Anda di halaman 1dari 17

KUALITAS AUDIT DAN MYOPIC BEHAVIOUR

Muhammad Syafiqurrahman1

ABSTRACT
This study aims to empirically examine the role of auditor quality (industrial
specialization) in limiting myopic management practices in Indonesia. This study uses a
sample of 165 firms with 660 observations during 2004 to 2007 and using the pooled
data. This study focuses myopic behavior by using the pattern as a motivation
increasing income managers to manipulate earnings. By using independent sample t-
test, this study suggests that abnormal operation cash flow (CFO) and abnormal
production costs that companies audited by industry specialist auditors is lower than
the companies audited by non-industry specialist auditors, being abnormal
discretionary expenses auditor client higher than the industry specialists abnormal
discretionary expenses, non-specialist auditors clients industry.

Keywords : myopic behaviour, audit quality, cash flow operation, abnormal


production cost, abnormal discretionary expenses.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris peran auditor yang berkualitas
(spesialisasi industri) dalam membatasi praktik myopic management. di Indonesia.
Penelitian ini mengunakan sampel sebanyak 165 perusahaan dengan 660 observasi
selama 2004 sampai 2007 dan menggunakan pooled data. Penelitian ini memfokuskan
perilaku myopia dengan menggunakan pola income increasing sebagai motivasi
manajer untuk memanipulasi laba. Dengan menggunakan independent sample t-test,
penelitian ini menunjukkan bahwa abnormal Cash Flow Operation (CFO) dan
abnormal production cost perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri lebih
rendah dari pada perusahaan yang diaudit oleh auditor non-spesialis industri, sedang
abnormal discretionary expenses klien auditor spesialis industri lebih tinggi daripada
abnormal discretionary expenses klien auditor non-spesialis industri.

Kata kunci : perilaku myopia, kualitas audit, operasionalisasi arus kas, biaya
produksi abnormal, biaya abnormal diskresioner.

1
Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret. Email: akubukansurya@yahoo.com

[83] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


PENDAHULUAN Perilaku myopia ini sebenarnya
Manajer memiliki berbagai macam akan menyebkan konsekuensi bagi
alternatif strategi untuk menjalankan perusahaan dalam jangka panjang serta
bisnisnya. Setiap langkah strategi yang merugikan berbagai pihak, terutama
diambil secara langsung atau tidak akan investor. Hasil penelitian Mizik dan
mempengaruhi aliran arus kas. Jacobson (2006) terhadap kinerja 2859
Manajemen yang efektif akan berfokus perusahaan selama 5 tahun
pada jangka panjang dan memilih menunjukkan bahwa perusahaan yang
alternatif strategi yang menghasilkan melakukan pemotongan dicretionary
nilai ekspektasi net present value yang expense (biaya diskresioner) jangka
paling tinggi, misalnya memilih strategi pendek untuk menaikkan laba saat
yang memaksimalkan jumlah discount penerbitan saham akan menurunkan
future profits (Wang et al., 2006). labanya dalam jangka panjang dan
Pemilihan strategi alternatif oleh harga sahamnya akan turun lebih dari
manajer tergantung pada arus kas yang 20% dalam empat tahun.
diharapkan dan discount rate yang Perilaku myopia ini tidaklah murah
digunakan. Discount rate ini nanti akan namun sulit dideteksi, bahkan sering
menentukan keseimbangan yang tepat kali tidak menjadi obyek deteksi. Di
antara manfaat sekarang dan masa beberapa studi (Krishnan, 2003; Kwon
depan. et al., 2007) telah menunjukkan salah
Kadangkala manajer dihadapkan satu upaya yang dapat dilakukan untuk
pada kondisi yang memaksanya mengurangi perilaku oportunistik ini
memilih strategi yang hanya berfokus adalah melalui auditor eksternal yang
pada jangka pendek saja dengan berkualitas. Meskipun laporan keuangan
mengorbankan kinerja jangka panjang. adalah tanggung jawab manajemen,
Manajer mungkin merasa tertekan tetapi auditor eksternal berperan dalam
terhadap target laba kuartalan untuk memberikan jaminan dan keyakinan
memenuhi ekspektasi analis, yang memadai apakah laporan
kompensasi yang diharapkan, atau keuangan bebas dari salah saji material,
evaluasi kinerja yang hanya berfokus baik yang disebabkan karena kekeliruan
pada kinerja jangka pendek. Kondisi- atau kecurangan, dengan cara
kondisi ini seringkali memaksa manajer mengidentifikasi eror dan iregularitas.
untuk memilih strategi yang Karena salah satu penyebab eror dan
menguntungkan sementara waktu, tetapi iregularitas dalam laporan keuangan
mengorbankan kinerja masa depan. adalah manajemen laba (Revsine et al.,
Dalam literatur akademik, perilaku ini 2004). Perilaku myopia merupakan
disebut sebagai myopic management. salah satu bentuk dari manajemen laba.
Sebagai contoh, manajer melakukan Secara logis, kemampuan audit untuk
penginflasian laba (inflate earnings) mendeteksi atau mengurangi perilaku
untuk mencapai target laba dengan myopia ini diekspektasi akan bervariasi
memotong discretionary expense, sesuai dengan kualitas auditnya.
seperti biaya R&D dan biaya pemasaran Kualitas audit sering diproksi
dan admnistrasi. Hasil survey yang dengan tipe auditor. Auditor Big Four
dilakukan oleh Graham et al. (2005) dianggap lebih berkualitas dibanding
menunjukkan bahwa 80% dari 401 top non-Big Four. Ada dua hal yang
financial executive akan menurunkan melatar belakangi anggapan ini.
biaya R&D dan marketing untuk Pertama, auditor Big Four dianggap
mencapai tujuan jangka pendek. lebih mampu menemukan kesalahan

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [84]


