnya:
Saringan “alat menyaring”
Ukuran “alat ukur”
c) Menyatakan ‘tempat suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasrnya’, misalnya:
Pacuan “tempat berpacu”
Kuburan “tempat mengubur”
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja maka morfem ulang mempunyai beberapa
kemungkinan arti sebagai berikut:
a) Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang’
misalnya:
Memukul-mukul “memukul berulang-ulang”
Menggerak-gerakkan “menggerakkan berulang-ulang”
b) Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh dua pihak
dan saling mengenai / berbalasan’ misalnya:
Bantu-membantu “saling membantu”
Tinjau-meninjau “saling meninjau”
c) Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang bersangkut paut dengan
bentuk dasar’ misalnya:
Cetak-mencetak “hal-hal yang berhubungan dengan kegiata mencetak”
d) Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan seenaknya
/santai atau hanya untuk bersenang-senang’ misalnya:
Membaca-baca “membaca seenaknya / santai untuk bersenang-senang”
Makan-makan “makan seenaknya / santai untuk bersenang-senang”
e) Apabila berkombinasi dengan {ber-an} menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh
kedua pihak dan saling mengenai, misalnya:
Berkirim-kiriman “saling mengirim”
Berolok-olok “saling mengolok”
f) Rasa kekhawatiran, rasa ketidaksetujuan, rasa menggerutu:
Datang-datang dalam ‘datang-datang, langsung tidur menjadi “baru saja datang, kok langsung
tidur”.
Menurut Muslich, 2008: 90 apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda maka morfem ulang
mempunyai beberapa kemungkinan arti yaitu:
a. Menyatakan ‘banyak’ misalnya:
Kemajuan-kemajuan “banyak kemajuan”
Gedung-gedung “banyak gedung”
Orang-orang “banyak orang”
Pengertian kombinasi antara morfem ulang dan imbuhan seperti yang disebutkan diatas
tidaklah mempunyai arti sendiri-sendiri tetapi mendukung satu arti. Jadi berdasarkan contoh
diatas disamping terdapat morfem ulang, terdapat juga morfem {ulang-an}, {ber-ulang-an},
dan {se-Ulang-nya} (Muslich, 2008: 91).
3. Kelompok ke tiga beranggotakan kata-kata majemuk macam:
Tua renta hitam legam
Tua Bangka anak pinak
Muda belia mendadak sontak
Kering kerantong gelap gulita
Malam kelam tunggang lenggang
Naik pitam dendam kesumat.
Muslich, 2008: 92 menyatakan untuk memahami maksud kelompok dua dan tiga tidak terlalu
sulit, tidak demikian dengan kelompok pertama. Arti kata majemuk kelmpok pertama tidak
lepas sama sekali dari unsur-unsurnya, sebut saja arti absolut.
Kita tidak perlu mencari tahu apa makna hidung, apa arti belang ketika mengartikan
konstruksi hidung belang, yang arti absolutnya adalah ‘orang yang suka/gampang tergoda
wanita’ (orang Jawa bilang: thukmis!)
Memahami makna kata majemuk kelompok kedua, kita tidak sesulit memahami kelompok
pertama tadi. Bahwa artii temu wicara berbeda dengan makna temu dan wicara, memang ya!
Tetapi kata majemuk ini konsepnya masih mengandung unsur ’bertemu’ dan ‘berbicara’
(Muslich, 2008: 92).
Morfem unik bahasa Indonesia apabila bergandeng dengan morfem lain dapat membentuk-
bentuk majemuk. Morfem yang bergandeng dengan morfem unik ada dua jenis, yaitu berjenis
kata kerja dan berjenis kata sifat. Yang berjenis kata kerja misalnya morfem lalu dalam lalu
lalang, dan morfem simpang dalam simpang siur, sedangkan yang berjenis kata sifat,
misalnya morfem tua dalam tua Bangka, muda pada muda belia, gelap dalam gelap gulita,
dan sunyi dalam sunyi senyap (Muslich, 2008: 92).