Anda di halaman 1dari 46

Konsep

Literasi dalam Kurikulum 2013

2 Literasi Numerasi
3. Sains 4. Digital

rasi 5. Ke
me u
an

Rp
u
2. N

gan

ra 6. Buda
ast y
ad
hasa dan S

an Kewargaa
. Ba

1 n

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Jakarta, 2018
Konsep Literasi Numerasi
ii
KATA PENGANTAR

L
iterasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO
(2004), literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali,
mengerti, menafsirkan, menciptakan, mengomunikasikan, menghitung,
dan menggunakan bahan kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang
berhubungan dengan beragam konteks. Literasi mencakup rentang
pembelajaran yang membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya,
mengembangkan pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara
penuh dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya,
literasi tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,
berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan, sains,
digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi budaya
dan kewarganegaraan.

Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013. Naskah


ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap pengembangan literasi
dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi numerasi. Di dalam naskah
ini disajikan tentang definisi, misi pedagogis, tujuan, kompetensi, dan
penjenjangan literasi.

Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan
sangat diharapkan dari pembaca.
Jakarta, November 2017
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla

Konsep Literasi Numerasi


iii
Konsep Literasi Numerasi
iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... 3


Daftar Isi................................................................................................................. 5
Perspektif Literasi ............................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
I. Definisi ............................................................................................................. 2
II. Misi Pedagogis ............................................................................................... 8
A. Misi Literasi Numerasi ....................................................................... 8
B. Literasi Numerasi dalam Kurikulum 2013 ...................................... 9
C. Literasi Numerasi dalam Pemelajaran Lintas Mata Pelajaran ... 10
III. Tujuan Literasi Numerasi ........................................................................... 19
IV. Kompetensi Literasi Numerasi .................................................................. 20
V. Perjenjangan Literasi Numerasi................................................................. 30
VI. Penutup ............................................................................................................ 37
VII.Daftar Pustaka ............................................................................................... 39

Konsep Literasi Numerasi


v
PENDAHULUAN

Perspektif Literasi
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk
mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca,
dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam
konteks pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat
berlaku untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International
Studet Assessment) mendefinisikan literasi numerasi sebagai refleksi kompetensi
kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian
tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam.
Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut,
kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap
pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan
pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur
logika cabang ilmu pengetahuan lainnya.

Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di


kelas merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta
antarsiswa. Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena
mengonstruksi pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan
sosial. Keduanya merupakan proses pengembangan kompetensi literasi.
Dengan mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi
mengonstruksi pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan,
interaksi yang berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual,
tetapi juga kontekstual. Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut,

Konsep Literasi Numerasi


1
aspek tekstual dan kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual
memberikan karangka pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang
dapat diintegrasikan dalam proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak,
aspek kontekstual memperkaya pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.
Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca
teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata
pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks.
Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat
secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas
pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas
setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu
mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi
adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap tahap
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi

Konsep Literasi Numerasi


2
I. Definisi
Literasi adalah kemampuan membaca, memahami, dan menggunakan
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,
menciptakan, mengkomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan
kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang diasosiasikan dengan
beragam konteks. Literasi mencakup rentang (continuum) pembelajaran
yang memampukan individu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam
masyarakat sebagai keseluruhan.

Literasi diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis dan memahami


perkataan dan ayat yang mudah dan kompleks dan mengaplikasikan
pengetahuan itu dalam pembelajaran dan komunikasi harian. Numerasi
diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis, mengira dan menyusun
nomor sampai 1.000, menjadi cakap dalam operasi matematik seperti
menambah, mengurang, mengali dan membagi dan dapat mengaplikasikannya
dalam operasi uang, waktu, massa dan ukuran panjang (Ahmad, 2017).

Adapun numerasi adalah kemampuan untuk memahami angka dan konsep-


konsep matematika dalam konteks yang beragam untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi
hitung di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, di tempat kerja,
dan di lingkungan masyarakat), dan kemampuan untuk menginterpretasi
informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini
ditunjukkan melalui kecakapan dan keterampilan dalam menggunakan
Matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan
ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan
secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

Literasi numerasi merupakan bagian dari literasi dasar yang diperlukan dalam
mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21. Karakteristik pembelajaran
Abad 21 menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-
kompetensi inti seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking),
pemecahan masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi

Konsep Literasi Numerasi


3
dan kerjasama (communication and teamwork) yang sangat melekat dengan
pelajaran matematika yang menjadi domain utama literasi numerasi. Dengan
belajar matematika yang terintegrasi dai dalamnya literasi numerasi,
maka pengembangan sikap positif siswa seperti rasa ingin tahu (curiosity),
inisiatif (initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi (adaptability),
kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and cultural
awareness).

Dengan demikian, literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan


untuk:
A. menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam
berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari,
B. menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,
tabel, bagan, dsb) dan menggunakan interpretasi hasil analisis untuk
memprediksi dan mengambil keputusan.

Literasi numerasi merupakan bagian penting dari matematika, dimana


komponen literasi numerasi diambil dari cakupan matematika. Keduanya
berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, namun
perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan
tersebut. Pengetahuan matematika saja tidak membuat seseorang memiliki
literasi numerasi. Literasi numerasi mencakup mengaplikasikan konsep dan
kaidah matematika dalam situasi nyata sehari-hari, terkadang permasalahannya
tidak terstruktur (ill-structured), memiliki banyak cara penyelesaian, atau
bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor
non-matematis.

Mata pelajaran Matematika pada Kurikulum 2013 sudah memuat literasi


numerasi, namun pada pelaksanaannya sebagian sekolah belum melakukan
pembelajaran matematika yang menumbuhkan literasi numerasi. Komponen
literasi numerasi pada mata pelajaran Matematika Kurikulum 2013 dapat
dilihat pada Tabel 1.

Konsep Literasi Numerasi


4
Tabel 1. Komponen Literasi Numerasi pada Kurikulum 2013

Cakupan Matematika Kurikulum


Komponen Literasi Numerasi(1)
2013(2)
Mengestimasi, menghitung, dan Bilangan
menggunakan bilangan
Mengenali dan menggunakan pola Bilangan
dan relasi Aljabar
Geometri dan Pengukuran
Trigonometri
Kalkulus
Menggunakan penalaran spasial Geometri dan Pengukuran
Trigonometri
Menggunakan pengukuran Geometri dan Pengukuran
Trigonometri
Kalkulus
Menginterpretasi informasi statistik Statistika dan Peluang

Uraian komponen kompetensi


1. Mengestimasi, menghitung, dan menggunakan bilangan
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
2013, yaitu bilangan. Peserta didik menerapkan keterampilan dalam
mengestimasi dan menghitung dengan bilangan untuk memecahkan dan
memodelkan masalah sehari-hari dalam berbagai konteks otentik dengan
menggunakan mental aritmetika, tertulis, atau alat hitung yang efisien.
Berkenaan dengan bilangan pecahan, Peserta didik mengembangkan
pemahaman tentang makna pecahan, representasinya sebagai persentase
dan rasio, dan bagaimana penerapannya di situasi kehidupan nyata. Peserta
didik memvisualisasikan, mengurutkan, dan menggambarkan bentuk
dan objek yang menggunakan proporsi serta hubungan persentase dan
rasio untuk memecahkan masalah dalam konteks sesungguhnya. Peserta
didik mengidentifikasi situasi pemanfaatan uang dan menerapkan
pengetahuan mereka tentang nilai uang untuk pembelian, penganggaran,
dan pengambilan keputusan. Dalam mengembangkan literasi numerasi,
peserta didik dapat:

Konsep Literasi Numerasi


5
1.1. memahami dan menggunakan bilangan dalam konteks,
1.2. mengestimasi dan menghitung,
1.3. menggunakan uang,
1.4. menginterpretasikan penalaran proporsional,
1.5. menerapkan penalaran proporsional.