atau penyimpangan pelaporan 2003; Kwon et al., 2007). Ketiga, KAP
(misreporting). Kedua, auditor Big Four yang terfokus pada industri tertentu
memiliki probabilitas lebih untuk akan melakukan investasi pada
melaporkan penyimpangan yang teknologi, fasilitas-fasilitas fisik,
ditemukan atau dengan kata lain auditor personal, dan sistem organisasi,
Big Four dianggap lebih independen. sehingga efektivitas audit meningkat
Hal ini dikarenakan Big Four memiliki yang pada akhirnya dapat meningkatkan
reputasi yang terlalu besar untuk kualitas audit (Kwon et al., 2007).
dipertaruhkan dan basis klien yang lebih Terdapat beberapa alasan lain
besar, sehingga tidak ada satu klien mengapa auditor spesialisasi industri
yang sangat penting bagi Big Four dapat mengurangi praktik managemen
sampai harus mengorbankan laba dibandingkan dengan auditor
independensinya (DeAngelo, 1981 nonspesialis dan sekaligus digunakan
dalam Watts dan Zimmerman, 1986). sebagai dimensi lain dari audit yang
Penelitian ini menggunakan auditor berkualitas. Pertama, auditor
spesialisasi industri karena sejak spesialisasi industri lebih memiliki
skandal akuntansi muncul di Amerika pengalaman dalam industri tertentu,
yang melibatkan auditor eksternal, isu sehingga lebih mampu mengidentifikasi
tentang kualitas audit mulai eror daripada auditor yang tidak
diperdebatkan. Kurang relevannya terspesialisasi. Kantor Akuntan Publik
penggunaan brand name kantor akuntan yang memiliki keahlian dalam industri
publik (KAP) Big Four sebagai proksi tertentu akan lebih baik menilai
kualitas audit mulai menjadi perhatian kewajaran estimasi yang dibuat klien
peneliti. Beberapa penelitian sehingga mampu mengurangi perilaku
menganggap proksi kualitas audit deskresi klien dalam penerapan prinsip-
dengan menggunakan KAP Big Four prinsip akuntansi (Kwon,1996 dalam
tidak relevan lagi setelah munculnya Gramling dan Stone, 2001). Sebagai
kasus Enron (Krishnan, 2003; Kwon et contoh, auditor yang terspesialisasi pada
al., 2007). industri perbankan dapat menilai
Studi-studi tersebut menggunakan kewajaran kecukupan provisi kerugian
auditor spesialisasi industri sebagai pinjaman lebih baik daripada auditor
proksi kualitas audit karena beberapa nonspesialis. Kedua, auditor yang
alasan yang dapat disimpulkan sebagai terspesialisasi pada suatu industri
berikut. Pertama, auditor spesialisasi memiliki pemahaman yang mendalam
industri memiliki peran yang lebih terhadap karakteristik industri tertentu,
penting pada negara yang sistem sehingga mampu mengenali dan
legalnya lemah, sehingga dengan mengatasi permasalahan potensial dan
memilih auditor spesialisasi industri isu-isu yang melibatkan klien dalam
memberikan sinyal kepada investor industri tertentu tersebut (O’Reilliy dan
bahwa perusahaan berusaha untuk Reisch, 2002). Ketiga, auditor
meningkatkan tata kelola spesialisasi industri lebih taat terhadap
perusahaannya (Kwon et al., 2007). standar prinsip akuntansi berterima
Kedua, auditor spesialisasi industri umum (PABU) dan juga selalu menjaga
memberikan tingkat kepastian yang reputasi mereka. Oleh karena itu,
lebih tinggi, memberikan nilai tambah auditor spesialisasi industri lebih
kepada klien, dan dapat memberikan memiliki kemampuan untuk
jasa audit yang lebih berkualitas mengurangi praktik manajemen laba
daripada auditor nonspesialis (Krishnan, daripada auditor nonspesialis.

[85] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


Penelitian ini ingin menguji apakah Beberapa penelitian terdahulu telah
auditor yang berkualitas (diproksikan mencoba mengkaji fenomena terkait
dengan auditor spesialisasi industri) perilaku myopic ini. Graham et al.
dapat mengurangi perilaku myopia. (2005) melakukan survei eksploratori
Penelitian ini berkontribusi dalam terhadap para chief financial officer
beberapa cara berikut. Pertama, (CFO) mengenai perilaku dan
hubungan pelaporan keuangan dan strateginya dalam melakukan
perilaku myopia yang merupakan isu manajemen laba. Graham et al (2005)
utama penelitian ini merupakan isu menemukan bahwa ketika dihadapkan
penting yang jarang diperhatikan pada kondisi laba yang masih dibawah
dan/atau diungkapkan dalam literatur target, 80% CFO akan menurunkan
akuntansi umumnya. Kedua, selama ini pengeluaran diskresioner seperti biaya
audit selalu dipandang bermanfaat iklan dan R&D, 50% CFO akan
karena menghasilkan pelaporan menunda menjalankan proyek baru
keuangan yang berintegritas dan andal. meskipun hal itu akan mengorbankan
Pengujian adanya konsekuensi tidak nilai perusahaan, dan 39% CFO akan
langsung yang buruk sebagai hasil audit memberikan insentif bagi pelanggan
(yang bervariasi dengan kualitasnya) untuk membeli lebih banyak lagi.
merupakan satu hal yang belum banyak Temuan ini menandakan bahwa
(dan oleh karenanya layak) dipikirkan/ manajer akan berfokus pada kinerja
diungkapkan. jangka pendek dan mengganggu
operasi normal perusahaan serta arus
KERANGKA TEORITIS kas.
Dechow dan Sloan (1995)
Pasar Modal dan Myopic melakukan penelitian terhadap perilaku
Management manajer ketika menjelang akhir masa
Stein (1989) mendefinisikan myopic jabatannya. Mereka menemukan bahwa
management sebagai keinginan untuk manajer cenderung akan mengurangi
meningkatkan harga saham dengan pengeluaran R&D di akhir tahun
meningkatkan laba saat ini dengan menjelang masa pensiun. Penman dan
mengorbankan arus kas jangka panjang Zhang (2002) menemukan bahwa
(laba). Perilaku myopic dalam artian memotong investasi akan membantu
yang lebih luas (dari konteks yang dalam menaikkan laba. Roychowdury
digunakan dalam penelitian ini) berarti (2006) melaporkan bukti adanya
penempatan prioritas yang keliru antara perusahaan yang melakukan over-
sasaran jangka panjang dan jangka produksi dan memberikan diskon yang
pendek. Hal ini berarti pengambilan tidak wajar untuk meningkatkan
keputusan yang baik untuk jangka penjualan sesaat untuk meningkatkan
suboptimal dalam jangka panjang laba dalam usaha pencapaian target
(Laverty, 1996). Bentuk perilaku laba. Mizik dan Jacobson (2007)
myopia yang umum adalah penetapan menemukan bahwa perusahaan
anggaran pengeluaran diskresioner cenderung menurunkan biaya iklan dan
terkait aset tak berwujud (e.g. R&D, pemasaran pada saat seasoned equity
SG&A) yang suboptimal. Dalam kasus offerings (SEO) untuk meningkatkan
ekstrim, ketika manajer benar-benar laba dan harga saham.
membutuhkan “tambahan dana” untuk Beberapa literatur penelitian
menginflasi laba maka yang dilakukan menyebutkan bahwa perilaku myopic
adalah pemotongan anggaran ini. management dilakukan melalui

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [86]


