Perdamaian Eropa
Oleh
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan Karunianya kepada saya dan tak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada Ibu Siska Nurazizah Lestari, M.Hum selaku dosen
pembimbing Mata Kuliah Sejarah Eropa sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peran Kongres Wina dalam Mewujudkan Perdamaian
Eropa” dengan lancar,
Harapan sami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman saya , saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kediri
13 Desember 2020
Penyusun
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Latar Belakang terjadinya Kongres Wina......................................................5
2.1.1 Peran Napoleon Bonaparte......................................................................5
2.1.2 Perang Koalisi..........................................................................................7
2.2 Kongres Wina...............................................................................................13
2.2.1 Peta Politik Eropa Sebelum Berlangsungnya Kongres Wina................13
2.2.2 Pelaksanaan Kongres Wina...................................................................14
2.2.3 Hasil Kongres Wina...............................................................................17
2.2.4 Dampak dari Hasil Kongres Wina.........................................................18
2.3 Pemberontakan terhadap Kongres Wina......................................................19
2.3.1 Revolusi Juli 1830 di Perancis...............................................................19
2.3.2 Revolusi Februari 1848 di Prancis.........................................................19
2.3.3. Revolusi Italia.......................................................................................20
2.3.4 Revolusi Jerman (Revolusi Maret)........................................................20
2.3.5 Hasil dari Berbagai Revolusi.................................................................21
2.4 Perkembangan Setelah Kongres Wina.........................................................21
2.4.1 Konvensi Wina......................................................................................23
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................27
3.1 Kesimpulan...................................................................................................27
3.2 Kritik dan Saran............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Keadaan Eropa pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 didominasi
oleh suatu pergolakan besar yaitu Revolusi Prancis. Revolusi ini banyak
mempengaruhi negara-negara Eropa, seperti Jerman dalam hal ide-ide
nasionalisme yang diusung oleh Napoleon Bonaparte. Ambisi Napolen untuk
menguasai Eropa menimbulkan pergelokan besar bagi negara sehingga
melahirkan titik awal perdamaian dengan sebuah pertemuan yang di namakan
Kongres Wina.
3
1.3 Tujuan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Biografi Napoleon
1
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0705671_chapter1.pdf , di akses pada 5
Desember 2020
5
temannya. Napoleon pintar matematika, dan cukup memahami pelajaran sejarah
dan geografi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Brienne pada 1784,
Napoleon mendaftar di sekolah elit École Militaire di Paris. Di sana ia dilatih
menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah di sana, ayahnya meninggal
dunia, ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya memakan waktu
dua tahun itu menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon
Laplace, yang dikemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota
senat.
Napoleon menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia
10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun.
Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang
dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan yaitu
menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun
1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya
diantaranya melawan Austria dan Prusia nama Napoleon semakin membesar dan
rakyat prancis semakin
6
Setelah Nepoleon menduduki tahta kekaisaran, semboyan revolusi yang
selama ini ia perjuangkan Liberty, Egality dan Fraternity (kebebasan,
kesamarataan dan persaudaraan) ia lupakan. Akhirnya cita-cita Napoleon pun
berubah ingin menguasai seluruh benua Eropa. Dalam pikirannya, Napoleon ingin
menjadikan Eropa sebagai Satu Negara, Satu Kesatuan, Satu Hukum dan Satu
Pemerintahan, “akan kujadikan semua negara menjadi satu” (Nehru, 1966: 92) 2
Hal ini senada dengan (wardhani:2015) Sejarah Prancis dan Eropa pada
1799 hingga 1815 tidak terlepas dari peran Napoleon Bonaparte yang berhasil
memprakarsai Revolusi Prancis dan mendirikan konsulat Napoleon berhasil
memeroleh gelar Kaisar Prancis dan memberikan rakyat Prancis kebebasan politis
dengan fasilitas berupa sistem pemerintahan yang teratur dan efisien. Napoleon
juga telah berhasil memperbaiki sistem administratif negara, adanya kebebasan
beragama, dan mereformasi pendidikan. Reformasi-reformasi ini diperkuat
dengan adanya Napolenic Code yang tertera pada Concordat 1801. Selain itu,
Napoleon tidak hanya berhasil menguasai Prancis namun juga berhasil
menaklukkan Austria, Prusia, dan Rusia pada 1805-1807.3
7
Polandia, semuanya menjadi daerah taklukan Napoleon. Kemenangan Prancis
telah merubah peta Eropa, dengan merusak batas-batas internasional yang telah
diatur sebelumnya. Pada tahun 1808 imperium Napoleon membentang dari
Spanyol hingga perbatasan Rusia. Napoleon melakukan penaklukan-penaklukan
tersebut melalui serangkaian perang yang disebut Napoleonic Wars (Perang-
perang Napoleon) atau sering di sebut dengn Perang Koalisi.
