Anda di halaman 1dari 13

LARUTAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER

D OSE N P E N G AMPU
AY U RAH M AWATI S, M . SI
D R. STA L I S N O RM A ET H I CA , M .SI

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


FIKKES
UNIMUS
Definisi Larutan Standar Sekunder
Larutan Standar Sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer.

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan


tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.

Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan


larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri
Karakteristik Larutan Baku Sekunder

Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.

Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu
penimbangan

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan

Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan


Rumus Perhitungan Normalitas
Keterangan:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
𝑁 = 𝐵𝐸
𝑋 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 N : Normalitas
% 𝑥 𝐵𝐽 𝑥 1000 BE : Berat Ekivalen
𝑁 = 𝐵𝑀
BM : Berat Molekul
BJ : Berat Jenis
Rumus Perhitungan Molaritas
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
𝑀 = 𝑥 Keterangan:
𝐵𝑀 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
M: Molaritas
BM : Berat Molekul
Rumus Perhitungan Pengenceran
V1 . N1 = V2 . N2 Keterangan:
V1 : Volume Larutan Pekat
V2 : Volume Larutan yang akan dibuat
V1 . M1 = V2 . M2
N1 : Normalitas Larutan Pekat
N2 : Normalitas Larutan yang akan dibuat
V1 . P1 = V2 . P2 M1 : Molaritas Larutan Pekat
M2 : Molaritas Larutan yang akan dibuat
P1 : Persentase Larutan Pekat
P2 : Persentase Larutan yang akan dibuat
NaOH 0,01 N

a. Komposisi Bahan Cara Pembuatan


- Natrium Hidroksida (NaOH) 1) Timbang bahan zat terlarut sesuai hasil perhitungan
- Aquadest 2) Masukkan ke dalam gelas becker
b. Perhitungan 3) Masukkan aquadest hingga tanda batas
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000 4) Campurkan hingga homogen
0,01 = 401
𝑥 100
5) Masukkan ke dalam botol bertutup
0,01 𝑥 40 𝑥 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 1000 6) Cantumkan label nama bahan, konsentrasi dan waktu
= 0,04 gram pembuatan reagen pada botol tersebut
7) Simpan di di tempat yang tertutup dan kering
Asam Klorida (HCl) 0,01 N
a. Komposisi Bahan Data yang diketahui:
-Asam Klorida Pekat % = 37%
-Aquadest BJ = 1,19 g/mL
b. Perhitungan BM = 36,46 g/mol
% 𝑥 𝐵𝐽 𝑥 1000 Volume larutan = 100 mL (V2)
𝑁 =
𝐵𝑀 Normalitas larutan yang akan dibuat = 0,01 N
V1 . N1 = V2 . N2
Normalitas larutan pekat (Npekat ) :
Keterangan : 37% 𝑥 1,19 𝑥 1000
N : Normalitas 𝑁 =
36,46
% : Persentase Konsentrasi Larutan Pekat N = 12,0762 N (sebagai N1)
BJ : Berat Jenis V1 . N1 = V2 . N2
BM : Berat Molekul V1 . 12,0762 = 100. 0,01
100 𝑋 0,01
V1 =
12,0762
= 0,08 mL HCl pekat
Na2EDTA 0,01 M
a. Komposisi Bahan Cara Pembuatan
- Na2EDTA 1) Ambil bahan zat terlarut sesuai hasil perhitungan
- Aquadest 2) Masukkan ke dalam gelas becker
b. Perhitungan 3) Masukkan aquadest hingga tanda batas
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000 4) Campurkan hingga homogen
𝑀 = 𝑥
𝐵𝑀 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Keterangan : 5) Masukkan ke dalam botol bertutup
M : Molaritas 6) Cantumkan label nama bahan, konsentrasi dan waktu
BM : Berat Molekul
pembuatan reagen pada botol tersebut

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000 7) Simpan di di tempat yang tertutup dan kering
0,01 = 𝑋
372,24 100
0,01 𝑥 372,24 𝑥 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
1000
= 0,3722 gram
Definisi Larutan Standar Primer
Larutan Standar Primer adalah Larutan yang mengandung zat padat
murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui
metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui.

Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah


dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan
dilarutkan dalam volume tertentu.
Karakteristik Larutan Baku Primer

1. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120
derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi
oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap
tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
2. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa
zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
4. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
Kalium Iodida (KIO3) 0,01 N
a. Komposisi Bahan
- Kalium iodida
- Aquadest
Cara Pembuatan
b. Perhitungan
1) Ambil bahan zat terlarut sesuai hasil perhitungan
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
𝑁 =
𝐵𝐸
𝑋
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
2) Masukkan ke dalam labu ukur

Data yang diketahui: 3) Masukkan aquadest hingga tanda batas

N = 0,01 N 4) Campurkan hingga homogen


BE = 214 g/mol 5) Masukkan ke dalam botol bertutup
Volume larutan = 100 mL 6) Cantumkan label nama bahan, konsentrasi dan waktu
pembuatan reagen pada botol tersebut
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000 7) Simpan di di tempat yang tertutup dan kering
0,01 = 𝑋
2141 100
0,01 𝑥 214 𝑥 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
1000
= 0,214 gram
Asam Oksalat (H2C2O4) 0,01 N
a. Komposisi Bahan
- Asam Oksalat (H2C2O4)
- Aquadest Cara Pembuatan

b. Perhitungan 1) Ambil bahan zat terlarut sesuai hasil perhitungan


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000 2) Masukkan ke dalam labu ukur
𝑁 = 𝐵𝐸
𝑋 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 3) Masukkan aquadest hingga tanda batas

Data yang diketahui: 4) Campurkan hingga homogen


N = 0,01 N 5) Masukkan ke dalam botol bertutup
BE = 253,8091 g/mol
Volume larutan = 100 mL 6) Cantumkan label nama bahan, konsentrasi dan waktu
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000 pembuatan reagen pada botol tersebut
0,01 = 𝑋
253,8091 100
0,01 𝑥 253,809 𝑥 100 7) Simpan di di tempat yang tertutup dan kering
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
1000
= 0,2538 gram

Anda mungkin juga menyukai