1. Mengenali dan Menggunakan Pola dan Relasi


Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum 2013,
yaitu Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, dan
Kalkulus. Matematika merupakan suatu aktivitas untuk menemukan dan
mempelajari pola maupun hubungan (Hudoyo: 1988; Riedesel, Schwartz,
dan Clements: 1996; Suherman, dkk: 2003). Mathematics is a science of
pattern and order (Hill etall, 1989). Pola dan keteraturan menghiasi proses
alam semesta. Pythagoras menyatakan bahwa numbers rules the universe.
Kita hidup dalam sebuah alam yang tunduk pada sebuah keteraturan,
dan ini memungkinkan bagi manusia untuk memprediksi dan mengatur
kehidupannya (Alisah dan Dharmawan, 2007).

Komponen ini melibatkan peserta didik untuk mengidentifikasi trend,


menjelaskan dan menggunakan berbagai aturan dan relasi untuk
memprediksi pola guna memecahkan masalah kontekstual. Dalam
mengembangkan literasi numerasi, peserta didik dapat:
1.1. mengenali, membentuk, dan menggeneralisasi pola dalam konteks,
1.2. mengenali dan menggunakan relasi dalam konteks.

2. Menggunakan Penalaran Spasial


Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
2013, yaitu geometri dan pengukuran serta trigonometri. Komponen
ini melibatkan peserta didik untuk memahami ruang di sekitar mereka.
Peserta didik memvisualisasikan, mengidentifikasi, dan mengurutkan
bentuk dan objek, mendeskripsikan ciri utama objek di lingkungan sekitar.
Peserta didik menggunakan simetri, bentuk, dan sudut untuk memecahkan
masalah kontekstual dan menafsirkan peta atau diagram. Peserta didik
menggunakan skala, legenda, dan penunjuk arah untuk mengidentifikasi
dan menggambarkan rute dan lokasi. Dalam mengembangkan literasi
numerasi, peserta didik dapat:

Konsep Literasi Numerasi


6
1.1. memvisualisasikan bentuk 2 dimensi dan objek 3 dimensi,
1.2. menginterpretasikan peta dan diagram

3. Menggunakan Pengukuran
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
2013, yaitu geometri dan pengukuran, trigonometri, dan kalkulus.
Komponen ini melibatkan peserta didik belajar tentang pengukuran
panjang, luas, volume, kapasitas, waktu, suhu, massa, dan sudut. Peserta
didik memperkirakan, mengukur, membandingkan, dan menghitung
menggunakan satuan baku saat memecahkan masalah kontekstual.
Peserta didik membaca jam dan mengkonversi waktu, mengidentifikasi
dan mengurutkan tanggal/acara dengan menggunakan kalender dan
jadwal. Dalam mengembangkan literasi numerasi, peserta didik dapat:

1.1. memperkirakan dan mengukur menggunakan satuan baku,


1.2. bekerja dengan jam, kalender, dan jadwal.

4. Menginterpretasi Informasi Statistik


Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
2013, yaitu statistika dan peluang. Peserta didik mampu membaca,
mengumpulkan, merekam, menyajikan, membandingkan, dan
mengevaluasi ketepatan berbagai jenis penyajian data statistik dari
masalah kontekstual. Peserta didik menggunakan bahasa dan representasi
numerik yang sesuai saat menjelaskan hasil peluang kejadian. Dalam
mengembangkan literasi numerasi, peserta didik dapat:

1.1. menginterpretasikan penyajian data,


1.2. menginterpretasi peluang kejadian.
Berikut ini adalah gambar struktur literasi numerasi

Konsep Literasi Numerasi


7
Gambar 2. Struktur Literasi Numerasi

II. Misi Pedagogis


A. Misi Literasi Numerasi
Literasi numerasi memiliki misi pedagogis baik untuk pelajaran
Matematika maupun non Matematika. Literasi numerasi merupakan
pendekatan penerapan numerasi secara konsisten dan menyeluruh di
sekolah untuk mendukung pengembangan literasi numerasi bagi setiap
peserta didik. Literasi numerasi secara eksplisit diajarkan di dalam mata
pelajaran Matematika, namun peserta didik juga memerlukan literasi
numerasi dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, literasi
numerasi mengaitkan Matematika dengan mata pelajaran lain dan
kehidupan sehari-hari.

1. Misi pada mata pelajaran matematika


Literasi numerasi berperan menentukan cara dan arah pembelajaran
matematika di sekolah, sehingga pembelajaran Matematika lebih
bermakna bagi peserta didik secara kontekstual.

2. Misi pada mata pelajaran non matematika


Literasi numerasi berperan membantu Peserta didik dalam memahami
Konsep Literasi Numerasi
8
dan menyelesaikan masalah pada mata pelajaran non Matematika.
Selain itu, beberapa konten pada mata pelajaran non matematika
dapat digunakan sebagai objek kajian dalam mengembangkan literasi
numerasi.

Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran


matematika dan non matematika di sekolah, yaitu pembelajaran yang
bersifat investigatif dan eksploratif dengan menjaga keterpaduan
dan interkoneksitas antarmateri pelajaran. Merujuk Kurikulum
20131, maka pendekatan saintifik menjadi inti dari pembelajaran di
kelas, tentu saja yang dipadukan dengan model collaborative learning,
inquiry based learning, problem based learning, problem solving, project
based learning, dan cooperative learning. Khusus pelajaran matematika,
pendekatan matematika realistic dan open-ended akan sangat
membantu dalam mengembangkan literasi numerasi.

B. Literasi Numerasi dalam Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 mengadopsi pergeseran paradigma pembelajaran abad
21. Numerasi sebagai bagian dari literasi dasar kecakapan abad 21 menjadi
penting untuk dikembangkan beriringan dengan kerangka Kurikulum
2013, hingga sampai kepada terintegrasi ke dalam pembelajaran di kelas
dan sekolah. Tentu hal ini akan bermuara kepada kerangka kerja kebijakan
pendidikan nasional untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang integratif.

Literasi numerasi yang menyatu dengan Kurikulum 2013, secara eksplisit


terdapat pada mata pelajaran matematika, maupun secara implisit pada
mata pelajarn non matematika. Secara konseptual, Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri atas 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang
dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1 dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3
menyangkut aspek pengetahuan, dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan.
Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah
(scientific approach), yang mengakomodir 5 pengalaman belajar (5M), yaitu
mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi, mengasosiasi,

Konsep Literasi Numerasi


9
dan mengomunikasikan/ membuat jejaring, atau menjadi 6M yang
dilanjutkan dengan mencipta. Pendekatan ilmiah yang diperkuat dengan
problem base learning, project base learning, discovery learning, inquiry learning,
sehingga, Kurikulum 2013 juga sudah mengakomodasi pengembangan
literasi numerasi bagi peserta didik. Proses pembelajaran ini akan semakin
kuat dengan menghadirkan pendekatan matematika realistik (Realistic
Mathetamtics Education) dan pendekatan open-ended.

Kurikulum 2013 menitikberatkan penilaian pembelajaran yang


memungkinkan tumbuhnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS:
Higer Order Thinking Skills), dengan demikian matematika sebagai basis dari
pengembangan konsep literasi numerasi sangat erat kaitannya dengan HOTS
ini. Untuk pencapaian HOTS ini akan maksimal apabila proses pembelajaran
yang dilakukan guru juga berorientasi pengembangan berpikir (kritis,
kreatif, reflektif). Bahwa assessment base learning maupun assessment as learning
menjadi penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah yang berkarakter juara
dan kompetitif.

Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum 2013, untuk menilai bahwa suatu


pembelajaran telah melatihkan literasi numerasi, kita dapat menganalisisnya
berdasarkan kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, maupun ke-
giatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru.

C. Literasi Numerasi dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran


Literasi numerasi dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi
yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat pemaknaan
suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi tersebut tidak
berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan tujuan tertentu
sebagai muatan pemelajaran.

Literasi numerasi merupakan kompetensi yang akan dicapai peserta didik


selama proses pembelajaran maupun hasil dari sebuah pembelajaran yang
dilakukan guru. Literasi numerasi secara eksplisit diajarkan di dalam
mata pelajaran matematika, namun secara implisit peserta didik diberikan
kesempatan untuk memperoleh literasi numerasi dari berbagai mata pelajaran

Konsep Literasi Numerasi


10
non matematika. Pada kegiatan ini, numerasi bisa diperoleh melalaui mata
pelajaran non matematika dan numerasi digunakan untuk membantu
memahami mata pelajaran non matematika.

Mengaplikasikan literasi numerasi dalam lintas kurikulum dapat memperkaya


pembelajaran mata pelajaran lainnya, dan pengalaman tersebut memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk melihat keterkaitan konsep matematika
dengan konsep ilmu lain. Inilah matematika sebagai pelayan bagi ilmu
lain (mathematics is the quen of all science). Pada akhirnya pembelajaran
matematika maupun non matematika yang melatihkan literasi numerasi di
kelas memungkinkan peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan
abad 21

Contoh Penerapan Literasi Numerasi dalam Pembelajaran Kurikulum 2013

1. Penerapan Dalam Mata Pelajaran Matematika


Dalam pembelajaran matematika, peserta didik diberikan permasalahan
nyata yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, baik permasalahan
yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Peserta didik juga
diberikan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) yang
mengaplikasikan konsep-konsep matematika di dalam kehidupan sehari-
hari. Begitu juga dengan Problem Base Learning dan Discovery Learning
sangat baik untuk mengembangkan HOTS peserta didik, apalagi
dipadukan dengan pendekatan saintifik sebagai ikon dari Kurikulum
2013. Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended memungkinkan
tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Shimada &
Beccker, 1997; Syaban, 2010).

Sebagai contoh:

 Membandingkan waktu tempuh ke sekolah melalui rute yang sama


dengan berjalan dan berkendara.
 Menghitung luas tanah (bangunan, sawah, kebun, sekolah, dll) den-
gan pendekatan geometri

2. Penerapan pada Mata Pelajaran Non-Matematika


Numbers is the language of science (Tobias, 2005), sebagaimana juga

Konsep Literasi Numerasi


11
Pythagoras menyatakan bahwa numbers rules the universe (Alisah dan
Dharmawan, 2007), juga mathematics as human activity (Freudenthal,
1991). Betapa matematika sangat berperan bagi kehidupan manusia dan
alat bagi pengembangan ilmu lain. Pada pembelajaran mata pelajaran
non Matematika, informasi yang disajikan dapat diperkaya dengan
menggunakan matematika, misalnya data yang ditampilkan dalam
tabel, bagan, atau grafik. Dengan cara ini, peserta didik dapat melihat
bagaimana penggunaan konsep dan keterampilan matematika di dalam
mata pelajaran lain yang dapat membantu mereka memahami konsep
yang diberikan. Pada saat yang sama, peserta didik memiliki kesempatan
mengaplikasikan konsep dan keterampilan matematika di luar jam
pembelajaran matematika. Dalam standar proses (NCTM, 2000) kegiatan
ini biasa dikenal dengan mathematical connection.

Berikut ini contoh literasi numerasi lintas kurikulum untuk beberapa


mata pelajaran non Matematika:

a. Bahasa Indonesia
Perhatikan bacaan berikut!
BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei 2013.
Dengan melihat pola dan karakteristik hujan di Indonesia, maka
diperkirakan puting beliung berpotensi terjadi hingga Maret-
April 2013. “Selama tahun 2012, data sementara terjadi 295 puting
beliung di Indonesia atau sekitar 36% dari total bencana selama
2012,” tutur Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNP),
Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (27/12). Menurut Sutopo, tren
kejadian puting beliung cenderung mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Selama 2002-2011 meningkat 28 kali lipat dan terdapat
404 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 115 juta jiwa yang
tinggal di daerah rawan sedang hingga rawan tinggi bahaya puting
beliung di Indonesia. “Kondisi tersebut diperparah dengan belum
adanya sistem peringatan dini puting beliung,” kata Sutopo. Hal ini
disebabkan kecilnya cakupan terjangan puting beliung yang kurang
dari 2 km, waktu kejadian kurang dari 10 menit, dan tidak semua awan
Cumulonimbus selalu terjadi puting beliung. Kebakaran lahan dan
hutan selama musim kemarau 2013 berpotensi terjadi di 8 provinsi

Konsep Literasi Numerasi


12
langganan yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel
dan Kaltim. “Kekeringan berpotensi terjadi selama Agustus-Oktober
di Jawa, Bali, NTT dan daerah-daerah yang defisit air,” ujar Sutopo.
Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB
dari tahun 1825-2012, jumlah korban meninggal dan hilang akibat
bencana geologi lebih banyak dibandingkan hidrometeorologi. Dari
292.330 orang meninggal dan hilang, sekitar 74% akibat bencana
geologi sedangkan 26% bencana hidrometeorologi dan Iainnya.
Pernyataan yang tidak tergolong fakta dalam bacaan di atas
adalah … .
A. puting beliung beraksi kurang dari 10 menit
B. cakupan terjangan puting beliung kurang dari 2 km
C. BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei
2013
D. puting beliung diperkirakan berpotensi terjadi dari bulan
Maret sampai dengan April 2013
E. 115 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di daerah rawan
sedang hingga rawan tinggi bahaya putting beliung

 Fakta yang salah di bawah ini adalah … .


A. Kasus puting beliung meyumbang Iebih dari 30% dari total
bencana di Indonesia
B. 292.330 orang meninggal dan hilang akibat bencana ge-
ologi dan hidrometeorologi
C. Jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana hidro-
meteorologi lebih sedikit dibandingkan geologji
D. Tren kejadian puting beliung mengalami peningkatan sebe-
sar 28 kali lipat dalam tempo sembilan tahun
E. Sumut, Riau, Jambi, Sulsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kal-
tim berpotensi mengalami kebakaran lahan selama musim
kemarau 2013

b. IPA (Biologi)
[SMA] Memprediksi banyak amuba dalam kurun waktu tertentu
dengan menggunakan barisan geometri atau eksponen

Konsep Literasi Numerasi


13
Suatu amuba membelah diri menjadi dua bagian setiap 10 menit.
Hitunglah banyaknya amuba dalam waktu 1,5 hari.

Jawab
Mencari data dari fakta biologi

Fakta matematika terkait banyak amuba dalam setiap 10 menit


1, 2, 4, 8, …
Yang merupakan barisan geometri dengan bentuk umum 2n.
Perhatikan bahwa 1,5 jam = 90 menit = 9 x (10 menit)
Berarti n = 9
Sehingga jumlah amuba = 29 = 512
Jadi banyaknya amuba dalam 1,5 jam adalah 512.

c. IPS (Ekonomi)
Pedagang jamu dorong mempunyai gerobak yang hanya cukup
memuat 40 boks jamu A dan jamu B. Dengan bunga tunggal 10%
dan keuntungan maksimum untuk melunasi cicilan, Koperasi Sehat
meminjamkan modal Rp300.000,00 yang ia gunakan membeli jamu
A dan jamu B masing-masing seharga Rp6.000,00 setiap boks dan
Rp8.000,00 setiap boks. Jika harga jual tiap boks jamu A Rp6.500,00
dan jamu B Rp8.800,00 maka tentukan berapa kali pedagang jamu
tersebut menyicil pinjamannya sampai lunas.

Konsep Literasi Numerasi


14
Jawab
Modal = Rp. 300.000,00
Bunga tunggal = 10% x Rp300.000,00 = Rp. 30.000,00
Pelunasan = Rp. 330.000,00

Banyaknya jamu A dan jamu B yang akan dibeli:


A + B = 40 boks
6.000A + 8.000B = 300.000
Penyelesaian SPLDV ini memberikan hasil jamu A = 10 boks dan
jamu B = 30 boks.

Harga jual jamu A dan jamu B:


10 boks jamu A = 10 x Rp6.500,00 = Rp65.000,00
30 boks jamu B = 30 x Rp8.800,00 = Rp264.000,00 +
= Rp329.000,00

Keuntungan maksimum = Rp29.000,00


Yang akan digunakan dalam membayar cicilan pelunasan pinjaman
sebesar Rp330.000,00. Sehingga pedagang jamu tersebut harus
menyicil sebanyak 12 kali, yaitu
11 x Rp29.000,00 = Rp319.000,00
1 x Rp11.000,00.

d. Seni
Berikut adalah gambar bingkai dari kain perca yang ditempelkan
oleh siswa jurusan Tata Busana SMK Muhammadiyah Pasarebo.

Tentukan luas kain perca yang diperlukan untuk membuat karya


seni tersebut, jika ukuran kain dasar 70cm x 28cm.

Konsep Literasi Numerasi


15
Jawab
Motif kain perca pada gambar di atas adalah setengah lingkaran
yang saling membelakangi,

Berdasarkan panjang dan lebar kain dasar


pada bingkai di atas, maka gambar di samping
merupakan persegi 7cm x 7cm, sehingga diameter
lingkaran besar adalah 7cm dan diameter lingkaran
kecil adalah 3,5cm.
Luas kain perca = luas lingkaran besar – 2 x luas lingkaran kecil
= [(3,5)2 – 2(1,75)2]
= 19,25cm2
Karena ada 16 tempelan kain perca, maka luas seluruh kain perca
yang diperlukan adalah = 16 x 19,25cm2 = 308cm2.
e. PJOK
Dalam pertarungan silat Perguruan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah menerapkan sistem penskoran, yaitu 1 untuk
pukulan, 2 untuk tendangan, dan 3 untuk jatuhan (bantingan). Jika
pada suatu kejuaraan UHAMKA-Cup 2017, didapati seorang pesilat
bernama Taciman memenangkan pertarungan dengan total skor
sebesar 35 poin, maka tentukan banyaknnya variasi serangan yang
dia lakukan dan tentukan pula banyaknya serangan yang mengenai
Taciman, apabila lawan yang dikalahkannya itu memperoleh total
skor sebesar 20 poin.
Jawab
Salah satu variasi serangan yang dilakukan Taciman adalah 10
jatuhan, 2 tendangan, dan 1 pukulan. Sedangkan serangan yang
mengenai Taciman salah satunya adalah 1 jatuhan, 1 tendangan, dan
Konsep Literasi Numerasi
16
15 pukulan. Untuk secara rinci serangan yang dilakukan Taciman
dapat dilihat pada tabel berikut:

No Pukulan Tendangan Jatuhan


1 0 1 11
2 1 2 10
3 2 3 9
4 3 4 8
5 4 5 7
6 5 6 6
7 6 7 5
8 7 8 4
9 8 9 3
10 9 10 2
11 10 11 1

Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebelas variasi serangan dengan


poin serangan memenuhi angka-angka yang berurutan dari 0 sampai
11, sehingga nampak adanya pola bilangan pada variasi serangan
dalam pertarungan silat. Namun secara keseluruhan, terdapat
120 variasi serangan yang dapat dilakukan oleh Taciman untuk
memenangkan pertarungan dengan total skor 35. Variasi serangan
ini dapat saja tanpa poin pukulan, tanpa poin tendangan, ataupun
tanpa poin jatuhan. Juga dengan hanya satu pukulan, tendangan,
ataupun jatuhan yang masuk. Secara jelas, dapat dilihat pada tabel
berikut:

Konsep Literasi Numerasi


17
POIN MENYERANG
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

0 1 11 9 13 0 8 12 1 5 3 8
0 4 9 7 14 0 6 13 1 8 3 7
0 7 7 5 15 0 4 14 1 11 3 6
0 10 5 3 16 0 2 15 1 14 3 5
0 13 3 1 17 0 2 6 7 17 3 4
0 16 1 1 14 2 2 9 5 20 3 3
35 0 0 1 11 4 2 12 3 18 4 3
32 0 1 1 8 6 25 2 2 16 5 3
29 0 2 1 5 8 22 2 3 14 6 3
26 0 3 1 2 10 19 2 4 12 7 3
23 0 4 3 1 10 16 2 5 10 8 3
20 0 5 6 1 9 13 2 6 8 9 3
17 0 6 9 1 8 10 2 7 6 10 3
14 0 7 12 1 7 7 2 8 4 11 3
11 0 8 15 1 6 4 2 9 4 5 7
8 0 9 18 1 5 25 2 2 4 8 5
5 0 10 21 1 4 23 3 2 6 4 7
2 0 11 24 1 3 21 4 2 9 4 6
33 1 0 27 1 2 19 5 2 12 4 5
31 2 0 30 1 1 17 6 2 15 4 4
29 3 0 28 2 1 15 7 2 13 5 4
27 4 0 26 3 1 13 8 2 11 6 4
25 5 0 24 4 1 11 9 2 9 7 4
23 6 0 22 5 1 9 10 2 7 8 4
21 7 0 20 6 1 7 11 2 5 9 4
19 8 0 18 7 1 5 12 2 5 6 6
17 9 0 16 8 1 3 13 2 7 5 6
15 10 0 14 9 1 3 4 8 10 5 5
13 11 0 12 10 1 3 7 6 8 6 5
11 12 0 10 11 1 3 10 4 6 7 5

Konsep Literasi Numerasi


18
Sementara kemungkinan Taciman diserang oleh lawan tarungnya
adalah 39 variasi serangan seperti terlihat pada tabel berikut:
POIN DISERANG
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

0 1 6 2 0 6 12 1 2 4 2 4
0 4 4 6 7 0 15 1 1 7 2 3
0 7 2 4 8 0 13 2 1 10 2 2
0 10 0 2 9 0 11 3 1 8 3 2
20 0 0 1 8 1 9 4 1 6 4 2
17 0 1 1 5 3 7 5 1 4 5 2
14 0 2 1 2 5 5 6 1 2 6 2
11 0 3 3 1 5 3 7 1 3 4 3
8 0 4 6 1 4 2 6 2 5 3 3
5 0 5 9 1 3 2 3 4

II. Tujuan Literasi Numerasi


Tujuan utama dari linerasi numerasi adalah mempersiapkan sumber daya
manusia yang memiliki kecakapan Abad 21, secara khusus tujuan literasi
numerasi adalah menjadikan peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi, memilah, menghubungkan, dan menggunakan infor-
masi serta prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah dalam
matematika dan masalah yang memerlukan matematika,
2. Memodelkan situasi yang terkait dan dapat memilih dan mengintegrasi-
kan representasi yang berbeda dan menghubungkannya ke dalam dunia
nyata,
3. Mengidentifikasikan kendala yang dihadapi dan melakukan dugaan-
dugaan, serta penyederhanaan model matematika guna mendapatkan
hasil yang diharapkan dengan strategi pemecahan masalah yang efektif
dalam menghadapi masalah-masalah kompleks yang berhubungan den-
gan model tersebut,
4. Mengkomunikasikan hasil pemikiran dengan logis, sistematis, kritis, dan
kreatif,
5. Memaknai peran dan kegunaan matematika dalam mengkonstruksi ke-
hidupan yang lebih baik.
Konsep Literasi Numerasi
19
III.Kompetensi Literasi Numerasi
Literasi numerasi terdiri dari lima kompetensi, yaitu: (1) mengestimasi,
menghitung, dan menggunakan bilangan, (2) mengenali dan menggunakan
pola dan relasi, (3) menggunakan penalaran spasial, (4) menggunakan
pengukuran, dan (5) menginterpretasi informasi statistik. Kelima kompetensi
literasi numerasi ini bersesuaian dengan konten matematika sekolah dalam
Kurikulum 2013, yaitu: Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran,
Trigonometri, Kalkulus, Statistika dan Peluang.

Kelas matematika saat ini lebih nampak peserta didik mencatat, jarang
sekali mengkomunikasikan secara lisan hasil dan pengalamannya, jarang
mengajukan pertanyaan, hanya mencontoh apa-apa yang dikerjakan guru
dan mengingat rumus-rumus atau aturan matematika dengan tanpa makna
dan pengertian (Wahyudin, 2008). Untuk itu literasi numerasi memastikan
peserta didik memperoleh makna dari apa yang dipelajarinya. Kompetensi
literasi numerasi yang bersesuaian dengan konten matematika dalam
Kurikulum 2013 mengalami gradasi pada aspek mengetahui, memahami, dan
memaknai.

1. Aspek Mengetahui
Peserta didik mengingat (dapat pula mendaftar dan mengidentifikasi)
fakta dan konsep pada Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran,
Trigonometri, Kalkulus, Statistika dan Peluang dan menyelesaikan soal
matematika dengan mengaplikasikan rumus atau konsep yang sudah
dipelajari. Namun peserta didik belum mampu menjawab dari mana
rumus dan konsep matematika itu diperoleh.

Sebagai contoh:

a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk
berikut bernilai benar
21 10
22 + 11 … 2
Jawab
21 10 21 + 20 41
22 + 11 = 22 = 22 = 1, 863
yang kurang dari 2, jadi tanda yang benar adalah <.

Konsep Literasi Numerasi


20
b. [SMP] Sebuah baju dijual dengan harga
Rp100.000,00. Jika toko memberikan diskon 75%,
maka tentukan harga baju setelah diskon.
Jawab
Harga baju = Rp100.000,00
Diskon = 75%
Besar diskon = 75% x Rp100.000,00 = Rp75.000,00
Harga setelah diskon = Rp100.000,00 – Rp75.000,00 = Rp25.000,00

c. Tentukan luas segitiga berikut

Jawab:
1
L = 2 at
1
= 2 x4x3 = 6
Jadi, luas segitiga tersebut adalah 6 cm2.

d. [SMA] Berdasarkan konsep sin2x + cos2x = 1, peserta didik dapat


menghitung bahwa sin2(30o) + cos2(30o) = 1.

e. Tentukan keliling bangun berikut ini,

Keliling bangun di atas = 2 x (10 + 15) = 50


Jadi, keliling bangun di atas adalah 50 m.

Konsep Literasi Numerasi


21
2. Aspek Memahami
Peserta didik mengaitkan antar fakta dan konsep pada Bilangan, Aljabar,
Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus, Statistika dan
Peluang dan menyelesaikan soal matematika dengan mengaplikasikan
rumus yang dapat ia buktikan. Pada aspek ini juga, peserta didik
dapat memperkirakan, mangkategorikan, membandingkan, ataupun
membedakan konsep-konsep matematika yang mereka temukan. Soal-
soal penggunaan konsep matematika pada matematika dan ilmu lain
sudah mulai dipahami oleh Peserta didik. Soal-soal yang mirip dengan
contoh soal masih tetap bisa diselesaikan oleh mereka, namun mereka
tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin.

Sebagai contoh:

a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk
berikut bernilai benar
21 10
22 + 11 … 2

Jawab
Bagi peserta didik yang pada level memahami, ia tidak perlu lagi
menggunakan prosedur matematika dengan konsep menyamakan
penyebut, tetapi cukup dengan menggunakan konsep pembagian
bilangan kecil terhadap bilangan besar (dalam konsep pecahan
pembilang < penyebut), yang nilainya jelas < 1.
21 10 21 10
Karena 22 1 1 dan 11 1 1 maka 22 + 11 1 2
Jadi tanda yang benar adalah <.

b. [SMP] Sebuah baju dengan harga Rp100.000,00. dijual pada 2 toko


yang memberikan diskon berbeda. Pada toko mana yang memberi-
kan harga lebih murah?

Konsep Literasi Numerasi


22
Jawab
TOKO MURAH TOKO BAIK
Disc 50%+30% Disc 70%
Diskon 1 = 50% x Rp100.000,00 Diskon 1 = 70% x Rp100.000,00
= Rp50.000,00 = Rp70.000,00
Harga jual baju = Rp50.000,00 Harga jual baju = Rp30.000,00
Diskon 2 = 30% x Rp50.000,00
= Rp15.000,00
Harga jual baju = Rp35.000,00
Jadi yang lebih murah adalah baju yang dijual di TOKO BAIK.

c. [SMP] Tentukan luas segitiga berikut

Soal ini tidak bisa langsung menerapkan rumus luas segitiga,


karena belum diketahui panjang alas segitiga. Oleh karena itu perlu
melibatkan teorema Pythagoras.
Tahap 1 pengerjaan:

Konsep Literasi Numerasi


23
Tahap 2 pengerjaan:

Jadi, luas segitiga tersebut adalah 6 cm2.

Dalam mengerjakan soal ini terlihat terlihat keterampilan komunikasi


peserta didik berdasarkan rincian tahapan pengerjaan.

d. [SMA] Peserta didik dapat membuktikan bahwa sin2x + cos2x =


1 dengan berbagai cara penyelesaian. (Menampilkan keterampilan
berpikir kreatif)

e. [SMA] Tentukan keliling dari bangun berikut ini, jika dan jumlah
nilai dan sama dengan 25!

Soal di atas tidak bisa langsung dihitung, harus dicari besar nilai
variabel dan

3x  2y  60  3x  2y  60 
Tahap pengerjaan: 
x  y  25  2x  2y  50 

x = 10 y = 15
Maka keliling bangun di atas = 2 x (10 + 15) = 50
Jadi, keliling bangun tersebut adalah 50 m.

Konsep Literasi Numerasi


24
3. Aspek Memaknai
Peserta didik menginterpretasi dan membangun konsep pada Bilangan,
Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus, Statistika
dan Peluang dan menyelesaikan soal matematika yang menggunakan
konteks kehidupan nyata. Peserta didik mampu menggunakan konteks
kehidupan nyata untuk menemukan konsep matematika, sehingga konteks
dijadikan sebagai sumber belajar. Peserta didik juga sudah mampu
menggunakan konsep matematika yang diperoleh dalam memecahkan
persoalan kehidupan nyata. Memaknai matematika adalah bagaimana
menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah pada materi
matematika, ilmu lain, dan kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh:
a. [SD] Berapa bilangan bulat tak negatif yang harus ditambahkan
pada kedua pembilang supaya bentuk berikut bernilai benar?
21 10
2 # 22 + 11 1 3
Jawab Peserta didik perlu mengetahui dan memahami konsep
bilangan bulat tak negatif, pembilang, penjumlahan, perbandingan
nilai bilangan, sehingga gabungan konsep-konsep ini menghasilkan
soal yang kompleks dan non-rutin. Ketika mampu mengerjakan soal
ini, peserta didik telah berada pada berpikir kritis (mengatur bilangan
yang harus ditambahkan sehingga berlaku ≥ 2 dan < 3) dan berpikir
kreatif (memberikan beragam bilangan bulat tak negatif yang bisa
ditambahkan pada kedua pembilang).
21 10 21 + a 10 + b
2 # 22 + 11 1 3 dapat ditulis menjadi 2 # 22 + 11 1 3

Variasi nilai dapat dilihat pada tabel berikut:

a b 21 + a 10 + b
22 + 11
0 2 2,045455
0 12 2,954545
3 0 2,000000
24 0 2,954545

Konsep Literasi Numerasi


25
1 1 2,000000
1 11 2,909091
22 1 2,954545
dst.

Soal ini bisa diubah menjadi pemecahan masalah, apabila ditanyakan


21 + a 10 + b
“Tentukan nilai a dan b yang memenuhi 2 # 22 + 11 1 3
sehingga memberikan a x b maksimal”.
Jawabannya adalah a = b = 8 memenuhi 2 # 2, 954545 1 3 dan
axb = 64

b. [SMP] Sebuah baju dijual dengan


sistem diskon atau beli dapat gratis, sep-
erti terlihat pada gambar. Sistem mana
yang akan dipilih oleh seorang pembeli
sehingga lebih menguntungkan? Beri-
kan penjelasan.

Jawab
Sistem 1 (beli 1 disc 30%) : Rp70.000,00  dapat 1 baju
Sistem 2 (beli 2 gratis 1) : Rp200.000,00 dapat 3 baju
Berarti 1 baju seharga Rp66.666,67
Lebih murah Rp3.333,33

Dengan sistem 1, kalau beli 3 baju maka dapat harga Rp210.000,00


Lebih mahal Rp10.000,00 dari sistem 2.
Akan tetapi tidak setiap orang benar-benar membutuhkan 3 baju,
sehingga ia harus membeli dengan sistem 2, walaupun terasa lebih
murah.
Bisa jadi orang akan membeli dengan sistem 1, walaupun terasa lebih
mahal, karena ia hanya membutuhkan 1 baju.
Di sini bergantung pada kebutuhan dan ketersediaan uang dari
seorang pembeli.

Soal ini menunjukkan bagaimana seseorang mengambil keputusan


berkenaan dengan penggunaan uang. Dalam mengerjakan soal ini

Konsep Literasi Numerasi


26
terlihat terlihat keterampilan komunikasi peserta didik berdasarkan
rincian tahapan pengerjaan. Kemampuan pemecahan masalah juga
dibutuhkan dan kerjasama di antara peserta didik (kolaborasi).
Pembejaran yang dapat diberikan adalah dengan menggunakan
Problem Based Learning.

c. [SMA] Berdasarkan konsep sin2x + cos2x = 1, Peserta didik dapat


menemukan rumus baru, seperti 1 + tan2x = sec2x. (Keterampilan
berpikir kreatif)

d. [SMA] Pak Budi memiliki jaring jala sepanjang 60 m. Ia ingin mem-


buat keramba ikan gurami dan udang. Kedua keramba ikan dibuat
berdampingan.
Misalkan panjang keramba m dan lebarnya m, serta keliling
keramba m. Tentukanlah ukuran keramba agar luasnya maksimum!
(lebar keramba merupakan bilangan genap).

Coba amati gambar keramba yang diinginkan dan renungkan


beberapa pertanyaan berikut.
1. Bagaimana bentuk keramba yang direncanakan Pak Budi ?
2. Adakah konsep dan prinsip matematika yang terkait untuk
menentukan panjang keliling permukaan keramba ?
3. Adakah konsep dan prinsip matematika untuk menentukan luas
daerah permukaan keramba ?
4. Bagaimana menentukan ukuran panjang dan lebar permukaan
keramba agar luasnya maksimum dengan jaring jala yang
tersedia ?

Alternatif penyelesian
Penampang permukaan keramba dapat digambarkan sebagai berikut,

Konsep Literasi Numerasi


27
Karena panjang jaring jala yang tersedia adalah 60 m maka keliling
keseluruhan permukaan keramba ikan adalah
3
K = 2y + 3x = 602y = 60 - 3xy = 30 - 2 x
Luas keseluruhan permukaan keramba ikan adalah
L = panjang x lebar
L=yxx
= a 30 - 2 x k x
3

3
= 30x - 2 x2
Karena luas permukaan keramba tergantung nilai maka persamaan
fungsi luas dapat dinyatakan sebagai berikut,
 L ^ x h = 30x - 2 x2, x anggota bilangan genap
3

Dengan mengambil beberapa nilai x, diperoleh beberapa harga L dan


disajikan pada table berikut

Nilai 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Nilai 0 54 96 126 144 150 144 126 96 54 0

Sekarang mari kita gambarkan fungsi pada sistem koordinat dengan


bantuan nilai-nilai x dan L yang ada pada tabel di atas.

Konsep Literasi Numerasi


28
Coba cermati harga-harga x dan L di dalam tabel di atas dan grafik
fungsi L ^ x h = 30x - 2 x2 memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
3

a. Kurva terbuka ke bawah


b. Grafik memotong sumbu-X pada dua titik yang berbeda yaitu (0,
0) dan titik (20, 0)
c. Grafik fungsi mencapai puncak pada titik (10, 150).
d. Garis x = 10 membagi dua luas (sama besar) daerah di bawah
kurva, sehingga garis x = 10 dapat dikatakan sebagai sumbu
simetri grafik fungsi L ^ x h = 30x - 2 x2
3

Berdasarkan grafik fungsi di atas, luas maksimum diperoleh saat


lebar permukaan keramba ikan, yaitu x = 10 m

Selanjutnya, dapat diperoleh panjang keramba sebagai berikut:


3
x = 10 dan y = 30x - 2 x2 " y = 15 m
L = x x y = 10 x 15 = 150
Jadi, Luas maksimum permukaan keramba ikan adalah 150 m2. (Pada
soal ini, peserta didik dituntuk untuk memiliki keterampilan berpikir
kritis dan kreatif serta pemecahan masalah).

Alternatif lain dalam menyelesaikan soal ini adalah dengan


menggunakan konsep turunan fungsi, yaitu bagi peserta didik SMA

Konsep Literasi Numerasi


29
kelas 11.
L ^ x h = 30x - 2 x2
3

Ll ^ x h = 30 - 3x = 0
x = 10 " L ^ x h = 30 ^10 h - 2 ^10 h2 = 300 - 150 = 150
3

Jadi lebih praktis dalam pengerjannya.

Dalam mengerjakan soal ini terlihat terlihat keterampilan


komunikasi peserta didik berdasarkan rincian tahapan pengerjaan.
Kemampuan pemecahan masalah juga dibutuhkan dan kerjasama di
antara peserta didik (kolaborasi). Pembejaran yang dapat diberikan
adalah dengan menggunakan Project Based Learning.

V. Penjenjangan Literasi Numerasi


Perjenjangan dalam literasi numerasi merupakan salah satu aspek dalam satu
proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai
dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar
capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan
kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik serta
kesesuaian dengan capaian kompetensi yang diharapkan.

Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan materi


yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi tersebut.
Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan kompetensi
literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.

Literasi numerasi yang bersesuaian dengan konten matematika dalam


Kurikulum 2013 mengalami gradasi pada aspek mengetahui, memahami, dan
memaknai. Penjenjangan dalam tabel berikut menunjukkan kompetensi akhir
yang harus dicapai peserta didik, sehingga menjamin mereka telah menguasai
pada aspek sebelumnya.

Konsep Literasi Numerasi


30
Tabel 2. Penjenjangan Literasi Numerasi dalam Lingkup Sekolah

Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
1. Mengestimasi, Menghitung, dan Menggunakan Bilangan
1.1. Memahami 
Mendemon- 
Model, repre- Membanding-  Menggu-
dan meng- strasikan sentasi, men- kan, mengu- nakan cara
gunakan konsep meng- gurutkan, dan rutkan, dan berbeda un-
bilangan hitung yang menggunakan menggunakan tuk merep-
dalam kon- digunakan bilangan sam- bilangan posi- resentasikan
teks dalam kehidu- pai lima angka tif dan negatif bilangan
pan sehari-hari 
Mengidentifi- untuk meny- sangat besar

Menghubung- kasi, menjelas- elesaikan ma- dan sangat
kan nama kan, dan salah kehidu- lecil terma-
bilangan den- menggunakan pan sehari-hari suk notasi
gan kelompok bilangan lebih ilmiah
objek sampai dari satu juta
bilangan dua
angka

Model, repre-
sentasi, men-
gurutkan, dan
menggunakan
bilangan
sampai empat
angka
1.2. Mengesti- 
Mengenali 
Mengestimasi 
Memecahkan 
Memod-
masi dan efek menam- dan memer- masalah yang elkan dan
menghitung bahan dan iksa solusi kompleks den- memecahkan
mengambilan suatu masalah gan estimasi masalah
dari sekumpu- dengan meng- dan perhitun- melibatkan
lan benda ingat fakta gan dengan data yang

Menyelesaikan penambahan, menggunakan kompleks
penambahan pengurangan, strategi men- dengan
sehari-hari perkalian, dan tal, tertulis dan estimasi dan
dan berbagi pembagian digital secara perhitungan
cerita 
Memecahkan efisien menggunak-

Mengestimasi masalah dan an beragam
dan menyele- memeriksa strategi men-
saikan masalah perhitungan tal, tertulis
dan menghi- dengan meng- dan digital
tung jawaban gunakan secara efisien
strategi men-
tal dan tuisan
secara efeisien

Konsep Literasi Numerasi


31
Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
1.3. Menggunak- 
Mengidenti- 
Menaksir 
Mengidentifi- Mengevalu-
an uang fikasi situasi kembalian dari kasi dan mem- asi rencana
yang melibat- pembelian pertimbangkan keuangan
kan uang sederhana keputusan untuk men-

Mengenali 
Membuat ren- ‘best value for dukung tu-
nilai uang cana keuangan money’ juan khusus
rupiah sederhana,

Mengiden- anggaran dan
tifikasi dan prediksi biaya
menggunakan
kombinasi
uang untuk
pembelian
sederhana
1.4. Meng- Mengenali ‘ke- 
 Memvisu- 
Memvisual- 
Mengilus-
iterpretasi seluruhan’ dan alisasikan, isasikan dan trasikan dan
penalaran ‘bagian dari menjelaskan, menjelaskan mengurut-
proporsional keseluruhan’ dan mengu- proporsi dari kan hubun-
dalam kehidu- rutkan pulu- persen, dan gan peca-
pan sehari-hari han, ratusan, rasio han, desimal,

Mengenali 1 desimal, 2 persen, dan
suatu keselu- desimal rasio
ruhan objek 
Memvisu-
yang dibagi alisasikan,
kedalam ba- menjelaskan,
gian yang dan mengurut-
sama kan pecahan,

Memvisual- desimal, pers-
isasikan dan en sederhana
menjelaskan yang senilai
setengah dan
seperempat

Konsep Literasi Numerasi


32
Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
1.5. Menerapkan 
Mengidenti- Menyelesaikan 
 Menyele- 
Meny-
penalaran fikasi jumlah masalah saikan masalah elesaikan
proporsional seperti lebih menggu- menggunakan masalah
dari, kurang nakan pecahan persen seder- melibatkan
dari, dan senilai untuk hana, dan rasio pecahan, des-
sama dalam persepuluh, imal, persen,
perbandingan perseratus, dan rasio
sehari-hari satu dan dua

Menyelesaikan tempat desi-
masalah mal
menggunakan  Menyelesaikan
setengah dan masalah
seperempat menggunakan
pecahan seni-
lai, desimal,
dan persen
sederhana
2. Mengenali dan Menggunakan Pola dan Relasi
2.1. Mengenali, 
Mengenali 
Mengiden- 
Mengidentifi- 
Mengenali,
memben- pola sederhana tifikasi dan kasi kecender- memben-
tuk, dan dalam kehidu- menjelaskan ungan meng- tuk, dan
menggener- pan sehari-hari kecend- gunakan pola menggener-
alisasi pola 
Menjelaskan erungan pola alisasi pola
dan melanjut- kehidupan
kan pola sehari-hari

Mengi- 
Mengiden-
dentifikasi, tifikasi dan
menjelaskan, menjelaskan
dan menyusun aturan dan
pola sesuai hubungan
konteks pola dengan
kehidupan
sehari-hari
2.2. Mengenali 
Mengenali re- Mengiden- 
Mengidenti- 
Mengenali
dan menggu- lasi sederhana tifikasi dan fikasi kecen- dan menggu-
nakan relasi dalam kehidu- menjelaskan derungan nakan relasi
pan sehari-hari aturan dan menggunakan
relasi dengan aturan dan
kehidupan relasi
sehari-hari

Konsep Literasi Numerasi


33
Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
3. Menggunakan Pengukuran
3.1. Mengesti- 
Menggu- 
Mengestimasi, 
Mengkon- 
Meny-
masi dan nakan bahasa mengukur, dan versi satuan elesaikan
mengukur informal dan/ membanding- baku untuk masalah
dengan atau untuk kan panjang, volume dan kompleks
satuan baku menjelaskan suhu, volume kapasitas, dan yang meli-
karakteristik dan masa menggunakan batkan luas
dari panjang, dari kejadian rumus kelil- permukaan
suhu (panas/ sehari-hari ing, luas, dan dan volume
dingin), masa menggunakan volume untuk prisma dan
(berat/ringan) satuan baku memecahkan tabung serta
pada lingkun- dan skala pen- masalah ses- benda pejal.
gan sekitar gukuran ungguhnya.
3.2. Bekerja 
Mengurut- Membaca jam 
 Menggunakan 
Meng-
dengan jam, kan kejadian analog dan sistem jam gunakan
kalender, sekitar dengan digital untuk 12-an dan sistem jam
dan jadwal berbagai cara mengkonversi 24-an dalam 12-an dan

Mengurut- jam, menit dan satu zona 24-an dalam
kan peristiwa detik waktu untuk berbagai
sekitar dalam 
Menggunakan menyelesaikan zona waktu
bahasa waktu ‘am’ dan ‘pm’ masalah untuk me-
(pagi, siang, (jam pagi, nyelesaikan
soer malam) siang, malam) masalah

Membaca jam 
Menggunakan 
Menggu-
analog dan kalender nakan skala
digital untuk untuk menen- waktu dalam
menentukan tukan lokasi kejadian
setengah jam dan memband- kompleks,
dan seperem- ingkan waktu tempat
pat jam kejadian bersejarah,

Mengurut- 
Mengkonversi dan kejadian
kan kejadian sistem jam ilmiah
menurut bulan 12-an dan
dan musim 24-an untuk

Menentukan menyelesaikan
tanggal pada masalah waktu
kalender 
Meninter-
pretasi dan
menggunakan
jadwal

Konsep Literasi Numerasi


34
Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
4. Menggunaan Penalaran Spasial
4.1. Memvisu- 
Menyortir 
Memvisualisa- 
Memvisualisa- Memvi-
alisasikan atau menye- si, menyortir, si, menjelaskan sualisasi,
bentuk 2 suaikan objek- mengiden- dan mengap- menjelaskan
dimensi objek menurut tifikasi, dan likasikan sifat dan menga-
dan objek 3 bentuknya menjelaskan dan aturan nalisis cara
dimensi 
Menyortir simetri ban- dari bentuk bentuk dan
dan memberi gun datar dan 2 dimensi objek dikom-
nama bentuk sudut pada dan objek 3 binasikan
2 dimensi lingkungan dimensi dan dipo-
dan objek 3 sekitar sisikan pada
dimensi 
Memvisualisa- lingkungan

Menidentifika- si, menyortir, dengan
si, menyortir membanding- tujuan yang
dan menjelas- kan bentuk berbeda
kan bentuk objek-objek
2 dimensi sebagai prisma
dan objek 3 dan piramida
dimensi yang pada lingkun-
biasa digu- gan sekitar
nakan dalam
kehidupan
4.2. Menginter- 
Mendemon- Menginterpre- 
 Membuat dan 
Membuat
pretasi peta trasikan posisi tasi informasi, menginter- dan meng-
dan diagram diri dan objek posisi lokasi, pretasi peta, iterpretasi
yang ber- dan menjelas- model, dan peta, model,
hubungan den- kan rute pada diagram 2 dan diagram
gan kehidupan peta dan dia- dimensi dan 3 meng-
sehari-hari gram meng- dimensi gunakan

Memberikan gunakan skala, berbagai alat
dan mengikuti legenda, dan pemetaan
petunjuk peta petunjuk arah
dan diagram yang seder-
dari lokasi hana
umum 
Mengidentifi-
kasi dan men-
gambarkan
rute dan lokasi
menggunak-
an sistem
penunjuk arah
(seperti utara,
timur laut)

Konsep Literasi Numerasi


35
Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
5. Menginterpretasi Informasi Statistik
5.1. Mengin- 
Menyaji- 
Mengumpul- 
Membanding- 
Mengevalu-
terpretasi kan informasi kan dan me- kan, mengin- asi statistik
penyajian menggunakan nyajikan data terpretasikan, media dan
data objek nyata, dalam bentuk dan menilai tren pe-
gambar tabel, diagram, efektivitas pe- nyajian data,

Memberikan gambar, dan nyajian suatu statistik
respon atas grafik data dalam
pertanyaan 
Mengumpul- berbagai ben-
terhadap kan, mem- tuk
informasi yang bandingkan,
disajikan menjelaskan,

Mengenali dan mengin-
bagaimana terpretasikan
meminta dan data dalam
menjawab tabel ganda,
pertanyaan grafik ganda,
sederhana dan termasuk
menginterpre- dalam media
tasinya dalam digital
gambar atau
grafik

Konsep Literasi Numerasi


36
Indikator
SD Kelas SD Kelas
Literasi SMP SMA
Rendah (1-3) Tinggi (4-6)
Numerasi
5.2. Menginter- 
Mengenali Menggambar- 
 Mengam- 
Menjelaskan
pretasi pelu- kejadian yang kan kemung- barkan dan beragam
ang kejadian mungkin atau kinan yang menjelaskan kejadian dan
tidak mungkin dihasilkan dari kenapa ke- kejadian

Mengiden- percobaan nyataan yang bersamaan
tifikasi dan peluang den- terjadi tidak melalui
menjelaskan gan bahasa in- selalu sama contoh ke
kejadian formal (selalu, dengan perki- dalam pelu-
sekitar yang sering, jarang, raan ang suatu
melibatkan kadang- kejadian
peluang kadang, tidak
pernah)

Mengambar-
kan peluang
kejadian dan
membanding-
kan hasil ob-
servasi dengan
prediksi (75%
akan hujan
atau 50/50
akan cerah)

VI. Penutup
Literasi numerasi adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk
kepentingan pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan
Indonesia, pada umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi
kriteria dan capaian yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan
bangsa. Dengan literasi yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia
mampu bersaing menyejajarkan diri di dunia internasional. Keberhasilan
pencapaian literasi harus didukung oleh seluruh komponen yang ada di dunia
pendidikan, terutama peran pendidik di sekolah yang berupaya membimbing,
mengarahkan, mendidik, mengevaluasi, memfasilitasi berkembangnya
potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Konsep literasi numerasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman


bagi pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat

Konsep Literasi Numerasi


37
membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi
yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Literasi numerasi merupakan kecakapan menggunakan berbagai macam angka


dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan
masalah praktis kehidupan sehari-hari juga sebagai alat bagi pengembangan
ilmu lain. Di sini juga hadir kemampuan menganalisis informasi yang
ditampilkan dalam grafik, diagram, dan tabel serta menggunakan interpretasi
hasil analisis untuk memprediksi dan mengambil keputusan. Literasi
numerasi merupakan bagian penting dari matematika, dimana komponen
literasi numerasi diambil dari cakupan matematika. Keduanya berlandaskan
pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, namun perbedaannya
terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut.
Komponen literasi numerasi terdiri dari: (1) mengestimasi, menghitung, dan
menggunakan bilangan, (2) mengenali dan menggunakan pola dan relasi,
(3) menggunakan penalaran spasial, (4) menggunakan pengukuran, (5)
menginterpretasi informasi statistik.

Literasi numerasi terintegrasi dengan konten matematika maupun mata


pelajaran non matematika pada Kurikulum 2013. Pendekatan pembelajaran
saintifik dan model pembelajaran Project Based Learning, Problem Based
Learning¸ Discovery Learning, Inquiry Learning dapat mengembangan literasi
numerasi pada pembelajaran di sekolah. Literasi numerasi memungkinkan
peserta didik untuk siap menghadapi ujian kehidupan, seperti termasuk
perguruan tinggi, ter masuk pekerjaan, dan tes potensi akademik.

Konsep Literasi Numerasi


38
VII. Daftar Pustaka

Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in
the Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language
and Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral
Education, 9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –
899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for
Life in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Ahmad, Zahanim. (2017). Perlaksanaan Literasi dan Numerasi di Sekolah
Rendah. Malaysia: Pusat Pengajian Teras. Kolej Universiti Islam
Antarabangssa Selangor.
Alisah, Evawati dan Dharmawan, Eko Prasetyo. (2007). Filsafat Dunia
Matematika, Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Matematika.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Hill, Shirley A. Griffiths, Phillip A. and Bucy, J. Fred. (1989). Everybody Counts:
A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. NRC-
Mathematical Sciences Education Board. Washington D.C.: National
Academy Press.
Hudoyo, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika.
Malang: Depdiknas-JICA-UM.

Konsep Literasi Numerasi


39
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku
Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013.
Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan
Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Lange, Jan de. (2005). Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA
Perspective. Netherlands: Freudenthal Institute, Utrecht University.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Va:
NCTM.
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.
oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
Puskurbuk.
Puskurbuk. (2016). Silabus Mata Pelajaran Matematika SD, SMP, SMA.
Jakarta: Puskurbuk.
Riedesel, C. A., Schwartz, J. E., and Clements, D. H. (1996). Teaching Elementary
School Mathematics. Boston: Allyn & Bacon.
Shimada, S. dan Becker, J.P. (1997). The Open-ended Approach: A New Proposal
for Teaching Mathematics. Virginia: National Council of Theachers of
Mathematics.
Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Depdiknas-JICA-UPI.
Susanto, Dicky. (2017). Literasi Numerasi. Bahan tayang Puskurbuk.
Syaban, Mumun. (2010). Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi Berpikir
Matematika. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya. Lampung:
Unila. [online] di http://educare.e-fkipunla.net.

Konsep Literasi Numerasi


40
ACARA. Numeracy Learning Continuum. Australia: ACARA. [online] di
https://www.australiancurriculum.edu.au/f-10-curriculum/general-
capabilities/numeracy/
Tobias, Dantzig. (2005). Numbers, The Language of Science. New York: Pi
Press.
Ramesh. (2013). The Essentials of Numeracy. [online] di https://www.
nationalnumeracy.org.uk/essentials-numeracy
UNESCO. (2004). The plurality of literacy and its Implications for Policies and
Programs: Position paper. Paris, Perancis: UNESCO Education Sector
Position Paper: 13.
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the potential
of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran: Pelengkap
untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Para Guru dan Calon Guru
Profesional. Bandung: Diktat Perkuliahan UPI. Belum diterbitkan.

Konsep Literasi Numerasi


41

Anda mungkin juga menyukai