Literasi Numerasi Rev
Literasi Numerasi Rev
2 Literasi Numerasi
3. Sains 4. Digital
rasi 5. Ke
me u
an
Rp
u
2. N
gan
ra 6. Buda
ast y
ad
hasa dan S
an Kewargaa
. Ba
1 n
L
iterasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO
(2004), literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali,
mengerti, menafsirkan, menciptakan, mengomunikasikan, menghitung,
dan menggunakan bahan kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang
berhubungan dengan beragam konteks. Literasi mencakup rentang
pembelajaran yang membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya,
mengembangkan pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara
penuh dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya,
literasi tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,
berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan, sains,
digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi budaya
dan kewarganegaraan.
Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan
sangat diharapkan dari pembaca.
Jakarta, November 2017
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Perspektif Literasi
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk
mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca,
dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam
konteks pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat
berlaku untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International
Studet Assessment) mendefinisikan literasi numerasi sebagai refleksi kompetensi
kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian
tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam.
Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut,
kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap
pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan
pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur
logika cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Literasi numerasi merupakan bagian dari literasi dasar yang diperlukan dalam
mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21. Karakteristik pembelajaran
Abad 21 menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-
kompetensi inti seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking),
pemecahan masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi
3. Menggunakan Pengukuran
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
2013, yaitu geometri dan pengukuran, trigonometri, dan kalkulus.
Komponen ini melibatkan peserta didik belajar tentang pengukuran
panjang, luas, volume, kapasitas, waktu, suhu, massa, dan sudut. Peserta
didik memperkirakan, mengukur, membandingkan, dan menghitung
menggunakan satuan baku saat memecahkan masalah kontekstual.
Peserta didik membaca jam dan mengkonversi waktu, mengidentifikasi
dan mengurutkan tanggal/acara dengan menggunakan kalender dan
jadwal. Dalam mengembangkan literasi numerasi, peserta didik dapat:
Sebagai contoh:
a. Bahasa Indonesia
Perhatikan bacaan berikut!
BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei 2013.
Dengan melihat pola dan karakteristik hujan di Indonesia, maka
diperkirakan puting beliung berpotensi terjadi hingga Maret-
April 2013. “Selama tahun 2012, data sementara terjadi 295 puting
beliung di Indonesia atau sekitar 36% dari total bencana selama
2012,” tutur Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNP),
Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (27/12). Menurut Sutopo, tren
kejadian puting beliung cenderung mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Selama 2002-2011 meningkat 28 kali lipat dan terdapat
404 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 115 juta jiwa yang
tinggal di daerah rawan sedang hingga rawan tinggi bahaya puting
beliung di Indonesia. “Kondisi tersebut diperparah dengan belum
adanya sistem peringatan dini puting beliung,” kata Sutopo. Hal ini
disebabkan kecilnya cakupan terjangan puting beliung yang kurang
dari 2 km, waktu kejadian kurang dari 10 menit, dan tidak semua awan
Cumulonimbus selalu terjadi puting beliung. Kebakaran lahan dan
hutan selama musim kemarau 2013 berpotensi terjadi di 8 provinsi
b. IPA (Biologi)
[SMA] Memprediksi banyak amuba dalam kurun waktu tertentu
dengan menggunakan barisan geometri atau eksponen
Jawab
Mencari data dari fakta biologi
c. IPS (Ekonomi)
Pedagang jamu dorong mempunyai gerobak yang hanya cukup
memuat 40 boks jamu A dan jamu B. Dengan bunga tunggal 10%
dan keuntungan maksimum untuk melunasi cicilan, Koperasi Sehat
meminjamkan modal Rp300.000,00 yang ia gunakan membeli jamu
A dan jamu B masing-masing seharga Rp6.000,00 setiap boks dan
Rp8.000,00 setiap boks. Jika harga jual tiap boks jamu A Rp6.500,00
dan jamu B Rp8.800,00 maka tentukan berapa kali pedagang jamu
tersebut menyicil pinjamannya sampai lunas.
d. Seni
Berikut adalah gambar bingkai dari kain perca yang ditempelkan
oleh siswa jurusan Tata Busana SMK Muhammadiyah Pasarebo.