8
Dalam Perang Koalisi II Prancis menghadapi Austria, Inggris dan Turki.
Dalam perang ini, Napoleon juga tampil sebagai pemimpin perang Prancis.
Prancis berhasil mengalahkan Austria dalam pertempuran di Marengo tahun 1800.
Sekutu Austria yang lain, kemudian menghentikan perang setelah terjadi
Perjanjian Armien tahun 1802. Kemenangan ini mengantarkan Napoleon ke
puncak kekuasaan absolutnya. Ia menjadi konsul seumur hidup dan pada tahun
1804 diangkat sebagai kaisar.
9
Dalam Perang Koalisi V , Prancis berhadapan dengan Austria, Inggris,
Spanyol, dan Portugal. Dalam perang ini pasukan Austria berhasil dihancurkan
oleh Napoleon dalam pertempuran di Ulagram dan diakhiri dengan Perjanjian
Schonkrunn tahun 1809. Namun, Napoleon gagal mematahkan kekuatan Spanyol.
Bahkan, di Spanyol muncul gerakan nasionalisme untuk menenatang kekuasaan
Prancis. Gerakan nasionalisme ini menjalar ke negara-negara lain, seperti Prusia
dan Austria. Gerakan ini merupakan ancaman bagi dominasi kekuasaan Napoleon
di Eropa.Rusia ternyata tidak mematuhui adanya Continental Stelsel. Pada tahun
1812 Napoleon menyerang Rusia dengan kekuatan 600.000 orang pasukan yang
disebut Grande Armee. Rusia menggunakan taktik bumi hangus sehingga ketika
tentara Napoleon tiba di Moskow, banungunan di kota itu tinggal puing-puing.
Hal inilah yang mempersulit tentara Napoleon. Kondisi ini diperburuk dengan
datangnya musim dingin. Kekuatan tentara Naopleon frustrasi dan menderita
akibat kedinginan dan kehabisan persediaan makanan. Napoleon kemudian
memerintahkan untuk segera mundur. Tentara Rusia muncul dari
persembunyiannya dan segara menyerang tentara Napoleon dengan semangat
berkobar-kobar. Tentara Prancis yang telah payah dan kehabisan tenaga mundur
dan harus menyeberangi Sungai Berezina yang penuh dengan gumpalan es dan
salju. Berpuluh-puluh ribu pasukan Napoleon gugur dalam pertempuran tersebut.
Serangan ke Rusia merupakan pukulan berat bagi tentara Napoleon. Napoleon
mendahuli kembali ke Paris untuk menghimpun kekuatan baru yang akan
dikerahkan guna menebus kekalahannya.
Pada tahun 1813 di Eropa muncul koalisi yang sangat kuat yakni Rusia,
Inggris, Swedia, Austria, Spanyol, dan Prusia. Koalisi ini sepakat untuk
menghancurkan kekuasaan Napoleon. Tentara Napoleon semula memperoleh
kemenangan. Namun, dalam pertempuran di Leipzig tentara Napoleon akhirnya
berhasil dikalahkan oleh pasukan koalisi (1813). Napoleon menyerahkan dan ia
turun dari takhta kekaisaran. Napoleon kemudian dibuang ke Pulau Elba di selatan
10
Prancis (1814). Sebagai raja Prancis diangkatlah seorang Bourbon yakni Louis
XVIII ( adik Louis XVI).
Pada tahun 1814, Louis XVIII kemudian mengadakan Perjanjian Paris yang isinya
sebagai berikut.
Raja Louis XVIII ternyata seorang raja yang lemah sehingga bertolak
belakang dengan Napoleon yang cakap, berani, dan dikagumi rakyat. Louis XVIII
dipandang tidak cocok dengan kondisi Prancis yang sedang kacau akibat kalah
perang. Rakyat Prancis mendambakan datangnya Napoleon atau tokoh yang
sejajar. Hal ini terdengar oleh Napoleon di pembuangan. Oleh karena itu,
Napoleon berusaha meloloskan diri dan ingin kembali ke Prancis. Napolen
berhasil lolos dan kembali ke Prancis yang kemudian disambut dengan meriah
oleh rakyat Prancis.