manipulasi aktivitas riil. Manipulasi apakah para eksekutif melakukan
aktivitas riil ini bisa dalam bentuk manipulasi aktivitas riil. Hasil survey
manipulasi aktivitas operasi, investasi mereka menunjukkan bahwa manajer
dan pendanaan. Bentuk dari manipulasi lebih memilih melakukan manipulasi
aktivitas operasi dan investasi antara aktivitas riil daripada melakukan
lain, memotong pengeluaran manajemen laba akrual untuk mencapai
diskresioner (riset dan pengembangan, target laba perusahaan. Secara khusus,
penjualan dan beban umum), over- 80% dari partisipan yang disurvei
produksi, penjualan aset jangka menunjukkan bahwa mereka akan
panjang, manipulasi transaksi investasi menurunkan pengeluaran diskresioner
untuk mengambil keuntungan dari pada beban R&D, iklan, dan
pilihan metode akuntansi. Manipulasi pemeliharaan untuk memenuhi target
transaksi melalui aktivitas pendanaan laba. Sekitar 55,3% partisipan
antara lain stock repurchases, stock menyatakan bahwa mereka akan
options, instrumen keuangan (hedges menunda proyek baru untuk memenuhi
dan debt-equity swaps). target laba meskipun penundaan
Meskipun belum banyak dilakukan, tersebut akan memperkecil nilai
beberapa literatur akuntansi sudah perusahaan.
mulai menunjukkan adanya perilaku Zang (2005) menguji apakah
myopic manajemen yang dilakukan manipulasi aktivitas riil dan
melalui manipulasi aktivitas riil. Cohen manajemen laba akrual digunakan
dan Zarowin (2008) melakukan studi sebagai alat mengelola laba secara
untuk menguji perilaku manajemen substitusi. Hasil penelitiannya
laba, yang difokuskan baik pada membuktikan bahwa terdapat efek
managemen laba akrual mapun substitusi antara kedua alat manajemen
manipulasi aktivitas riil, seputar laba dan manajer menggunakan strategi
seasoned equity offerings (SEOs). manajemen laba secara berurutan,
Sampel yang digunakan sebanyak 1511 misalkan manajer akan memilih
perusahaan Amerika yang melakukan manipulasi riil sebelum berpindah ke
SEOs dari tahun 1987-2006. Hasil manipulasi akrual. Hasil penelitian
pengujian mereka menunjukkan Zang sejalan dengan hasil penelitian
beberapa hal. Pertama, mereka berhasil Cohen et al. (2008) yang menunjukkan
membuktikan bahwa manajemen laba bahwa secara umum, tanpa adanya
akrual dilakukan oleh perusahaan- target laba tertentu, praktik managemen
perusahaan pada tahun dilakukannya laba akrual meningkat pada periode
SEO. Kedua, mereka juga berhasil sebelum dikeluarkannya SOX, tetapi
menunjukkan secara empiris bahwa menurun secara signifikan pada periode
perusahaan yang menjadi sampel juga setelah SOX. Hal ini menunjukkan
melakukan manajemen laba riil pada bahwa perusahaan berpindah dari
kurun waktu seputar SEO. Hasil manajemen laba akrual ke manajemen
penelitian Cohen dan Zarowin laba riil pada periode setelah SOX.
memberikan bukti bahwa ketika akan Studi yang dilakukan
dilakukan SEO, maka perusahaan akan Roychowdhurry (2006) menunjukkan
melakukan baik manajemen laba akrual bahwa perusahaan akan berusaha
maupun managemen laba riil. menghindari kerugian dengan
Graham et al. (2005) menggunakan menggunakan tiga metode berikut ini.
metode survey yang dilakukan pada 1. Manipulasi penjualan atau
para eksekutif untuk membuktikan meningkatkan penjualan secara

[87] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


tidak wajar (sales manipulation). berkeinginan untuk melaporkan
Cara ini dilakukan dengan kecurangan tersebut. Hanya bersandar
menawarkan diskon harga atau pada definisi tersebut untuk
syarat kredit yang ringan. menentukan auditor yang berkualitas
Akibatnya, manajer dapat tidaklah cukup karena kualitas audit
meningkatkan penjualan selama bersifat multidimensi dan tidak dapat
tahun berjalan, tetapi peningkatan diobservasi secara langsung (Balsam et
volume penjualan ini akan hilang al, 2003), sehingga penelitian-
ketika harga jual kembali pada penelitian di bidang kualitas audit
harga semula. menggunakan bermacam-macam
2. Mengurangi pengeluaran proksi untuk menentukan kualitas
diskresioner. Pengeluaran audit.
diskresioner seperti biaya R&D, Kualitas audit sering dipersepsikan
biaya iklan, dan pemeliharaan pada dengan KAP big 4/non-big 4. Setelah
umumnya dibebankan pada periode terjadinya kasus Enron yang juga ikut
terjadinya, sehingga perusahaan menyeret nama besar salah satu KAP
dapat mengurangi biaya yang big 5 (pada waktu itu) yaitu KAP
dilaporkan dan meningkatkan laba Arthur Anderson, serta banyaknya
dengan mengurangi pengeluaran skandal-skandal lain yang melibatkan
diskresioner KAP yang termasuk dalam big 5/big 4,
3. Produksi yang berlebihan maka penelitian tentang kualitas audit
(overproduction). Agar laba naik, mulai menggunakan dimensi lain untuk
manajer dapat memproduksi lebih mem-proksi kualitas audit. Crasswell et
banyak persediaan dari yang al. (1995) dalam Mayangsari (2004)
sewajarnya untuk memenuhi menyatakan bahwa auditor spesialisasi
permintaan. Dengan tingkat industri merupakan dimensi lain dari
produksi yang lebih tinggi, maka kualitas audit. Carcello et al., (1992)
biaya overhead tetap per unit menyatakan bahwa pengalaman dengan
semakin kecil akibatnya kos per unit klien, keahlian industri, dan ketaatan
turun. Hal ini membuat kos barang terhadap GAAP mempengaruhi
terjual lebih rendah dan perusahaan kualitas audit yang dihasilkan.
memperoleh margin operasi yang Audit bertujuan untuk memastikan
lebih baik. pelaporan keuangan yang berintegritas
dan andal. Pelaporan keuangan disebut
Efektivitas Audit dalam Mengurangi berintegritas dan andal bila sesuai
Myopic Management dengan GAAP atau dengan kata lain
Krishnan (2005) mendefinisi tidak ada praktik-praktik akuntansi
kualitas audit sebagai probabilitas yang dapat dipertanyakan
seorang auditor untuk menemukan dan (questionable practices, i.e.
melaporkan suatu kecurangan dalam pengelolaan akuntansi). Secara logis,
sistem akuntansi klien, dan kemampuan audit dalam mencapai
kemampuan untuk menemukan adanya tujuannya (i.e. kapitalisasi manfaat
kecurangan dan melaporkannya audit) akan bervariasi sesuai dengan
tergantung dari kemampuan teknik kualitas auditnya. Dengan kata lain,
auditor terhadap klien. Dari definisi ini, audit yang berkualitas akan mampu
dapat dikatakan bahwa auditor yang mengurangi pengelolaan akuntansi
berkualitas adalah auditor yang mampu lebih baik daripada audit yang kurang
mendeteksi adanya kecurangan, dan berkualitas.

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [88]


Kualitas audit dapat diproksi oleh perspektif lain, audit yang berkualitas
tipe auditor dengan Big Four mempersempit kesempatan manajemen
dipandang sebagaiauditor yang lebih untuk menginflasi laba melalui
berkualitas dibandingkan nonBig Four. pengelolaan akuntansiyang kecil
Big Four dapat memberiaudit yang kosnya, sehingga manajemen terpaksa
lebih berkualitas karena mereka beralih pada pengelolaan faktor riil
memiliki teknologi yang lebih yang meski lebih mahal namun lebih
baikuntuk mendeteksi area sukar dideteksi. Penelitian Cohen et al.
permasalahan, interpretasi GAAP yang (2007) dan Cohen dan Zarowin (2008)
cenderung konservatif, dan posisi menemukan bahwa bauran
negosiasi yang lebih kuat ketika penginflasianlaba (pengelolaan
melakukan penyesuaianterhadap akuntansi-perilaku myopia) berubah
pelaporan keuangan klien. Big Four setelah SOX yang, sama seperti audit,
ditemukan cenderung digunakan oleh merupakan satu sistem pengendalian
perusahaan yang memerlukan greater pelaporan keuangan. Pengelolaan
assurance untuk kredibilitas labanya akuntansi turun dengan berlakunya
seperti high-accrual firms (Francis et SOX, sementara perilaku myopia justru
al. 1999). Penelitian menunjukkan meningkat. Hal ini mengindikasikan
bahwa klien Big Four memiliki akrual bahwa pengetatan sistem pelaporan
diskresioner dibanding klien nonBig keuangan mencegah manajemen
Four (Beckeret al. 1998, Myers et al. melakukan pengelolaan akuntansi dan
2003). Bahkan Francis et al. (1999) mendorong mereka berperilaku
menemukan bahwa meskipun klien Big myopia. Pengetatan sistem pelaporan
Four memiliki tingkat akrual total yang juga bisa terjadi karena adanya audit
lebih tinggi, namunakrual diskresioner yang berkualitas.
estimasiannya (i.e. proksi pengelolaan
akuntansi) tetap lebih rendah dibanding Penelitian Terdahulu dan Perumusan
klien non Big Four. Hipotesis
Sayangnya, pengelolaan akuntansi Perkembangan literatur perilaku
bukanlah satu-satunya cara untuk myopia, khususnya literatur dalam
menginflasi laba. Satu cara lainnya bentuk studi empiris telah menunjukkan
adalah dengan berperilaku myopia bahwa metode yang digunakan oleh
yang dilakukan dengan manejemen tidak hanya dilakukan
mengelola/memanipulasi aktivitas riil melalui manipulasi akrual tetapi juga
terkait aset tak berwujud. Perilaku dengan melakukan manipulasi aktivitas-
myopia diperkirakan tidak akan aktivitas riil. (Roychowdury, 2006;
dideteksi oleh auditor atau meskipun Graham et al., 2005; Cohen et al., 2008;
dideteksi tidak akan disesuaikan karena Cohen dan Zarowin, 2008). Salah satu
perilaku myopia merupakan keputusan penyebab hal ini karena metoda-metoda
bisnis bukan pelaporan, sehingga tidak riil yang digunakan untuk memanipulasi
termasuk dalam cakupan audit. Survei aktivitas-aktivitas riil, meskipun lebih
oleh Nelson et al. (2002) menemukan mahal, tetapi lebih sulit dikenali oleh
bahwa auditor cenderung tidak auditor daripada jika menggunakan
melakukan penyesuaian terhadap manipulasi akrual (Januarsi, 2009).
transaksi yang (structured transaction) Selain itu, manipulasi aktivitas riil
yang di dalamnya termasuk juga bukan berupa kebijakan akuntansi pihak
perilaku myopia sebagai satu bentuk manajemen perusahaan yang
pengelolaan faktor riil. Dilihat dari keseluruhan dapat diketahui dalam

[89] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


laporan keuangan klien, sehingga yang diaudit oleh auditor non-
auditor lebih sulit mengetahui apakah spesialis
manipulasi aktivitas riil dilakukan atau
tidak. Karena sulitnya mengenali METODE PENELITIAN
manipulasi aktivitas riil, maka
diperlukan pengetahuan dan keahlian Sumber Data, Populasi dan Sampel
yang sangat baik dari para auditor atau Data yang digunakan dalam
dibutuhkan kualitas audit yang tinggi penelitian ini adalah data sekunder
sehingga managemen laba riil dapat untuk periode waktu dari tahun 2003-
dikurangi. Secara konsep, persyaratan 2007 yang diperoleh dari OSIRIS
ini dapat dipenuhi oleh auditor database. Populasi dalam penelitian ini
spesialisasi industri karena sesuai adalah perusahaan-perusahaan non-
dengan hasil penelitian Johnsen et al. finansial yang terdaftar di Bursa Efek
(1991) dalam Krishnan (2003) yang Indonesia (BEI). Pemilihan sampel
menunjukkan bahwa pengalaman dalam menggunakan metode penyampelan
industri tertentu berhubungan dengan bersasaran (purposive sampling).
peningkatan kemampuan auditor dalam Berikut ini merupakan syarat
mendeteksi adanya kecurangan. Selain perusahaan yang dijadikan sampel,
itu, auditor yang terspesialisasi pada yaitu: (1) perusahaan terdaftar di BEI
suatu industri memiliki pemahaman dan mempublikasikan laporan keuangan
yang mendalam terhadap karakteristik dengan konsisten dari tahun 2003-2007;
industri tertentu, sehingga mampu (2) periode laporan keuangan
mengenali dan mengatasi permasalahan perusahaan tersebut berakhir setiap 31
potensial dan isu-isu yang melibatkan Desember; (3) bukan perusahaan
klien dalam industri tersebut (O’Reilliy perbankan dan asuransi sesuai dengan
dan Reisch, 2002). Secara konsep, klasifikasi menurut NAICS 2007 2-digit
auditor spesialisasi industri dapat lebih primary code. Hal ini karena
baik mengurangi perilaku myopia perusahaan perbankan dan asuransi
daripada auditor nonspesialisasi mempunyai kebijakan dan karakteristik
industri. Berdasarkan tinjauan pustaka industri yang berbeda; (4) memiliki
di atas maka hipotesis dalam penelitian semua data yang digunakan untuk
ini dapat dirumuskan sebagai berikut. menghitungaliran kas abnormal dari
H1: Abnormal CFO pada perusahaan kegiatan operasi, kos produksi
yang diaudit oleh auditor spesialis abnormal, biaya diskresioner abnormal
industri lebih tinggi dibandingkan serta untuk menentukan auditor
perusahaan yang diaudit oleh spesialisasi industri.
auditor non-spesialis
H2: Abnormal production cost pada Pengumpulan Data
perusahaan yang diaudit oleh Populasi dalam penelitian ini adalah
auditor spesialis industri lebih semua perusahaan yang terdaftar di
rendah dibandingkan perusahaan BEI, kecuali perusahaan dalam industri
yang diaudit oleh auditor non- keuangan yaitu perbankan, sekuritas,
spesialis dan asuransi. Sampel perusahaan dipilih
H3: Abnormal discretionary expenses dari keseluruhan populasi perusahaan
pada perusahaan yang diaudit oleh publik di BEI dan berdasarkan
auditor spesialis industri lebih ketersediaan data untuk menghitung
tinggi dibandingkan perusahaan variabel-variabel yang dijelaskan
sebelumnya. Periode penelitian adalah

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [90]


dari tahun 2004 sampai dengan 2007. perusahaan non keuangan yang
Jumlah perusahaan yang terdaftar di dijadikan sampel tersebut, 75
BEI dari tahun 2003 sampai 2007 perusahaan datanya tidak lengkap.
adalah 290 perusahaan. Dari 290 Jumlah sampel secara keseluruhan yang
perusahaan tersebut, 50 perusahaan digunakan dalam penelitian ini adalah
merupakan perusahaan keuangan yaitu 165 perusahaan dengan jumlah
21 perusahaan perbankan, 10 observasi 660. Proses dan tahapan
perusahaan kredit selain bank, 9 pemilihan sampel disajikan di tabel 1,
perusahaan sekuritas, dan 10 dan distribusi sampel menurut industri
perusahaan asuransi. Dari 240 disajikan di tabel 2.

Tabel 1. Proses Penentuan Sampel


Keterangan Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 sampai 2007 290
Sampel dikeluarkan karena termasuk dalam industri keuangan yaitu
perbankan, sekuritas, dan asuransi (50)
Sampel dikeluarkan karena data tidak lengkap (75)
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian 165

Tabel 2/ Distribusi Sampel Menurut Industria


Industri Jumlah perusahaan dalam industri
Agriculture Forestry and Fishing 4
Animal Feed and Husbandry 5
Mining and Mining Services 5
Food and Beverage 16
Tobacco Manufactures 3
Textile Mill Product 8
Apparel and Other Textile Product 10
Lumber and Wood Product 5
Chemical and Allied Products 8
Plastics and Glass Products 10
Metal and Allied Product 16
Electronic and Office equiptment 8
Automotive and Allied Products 13
Pharmaceuticals 9
Consumer Good 3
Transportations Services 6
Whole Sale and Retail Trade 12
Riil Estate 18
Hotel and Travel Services 6
Total 165
a
Penggolongan industri berdasarkan 2-digit NAICS 2007 Primary Code
dapat mengestimasi abnormal cash flow
Variabel Penelitian dan dari aktivitas operasi, discretionary
Pengukurannya expenses dan production cost. Berikut
ini adalah model pengukurannya.
Myopic Management a) Model estimasi untuk arus kas
Perilaku myopia diproksikan dengan kegiatan operasi normal mereplikasi
manipulasi aktivitas riil. Untuk dari penelitian Roychowdhury
mendeteksi manipulasi aktivitas riil (2003):
digunakan model yang dikembangkan
oleh Roychowdhurry (2006). Model ini

[91] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡 1 𝐶𝑂𝐺𝑆𝑖𝑡 1
= 𝑘1𝑡 = 𝑘1𝑡
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡
+ 𝑘2 + 𝑘2
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 … … … … (6)
+ 𝑘3
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 Untuk model pertumbuhan persediaan
+ 𝜀𝑖𝑡 … … … (5) adalah sebagai berikut
∆𝐼𝑁𝑉𝑖𝑡 1
= 𝑘1𝑡
Keterangan: 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
CFOt/Assetst-1 = Arus kas kegiatan operasi 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡
pada tahun t yang di skala + 𝑘2
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
dengan total aktiva pada tahun ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡
t-1. + 𝑘3
(1/Assetst-1) = Intersep yang diskala dengan 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
total aktiva pada tahun t-1 + 𝜀𝑖𝑡 … … (7)
dengan tujuan supaya arus kas
kegiatan operasi tidak Dengan menggunakan dua persamaan di
memiliki nilai 0 ketika atas, kita bisa mengestimasi tingkat
penjualan dan lag penjualan normal production costs sebagai
bernilai 0.
St/ Assetst-1 = Penjualan bersih pada tahun t berikut.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑖𝑡 1 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡
yang diskala dengan total = 𝑘1𝑡 + 𝑘2
aktiva pada tahun t-1. 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡
St-1/ Assetst-1 = Penjualan bersih pada tahun t- + 𝑘3
1 yang diskala dengan total 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡−1
aktiva pada tahun t-1. +
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
+ 𝜀𝑖𝑡 … … … (8)
Oleh karena dalam penelitian ini
yang akan digunakan adalah arus kas c) Model tingkat normal discretionary
kegiatan operasi abnormal yang expenses adalah sebagai berikut.
merupakan selisih dari nilai arus kas 𝐷𝑖𝑠𝑐𝐸𝑥𝑝𝑖𝑡
kegiatan operasi aktual dan arus kas
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
kegiatan operasi normal maka regresi
1
yang dilakukan untuk mencari nilai arus = 𝑘1𝑡
kas kegiatan operasi normal tidak 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡
+ 𝑘2
disebabkan nilai yang dibutuhkan 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1
adalah nilai koefisien dari hasil regresi + 𝜀𝑖𝑡 … … … … (9)
tersebut. Keterangan:
Abnormal level= Actual level – Normal Prodt = biaya produksi pada tahun yang
merupakan jumlah dari HPP dan perubahan
Level persediaan
DiscExpt = discretionary expenditure di
b) Production cost didefinisikan tahun t yang merupakan jumlah dari SG&A
sebagai jumlah dari Harga Pokok expense, R&D expense
Penjualan dan perubahan nilai
persediaan selama satu tahun. Auditor Spesialisasi Industri
Model dari Harga Pokok Penjualan Auditor Spesialisasi Industri
(HPP) merupakan fungsi linear yang merupakan variable dummy yaitu (1)
dinyatakan sebagai berikut: auditor spesialisasi industri (SP), dan
(0) auditor non-spesialis (NONSP).
Karena perusahaan yang diaudit
berbeda-beda, maka agar dapat

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [92]


membedakan efek auditor spesialis tiap industri dan tiap tahun. Jadi
dengan auditor nonspesialis, peneliti dimungkinkan auditor spesialisnya akan
berasumsi bahwa tiap-tiap perusahaan berbeda-beda di tiap industri dan tahun.
dalam satu industri dianggap memiliki
karakteristik yang sama, misalkan Pengujian Hipotesis
perusahaan A dan B pada industri Pengujian hipotesis pertama, kedua
farmasi akan memiliki karakteristik dan ketiga dilakukan dengan
yang sama karena keduanya sama-sama membandingkan nilai rata-rata
berada dalam satu industri yaitu industri abnormal CFO, abnormal production
farmasi, sehingga efek auditor spesialis cost dan abnormal discretionary
dengan auditor nonspesialis dalam expenses antara perusahaan yang diaudit
industri tersebut dapat ditangkap oleh auditor spesialis industri dan
meskipun perusahaan berbeda. auditor non-spesialis industri. Untuk
Pengukuran auditor spesialis meyakinkan bahwa perbedaan nilai rata-
industri pada penelitian ini rata tersebut signifikan secara statistik,
menggunakan industry market share maka dilakukan uji beda atau
yang berdasarkan total aset (Krishnan, independent sampel t-test (1-tailed),
2003). Untuk menangkap efek auditor yang dilakukan terhadap nilai
spesialis dengan auditor nonspesialis standardized abnormal CFO, abnormal
dalam penelitian ini digunakan production cost dan abnormal
pertimbangkan besarnya industry discretionary expenses antara
market share yang dimiliki oleh tiap perusahaan klien auditor spesialis
kantor akuntan publik pada tiap industri. industri dan non-spesialis industri.
Pengukuran industry market share Dalam independent sample t test
berdasarkan total aset ditentukan terdapat dua tahapan analisis yang harus
dengan cara membagi audit fee yang dilakukan, yaitu: (1) terlebih dahulu
diterima oleh KAP dalam satu industri menguji asumsi apakah varians polulasi
tertentu dengan total audit fee yang kedua sampel adalah sama (equal
diterima oleh seluruh auditor yang variances assumed) ataukah berbeda
mengaudit industri tersebut. Karena (unequal variances assumed) dengan
informasi audit fee tidak tersedia, maka melihat nilai levene test. Jika levene test
beberapa peneliti menggunakan total menunjukkan kedua varians sama, maka
aset sebagai dasar untuk dalam uji t harus menggunakan asumsi
mengestimasinya (Krishnan, 2003). varians sama (equal variances
Estimasi market share berdasakan total assumed), dan angka-angka yang
aset dapat menggunakan formula terdapat pada baris equal variances
sebagai berikut. assumed digunakan sebagai pedoman
Jik untuk analisis lebih lanjut, tetapi jika
∑ TOTALASETijk levene test menunjukkan kedua varians
j =1 tidak sama, maka uji t harus
Big 4IMSik =
Ik Jik menggunakan asumsi varians tidak
∑ ∑ TOTALASETijk sama (unequal variances assumed); (2)
i =1j =1 Melihat nilai uji t untuk menentukan
apakah terdapat perbedaan nilai rata-
Auditor yang memiliki market share rata secara signifikan.
dua terbesar terbesar akan dikategorikan
sebagai auditor spesialis industri.
Pengukuran market share dilakukan di

[93] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


HASIL DAN PEMBAHASAN dalam statistik deskriptif pada tabel 3
dan tabel 4. Tabel tersebut menyajikan
Statistik Deskriptif statistik deskriptif sampel keseluruhan
Perusahaan-perusahaan yang (pooled data) perioda tahun 2004
dijadikan sampel dalam penelitian ini sampai dengan tahun 2007 yang ditinjau
berjumlah 165 perusahaan dengan dari tiga aspek manipulasi aktivitas riil,
observasi sebanyak 660 observasi leverage, dan ukuran perusahaan (size)
untuk perioda penelitian selama 4 tahun yang diukur melalui log aset total.
yaitu dari tahun 2004 sampai 2007.
Gambaran umum sampel dituangkan

Tabel 3. Statistik Deskriptif Sampel Penelitian Klien Auditor Non-Spesialis


Industri
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
abnormal cfo 381 -8,49883 8,330464 -0,02238 0,05475 1,06873
abnormal prodcost 381 -1,125310 13,703823 0,22698 0,05570 1,08728
abnormal dexp 381 -1,012428 1,2383282 0,11685 0,01082 0,21127
leverage 381 0,00001 5,19 0,66669 0,03215 0,62749
Lnsize 381 17,14 23,29 19,8835 0,06544 1,22736
Valid N (listwise) 381

Dari tabel 3 terlihat bahwa untuk 0,11685, rata-rata leverage adalah


perusahaan yang merupakan klien sebesar 0,66669 dan ukuran perusahaan
auditor non-spesialis industri, rata-rata (size) memiliki rata-rata 19,8835. Tabel
abnormal aliran kas operasi adalah - 3 menyajikan statistik deskriptif sampel
0,02238, rata-rata abnormal kos klien auditor non-spesialis industri
produksi adalah 0,22698, rata-rata untuk periode tahun 2004 sampai
abnormal discretionary expense adalah dengan tahun 2007.

Tabel 4. Statistik Deskriptif Sampel Penelitian Klien Auditor Spesialis Industri


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
abnormal cfo 279 -2,879260 3,290416 -0,184918 0,044600 1,744969
abnormal prodcost 279 -1,037684 8,861917 0,061754 0,040514 0,676721
abnormal dexp 279 -0,187937 1,636573 0,212453 0,016191 0,270449
leverage 279 0,05 2,190 0,559951 0,019001 0,31739
Lnsize 279 17,33 24,11 20,8495 0,07779 1,29932
Valid N (listwise) 279

Dari tabel 4 terlihat bahwa untuk 20,8495. Tabel 4 yang menyajikan


perusahaan yang merupakan klien statistik deskriptif sampel klien auditor
auditor spesialis industri rata-rata spesialis industri untuk perioda tahun
abnormal aliran kas operasi adalah- 2004 sampai dengan tahun 2007. Dari
0,184918, rata-rata abnormal kos tabel 3 dan tabel 4, tampak bahwa klien
produksi adalah 0,061754, rata-rata auditor spesialis industri memiliki
abnormal discretionary expense adalah leverage yang lebih rendah dan ukuran
0,212453, rata-rata aliran leverage perusahaan yang lebih besar daripada
adalah sebesar 0,559951 dan ukuran klien auditor non-spesialis industri.
perusahaan (size) memiliki rata-rata

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [94]


Pengujian Hipotesis Pertama industri. Pengujian hipotesis pertama
Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan membandingkan rata-
bertujuan untuk menjawab pertanyaan rata nilai abnormal CFO antara
penelitian apakah myopic behaviour perusahaan yang diaudit oleh auditor
yang dilakukan oleh perusahaan yang spesialis industri dengan perusahaan
diaudit oleh auditor spesialis industri yang diaudit oleh auditor non-spesialis
lebih rendah daripada perusahaan yang industri.
diaudit oleh auditor non-spesialis

Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama


Nilai
Rata-rata abnormal CFO – perusahaan dengan auditor spesialis industri -0,1849
Rata-rata abnormal CFO – perusahaan dengan auditor non-spesialis ndustri -0,0223
Nilai F hitung levene test(equal variances assumed) 0,088
Probabilitas Nilai F hitung levene test 0,766
Uji t -2,183
Probabilitas uji t (1-tailed) 0.029

Berdasarkan hasil pengujian pada non-spesialis industri tidak terdukung


Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa atau ditolak.
rata-rata abnormal CFO di perusahaan
dengan auditor spesialis industri sebesar Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
-0,1849,lebih kecil dari rata-rata Pengujian hipotesis kedua bertujuan
abnormal CFO di perusahaan dengan untuk menjawab pertanyaan penelitian
auditor non-spesialis industri sebesar - apakah myopic behaviour (abnormal
0,0223. Hasil uji t menunjukkan nilai t production cost) yang dilakukan oleh
sebesar -2,183 dengan nilai p=0,029. perusahaan yang diaudit oleh auditor
Hal ini mengindikasikan bahwa pada spesialis industri lebih rendah daripada
periode 2004-2007 abnormal CFO pada perusahaan yang diaudit oleh auditor
perusahaan yang diaudit auditor non-spesialis industri. Pengujian
spesialis industri lebih rendah dari pada hipotesis kedua dilakukan dengan
abnormal CFO pada perusahaan yang membandingkan rata-rata nilai
diaudit oleh auditor non-spesialis abnormal production cost antara
industri. Hipotesis kedua yang perusahaan yang diaudit oleh auditor
menyatakan bahwa abnormal CFO pada spesialis industri dengan perusahaan
perusahaan yang diaudit oleh auditor yang diaudit oleh auditor non-spesialis
spesialis industri lebih tinggi daripada industri.
perusahaan yang diaudit oleh auditor
Tabel 6. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Nilai
Rata-rata abnormal production cost – perusahaan dengan auditor spesialis industri 0,0618
Rata-rata abnormal production cost – perusahaan dengan auditor non-spesialis
0,2270
industri
Nilai F hitung levene test(equal variances assumed) 1,654
Probabilitas Nilai F hitung levene test 0,199
Uji t -2,240
Probabilitas uji t (1-tailed) 0,025
rata-rata abnormal production cost di
Berdasarkan hasil pengujian pada perusahaan dengan auditor spesialis
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa industri sebesar 0,0618, lebih kecil dari

[95] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


rata-rata abnormal production cost di Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
perusahaan dengan auditor non-spesialis Pengujian hipotesis ketiga bertujuan
industri sebesar 0,2270. Hasil uji t untuk menjawab pertanyaan penelitian
menunjukkan nilai t sebesar -2,240 apakah myopic behaviour (abnormal
dengan nilai p= 0,025. Hal ini discretionary expenses) yang dilakukan
mengindikasikan bahwa pada periode oleh perusahaan yang diaudit oleh
2004-2007 abnormal production cost auditor spesialis industri lebih tinggi
pada perusahaan yang diaudit auditor daripada perusahaan yang diaudit oleh
spesialis industri lebih rendah dari pada auditor non-spesialis industri. Pengujian
abnormal production cost pada hipotesis ketiga dilakukan dengan
perusahaan yang diaudit oleh auditor membandingkan rata-rata nilai
non-spesialis industri. Oleh karena itu, abnormal discretionary expenses antara
hipotesis kedua yang menyatakan perusahaan yang diaudit oleh auditor
bahwa abnormal production cost pada spesialis industri dengan perusahaan
perusahaan yang diaudit oleh auditor yang diaudit oleh auditor non-spesialis
spesialis industri lebih rendah daripada industri.
perusahaan yang diaudit oleh auditor
non-spesialis industri terdukung pada
tingkat α=10%.
Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Nilai
Rata-rata abnormal discretionary expenses– perusahaan dengan auditor spesialis 0,2125
industri
Rata-rata abnormal discretionary expenses– perusahaan dengan auditor non-spesialis 0,1168
industri
Nilai F hitung levene test (equal variances assumed) 17,354
Probabilitas Nilai F hitung levene test 0,000
Uji t 4,909
Probabilitas uji t (1-tailed) 0.000

Berdasarkan hasil pengujian pada bahwa abnormal discretionary expenses


Tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa pada perusahaan yang diaudit oleh
rata-rata abnormal discretionary auditor spesialis industri lebih tinggi
expenses di perusahaan dengan auditor daripada perusahaan yang diaudit oleh
spesialis industri sebesar 0,2125, lebih auditor non-spesialis industri terdukung
tinggi dari dari rata-rata abnormal pada tingkat α=10%.
discretionary expensesdi perusahaan
dengan auditor non-spesialis industri SIMPULAN, KETERBATASAN,
sebesar 0,1168. Hasil uji t menunjukkan DAN PENELITIAN BERIKUTNYA
nilai t sebesar -4,909 dengan nilai
p=0,000. Hal ini mengindikasikan Simpulan
bahwa pada periode 2004-2007 Penelitian ini mengunakan sampel
abnormal discretionary expensespada sebanyak 165 perusahaan dengan 660
perusahaan yang diaudit auditor observasi selama kurun waktu 2004
spesialis industri lebih tinggi dari pada sampai dengan 2007 dan menggunakan
abnormal discretionary expenses pada pooled data untuk menjawab beberapa
perusahaan yang diaudit oleh auditor hipotesis yang diajukan pada bab
non-spesialis industri. Oleh karena itu sebelumnya. Penelitian ini difokuskan
hipotesis ketiga yang menyatakan pada perilaku myopia dengan

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [96]


menggunakan pola income increasing tercermin dari semakin berkualitas
sebagai motivasi manajer untuk auditornya (spesialisasi industri) maka
memanipulasi laba. abnormal kos produksinya akan
Dengan menggunakan independent semakin kecil dan sebaliknya, semakin
sample t-test, penelitian ini tidak tidak berkualitas auditornya (non-
mendukung hipotesis pertama yang spesialisasi industri) maka abnormal
diajukan yaitu abnormal CFO arus kas operasinya akan semakin besar.
perusahaan yang diaudit oleh auditor Hal ini dapat terjadi karena auditor
spesialis industri lebih rendah dari pada spesialisasi industri memiliki
perusahaan yang diaudit oleh auditor kemampuan, keahlian dan pengalaman
non-spesialis industri. Hasil ini untuk mendeteksi dan mengurangi
menunjukkan bahwa tidak terdapat praktik manipulasi aktivitas riil melalui
perbedaan kemampuan auditor spesialis overproduction.
industri dengan auditor non spesialis Terdukungnya hipotesis kedua ini
industri dalam membatasi praktik bertentangan yang dikemukakan oleh
myopic management, tercermin dari beberapa peneliti terdahulu (Graham et
nilai rata-rata abnormal CFO antara al.,2005; Roychowdhurry, 2006; dan
klien auditor spesialis industri dengan Cohen et al., 2008) yang menyatakan
yang lebih tinggi dari pada klien auditor auditor lebih sulit mengetahui
non-spesialis industri. Tidak manipulasi yang dilakukan melalui
terdukungnya hipotesis pertama ini aktivitas riil dan auditor memiliki
sejalan dengantemuan yang kecenderungan tidak mempertanyakan
dikemukakan oleh beberapa peneliti jenis aktivitas-aktivitas ini.
terdahulu (Graham et al.,2005; Terdukungnya hipotesis kedua juga
Roychowdhurry, 2006; dan Cohen et menunjukkan bahwa auditor yang
al., 2008) yang menyatakan bahwa berkualitas (spesialisasi industri) lebih
salah satu penyebab munculnya perilaku memiliki kemampuan untuk
myopic management melalui manipulasi mengurangi praktik myopic
aktivitas riil disebabkan karena auditor management melalui overproduction.
lebih sulit mengetahui manipulasi yang Hal ini dapat terjadi karena auditor
dilakukan melalui manipulasi aktivitas spesialisasi industri memiliki kualitas
riil dan auditor memiliki kecenderungan yang lebih baik dalam hal kemampuan,
tidak mempertanyakan jenis aktivitas- teknik, keahlian dan pengalaman
aktivitas ini. Penelitian ini daripada auditor non-spesialisasi
membuktikan bahwa auditor yang industri.
berkualitas (spesialisasi industri) di Studi ini juga mendukung hipotesis
Indonesia belum mampu membatasi ketiga yang diajukan, yaitu abnormal
perilaku myopia yang dilakukan melalui discretionary expenses klien auditor
manipulasi aktivitas riil. spesialis industri lebih tinggi daripada
Hipotesis kedua yang diajukan, abnormal discretionary expenses klien
yaitu abnormal production cost klien auditor non-spesialis industri. Hal ini
auditor spesialis industri lebih rendah menunjukkan bahwa auditor spesialis
dari pada abnormal production cost mampu mengurangi myopic
klien auditor non-spesialis industri, management melalui manipulasi biaya
dapat terdukung. Hal ini menunjukkan diskresioner yang tercermin dari
bahwa auditor spesialis mampu semakin berkualitas auditornya
mengurangi myopic management (spesialisasi industri) maka abnormal
melalui manipulasi kos produksi yang biaya diskresioner akan semakin besar

[97] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior


(pemotongan biaya diskresioner income decreasing. Kedua, penelitian
semakin kecil) dan sebaliknya, semakin ini hanya terbatas pada industri tak
tidak berkualitas auditornya (non- teregulasi yang terdaftar di BEI,
spesialisasi industri) maka abnormal sehingga hasilnya hanya dapat
biaya diskresioner akan semakin kecil. digeneralisasi pada industri tersebut.
Hal ini dapat terjadi karena auditor Ketiga, pengukuran auditor berkualitas
spesialisasi industri memiliki (spesialisasi industri) hanya
kemampuan, keahlian dan pengalaman menggunakan satu pengukuran, yaitu
untuk mendeteksi dan mengurangi estimasi market dengan menggunakan
praktik manipulasi aktivitas riil melalui total aset klien auditor.
pemotongan biaya diskresioner.
Terdukungnya hipotesis ketiga ini Penelitian Berikutnya
bertentangan yang dikemukakan oleh Penelitian ini tidak
beberapa peneliti terdahulu (Graham et mempertimbangkan motivasi khusus
al., 2005; Roychowdhurry, 2006; dan perusahaan melakukan myopic
Cohen et al., 2008) yang menyatakan management. Penelitian berikutnya
auditor lebih sulit mengetahui dapat memfokuskan pada motivasi
manipulasi yang dilakukan melalui khusus untuk melakukan manipulasi
manipulasi aktivitas riil dan auditor aktivitas riil seperti dorongan untuk
memiliki kecenderungan tidak menghindari kerugian, menghindari
mempertanyakan jenis aktivitas- laba negatif atau income decreasing.
aktivitas ini. Terdukungnya hipotesis Penelitian berikutnya juga dapat
ketiga juga menunjukkan bahwa auditor menggunakan bermacam-macam basis
yang berkualitas (spesialisasi industri) untuk mengukur auditor berkualitas
lebih memiliki kemampuan untuk spesialisasi industri, misalkan yang
mengurangi praktik myopic berdasarkan audit fee.
management melalui pemotongan biaya Penelitian berikutnya juga dapat
diskresioner. Hal ini dapat terjadi mengembangkan topik penelitian untuk
karena auditor spesialisasi industri menguji efektivitas mekanisme
memiliki kualitas yang lebih baik dalam corporate governance dalam
hal kemampuan, teknik, keahlian dan mengurangi praktik myopic
pengalaman daripada auditor non- management paska diberlakukannya
spesialisasi industri. Auditor spesialisasi Keputusan Ketua Bapepam Nomor
industri di Indonesia memiliki KEP-40/PM/2003 tanggal 22 Desember
kemampuan yang lebih baik dalam 2003 tentang Tanggung Jawab Dewan
mendeteksi dan mengurangi perilaku Direksi atas Laporan Keuangan dan
myopic management daripada auditor Keputusan Ketua Bapepam Nomor
non-spesialisasi industri. KEP-29/PM/2004 tanggal 24 September
2004 tentang Pembentukan dan
Keterbatasan Penelitian Pedoman Pelaksanaan Kinerja Komite
Penelitian ini tidak luput dari Audit.
beberapa keterbatasan. Pertama,
penelitian ini hanya difokuskan pada DAFTAR PUSTAKA
manipulasi aktivitas riil dengan pola Balsam, Stevan, Jagan khrisnan dan
income increasing, dan tidak Joon S. Yang. 2003. Auditor
mempertimbangkan dorongan lainnya, Industry Specialization and
seperti dorongan untuk menghindari Earnings Quality. Auditing: A
kerugian, menghindari laba negatif atau

JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 3 No. 2, April 2013 [98]


Journal of Practice & Theory 22: Laporan Keuangan. Simposium
pg.71 Nasional Akuntansi VIII Solo.
Carcello, Joseph V. dan Albert Nagy. Mizik, Natalie dan Robert Jacobson
2004. Client Size, Auditor (2003), “Trading Off Between
Specialization, and Fraudulent Value Creation and Value
Financial Reporting. Manajerial Appropriation: The Financial
Auditing Journal 19: pg 651. Implications of Shifts In Strategic
Cohen, D. A., A. Dey, dan T. Z. Lys, Emphasis”, Journal of Marketing,
2008. Real and Accrual-based 67 (January), 63-76
Earningss Management in the Pre- O’Reilly, Dennis M dan Reisch. 2002.
and Post- Sarbanes Oxley Periods. Industry Specialization by Audit
The Accounting Review 83 (3): 757- Firms: What Does Academic
787. Research Tell Us? Ohio CPA
Dechow, P.M., dan Richard G. Sloan. Journal 61: pg.42
1995. “Detecting Earnings Owhoso, W.F. Massier., dan J. G.
Management.” The Accounting Lynch. 2002. Error Detection by
Review 70 (2): 192-225. Industry Specialized Teams During
Gramling, Audrey A., dan Dan N. Sequential Audit Review. Journal
Stone. 2001. Audit Firm Industry Of Accounting Research 40 (JUNE):
Expertise: A Review And Synthesis 883-900
of The Archival Literature. Journal Penman, Stephen H. danXiao-Jun
of Accounting Literature. No.20, Zhang. 2002. “Accounting
pg.1 Conservatism, The Quality of
Graham, John R., Campbell R. Harvey, Earnings, and Stock Returns,”
dan Shiva Rajgopal, “The Economic Accounting Review, 77, 237–264
Implications Of Corporate Financial Roychowdhury, Sugata (2006),
Reporting. Journal of Accounting “Earnings Management Through
and Economics.(December 2005). Real Activities Manipulation,”
Krishnan, Gopal V. 2003. Does Big Six Journal of Accounting &
Auditor Industry Expertise Economics, 42 (3), 335-370
Constrain Earnins Management? Stein, J. C. 1989. Efficient Capital
Accounting Horizon 17: 1 Markets, Inefficient Firms: A Model
Kwon, S.Y. Lim, C.Y. Tan,P.M. 2007. of Myopic Corporate Behavior. The
Legal Systems and Earnings Quarterly Journal of Economics 104
Quality: The Role of Auditor (4): 655-669.
Industry Specialization. Auditing: A Wang, Sean dan Julia D’Souza, 2006.
Journal of Practice & Theory,Vol “Earnings Management: The Effect
26, No.2, pp: 25-55 of Accounting Flexibility on R&D
Laverty, Kevin J., 1996. Economic Investment Choises,” Working
“Short-Termism”: The Debate, The Paper. SSRN. Diakses 18 Juni 2010.
UnresolvedIssues, and The Watts, Ross l., dan Jerold L.
Implications for Management Zimmerman, 1986. Positive
Practice and Research.Academy of Accounting Theory. Prentice Hall:
Management Review 21: 3. New Jersey
Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Wooten, Thomas C. 2003. Research
Pengaruh Indepensi, Kualitas Audit, About Audit Quality. The CPA
Serta Mekanisma Corporate Journal (January) 73, 1.
Governance Terhadap Integritas

[99] M. Syafiqurrahman Kualitas Audit dan Myopic Behavior

Anda mungkin juga menyukai