0 1 11 9 13 0 8 12 1 5 3 8
0 4 9 7 14 0 6 13 1 8 3 7
0 7 7 5 15 0 4 14 1 11 3 6
0 10 5 3 16 0 2 15 1 14 3 5
0 13 3 1 17 0 2 6 7 17 3 4
0 16 1 1 14 2 2 9 5 20 3 3
35 0 0 1 11 4 2 12 3 18 4 3
32 0 1 1 8 6 25 2 2 16 5 3
29 0 2 1 5 8 22 2 3 14 6 3
26 0 3 1 2 10 19 2 4 12 7 3
23 0 4 3 1 10 16 2 5 10 8 3
20 0 5 6 1 9 13 2 6 8 9 3
17 0 6 9 1 8 10 2 7 6 10 3
14 0 7 12 1 7 7 2 8 4 11 3
11 0 8 15 1 6 4 2 9 4 5 7
8 0 9 18 1 5 25 2 2 4 8 5
5 0 10 21 1 4 23 3 2 6 4 7
2 0 11 24 1 3 21 4 2 9 4 6
33 1 0 27 1 2 19 5 2 12 4 5
31 2 0 30 1 1 17 6 2 15 4 4
29 3 0 28 2 1 15 7 2 13 5 4
27 4 0 26 3 1 13 8 2 11 6 4
25 5 0 24 4 1 11 9 2 9 7 4
23 6 0 22 5 1 9 10 2 7 8 4
21 7 0 20 6 1 7 11 2 5 9 4
19 8 0 18 7 1 5 12 2 5 6 6
17 9 0 16 8 1 3 13 2 7 5 6
15 10 0 14 9 1 3 4 8 10 5 5
13 11 0 12 10 1 3 7 6 8 6 5
11 12 0 10 11 1 3 10 4 6 7 5
0 1 6 2 0 6 12 1 2 4 2 4
0 4 4 6 7 0 15 1 1 7 2 3
0 7 2 4 8 0 13 2 1 10 2 2
0 10 0 2 9 0 11 3 1 8 3 2
20 0 0 1 8 1 9 4 1 6 4 2
17 0 1 1 5 3 7 5 1 4 5 2
14 0 2 1 2 5 5 6 1 2 6 2
11 0 3 3 1 5 3 7 1 3 4 3
8 0 4 6 1 4 2 6 2 5 3 3
5 0 5 9 1 3 2 3 4
Kelas matematika saat ini lebih nampak peserta didik mencatat, jarang
sekali mengkomunikasikan secara lisan hasil dan pengalamannya, jarang
mengajukan pertanyaan, hanya mencontoh apa-apa yang dikerjakan guru
dan mengingat rumus-rumus atau aturan matematika dengan tanpa makna
dan pengertian (Wahyudin, 2008). Untuk itu literasi numerasi memastikan
peserta didik memperoleh makna dari apa yang dipelajarinya. Kompetensi
literasi numerasi yang bersesuaian dengan konten matematika dalam
Kurikulum 2013 mengalami gradasi pada aspek mengetahui, memahami, dan
memaknai.
1. Aspek Mengetahui
Peserta didik mengingat (dapat pula mendaftar dan mengidentifikasi)
fakta dan konsep pada Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran,
Trigonometri, Kalkulus, Statistika dan Peluang dan menyelesaikan soal
matematika dengan mengaplikasikan rumus atau konsep yang sudah
dipelajari. Namun peserta didik belum mampu menjawab dari mana
rumus dan konsep matematika itu diperoleh.
Sebagai contoh:
a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk
berikut bernilai benar
21 10
22 + 11 … 2
Jawab
21 10 21 + 20 41
22 + 11 = 22 = 22 = 1, 863
yang kurang dari 2, jadi tanda yang benar adalah <.
Jawab:
1
L = 2 at
1
= 2 x4x3 = 6
Jadi, luas segitiga tersebut adalah 6 cm2.
Sebagai contoh:
a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk
berikut bernilai benar
21 10
22 + 11 … 2
Jawab
Bagi peserta didik yang pada level memahami, ia tidak perlu lagi
menggunakan prosedur matematika dengan konsep menyamakan
penyebut, tetapi cukup dengan menggunakan konsep pembagian
bilangan kecil terhadap bilangan besar (dalam konsep pecahan
pembilang < penyebut), yang nilainya jelas < 1.
21 10 21 10
Karena 22 1 1 dan 11 1 1 maka 22 + 11 1 2
Jadi tanda yang benar adalah <.
e. [SMA] Tentukan keliling dari bangun berikut ini, jika dan jumlah
nilai dan sama dengan 25!
Soal di atas tidak bisa langsung dihitung, harus dicari besar nilai
variabel dan
3x 2y 60 3x 2y 60
Tahap pengerjaan:
x y 25 2x 2y 50
x = 10 y = 15
Maka keliling bangun di atas = 2 x (10 + 15) = 50
Jadi, keliling bangun tersebut adalah 50 m.
Sebagai contoh:
a. [SD] Berapa bilangan bulat tak negatif yang harus ditambahkan
pada kedua pembilang supaya bentuk berikut bernilai benar?
21 10
2 # 22 + 11 1 3
Jawab Peserta didik perlu mengetahui dan memahami konsep
bilangan bulat tak negatif, pembilang, penjumlahan, perbandingan
nilai bilangan, sehingga gabungan konsep-konsep ini menghasilkan
soal yang kompleks dan non-rutin. Ketika mampu mengerjakan soal
ini, peserta didik telah berada pada berpikir kritis (mengatur bilangan
yang harus ditambahkan sehingga berlaku ≥ 2 dan < 3) dan berpikir
kreatif (memberikan beragam bilangan bulat tak negatif yang bisa
ditambahkan pada kedua pembilang).
21 10 21 + a 10 + b
2 # 22 + 11 1 3 dapat ditulis menjadi 2 # 22 + 11 1 3
a b 21 + a 10 + b
22 + 11
0 2 2,045455
0 12 2,954545
3 0 2,000000
24 0 2,954545
Jawab
Sistem 1 (beli 1 disc 30%) : Rp70.000,00 dapat 1 baju
Sistem 2 (beli 2 gratis 1) : Rp200.000,00 dapat 3 baju
Berarti 1 baju seharga Rp66.666,67
Lebih murah Rp3.333,33
Alternatif penyelesian
Penampang permukaan keramba dapat digambarkan sebagai berikut,
3
= 30x - 2 x2
Karena luas permukaan keramba tergantung nilai maka persamaan
fungsi luas dapat dinyatakan sebagai berikut,
L ^ x h = 30x - 2 x2, x anggota bilangan genap
3
Nilai 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Nilai 0 54 96 126 144 150 144 126 96 54 0
Ll ^ x h = 30 - 3x = 0
x = 10 " L ^ x h = 30 ^10 h - 2 ^10 h2 = 300 - 150 = 150
3
Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
1. Mengestimasi, Menghitung, dan Menggunakan Bilangan
1.1. Memahami
Mendemon-
Model, repre- Membanding- Menggu-
dan meng- strasikan sentasi, men- kan, mengu- nakan cara
gunakan konsep meng- gurutkan, dan rutkan, dan berbeda un-
bilangan hitung yang menggunakan menggunakan tuk merep-
dalam kon- digunakan bilangan sam- bilangan posi- resentasikan
teks dalam kehidu- pai lima angka tif dan negatif bilangan
pan sehari-hari
Mengidentifi- untuk meny- sangat besar
Menghubung- kasi, menjelas- elesaikan ma- dan sangat
kan nama kan, dan salah kehidu- lecil terma-
bilangan den- menggunakan pan sehari-hari suk notasi
gan kelompok bilangan lebih ilmiah
objek sampai dari satu juta
bilangan dua
angka
Model, repre-
sentasi, men-
gurutkan, dan
menggunakan
bilangan
sampai empat
angka
1.2. Mengesti-
Mengenali
Mengestimasi
Memecahkan
Memod-
masi dan efek menam- dan memer- masalah yang elkan dan
menghitung bahan dan iksa solusi kompleks den- memecahkan
mengambilan suatu masalah gan estimasi masalah
dari sekumpu- dengan meng- dan perhitun- melibatkan
lan benda ingat fakta gan dengan data yang
Menyelesaikan penambahan, menggunakan kompleks
penambahan pengurangan, strategi men- dengan
sehari-hari perkalian, dan tal, tertulis dan estimasi dan
dan berbagi pembagian digital secara perhitungan
cerita
Memecahkan efisien menggunak-
Mengestimasi masalah dan an beragam
dan menyele- memeriksa strategi men-
saikan masalah perhitungan tal, tertulis
dan menghi- dengan meng- dan digital
tung jawaban gunakan secara efisien
strategi men-
tal dan tuisan
secara efeisien
VI. Penutup
Literasi numerasi adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk
kepentingan pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan
Indonesia, pada umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi
kriteria dan capaian yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan
bangsa. Dengan literasi yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia
mampu bersaing menyejajarkan diri di dunia internasional. Keberhasilan
pencapaian literasi harus didukung oleh seluruh komponen yang ada di dunia
pendidikan, terutama peran pendidik di sekolah yang berupaya membimbing,
mengarahkan, mendidik, mengevaluasi, memfasilitasi berkembangnya
potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in
the Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language
and Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral
Education, 9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –
899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for
Life in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Ahmad, Zahanim. (2017). Perlaksanaan Literasi dan Numerasi di Sekolah
Rendah. Malaysia: Pusat Pengajian Teras. Kolej Universiti Islam
Antarabangssa Selangor.
Alisah, Evawati dan Dharmawan, Eko Prasetyo. (2007). Filsafat Dunia
Matematika, Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Matematika.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Hill, Shirley A. Griffiths, Phillip A. and Bucy, J. Fred. (1989). Everybody Counts:
A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. NRC-
Mathematical Sciences Education Board. Washington D.C.: National
Academy Press.
Hudoyo, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika.
Malang: Depdiknas-JICA-UM.