11
Eropa dan tidak pernah memegang kekuasaan lagi. Pada bulan September 1814,
tepatnya lima bulan setelah Napoleon turun tahta untuk pertama kali, Kanselir
Austria yang bernama Klemens Wenzel von Metternich menghimbau negara-
negara Eropa lain untuk mengadakan sebuah kongres membahas situasi Eropa
yang kacau setelah munculnya Napoleon. Hingga dibentuk lah sebuah kongres
yang diadakan di ibukota Austria, Wina, sejak September 1814 hingga Juni 1815
yang dihadiri oleh banyak petinggi negara Eropa utamanya empat negara dalam
Quadruple Alliance dan Perancis di bawah kepemimpinan Raja Louis XVIII.
4
Suwandi, Husni. 2016. Sejarah Eropa Kontemporer, Dalam
https://id.scribd.com/doc/31360067/Perang-Koalisi , di akses pada 7 Desember 2020
12
Bisa di tarik kesimpulan bahwa serangkaian perang yang di lakukan
Napolen membawa Napolen memperluas batas-batas wilayahnya, tetapi pada
akhir masa kemundurannya Napolen berhasil dikalahkan dengan pasukan
Quadruple Alliance (Austria, Rusia, Prusia, dan Inggris) dampak dari perang
tersebut membawa kekacauan di wilayah Eropa Sehingga dengan kerusakan-
kerusakan itu mendorong negara-negara di Eropa untuk melakukan sebuah
pertemuan yang di namakan Kongres Wina.
Pada bulan Maret 1814, tentara Prancis dan Napoleon menyerah kepada
pihak sekutu. Walaupun Napoleon telah menyerah dan berada di pengasingan,
Revolusi Prancis ternyata membawa dampak yang luas bagi struktur social
masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa menjadi masyarakat yang terrtib secara
social, ikatan lama seperti feodalisme, gerejani, dan system politik telah
mengalami perubahan. Akan tetapi juga muncul kekhawatiran sebagai dampak
dari perang yang terjadi, diantaranya adalah seberapa lama ketertiban social yang
ada mampu bertahanSelain itu, sebagai dampak dari perang, mengakibatkan
berubahnya peta politik di Eropa. Oleh karena itu pelaksanaan kongres wina lebih
dinaksudjan untuk menyusun kembali pembangunan Eropa seperti sebelum
dilanda perang koalisi.
13
4. Pembagiaan Italia
Hasil perjanjian Chaumont ini diperkuat oleh perjanjian Paris 1 Mei 1814,
yaitu suatu perjanjian perdamaiaan yang dibuat 4 Negara besar ditambah Spanyol,
Portugal, Swedia, dan Perancis.5
14
Kongres Wina diadakan dengan tujuan untuk mengembalikan peta
perpolitikan di Eropa dan menjamin perdamaian di Eropa dengan menyelesaikan
isu-isu yang ditimbulkan oleh Revolusi Perancis dan Perang Napoleon. Tidak
hanya itu, negara-negara anggota dari Kongres Wina ingin membentuk kembali
batas-batas negara yang jelas dan saling menyeimbangkan kekuatan negara-
negara mereka agar Eropa tetap berada dalam kondisi damai (Encyclopedia
Britannica, 2014). Kongres Wina yang berakhir pada bulan Juni 1815 ini
menghasilkan beberapa keputusan penting untuk membangun kembali Eropa
seperti sebelum terjadinya Perang Napoleon.
7
Akbar, Helmi. 2014. Situasi Eropa 1815-1914. Surabaya. Dalam http://helmi-akbar-
fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-113705-(SOH2020)%20Sejarah%20Diplomasi-Situasi
%20Eropa%2018151914.html , di akses pada 6 Desember 2020
8
Suwandi, Husni. 2016. Sejarah Eropa Kontemporer, Dalam
https://id.scribd.com/doc/31360067/Perang-Koalisi , di akses pada 7 Desember 2020
15
diakui sebagai wilayah Rusia, akan tetapi Matternich dan Castlereagh tidak setuju
dengan hal tersebut.
