Anda di halaman 1dari 29

MODUL 2 OPTIMISASI

EKONOMI

Ari Darmawan, Dr. , S.AB, M.AB


aridarmawan_fia@ub.ac.id
• Harga produk merupakan salah satu faktor yang
penting bagi perusahaan karena terkait strategi
perusahaan untuk dapat bertahan hidup dan untuk
dapat bersaing dengan perusahaan yang lain.
• Hal ini dikarenakan harga produk merupakan
komponen yang dapat mempengaruhi secara langsung
terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan.
• Dari sudut pandang permintaan, penentuan harga
produk akan mempengaruhi jumlah produk yang
diminta oleh masyarakat. Semakin tinggi harga suatu
produk, maka masyarakat cenderung enggan untuk
membeli produk tersebut.
• Dari sudut penawaran (sudut pandang produsen),
penentuan harga produk akan mempengaruhi
jumlah produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Hal ini terkait dengan jumlah produk yang
ditawarkan oleh perusahaan akan mempengaruhi
biaya produksi.
• Berdasarkan pada kondisi ini, maka penetapan
harga suatu produk juga akan mempengaruhi
pendapatan total dan biaya total perusahaan,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi laba
perusahaan.
1. Metode biaya ditambah dengan laba yang
diinginkan
2. Penentuan harga didasarkan pada
keseimbangan antara harga permintaan dan
harga penawaran produk di pasar
3. Metode marginalist pricing pada keadaan
ketidakpastian
• Metode ini dikenal sebagai cost plus pricing
method, yang mana metode ini merupakan
metode yang paling sederhana yaitu produsen di
dalam menetapkan harga produknya dengan cara
biaya per unit ditambah dengan laba yang
diinginkan.
• Secara matematis, metode ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Harga jual = biaya per unit + laba yang
diinginkan
Diketahui:
1. Biaya produk per unit sebesar Rp.10.000
2. Laba yang diinginkan sebesar 20% dari biaya produk
Hitung: Harga jual produk
Pembahasan:

Harga jual = biaya per unit + laba yang diinginkan


= 10.000 + (20% x 10.000)
= 10.000 + 2.000
= 12.000
• Variasi lainnya dari cost plus pricing method
adalah mark-up pricing method. Berbeda dengan
cost plus pricing method yang banyak dipakai oleh
produsen, metode mark-up pricing method ini
pada umumnya banyak dipakai oleh
pedagang.
• Secara matematis, metode ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
 Harga jual = harga beli produk + laba yang
diinginkan
Diketahui:
1. Harga beli produk sebesar Rp.150.000
2. Laba yang diinginkan sebesar 50% dari harga beli
produk
Hitung: Harga jual produk
Pembahasan:
Harga jual = harga beli produk + laba yang diinginkan
= 150.000 + (50% x 150.000)
= 150.000 + 75.000
= 225.000
• Untuk mengaplikasikan metode ini,
produsen harus melakukan riset (penelitian)
untuk menaksir fungsi permintaan produk
yang ditawarkan di pasar.
• Metode ini merupakan metode yang baik
untuk menentukan laba yang maksimal
melalui keseimbangan harga antara
permintaan produk dan penawaran produk
di pasar.
• Setelah diketahui keseimbangan harga di
pasar, maka perusahaan dapat menentukan
harga produk yang ditawarkan oleh
perusahaan, dimana harga tersebut akan
dapat memaksimalkan laba perusahaan.
a. Penggunaan taksiran kurva permintaan dan
MC
Metode ini menggunakan taksiran fungsi
permintaan untuk menentukan penerimaan
marginal (MR). Jika diasumsikan biaya
marginalnya konstan pada kisaran output
tertentu, dengan menetapkan MR = MC,
perusahaan dapat menentukan jumlah
produk dan harga produk.
Diketahui: 1. Q = -0,5P + 70
2. TC = 2Q2 – 35Q + 250
Hitung: 1. jumlah produk
2. harga produk
Pembahasan:
Q = -0,5P + 70
0,5P = 70 – Q
P =140 – 2Q
TR = P x Q
= (140 – 2Q) x Q
= 140Q – 2Q2
MR = 140 – 4Q
TC = 2Q2 – 35Q + 250
MC = 4Q – 35
MR = MC
140 – 4Q = 4Q – 35
-4Q – 4Q = -140 – 35
-8Q = -175
Q = 21,875
Q = 22 unit (pembulatan)

P = 140 – 2Q
= 140 – 2 (22)
= 140 – 44
= 96
b. Penggunaan taksiran elastisitas harga dan
MC
Metode ini menggunakan elastisitas produk
untuk menentukan harga suatu produk.
Diketahui:
1. TC = 2Q2 – 35Q + 250
2. Tabel harga dan jumlah output
Harga (P) Jumlah (Q)
100 20
70 40

Hitung:
1.Elastisitas
2. Jumlah produk
3. Harga produk
40 - 20
Elastisita s 20
70 - 100
100
20
20 1
Elastisitas    3,333
- 30  0,3
100
Fungsi permintaannya adalah:
20P - 2.000 = -30Q + 600
20P = -30Q + 600 + 2.000
20P = -30Q + 2600
P = -1,5Q + 130
1,5Q = -P + 130
Q = -0,6666666667P + 86,66666667
Q = 86,66666667 - 0,6666666667P