Konggres Wina adalah sebuah pertemuan antara para wakil dari kekuatan-
kekuatan besar di Eropa. Pertemuan ini dipimpin oleh negarawan Austria,
Klemens Wenzel von Metternich dan diadakan di Wina, Austria dari 1 September
1814 hingga 9 Juni 1815. Tujuannya adalah untuk menentukan kembali peta
politik di Eropa setelah kekalahan Perancis hingga berakhirnya kekuasaan
Napoleon Perbicangan dalam konggres ini tetap berlanjut meskipun Napoleon
Bonaparte, mantan Kaisar Perancis kembali dari pengasingan dan melanjutkan
kekuasaan di Perancis pada Maret 1815. Pasal Terakhir Kongres ditandatangani
sembilan hari sebelum kekalahan terakhir Napoleon pada Pertempuran Waterloo.
Secara teknis, "Konggres Wina" sebanrnya tidak pernah dilaksanakan, karena
Kongres tersebut tidak pernah bersidang dalam sesi pleno, namun hanya
berbincang dalam sesi-sesi informal yang dihadiri perwakilan dari para kekuatan
besar Eropa.
Beberapa pemimpin dan wakil Negara Eropa yang hadir dalam Konggres Wina:
16
4. Charles Maurice de Talleyrand-Perigord (Perancis)
Mereka yang hadir dalam Kongres Wina sebagian besar adalah raja-raja
dan kaum bangsawan yang keberadaannya terusik oleh Napoleon. Selama
berlangsungnya, kongres didominasi oleh negara-negara yang termasuk dalam
“Big Four“ yang sebelumnya telah membentuk koalisi. Negara-negara tersebut
yaitu Inggris, Austria, Prusia, dan Rusia
17
3. Austria tetap memiki wilayah Gacilia, dan memperoleh daerah Lombardia serta
Venesia di Italia Utara. Kota Cracow (Polandia) dijadikan kota merdeka atau free
city.
6. Inggris berhasil memperoleh jaminan dari negara – negara besar, bahwa mereka
akan menghapuskan perdagangan budak; dan jaminan pembukaan sungai – sungai
tertentu untuk kepentingan lalu lintas perdagangan. Di samping itu diperolehnya
keuntungan – keuntungan teritorial di daerah seberang lautan terutama di Asia.9
18
mereka telah berhasil menghentikan gerakan revolusioner dan ambisi imperialis
Napoleon yang melanda Eropa10
3. Tuntutan rakyat Inggris terhadap perubahan soial dan politik (Reforbill 1832).
10
Suwandi, Husni. 2016. Sejarah Eropa Kontemporer, Dalam
https://id.scribd.com/doc/31360067/Perang-Koalisi , di akses pada 7 Desember 2020
19
Gelombang revolusioner mulai di Perancis pada bulan Februari, dan
segera menyebar ke sebagian besar Eropa dan sebagian Amerika Latin. Lebih dari
50 negara yang terpengaruh, tetapi dengan tidak ada koordinasi atau kerjasama
antara kaum revolusioner masing-masing. Enam faktor yang melatarbelakangi
gerakan tersebut adalah meluasnya ketidakpuasan dengan kepemimpinan politik;
tuntutan untuk lebih berpartisipasi dalam pemerintahan dan demokrasi, tuntutan
untuk kebebasan pers, tuntutan kelas pekerja;, kebangkitan nasionalisme; dan
akhirnya, regrouping dari kekuatan reaksioner berdasarkan royalti, aristokrasi,
tentara, gereja dan para petani Reformasi yang berlangsung termasuk
penghapusan perbudakan di Austria dan Hungaria, akhir monarki absolut di
Denmark, pengenalan demokrasi parlementer di Belanda dan akhir definitif
monarki Capetia di Perancis.
20
2.3.4 Revolusi Jerman (Revolusi Maret)
2. Pada peta wilayah Eropa terjadi beberapa perubahan yang disesuaikan dengan
pembagian kekuasaan politik yang baru merubah perbatasan dan menghasilkan
dua negara baru yaitu Belanda dan Prusia. Tahun 1816 Menetapkan desa
Morestnest kepada belanda dan Neu Morestnest kepada Prusia dimana kedua
wilayah tersebut memiliki tambang seng yang berharga serta menjadikan desa
Kelmis sebagai kawasan Netral.11
11
Suwandi, Husni. 2016. Sejarah Eropa Kontemporer, Dalam
https://id.scribd.com/doc/31360067/Perang-Koalisi , di akses pada 7 Desember 2020
21
2.4 Perkembangan Setelah Kongres Wina
Dan setelah PBB didirikan pada tahun 1945, dua tahun kemudian telah
dibentuk Komisi Hukum Internasional. Setelah tiga puluh tahun (1949-1979),
komisi telah menangani 27 topik dan subtopik hukum internasional, 7 diantaranya
adakah menyangkut hukum diplomatik, yaitu :
• Misi-misi khusus
• Status kurir diplomatik dan kantong diplomatik yang diikutsertakan pada kurir
diplomatik.
22
kelengkapan terakhir di selenggarakan Konvensi oleh PBB di Wina mengenai
hubungan Diplomatik dengan hasil Vienna Convention on Diplomatic Relations
(1961) atau sering di sebut Konvensi Wina12
Secara keseluruhan, Konvensi Wina Tahun 1986 ini terdiri dari 86 pasal
dan dätambab dengan Annex yang berisi tentang prosedur arbi&ase dan
konsiliasi. Materi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan hukum dan tata-cara
atau prosedur tentang pembuatan peöanjian intemasional antara Negara dengan
Negara, antara Negara dengan Oganisasi Internasional dan antara sesama Pertama,
perlu dicatat bahwa, kesepakatan masyarakat intemasional dalam bentuk
Konvensi Wina Tahun 1986 tersebut, telab menandai munculnya satu insüumen
hukum internasional. Konvensi Wina Tahun 1986, pada hakikatnya merupakan
suatu insüumen hukum intemasional berupa peöanjian intemasional. Sebagai
suatu persetujuan resmi yang dibuat oleh masyarakat internasional melalui
konferensi diplomatik multilateral, berlak1mya Konvensi Wina Tahun 1986
memerlukan ratifikasi oleh Negara Pihak dan konfirmasi formal dari Organisasi
Internasional penanda tangan Konvensi, serta aksesi oleh Negara atau Organisasi
Internasional yang memiliki kapasitas untuk membuat perjanjian internasional.
Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 85 Konvensi Wina Tahm 1986, Konvensi
12
DammemTandi, Nicholas. Kewenangan Perwakilan RI di Luar Negri. Jurnal Hukum Indonesia.
Hlm 714
23
ini dapat berlaku secara efektif (entry into force), setelah dipenuhinya sejumlah 35
ins&umen ratifikasi atau aksesi oleh negara. Sampai saat ini, persyaratan yang
dirumuskan di dalam Pasal 86 Konvensi ini belum dipenuhi.
24
internasional. Sebagai kesepakatan internasional Konvensi Wina Tahun 1986,
merumtLskan bak dan kewajiban yang berlaku dalam kesehmłhan sistem hukum
internasional. Dalam kaiunnya dengan norma-nonna hukum internasional yang
berlaku (the existing international law) kiranya perlu dikemukakan bahwa suatu
instrumen hukum internasional universal yang lahir dari kesepakatan intemasional
multilateral mempunyai peranan dan fungsi yang signifikan sebagai sumber
hilkum dalam sistem hukum internasional. Dalam konteks demikian, kiranya
pertu dicatat bahwa sistem hukum internasional memiliki doktrin, karakter, dan
metode tersendiri dalam proses pembentukan sumber hukum.
25
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) telah membuat
peianjian dengan Pemerintah Pakistan berkaitan dengan masalah pengungsi dari
Afghanistan. Eksistensi Organisasi Internasional sebagai subyek hukum juga
dapat dilihat dalam berbagai preseden hukum internasional13
13
Riyanto, Sigit. "The Vienna Convention on the Law of Treaties between States and
International Organizations or between International Organizations of 1986" . hlm 2-5
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini, agar saya lebih paham tentang
bagaimana makalah yang baik dan benar.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0705671_chapter1.pdf , di akses
pada 5 Desember 2020
http://tara-wardhani-fisip14.web.unair.ac.id/kategori_isi-57289 SOH202%
(Sejarah%20Diplomasi).html di akses pada 5 Desember 2020
Dalam http://amaliamastur-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-117867-
Sejarah%20Diplomasi-Diplomasi%201815%201914%20(%20Concert
%20of%20Europe%20).html di akses pada 6 Desember 2020
Riyanto, Sigit. 2013 "The Vienna Convention on the Law of Treaties between
29