0,6666666667P = 86,66666667 – Q
P = 130 – 1,5Q
TR = P x Q
= (130 – 1,5Q) x Q
= 130Q – 1,5Q2
MR = 130 – 3Q
TC = 2Q2 – 35Q + 250
MC = 4Q – 35
MR = MC
130 – 3Q = 4Q – 35
-4Q – 3Q = -35 – 130
-7Q = -165
Q = 23,57
Q = 24 unit (pembulatan)
P = 130 – 1,5Q
= 130 – 1,5 (24)
= 130 – 36
= 94
c. Metode penggunaan taksiran biaya dan
penerimaan inkremental
Metode ini memperhatikan perubahan pada
penerimaan total (TR) dan perubahan pada biaya total
(TC). Asumsi yang mendasari metode ini, antara lain:
1) Permintaan pada kondisi diskontinuitas
dikarenakan kurva yang tidak kontinu, tidak dapat
dideferensiasi
2) Faktor-faktor lainnya tidak mengalami
perubahan (ceteris paribus)
Jika permintaan akan suatu produk sudah diketahui,
maka perubahan jumlah output yang diminta akan
menyebabkan perubahan harga produk terserbut.
 Diskriminasi harga yaitu kebijaksanaan untuk
memberlakukan harga jual yang berbeda-
beda untuk satu jenis barang yang sama di
segmen pasar. Jadi, diskriminasi harga terjadi
jika produk yang sama dijual kepada
konsumen yang berbeda dengan harga yang
berbeda
 Pertama, harus terdapat elastisitas harga dari
permintaan yang berada di antara berbagai
bagian pelanggan untuk satu produk
tertentu.
 Kedua, perusahaan tersebut harus mampu
mensegmentasi pasar dengan
mengidentifikasi bagian - bagian pasar dan
mencegah perpindahan pelanggan dalam
bagian - bagian pasar yang berbeda.
 Diskriminasi harga derajat 1

Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan


cara menerapkan harga yang berbeda-beda untuk
setiap konsumen berdasarkan reservation price
(Willingness To Pay) masing-masing
konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli
masing-masing konsumen.

Contoh: seorang dokter memberlakukan tarif


konsultasi yang berbeda-beda pada setiap
pasiennya.
 Pada grafik tersebut terdapat hubungan
antara P (harga) dan Q (output) yang
dimisalkan harga terdapat P1, P2 dan P3
dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3.

 Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka Q


rendah. Kemampuan konsumen berbeda
dalam merespon harga. Jadi, dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui kemampuan
daya beli pada masing-masing konsumen.

 Diskriminasi harga derajat 1 dapat


merugikan konsumen karena terdapat
surplus konsumen yang diterima oleh
produsen, biaya yang harusnya diterima
oleh konsumen namun menjadi milik
konsumen. Diskriminasi harga derajat 1
juga disebut perfect price discrimination
karena memperoleh surplus konsumen
paling besar.
 Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan
cara menerapkan harga yang berbeda-beda pada
jumlah batch atau lot produk yang dijual.
Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi
mengenai reservation price konsumen.

 Contoh: perbedaan harga per unit pada


pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli
yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1
kardus akan berbeda harganya.
 Gambar disamping menjelaskan
tentang diskriminasi harga derajat 2.
Pada grafik tersebut pelaku usaha
menetapkan harga (P1, P2 dan P3)
berdasarkan jumlah konsumsi.

 Kebijakan ini dapat meningkatkan


kesejahteraan konsumen karena
jumlah output bertambah dan harga
jual semakin murah. Hal ini
dikarenakan pelaku usaha
menggunakan sistem perbedaan harga
per unit pada pembelian grosir dan
pembelian eceran. Harga eceran lebih
tinggi dari pada harga per pak,
sehingga konsumen lebih baik
membeli barang langsung per pak
daripada membeli barang eceran.
 Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara
menerapkan harga yang berbeda untuk setiap
kelompok konsumen berdasarkan reservation price
masing-masing kelompok konsumen.

 Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena


perusahaan tidak mengetahui reservation
price masing-masing konsumen, tapi mengetahui
reservation price kelompok konsumen. Kelompok
konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis,
maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis
kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.

 Contoh : barang yang dijual di pedesaan dan di


perkotaan akan berbeda harganya.
Pada diatas menjelaskan tentang grafik
diskriminasi harga derajat 3.
Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan
perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang
lebih inelastis dikenakan harga yang lebih
tinggi.
Menurut Arsyad (2011), terdapat beberapa metode
penetapan harga produk pada pasar yang telah mapan
1. Strategi posisi harga (price positioning) Penetapan
harga pada metode ini lebih menekankan pada
atribut-atribut yang melekat
pada produk tersebut
2. Strategi harga lini produk
Penetapan harga pada metode ini lebih menekankan
pada laba tambahan yang melekat pada suatu produk
(mark-up) berdasarkan pada elastisitas permintaan
produk
3. Penetapan harga untuk menduga kualitas Penetapan
harga pada metode ini lebih menekankan
pada asumsi sebagian besar masyarakat yang
cenderung harga suatu produk akan mencerminkan
kualitas produk tersebut.
4. Penentuan harga produk dalam satu paket
Penetapan harga pada metode ini lebih menekankan
pada penjualan beberapa produk secara bersama-
sama.
5. Potongan kuantitas
Penetapan harga pada metode ini lebih menekankan
pada kuantitas produk yang ditawarkan.
6. Penetapan harga promosi
Penetapan harga pada metode ini lebih menekankan
pada kegiatan promosi untuk mempromosikan suatu
produk kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai