Anda di halaman 1dari 60

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ

MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN


KOMBINASI EKTSTRAK METHANOL BIJI PARE (Momordica
charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON
ASETAT (DMPA)

SKRIPSI

YULIA PUTRI
130805062

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ
MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN
KOMBINASI EKTSTRAK METHANOL BIJI PARE (Momordica
charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON
ASETAT (DMPA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

YULIA PUTRI
130805062

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ


MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN
KOMBINASI EKTSTRAK METHANOL BIJI PARE (Momordica
charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT
(DMPA)

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2018

Yulia Putri
130805062

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Gambaran Histologi Ginjal dan Kadar


Kreatinin Mencit Jantan (Mus musculus L.)
Setelah Pemberian Kombinasi Ekstrak
Metanol Biji Pare (Momordica Charantia L.)
dan Depo Medroksi Progesteron Asetat
(DMPA).
Kategori : Skripsi
Nama : Yulia Putri
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 130805062
Program Studi : Sarjana (S1) Biologi
Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam

Disetujui di
Medan, Agustus 2018

Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Masitta Tanjung, M.Si Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed


NIP. 19710910 200012 2 001 NIP. 19660209 199203 1 003

Ketua Program Studi

Dr. Saleha Hanum, M, Si


NIP. 197108312000122001

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ
MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN
KOMBINASI EKTSTRAK METHANOL BIJI PARE (Momordica
charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT
(DMPA)

ABSTRAK

Kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) terbukti mampu mengurangi jumlah sperma
pada tikus jantan secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin mencit jantan (Mus musculus L.) setelah
pemberian ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas lima perlakuan dengan masing-masing lima ulangan.
Perlakuan tersebut terdiri dari 0 minggu, 4 minggu, 8 minggu, 12 minggu dan 16
minggu dengan dosis DMPA 0,125 mg/25 g BB dan dosis ekstrak metanol biji pare
(Momordica charantia L.) 0,5 mg/10 g BB. Perlakuan 0, 4 dan 8 minggu mencit (Mus
musculus L.) diinjeksi DMPA dan diberi ekstrak metanol biji pare (Momordica
charantia L.) secara oral terus-menerus, sedangkan yang 12 minggu mencit diberi
perlakuan tersebut selama 8 minggu, kemudian dipulihkan selama 4 minggu, dan
perlakuan 16 minggu, mencit diberi perlakuan selama 8 minggu, kemudian dipulihkan
selama 8 minggu. Darah dan organ ginjal mencit diambil setelah perlakuan dengan
pembedahan. Organ ginjal dibuat menjadi preparat awetan dengan metode parafin dan
pewarnaan Hematoksilin Erlich-Eosin (HE), sedangkan darah diperiksa kadar
kreatininnya dengan metode Jaffe. Hasil pengamatan histologis ginjal (luas permukaan
glomerulus, panjang diameter tubulusproksimal dan persentase kerusakan ruang
bowman) dan kadar kreatinin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan (p>0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok mencit jantan yang
diberikan ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA) .

Kata kunci: (Momordica charantia L.), DMPA, Ginjal, kreatinin.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DESCRIPTION OF KIDNEY HISTOLOGY AND CREATININ LEVEL OF
MALE MICE (Mus musculus L.) AFTER GIVING COMBINATION OF
METHANOL ECTSTRACT OF BITTER MELON SEEDS (Momordica charantia
L.) AND DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETATE (DMPA)

ABTRACT

The combination of methanol extract of bitter melon seeds (Momordica


charantia L.) and Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) was proven to
significantly reduce sperm counts in male rats. This study aims to determine the
description of kidney histology and creatinine levels of male mice (Mus musculus L.)
after administration of methanol extract of bitter melon seeds (Momordica charantia
L.) and Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA). This study used a Completely
Randomized Design (CRD) consisting of five treatments with five replications each.
The treatment consisted of 0 weeks, 4 weeks, 8 weeks, 12 weeks and 16 weeks with a
dose of DMPA 0.125 mg / 25 g BB and a dose of methanol extract of bitter melon seeds
(Momordica charantia L.) 0.5 mg / 10 g BB. The treatments were 0, 4 and 8 weeks of
mice (Mus musculus L.) injected with DMPA and given methanol extract of bitter
melon seeds (Momordica charantia L.) orally continuously, while the 12 weeks of mice
were treated for 8 weeks, then recovered for 4 weeks, and treatment for 16 weeks. ,
mice were treated for 8 weeks, then restored for 8 weeks. Blood and kidney organs of
mice are taken after surgical treatment. Kidney organs are made into preservative
preparations with paraffin method and Hematoxylin Erlich-Eosin (HE) staining, while
blood is checked for creatinine levels by the Jaffe method. Histological observation of
the kidneys (glomerular surface area, proximal tubule diameter length and percentage
of bowman space damage) and creatinine levels showed that there were no significant
differences (p> 0.05) between the control group and male mice given methanol extract
of pare seeds (Momordica charantia L.) and Depo Medroxy Progesterone Acetate
(DMPA).

Keywords: Bitter melon (Momordica charantia L.), DMPA, Kidney, Creatinine

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini yang berjudul “Gambaran Histologi Ginjal dan Kadar Kreatinin
Mencit Jantan (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare
(Momordica charantia L.) dan Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)”.
Pada kesempatan ini, dalam menyusun skripsi penulis mengucapkan banyak
terima kasih, teristimewa kepada Orang Tua Penulis yang penulis hormati dan sayangi
Zubir dan Yusnilawati yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik dengan
cinta dan kasih sayang yang tulus, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis,
kesabaran dalam mendampingi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.
Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing I, Ibu Dr. Masitta
Tanjung, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, Bapak Dr. Salomo Hutahaean, M.Si
selaku Dosen Penguji I, Ibu Dr. Elimasni, M.Si selaku Dosen Penguji II atas segala
bantuan, bimbingan, arahan, perhatian, motivasi, waktu dan semangat selama
penyusunan skripsi demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr, Saleha Hannum M.Si
selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU dan Bapak Riyanto Sinaga M.Si selaku
Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Masitta Tanjung, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu
memberikan masukan, motivasi dan arahan. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada
Staff Departemen Biologi Bapak Endra Raswin dan Ibu Roslina Ginting dan Kepada Staff
Laboratorium Biologi Ibu Siti Khadijah atas kerja samanya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak hentinya kepada teman–teman
seperjuangan stambuk 2013, khususnya Chairani, Anita, S. S, Agnes Simanjuntak, Sri
Hermaya, Kakak stambuk 2012, khususnya Darni Prista, Donna Friska, Risda
Panjaitan, Dwi Febrina, dan Siti Maysarah, teman-teman dari UKM Fotografi USU,
Adi Gunawan, dan Agustina Suryani, atas segala bantuan, perhatian, dukungan,
motivasi, dan kebersamaan.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis ucapkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya. Dengan segala
kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, untuk itu mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Sebelum dan sesudahnya penulis
mengucapkan terima kasih. Demikianlah hasil penelitian ini disampaikan semoga
dapat bermanfaat bagi perkembangan dan ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘
Alamin.

Medan, Agustus 2018

Yulia Putri

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACK ii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Hipotesis 3
1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pare (Momordica charantia L.) 4
2.2 Depo Mendroksiprogesteron Asetat (DMPA) 5
2.3 Ginjal 6
2.4 Kreatinin 7

BAB 3. BAHAN DAN METODE


3.1 Desain Penelitian 9
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 9
3.3 Bahan dan Alat Penelitian 9
3.4 Prosedur Penelitian 9
3.4.1 Pemeliharaan Mencit 9
3.4.2 Pembuatan Ekstrak Metanol Biji Pare 10
3.4.3 Rancangan Penelitian 10
3.5 Pembedahan 11
3.6 Pembuatan Sediaan Histologi Ginjal 11
3.7 Parameter Pengamatan 12
3.7.1 Pemeriksaan Histologi Ginjal 12
3.7.2 Pemeriksaan Kadar Kreatinin 13
3.7 Analisis Data 13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Berat Badan 14
4.2 Berat Ginjal 15
4.3 Warna dan Bentuk Ginjal 16

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Kadar Kreatinin 17
4.5 Histologi Ginjal 18
4.5.1 Luas Permukaan Glomerulus Ginjal 19
4.5.2 Panjang Diameter Tubulus Proksimal 20
4.5.3 Persentase Kerusakan Ruang Bowman 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 23
5.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
2.1 Data Kandungan Gizi Buah Pare 5
3.1 Rancangan Perlakuan 10

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1 Anatomi Ginjal 6
2.2 Histologi Ginjal yang Mengalami Kerusakan 7
4.1 Rata-rata berat badan mencit jantan (Mus musculus L.) 14
setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare
(Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron
Asetat (DMPA)
4.2 Rata-rata berat ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) 15
setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare
(Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron
Asetat (DMPA)
4.3 Organ ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) yang diberi 16
perlakuan kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica
charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat
(DMPA)
4.4 Rata-rata kadar kreatinin mencit jantan (Mus musculus L.) 17
setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare
(Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron
asetat (DMPA)
4.5 Histologi ginjal A. kontrol, B. perlakuan kombinasi ekstrak 18
biji pare (Momordica charantia L.) dan DMPA. Perbesaran:
10×40 dan pewarnaan: Haematoksilin-Eosin.
4.6 Rata-rata luas permukaan glomerulus ginjal mencit jantan 19
(Mus musculus L.) setelah pemberian kombinasi ekstrak
methanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
4.7 Rata-rata panjang diameter tubulus proksimal ginjal mencit 20
jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian kombinasi
ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dan
Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
4.8 Rata-rata persentase kerusakan pada ruang bowman mencit 21
jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian kombinasi
ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dan
Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
4.9 Gambaran histologi ruang bowman ginjal mencit jantan 22
(Mus musculus L.) menggunakan pewarnaan haematoksilin
eosin dengan perbesaran 10×40

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1 Dokumentasi Penelitian 27
2 Data dan Analisis Statistik Morfologi dan Histologi 32
Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)
3 Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian 45
Kesehatan
4 Hasil Identifikasi Tumbuhan Pare Di Herbarium 46
Medanense

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN

BB = Berat Badan
C = Celcius
DMPA = Depo Medroksi Progesteron Asetat
DL = Desi Liter
FSH = Follicle Stimulating Hormone
G = Gram
GFR = Glomerular Filtration Rate
HE = Haematoksilin Eosin
HDL = High Density Lipoprotein
ITIS = Interagency Taxonomic Information System
KB = Keluarga Berencana
KG = Kilo Gram
LDL = Low Density Lipoprotein
LFG = Laju Filtrasi Glomerulus
LH = Luteinizing Hormone
MG = Mili Gram
ML = Mili Liter
NTA = Nekrosis Tubular Akut
RAL = Rancangan Acak Lengkap

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang paling
dasar dan utama. Upaya untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana bagi
kesehatan, salah satu pelayanannya yaitu harus digabungkan dengan pelayanan
kesehatan reproduksi yang bertujuan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak
setiap individu sebagai mahluk seksual. Salah satunya yaitu upaya mengatur jarak
kehamilan perlu melakukan program. Program tersebut dapat berjalan dengan baik jika
menggunakan alat kontrasepsi. Salah satu metode kontrasepsi hormonal yaitu dengan
menggunakan suntik dan yang paling sering digunakan adalah DMPA (Depo Medroxy
Progesterone Asetat) yang berisi 150 mg dengan daya guna 3 bulan (Ningsih, 2012).
Namun penggunaan obat secara berkelanjutan dan dengan dosis yang tidak
sesuai dapat menyebabkan kerusakan hati. Dimana fungsi hati bersangkutan dengan
metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan darah. Hati
merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh dalam hal bahwa ia menjadi “pengantar
metabolisme” artinya ia mengubah zat makanan yang di absorpsi dari usus dan
disimpan disuatu tempat di dalam tubuh, guna dibuat sesuai untuk pemakaiannya di
dalam jaringan. Selain itu hati juga mengubah zat buangan dan bahan beracun untuk
dibuat mudah untuk ekskresi ke dalam empedu dan urine (Pearce, 1991).
Penggunaan obat sintetik banyak berpengaruh bagi kesehatan oleh karena itu
banyak masyarakat yang beralih ke obat tradisional. Pare (Momordica charantia L.)
merupakan salah satu tanaman yang telah banyak dikenal dan digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai pengobatan. Tanaman ini mengandung senyawa
alkaloid, triterpenoid, saponin dan flavonoid. Pemakaian dalam jumlah tertentu dapat
menyebabkan toksisitas. Masyarakat Indonesia telah sejak lama menggunakan buah
pare sebagai hidangan sehari-hari dan juga telah lama dipercaya dan digunakan sebagai
obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Hal inilah yang
mengundang banyak penelitian mengenai buah pare mulai dari kandungan kimia yang
ada di dalamnya sampai manfaat atau khasiat yang dapat diperoleh dari buah pare
sendiri (Cahyadi, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Tanaman pare (Momordica charantia L.) memiliki fungsi antifertilitas. Pare


memiliki khasiat yang lebih bagi kesehatan. Hal ini diketahui dari hasil penelitian
tentang kandungan dari pare berupa glikosida triterpen atau cucurbitasin. Senyawa
antifertilitas biasanya bekerja dengan dua cara yaitu, dengan memberikan efek
sitotoksik dan efek hormonal yang mengganggu laju metabolisme sel spermatogenik
dengan cara mengganggu keseimbangan hormon. Senyawa aktif yang terdapat dalam
pare yang berupa cucurbitasin yang merupakan golongan glikosida triterpenoid diduga
bekerja mengahambat perkembangan sprmatogenik melalui efek sitotoksik dan
hormonal (Cholifah et al., 2014).
Kombinasi antara ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan
DMPA memperlihatkan hasil yang signifikan pada jumlah sperma tikus antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan pada pemberian 4–8 minggu. Efek yang
signifikan tersebut disebabkan oleh senyawa aktif dari biji pare (Momordica charantia
L.) yaitu cucurbitasin sebagai antimitotic. Proses alami spermatogenesis atau cell
division terhenti. Jadi, produksi sperma yang dihasilkan menurun. Kesimpulannya
kombinasi dari DMPA efektif mengahambat pembentukan sperma. DMPA merupakan
progesterone, progesteron adalah prekursor terhadap testosteron. Peningkatan
testosteron secara terus menerus akan membuat hipotalamus menghambat aktivitas
inhibitor dalam pembentukan GnRH, sehingga aktivitas pembentukan FSH dan LH
yang terjadi di pituitari pun terhambat (Ilyas, 2014).
Efek toksik obat-obatan sering terlihat pada jaringan terutama hati dan ginjal,
yang pada pemeriksaan histologis tampak berupa degenerasi yang bersama-sama
dengan pembentukan vakuola besar, penimbunan lemak dan nekrosis. Mengingat hasil
positifnya sebelum melangkah lebih jauh perlu diadakan penelitian untuk mengetahui
dosis pare yang berpengaruh pada proses spermatogenesis dan toksisitasnya terutama
pada ginjal untuk melindungi masyarakat (Rusmiati & Asri, 2004).
Kerusakan histologi ginjal dapat berupa edema, penyempitan glomerulus,
endapan protein, degenerasi lemak, hemoragi, dan inti piknotik. Serta kerusakan
histologi berupa kongesti glomerulus dan infiltrasi sel radang (Assiam et al., 2014).
Selain kerusakan histologi, konsentrasi kreatinin dalam urin dapat menentukan
kerusakan pada ginjal, diabethic nephropathy dan laju filtrasi glomerulus. Kreatinin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

dibentuk oleh tubuh dari pemecahan senyawa kreatin dan fosfokreatin dengan jumlah
kreatinin sekitar 2% dari total keratin (Sabarudin et al., 2012).

1.2. Permasalahan
Kombinasi ekstrak metenol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) efektif dalam menghambat pembentukan
sperma jantan (Ilyas, 2014). Salah satu syarat kombinasi ekstrak metenol biji pare
(Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dapat
dijadikan antifertilitas jantan adalah tidak menyebabkan kerusakan pada organ lain,
oleh karena itu perlu diketahui apakah kombinasi ekstrak metenol biji pare
(Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) aman
untuk dikonsumsi dengan melihat dampaknya pada struktur dan fungsi ginjal.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran histologi dan kadar
keratinin mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji
pare (Momordica charantia L.) dan Depo-Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).

1.4. Hipotesis
Pengaruh pemberian ekstrak biji pare (Momordica caranthia L.) dan
DepoMedroksi Progesteron Asetat (DMPA) tidak merusak struktur histologi ginjal dan
kadar kreatinin mencit.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat tentang aman tidaknya obat kontrasepsi dari kombinasi ekstrak metanol
biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
serta aman tidaknya obat kontrasepsi ini terhadap histologi ginjal dan kadar kreatinin
mencit jantan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pare (Momordica charantia L.)


Tanaman Pare (Momordica charantia L.) adalah sejenis tanaman menjalar dengan
buahnya panjang bergerigi dan runcing ujungnya.Pare banyak terdapat di daerah
tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah
terlantar, serta dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di
pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari,
sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. Tanaman
setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur dengan karakteristik
umum berbentuk spiral, banyak bercabang, dan berbau tidak enak. Tanaman pare
mempunyai biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras
(Cahyadi, 2009). Pare memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi:
Tracheophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,
Genus: Momordica L., Spesies: Momordica charantia L. Klasifikasi ini sesuai dengan
Interagency Taxonomic Information System (ITIS, 2016). Momordica charantia L.
atau yang disebut juga dengan pare pertaman kali didomestikasi di India bagian timur
dan Cina bagian selatan (Prosea, 1999).
Tanaman ini juga ditemukan di Nepal, Sri Lanka, Cina, dan beberapa negara
Asia Tenggara (Subahar, 2004). Buah, daun, dan akar dari Momordica charantia L.
biasa digunakan di daerah India dan Puerto Rico sebagai obat dari penyakit diabetes
mellitus. Pare selain sebagai obat, buah dari Momordica charantia L. juga dijadikan
sebagai sayuran (Prosea, 1999). Pada penelitian Kumar et al, (2010), menunjukkan
bahwa ektrak etanol dan ekstrak segar dari buah dan daun Momordica charantia L.
dapat menyelamatkan kehamilan, sedangkan ekstrak biji dapat menggugurkan
kehamilan pada tikus dan mencit betina. Efek yang ditimbulkan oleh Momordica
charantia L. ini digunakan secara tradisional sebagai obat untuk aborsi. Pada jantan
ekstrak biji Momordica charantia L. menekan produksi sperma sehingga dapat
dijadikan sebagai obat anti fertilitas bagi pria.
Buah pare mengandung karantin, hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C,
momordisin, momordin, asam trikosapat, resin, asam resinat, saponin, vitamin A dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

C, serta minyak lemak. Penapisan fitokimia buah pare yang dilakukan menunjukkan
adanya senyawa tanin (1,2,3,4-butanatetrol), saponin (b-D-glukopiranosa) dan
steroid/triterpenoid dengan inti kukurbitan. Kandungan kimia ekstrak buah pare juga
terdiri dari alkaloids, glycosides, aglycone, tanin, sterol, phenol dan protein (Dewi.
2008). Pare juga mengandung zat nutrisi seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.
Rasa pahit buah pare (M. charantia) disebabkan oleh kandungan kukurbitasin
(momordikosida), yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan sel yang
juga dimiliki oleh steroid. Steroid dapat berperan sebagai penghambat spermatogenesis
dan bersifat reversibel. Spermatozoa adalah sel haploid, yang berasal dari
perkembangan dan diferensiasi sel-sel induk germinal di dalam testis. Dengan dasar
ini maka, bila ekstrak buah pare diberikan pada mamalia jantan dapat menghambat
spermatogenesis (Hernawati, 2011).
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Pare Setiap 100 g yang Dikonsumsi
No Komponen Jumlah
1 Kalori 29,00 kal
2 Protein 1,10 g
3 Lemak 0,30 g
4 Karbohidrat 6,60 g
5 Kalsium 45,00 mg
6 Fosfor 64,00 mg
7 Besi 1,40 mg
8 Vitamin A 180,00 IU
9 Vitamin B 0,08 mg
10 Vitamin C 52,00 mg
11 Air 91,20 mg
Sumber: Dewi. 2008

2.2. Depot-Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)


Depot-Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) merupakan salah satu kontrasepsi yang
banyak digunakan masyarakat. Kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang baik, namun
memiliki beberapa efek samping. DMPA merupakan kontrasepsi yang mengandung
hormon progesteron dengan tingkat kegagalan <1% pertahunnya. Metode ini diberikan
secara induksi intramuskular dengan dosis 150 mg setiap 3 bulan sekali. Namun
penggunaan DMPA masih memiliki beberapa efek samping seperti gangguan pola
menstruasi dan penambahan berat badan. Sebagian besar penggunaan DMPA
mengalami keanaikan berat badan sebesar 5% (Pratiwi et al., 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) merupakan salah satu kontrasepsi


progestin yang sering digunakan dan bekerja jangka panjang. DMPA merupakan
analog sintetik dari hormon progesteron steroid alami yang dapat menekan sekresi
gonadotropin hipofisis yang menghambat produksi follicle stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH), sehingga digunakan sebagai kontrasepsi hormonal pada
wanita. DMPA aktif bekerja secara biologis dan farmakologis setelah pemberian
melalui oral dan parenteral. Secara umum, DMPA berpengaruh terhadap jaringan
dan/atau organ sistem reproduksi beserta fungsinya. DMPA juga mempengaruhi kerja
beberapa enzim seperti enzim metabolisasi obat di dalam hati dan β-glukoronidase
yang terdapat di dalam ginjal (Yunardi et al., 2009).

2.4. Ginjal
Ginjal adalah organ ekskretoris utama bagi tubuh. Ginjal berfungsi sebagai organ
ekskresi, pengatur volume dan tekana darah, pengatur konsentrasi larutan dalam darah,
pengatur pH cairan ekstraseluler, pengatur sintesis sel darah merah dan sintesis vitamin
D. Ginjal berbentuk seperti kacang. Terletak di belakang peritonium pada bagian
posterior dinding perut (Seeley et al., 2008). Bentuk anatomi ginjal dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Kapsul
Korteks

Medula Pelvis Renalis

Ureter

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal (Seeley et al., 2008)

Ginjal berfungsi mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang


menunjang fungsi semua sel dalam tubuh. Kemampuan ginjal untuk mengatur
komposisi cairan ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang diatur oleh
epitel tubulus. Untuk zat yang tidak disekresi oleh epitel tubulus, pengaturan
volumenya berhubungan dengan laju filtrasi glomerulus (LFG). Seluruh zat yang larut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

dalam filtrasi glomerulus dapat direabsorpsi atau disekresi oleh tubulus (Yaswir &
Maiyesi, 2012).
Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak sengaja
masuk ke dalam tubuh akibatnya ginjal menjadi salah satu organ sasaran utama dari
efek toksik. Urin sebagai jalur utama ekskresi, dapat mengakibatkan ginjal memiliki
volume darah yang tinggi, mengkonsentrasikan toksikan pada filtrat, membawa
toksikan melalui sel tubulus dan mengaktifkan toksikan tertentu (Guyton, 1995, dalam
Mayori et al., 2013).
Glomerulus dan tubulus adalah bagian dari ginjal yang mudah mengalami
kelainan sehingga akan berdampak secara morfologis dan fungsional jika terjadi
kerusakan. Kerusakan yang terjadi berupa edema pada glomerulus, penyempitan
glomerulus, degenerasi lemak, kerusakan inti piknotik, kongesti, dan infiltrasi sel
radang (Assiam et al., 2014). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2. dimana akan
terlihat perbedaan antara ginjal normal dengan yang telah mengalami kerusakan.

Gambar 2.2 Histologi Ginjal yang Mengalami Kerusakan (Assiam et al., 2014). Ketrangan: a. Inti
piknotik, b. Endapan protein di lumen tubulus, c. Hemoragi, dan d. Edema glomerulus
(Pewarnaan: haematoxylin-eosin, perbesaran gambar utama 200x dan gambar insert
400x).

2.5. Kreatinin
Kreatinin adalah produk biokimia metabolisme otot dan dieliminasi dari tubuh melalui
ginjal. Jumlah kreatinin di dalam darah digunakan untuk menentukan bersihan
kreatinin (CrCl), yaitu pengukuran fungsi ginjal dan perkiraan laju filtrasi glomerulus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

yang sebenarnya (Ansel et al., 2004). Konsentrasi kreatinin dalam urin dapat
menentukan kerusakan pada ginjal, diabethic nephropathy dan laju filtrasi glomerulus.
Kreatinin dibentuk oleh tubuh dari pemecahan senyawa kreatin dan fosfokreatin
dengan jumlah kreatinin sekitar 2% dari total keratin (Sabarudin et al., 2012).
Kreatinin terutama diprodiksi melalui metabolisme keratin pada otot.
Pembentukan dan pelepasan kreatinin dari otot ke dalam sirkulasi setiap hari realtif
konstan, yaitu 1,6-1,7% dari total simpanan keratin otot. Jumlah produksi kreatinin
dalam tubuh juga dapat meningkat 1-2 g/hari karena konsumsi asupan yang
mengandung keratin atau kreatinin, misalnya daging matang. Kreatinin serum akan
meningkat 20-50% setelah mengkonsumsi asupan makanan kaya daging tersebut
(Widyastiti, 2005).
Kreatinin memiliki berat molekul 113 Da (Dalton). Kreatinin difiltrasi di
glomerulus dan direabsorpsi di tubular. Kreatinin plasma disintesis di otot skelet
sehingga kadarnya tergantung pada massa oto dan berat badan. Nilai normal kadar
kretinin dalam serum pada pria 0,7-1,3 mg/dL sedangkan pada wanita 0,6-1,1 mg/dL.
Proses awal biosintesis kreatin berlangsung di ginjal yang melibatkan asam amino
arginin dan glisin. Menurut beberapa penelitian setiap harinya 1,1% kreatin diubah
menjadi kreatinin. Dalam pembentukan kreatinin tidak dikenal reuptake oleh tubuh
sehingga sebagian besar kreatinin diekskresikan lewat ginjal. Kemampuan ginjal
dalam memfiltrasi kreatinin akan berkurang jika terjadi kerusakan ginjal dan kreatinin
dalam serum juga akan meningkat. Peningkatan kadar kreatinin dua kali lipat
mengindikasikan kerusakan ginjal sebesar 50% (Alfonso et al., 2016).
Parameter untuk mengetahui fungsi ginjal adalah Glomerular Filtration Rate
(GFR), dimana penurunan GFR akan diikuti oleh kenaikan kadar ureum dan kreatinin
darah. Hasil penelitian physician Health menunjukkan pada kelompok dengan kadar
LDL dan rasio LDL/HDL tinggi serta kadar HDL rendah terjadi peningkatan kreatinin
hingga >1,5 mg/dL dan penurunan Creatinin Clearance sampai <55 ml/min
dibandingkan kelompok kontrol (normal) (Bhagaskara et al., 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

BAB 3
BAHAN DAN METODA

3.1. Desain Penelitian


Penelitian dilakukan secara uji praklinis dengan metode desain paralel dengan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol bersifat independen.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 sampai dengan Februari 2018 di
Laboratorium Fisiologi Hewan dan Struktur Hewan, Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan dan Kultur Jaringan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Kesehatan
Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Bahan dan Alat Penelitian


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji pare (Momordica charantia L.),
akuades, label tempel, tisu, sampel cup, spuit, dan kertas grafik millimeter, buffer
formalin, xilol, alcohol, haematoxilin, eosin, tabung EDTA. Sedangkan alat yang
digunakan adalah toples, batang pengaduk, waterbath, beaker glass, timbangan digital,
dissecting set, bak bedah, pisau, dan camera digital.

3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1. Pemeliharaan Mencit
Pemeliharaan hewan uji dilakukan di Laboratorium Struktur dan Fisiologi
Hewan, Universitas Sumatera Utara. Hewan uji diberikan pakan dan minum secara
adlibitum sesuai dengan aturan etika (ethical clearance) penelitian hewan yang diatur
dalam Deklarasi Helsinki.

3.4.2. Pembuatan Ekstrak Metanol Biji Pare


Buah pare diperoleh dari Desa Sei Rampah Serdang Bedagai Sumatera Utara. Biji
diambil buah segar dan dijemur sampai kering dengan pemanasan sinar matahari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

beberapa hari atau inkubator suhu 40oC sampai berat konstan. Biji kemudian digiling
halus dengan blender dan disaring dengan ukuran Mesh-40. Penyiapan ekstrak
dilakukan dengan cara maserasi menggunaan methanol 96%. Maserasi dilakukan
selama 3 hari dan setiap hari dilakukan pengadukan larutan. Kemudian disaring dengan
kertas saring dan biji pare yang tertinggal ditambahkan kembali methanol sampai
warna methanol hampir sama dengan ekstrak biji pare setelah diaduk. Ekstrak yang
terbentuk disaring kembali. Pemisahan pelarut metanol dilakukan dengan Rotary
Evaporator pada suhu 50oC. Selanjutnya ekstrak dimasukkan kedalam oven 40°C
hingga bebas methanol (Farmakope Indonesia, 1995).

3.4.3. Rancangan Penelitian


Perlakuan dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan waktu pengamatan sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Perlakuan

Waktu Kelompok
Pengamatan Kontrol Perlakuan
0 minggu Dilakukan akuades DMPA diinjeksikan secara
pencekokan intramuskular 0,125 mg/mencit.
sebanyak 0.3 ml Kemudian ekstrak biji Pare dicekokkan
sebanyak 0,5 mg/10 g BB lalu
dikorbankan
4 minggu Dilakukan akuades DMPA diinjeksikan secara
pencekokan intramuskular 0,125 mg/mencit pada
sebanyak 0.3 ml hari ke-0, kemudian ekstrak biji Pare
0,5 mg/10 g BB dicekokkan lalu
dikorbankan
8 minggu Dilakukan akuades DMPA diinjeksikan secara
pencekokan intramuskular 0,125 mg/mencit pada
sebanyak 0.3 ml hari ke-0, kemudian ekstrak biji Pare
0,5 mg/10 g BB dicekokkan lalu
dikorbankan
12 minggu Tidak dilakukan pencekokan akuades Dilakukan masa pemulihan selama 4
minggu tanpa dicekok ekstrak biji pare
lalu dikorbankan
16 minggu Tidak dilakukan pencekokan akuades Dilakukan masa pemulihan selama 8
minggu tanpa dicekok ekstrak biji pare
lalu dikorbankan
Sumber: Ilyas, 2014
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen laboratorik
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 50 ekor mencit jantan dewasa
dengan umur sekitar 2 bulan dengan berat ±20 g dibagi secara acak ke dalam 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

kelompok percobaan, 5 ekor mencit perkelompok. Jumlah ulangan ditentukan dengan


menggunakan rumus sebagai berikut (Federer, 1963):
(t-1) (n-1) ≥ 15
Dimana t adalah jumlah perlakuan (dalam penelitian ini ada 10 kelompok perlakuan)
dan n adalah jumlah ulangan perkelompok adalah 5 ekor.

3.5. Preparasi Sampel


Mencit dikorbankan dengan dislokasi pada leher (neck dislocation). Mencit
dibedah, kemudian darah diambil melalui aorta dan dimasukkan ke dalam tabung
EDTA, kemudian organ ginjal diambil secara menyeluruh dan ditimbang beratnya
(Mayori et al., 2013).

3.6. Pembuatan Sediaan Histologis Ginjal


Pembuatan sediaan histologis menurut Suntoro, (1983) dengan metode parafin adalah:
fiksasi, pencucian (washing), dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi parafin,
penanaman (embedding), penyayatan (section), penempelan (affiksing), deparafinasi,
pewarnaan (staining), penutupan (mounting), labelling. Langkah pertama yang
dikerjakan adalah fiksasi. Setelah hewan dibunuh, segera diambil yang diperlukan
untuk segera difikasi. Sebelum dilakukan fikasi organ ginjal dicuci dengan larutan
fisiologis. Langkah kedua adalah pencucian, di sini dimaksudkan untuk menghilangkan
larutan fiksasi dari jaringan. Misalnya fiksatif yang digunakan adalah larutan buffer
formalin, di mana larutan ini mengandung picric acid yang mudah membentuk kristal,
maka untuk pencuciannya digunakan alkohol 70% yang diganti berkali-kali hingga
warna kuning hilang. Langkah selanjutnya adalah dehidrasi. Langkah ini dilakukan
setelah proses pencucian selesai. Proses ini dimaksudkan untuk menarik air yang
terdapat di dalam jaringan agar nantinya seluruh ruang-ruang antar sel dalam jaringan
dapat diisi oleh molekul-molekul parafin. Dehidran yang paling banyak digunakan
adalah alkohol, yang biasanya dimulai dari alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%,
96%, hingga alkohol absolut 100%. Setelah dehidrasi, segera dilakukan proses
penjernihan dengan menggunakan xylol murni dengan perbandingan 1:3, 1:1, 3:1,
masing-masing 60 menit lamanya, kemudian dimasukkan ke dalam xylol murni kurang
lebih selama 4-10 jam. Proses infiltarsi parafin dilakukan di dalam oven dengan suhu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

580C. Organ ginjal dimasukkan kedalam campuran xylol- parafin dengan perbandingan
1:3, 1:1, 3:1, selama 60 menit, kemudian dimasukkan ke dalam parafin murni selama
kurang lebih 10 jam. Kemudian dimasukkan ke dalam kotak kertas kecil sebagai
cetakan yang telah berisi parafin cair, dan dibiarkan sampai parafin mengeras dan
memadat. Blok parafin ginjal yang telah mengeras ditempelkan pada holder kayu
sampai melekat erat, kemudian dipasangkan pada mikrotom. Pengirisan dilakukan
dengan ketebalan 6 µm. Pada gelas benda diolesi dengan larutan albumin mayer dan
ditetesi dengan aquadest. Kemudian beberapa pita parafin diletakkan dipermukaan
aquadest pada gelas benda dan dibiarkan beberapa saat, kemudian gelas benda
dipindahkan ke meja pemanas hingga kering.
Pewarnaan dengan Hematoxylin Erlich-Eosin (H-E) dengan cara preparat
dideparafinasi dengan xylol sampai bebas parafin, kemudian dimasukkan kedalam
alkohol 96%, 80%, 70%, 50%, 30%, aquadest, masukkan ke dalam larutan
Hematoxylin dengan waktu tertentu yaitu 3-7 detik. Air mengalir selama 10 menit
kemudian cuci dengan aquadest sebentar. Setelah itu, dimasukkan ke dalam alkohol
berturut-turut mulai dari alkohol 30%, kemudian 50%, 70%. Kemudian kedalam
larutan Eosin selama 1-3 menit, lalu kedalam alkohol 70%, 80%, 96%, 100% (alkohol
absolut), selanjutnya dimasukkan kedalam xylol. Preparat ditutup dengan gelas
penutup setelah ditetesi dengan canada balsem terlebih dahulu, lalu diberi label.

3.7. Parameter Pengamatan


3.7.1. Pemeriksaan Histologi Ginjal
Pengukuran luas dan keliling glomerulus dilakukan di Laboratorium Fisiologi
dan Kultur Jaringan Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop menggunakan perbesaran 400x. Luas glomerulus dan
diameter tubulus proksimal selanjutnya diukur dengan program auto visual dalam
komputer yang tersambung dengan mikroskop. Dihitung sebanyak 100 glomerulus dan
di ambil persentase kerusakan yang terjadi pada ruang bowman (Assiam et al., 2014
yang telah dimodifikasi).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

3.7.2. Pemeriksaan Kadar Kreatinin


Kreatinin dianalisa di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera
Utara. Pemeriksaan kreatinin dilakukan dengan metode Jaffe reaction. Menurut
Widyastiti (2005), serum dimasukkan ke dalam sample container dari autoanalyzer.
Autoanalyzer secara otomatis akan mereaksikan 20 µL serum dengan 74 µL reagen 1
dan 18 µL reagen 2 pada panjang gelombang 510 nm dan 600 nm pada suhu 37˚C.
Prinsip reaksi yang terjadi yaitu, kreatinin ditambahkan pikrat dengan katalis NaOH
akan menghasilkan kromofor merah. Hasil akan dibaca dalam absorbansi 510 nm. Dan
hasil akan ditampilkan secara otomatis oleh autoanalyzer.

3.8. Analisis Data


Data hasil dari penelitian dengan berbagai parameter uji, disusun dalam tabel
dan dianalisis dengan software SPSS versi 20. Data hasil pengamatan kerusakan
histologi ginjal mencit dianalisis dengan uji statistic. Data numerik akan dianalisa
dengan uji paramatreik T-Independent Test dengan syarat distribusi data harus normal
dan homogen, sedangkan uji nonparametrik menggunakan Mann-Whitney (Dahlan,
2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Berat Badan


Berdasarkan pengamatan berat badan mencit jantan (Mus musculus L.) yang dilakukan
setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dan
Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
60

50
Berat Badan (g)

40

30

20

10

0
K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4
Kelompok

Rata-rata Kontrol Rata-rata Perlakuan

Gambar 4.1 Rata-rata berat badan mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian kombinasi
ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis 0,5 mg/10 g BB dan
Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) debgan dosis 0,125 mg. K0: kontrol minggu
ke-0, K1: kontrol minggu ke-4, K2: kontrol minggu ke-8,K3: kontrol minggu ke-12, K4:
kontrol minggu ke-16, P0: perlakuan minggu ke-0,P1: perlakuan minggu ke-4,P2:
perlakuan minggu ke-8,P3: pemulihan minggu ke-4,dan P4: pemulihan minggu ke-8.

Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata berat badan mencit jantan (Mus musculus
L.) antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan kombinasi ekstrak
metanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan DMPA. Rata-rata berat badan
hewan uji tidak terjadi perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok kontol
dengan kelompok yang diberi perlakuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
penyuntikan DMPA dan Pemberian ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia
L.) tidak menyebabkan kenaikan berat badan, berarti zat yang diberikan tidak bersifat
toksik terhadap tubuh hewan uji. Hal ini sesuai dengan penelitian Yunardi (2009),
bahwa penyuntikan DMPA hingga dosis 1,25 mg tidak mempengaruhi berat badan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

hewan uji. Menurut Ekawati (2010), DMPA tidak merupakan penyebab utama
kenaikan berat badan, tetapi berpeluang lebih besar mengalami kenaikan berat badan
dibandingkan dengan yang tidak disuntikkan.

4.2. Berat Ginjal


Berdasarkan pengamatan berat ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) yang dilakukan
setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dan
Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
0,5
0,45
0,4
0,35
Berat Ginjal (g)

0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4
Kelompok

Rata-rata Kontrol Rata-rata Perlakuan

Gambar 4.2 Rata-rata berat ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian kombinasi ekstrak
methanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis 0,5 mg/10 g BB dan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan dosis 0,125 mg. K0: kontrol minggu ke-0,
K1: kontrol minggu ke-4, K2: kontrol minggu ke-8,K3: kontrol minggu ke-12, K4: kontrol
minggu ke-16, P0: perlakuan minggu ke-0,P1: perlakuan minggu ke-4,P2: perlakuan
minggu ke-8,P3: pemulihan minggu ke-4,dan P4: pemulihan minggu ke-8.

Gambar 4.2 menunjukkan rata-rata berat ginjal mencit jantan (Mus musculus
L.) antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan kombinasi ekstrak
metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan DMPA tidak mengalami perbedaan
yang signifikan (p>0,05), penyuntikan DMPA dan pemberian ekstrak metanol biji pare
(Momordica charantia L.) tidak bersifat toksik sehingga tidak mempengaruhi berat
ginjal. Menurut Maharani (2012), ginjal memiliki kemampuan dalam meregenerasi sel-
sel ginjal itu sendiri. Kemampuan regenerasi tersebut menggantikan sel-sel yang rusak
dan membuat berat dari organ ginjal tetap konstan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

4.3. Warna dan Bentuk Ginjal


Berdasarkan pengamatan warna dan bentuk ginjal mencit jantan (Mus musculus L.)
yang dilakukan setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica
charantia L.) dan Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada Gambar 4.3.

A B
Gambar
A
4.3 Organ ginjal mencit jantan (Mus musculu L.)
A
yang diberi perlakuan kombinasi ekstrak
metanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis 0,5 mg/ 10 g BB dan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan dosis 0,125 mg, A. kontrol dan B. perlakuan

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan warna dan bentuk
antara ginjal kelompok kontrol dengan ginjal dari kelompok yang diberi perlakuan
kombinasi ekstrak biji pare (Momordica charantia L.) dan DMPA. Kedua ginjal
menunjukkan warnah merah gelap. Pemberian kombinasi ekstrak biji pare (Momordica
charantia L.) dan DMPA tidak mempengaruhi warna ginjal. Warna merah gelap pada
ginjal berarti organ ginjal tetap memiliki aliran darah yang tinggi. Menurut Guyton &
Hall (2006), ginjal menerima 22% aliran darah dari seluruh volume darah yang
dipompa oleh jantung. Suplai darah yang diterima ginjal sama seperti organ lainnya
yang mengandung nutrisi, selain itu ginjal menghasilkan sisa metabolisme berupa
kreatinin, ureum dan zat-zat lain yang akan dikeluarkan melalui urin.
Bentuk ginjal dapat menggambarkan kerusakan ginjal yang terjadi. Menurut
Madjawati (2009), betuk dari ginjal mempengaruhi ukuran dan berat ginjal. Ukuran
ginjal yang membesar biasanya berhubungan dengan adanya pelebaran sistema
pelvicalices akibat adanya obstruksi dibagian distal yang menyebabkan hydronefrosis
sehingga mendesak korteks ginjal dan menyebabkan penipisan korteks. Mengecilnya
ukuran ginjal biasanya terjadi karena proses yang kronik, diantaranya gangguan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

prerenal. Hal ini dapat menyebabkan semakin berkurangnya jumlah nefron yang ada di
korteks sehingga merusak glomerulus dan berakibat pada ukuran ginjal yang mengecil.

4.4. Kadar Kreatinin


Beradasarkan pengamatan kadar kreatinin mencit jantan (Mus musculus L.) yang
dilakukan setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica
charantia L.) dan Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada Gambar 4.4
0,45
0,4
0,35
Kadar Kreatinin mg/dL

0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4
Kelompok

Rata-rata Kontrol Rata-rata Perlakuan

Gambar 4.4 Rata-rata kadar kreatinin mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian kombinasi
ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis 0,5 mg/ 10 g BB dan
depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) dengan dosis 0,125 mg. K0: kontrol minggu ke-
0, K1: kontrol minggu ke-4, K2: kontrol minggu ke-8,K3: kontrol minggu ke-12, K4:
kontrol minggu ke-16, P0: perlakuan minggu ke-0,P1: perlakuan minggu ke-4,P2: perlakuan
minggu ke-8,P3: pemulihan minggu ke-4,dan P4: pemulihan minggu ke-8.

Gambar 4.4 menunjukkan rata-rata kadar kreatinin mencit jantan (Mus


musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan ekstrak biji pare
(Momordica charantia L.) dan DMPA. Kadar kreatinin pada kelompok kontrol dan
perlakuan terjadi perbedaan, tetapi setelah dilakukan pengujian tidak terjadi perbedaan
yang signifikan (p>0.05) antara kedua kelompok. Perbedaan kadar kreatinin yang
terjadi antara dua kelompok yang terjadi masih di dalam batas normal kadar kreatinin
hewan uji. Menurut Dewi (2016), stress oksidatif yang terjadi mampu mempengaruhi
ginjal, namun belum mampu merusak ginjal sehingga belum dapat menginterpretasi
kenaikan kadar kreatinin dalam serum yang signifikan. Menurut Amir et al. (2015),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

kadar kreatinin normal pada tikus wistar adalah 0,2-0,8 mg/dL. Peningkatan kadar
kreatinin dapat diakibatkan oleh dosis suatu zat yang diberikan dan lamanya pemberian
zat tersebut. Selain itu kenaikan kadar kreatinin juga dapat disebabkan oleh hipoksia
jantung, penurunan laju filtrasi pada glomerulus dan zat kimia yang toksik.

4.5. Histologi Ginjal


Berdasarkan pengamatan histologi ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) yang
dilakukan setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica
charantia L.) dan Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada Gambar 4.5.

b
c
d

A B
Gambar 4.5 Gambaran histologi ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) A. kontrol, B. perlakuan
kombinasi ekstrak biji pare (Momordica charantia L.) dan DMPA, a. tubulus proksimal, b.
glomerulus, c. kapsula bowman, dan d. ruang bowman. Perbesaran: 10×40 dan pewarnaan:
Haematoksilin-Eosin.

Gambar 4.5 menunjukkan gambaran histologi ginjal kelompok kontrol dan


perlakuan kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan DMPA.
Gambaran histologi ginjal untuk pengamatan terhadap luas permukaan glomerulus
yang dapat dilihat pada Gambar 4.6, dan diameter tubulus proksimal yang dapat dilihat
pada Gambar 4.7 serta persentase kerusakan yang terjadi pada ruang bowman yang
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Menurut Fahrimal et al. (2016),kerusakan pada ginjal disebabkan oleh banyak
faktor, salah satunya adalah masuknya zat toksik. Masuknya zat toksik ke dalam ginjal
dapat mengakibatkan kerukan epitel tubulus proksimal, atrofi dan hipertrofi
glomerulus, serta penyempitan celah antara kapsula bowman dengan medula ginjal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

4.5.1. Luas Permukaan Glomerulus Ginjal.


Rata-rata luas permukaan glomerulus ginjal ditunjukkan pada Gambar 4.6. Hasil rata-
rata luas permukaan glomerulus antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
tidak terjadi perbedaan yang signifikan (p>0,05) setelah diuji dengan menggunakan uji
Mann-Whitney (Lampiran 2).
160

140
Luas Glomerulus (µm2)

120

100

80

60

40

20

0
K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4
Kelompok

Rata-rata Kontrol Rata-rata Perlakuan

Gambar 4.6 Rata-rata luas permukaan glomerulus ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah
pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis
0,5 mg / 10 g BB dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan dosis 0,125 mg.
K0: kontrol minggu ke-0, K1: kontrol minggu ke-4, K2: kontrol minggu ke-8,K3: kontrol
minggu ke-12, K4: kontrol minggu ke-16, P0: perlakuan minggu ke-0,P1: perlakuan
minggu ke-4,P2: perlakuan minggu ke-8,P3: pemulihan minggu ke-4,dan P4: pemulihan
minggu ke-8.

Kombinasi ekstrak metanol biji pare (momordica charantia L.) dan DMPA
tidak mempengaruhi luas permukaan glomerulus. Luas permukaan glomerulus ginjal
kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi perlakuan tidak berbeda nyata, artinya
perlakuan yang diberikan tidak merusak dan ekstrak yang diberikan tidak bersifat
toksik. Zat yang mampu merusak ginjal adalah zat yang bersifat toksik, didukung oleh
penelitian sebelumnya, Assiam et al. (2014), zat yang bersifat toksik dapat
menyebabkan kerusakan histologi pada ginjal berupa kongesti glomerulus. Kongesti
glomerulus ini merupakan peningkatan sel darah pada jaringan atau bagian tubuh yang
pengalami patologi. Menurut Wientarsih et al. (2014), edema glomerulus dapat
disebabkan oleh nephrosis yaitu perubahan pada ginjal yang bersifat degenerasi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

ditimbulkan oleh gangguan pertukaran zat sehingga kapiler glomerulus tidak berfungsi
baik.

4.5.2 Diameter Tubulus Proksimal


Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan rata-rata diameter tubulus
proksimal yang dapat dilihat pada Gambar 4.7. Rata-rata diameter tubulus proksimal
antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05)
setelah diuji dengan Mann-Whitney (Lampiran 2).
6
Diameter Tubulus Proksimal (µm)

0
K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4
Kelompok

Rata-rata Kontrol Rata-rata Perlakuan

Gambar 4.7 Rata-rata panjang diameter tubulus proksimal ginjal mencit jantan (Mus musculus L.)
setelah pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan
dosis 0,5 mg / 10 g BB dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan dosis
0,125 mg. K0: kontrol minggu ke-0, K1: kontrol minggu ke-4, K2: kontrol minggu ke-
8,K3: kontrol minggu ke-12, K4: kontrol minggu ke-16, P0: perlakuan minggu ke-0,P1:
perlakuan minggu ke-4,P2: perlakuan minggu ke-8,P3: pemulihan minggu ke-4,dan P4:
pemulihan minggu ke-8.

Kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan DMPA
yang diberikan pada kelompok perlakuan tidak memberikan efek kerusakan yang yang
berat, hanya tahap kerusakan ringan yang dapat kembali seperti semula setelah
pemulihan atau dapat dikatakan kerusakan yang terjadi pada tubulus proksimal bersifat
reversible. Menurut Mappa et al. (2013), kerusakan awal yang dialami ginjal
menyebabkan pembengkakan pada sel, sehingga mengakibatkan hilangnya polaritas
sel tubulus. Hal ini menyebabkan redistribusi protein membran dari permukaan
basolateral ke permukaan lateral sel tubulus sehingga penyaluran natrium ke tubulus
distal meningkat menyebabkan vasokontriksi. Selain itu pada tubulus juga dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

ditemukan adanya cidera sel yang disertai vakuolisasi dan sel radang yang
berkelompok padat sebagai respon terhadap adanya sel nekrosis.
Menurut Suhati et al. (2013), kerusakan ginjal akibat zat toksik dapat
diidentifikasi berdasarkan perubahan struktur histologi yaitu, nekrosis tubular akut
(NTA) yang secara morfologi ditandai dengan dekstruksi epitel tubulus proksimal. Sel
epitel tubulus proksimal peka terhadap anoksia dan mudah hancur karena keracunan
akibat bahan-bahan yang dieksresikan melalui ginjal.

4.5.3 Persentase Kerusakan pada Ruang Bowman


Rata-rata persentase kerusakan yang terjadi pada ruang bowman ginjal yang
ditunjukkan pada Gambar 4.8. Persentase kerusakan ruang bowman yang terjadi pada
kelompok kontrol dan perlakuan terdapat perbedaan dimana persentase kerusakan
ruang bowman pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Setelah dilakukan pengujian menggunakan
Independent T-Test (Lampiran 2) didapatkan hasil p>0,05 yang artinya tidak ada
perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
5
Persentase Kerusakan Pada Ruang

4,5
4
3,5
Bowman (%)

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
K0 P0 K1 P1 K2 P2 K3 P3 K4 P4
Kelompok

Kontrol Perlakuan

Gambar 4.8 Rata-rata perentase kerusakan ruang bowman ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah
pemberian kombinasi ekstrak methanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis
0,5 mg / 10 g BB dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan dosis 0,125 mg.
K0: kontrol minggu ke-0, K1: kontrol minggu ke-4, K2: kontrol minggu ke-8,K3: kontrol
minggu ke-12, K4: kontrol minggu ke-16, P0: perlakuan minggu ke-0,P1: perlakuan
minggu ke-4,P2: perlakuan minggu ke-8,P3: pemulihan minggu ke-4,dan P4: pemulihan
minggu ke-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Menurut Soeksmanto (2006), ginjal memilik kemampuan untuk


mempertahankan fungsi normalnya, walaupun hanya ada 30-35% sel nefron yang
berfungsi. Jika keadaan ini berlangsung lama, akan mengakibatkan terjadinya kelebhan
bahan-bahan terlarut (solute). Kelebihan bahan-bahan terlarut akan mengakibatkan
ginjal kesulitan dalam mengatur konsentrasi urin. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya oliguria pada hewan uji. Oliguria merupakan tanda-tanda awal terjadinya
penyakit ginjal akut. Pada beberapa kasus ginjal akut, oliguria merupakan mekanisme
pertahanan dari nefron.

a b c
Gambar 4.9 Gambaran histologi ruang bowman ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) menggunakan
pewarnaan haematoksilin eosin dengan perbesaran 10×40, A. ruang bowman normal, B.
ruang bowman yang mengalami perbesaran, dan C. ruang bowman yang mengalami
penyempitan.

Kerusakan pada ginjal juga dapat dilihat dari kerusakan ruang bowman pada
Gambar 4.9. Pada penelitian ini ada dua jenis kerusakan ruang bowman yang diamati
yaitu, pertama terjadi pelebaran ruang bowman akibat nekrosis pada glomerulus
sehingga glomerulus mengecil dan yang kedua terjadi penyempitan ruang bowman
akibat terjadi edema pada sel-sel glomerulus yang memasuki ruang bowman sehingga
ruang bowman menyempit. Menurut Fahrianti et al. (2015), ruang bowman adalah
ruang dimana filtrate plasma glomerular dialirkan saat meninggalkan kapiler melalui
membran filtrasi. Pelebaran ruang bowman dapat terjadi akibat tekanan volume urin
yang terlalu besar atau glomerulus yang mengecil. Sedangkan menurut Assiam et al.
(2014), penyempitan ruang bowman diakibatkan oleh adanya edema, peradangan
maupun proliferasidari epitel kapula bowman. Selain itu penyempitan ruang bowman
juga dapat diakibatkan oleh pembesaran glomerulus (glomerulomegaly) yang ditandai
dengan meningkatnga volume glomerulus sehingga terjadi lah penyempitan pada ruang
bowman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan
DMPA tidak berpengaruh secara singnifikan terhadap berat badan mencit, warna
organ ginjal dan berat organ ginjal mencit, luas permukaan glomerulus ginjal, serta
diameter tubulus proksimal ginjal
b. Memberi pengaruh terhadap ruang bowman berupa pelebaran dan penyempitan,
tetapi tidak terjadi perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan perlakuan.

5.2. Saran
Untuk mengembangkan kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica
charantia L.) dan DMPA sebagai obat yang dikonsumsi oleh manusia perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut lagi, tidak hanya pada organ ginjal tapi juga pada organ vital lain
yang dapat menjadi indikator berbahaya atau tidaknya zat ini jika dikonsumsi terus
menerus oleh manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, A. A., Mongan, A. E., dan Memah, M. F. 2016. Gambaran Kadar Kreatinin
Serum Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Non-Dialisis. Jurnal
eBiomedik. 4(1): 178-183.
Amir, N., Supriyanto, E., Hardoko, dan Nursyam, H. 2015. Pengaruh Simpermetrin
Pada Jambal Roti Terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin Tikus Wistar (Rattus
novergicus). Jurnal IPTEK PSP. 2(3): 283-293.
Ansel, H.C. dan Prince, S. S. 2004. Kalkulasi Farmasetik: Panduan untuk Apoteker.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Assiam, N., Setyawati, I., dan Sudirga, S. K. 2014. Pengaruh Dosis Dan Lama
Perlakuan Ekstrak Daun Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus Meissn.)
Terhadap Struktur Histologi Ginjal Mencit (Mus musculus L.). Jurnal
Simbiosis. 2(2): 236-246.
Bhagaskara., Liana, P., dan Santoso, B. 2015. Hubungan Kadar Lipid Dengan Kadar
Ureum Dan Kreatinin Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari-31 Desember 2013. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan. 2(2): 223-230.
Cahyadi. M. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
charantia L.) Terhadap Larva Artemia salina leach Dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (Bst). [Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah] Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Program Studi
Sarjana.
Cholifah, S., Arsyad, dan Salni. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Pare (Momordica
charantia L.) Terhadap Struktur Histologi Testis Dan Epididimis Tikus
Jantan (Rattus novergicus) Spraque Dawley. MKS. 46(2): 149-157.
Dahlan, M. S. 2008. Statistik untuk Kedeokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat
dan Multivariat dengan SPSS. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, N. W. S. 2008. Kajian Pemberian Tepung Buah Pare (Momordica charantia L.)
terhadap Konsumsi, Kecernaan Bahan Kering dan Performa Tikus (Rattus
novergicus). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Dewi, P. R. P., Hairuddin., dan Normasari,M R. 2016. Pengaruh Stres Fisik terhadap
Kadar Kreatinin Serum Tikus Wistar Jantan (Rattus novergicus). e-Jurnal
Pustaka Kesehatan.4(2): 218-221
Fahrianti, N., Lyrawati, D., dan Sarwono, I. 2015. Efek Asam Alfa Lipoat pada kadar
MDA dan Histologi Ginjal Tikus Wistar Diabetes Melitus Tipe 1. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 28(3): 177-181
Fahrimal, Y., Rahmiwati, dan Aliza, D. 2016. Gambaran Histopatologis Ginjal Tikus
Putih (Rattus novergicus) Jantan yang Diinfeksikan Trypanosoma evansi dan
Diberi Ekstrak Daun Sernai (Wedelia biflora). Jurnal Medika Veterineria.
10(2): 166-170
Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2006. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hernawati. 2011. Potensi Buah Pare (Momordicha Charantia L.) Sebagai Herbal
Antifertilitas. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Ilyas, S. 2014. Effect of Methanolic Momordica charantia seed extract and Depot
medroxyprogesterone acetat (DMPA) to quantity and quality of rat sperm.
International Journal of PharmTech Research. 6(6): 1817-1823.
Interagency Taxonomic Information System [serial online].Available:
http://www.itis.gov/
Kandun, I. N. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus Khusus Di Rumah Sakit. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.
Kumar, D. S., Sharathnath, K. V., Yogeswaran, P., Harani, H., Sudhakar, K. and Banji,
D. 2010. A Medical Potency of Momordica Charantia. International Journal
of Pharmaceutical Science Review and Reseach. 1(2): 95-100.
Madjawati, A. 2009. Hubungan Gambaran Ultrasonografi ginjal dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (GFR) pada Penderita Gangguan Ginjal. Jurnal Kedokteran
Yarsi. 17(1): 74-81
Maharani, H. 2012. Uji Potensi Nefroprotektif Senyawa Dimer dari Isoeugenol
terhadap Histologi Ginjal Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY.
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mappa, I. S., Kairupan, C., dan Loho, L. 2013. Gambaran Histologi Ginjal Tikus Putih
(Wistar) Setelah Pemberian Rimfapisin. Jurnal e-Biomedik. 1(1): 338-342.
Mayori, R., Marusin, N. dan Tjong, D. H. 2013. Pengaruh Pemberian Rhodamin B
terhadap Struktur Histologi Ginjal Mencit Putih (Mus musculus L.). Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 2(1):43-49.
Nasution, M., Dien, dan Ramadani, M. 2012. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Prilaku Akseptor KB Pria Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kota
Padang Tahun 2012.
Ningsih. N. F. 2012. Hubungan Lama Pemakaian Alat Kontasepsi Suntik DMPA
(Depo Medroksi Progesterone Asetate Dengan Perubahan Tekanan Darah.
Pada Aeptor KB Suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah. Yogyakarta.
Pearce. E. C. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Pratiwi, D., Syahredi, dan Erkadius. 2014. Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas
Lapai Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3): 365.
[PROSEA] Plant Resourcesof South-East Asia. 1999. Medicinal and Poisonous Plants
1. L. S. de Padua, N. Bunyapraphatsara and R. H. M. J. Lemmen. Bogor:
PROSEA Foundation.
Rusmiati dan Asri, L. 2004. Struktur Histologis Organ Hepar dan Ren Mencit (Mus
musculus l) Jantan Setelah Perlakuan dengan Ekstrak Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L). Jurnal Penelitian Bioscientiae. 1(1): 23.
Sabarudin, A., Wulandari, E. R. N., dan Sulistyarti, H. 2012. Sequental Injection-Flow
Reversal Mixing (SI-FRM) Untuk Penetuan Kreatinin Dalam Urin. Jurnal
MIPA. 35(2): 157-164.
Seeley, R. R., Stephens, T. D., and Tate, P. 2008. Anatomy And Physiology. Eighth
Edition. Mc-Graw Hill Companies: New York.
Soeksmanto, A. 2006. Pengaruh Eksrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus). Jurnal
Biodiversitas. 7(3): 278-281

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Subahar, T. 2004. Khasiat Dan Manfaat Pare (Si Pahit Pembasmi Penyakit).
Agromedia Pustaka: Jakarta.
Sugoro, I. 2004. Pengontrolan Penyakit Mastitis Dan Manajemen Pemerahan Susu.
Artikel PATIR BATAN.
Suhita, N.L.P.R., I.W. Sudira, dan I.B.O. Winaya. 2013. Histopatolgi Ginjal Tikus
Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral. Buletin
Veteriner Udayana. 5(2):71-78.
Suntoro, H. 1983. Metode Perwarnaan. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.
Wahyuni, N, P, D, S., Suryani, N., dan Murdani, P. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Akseptor KB Pria Tentang Vasektomi Serta Dukungan Keluarga
Dengan Partisipasi Pria Dalam Vasektomi (Di Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng). Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. 1(1): 80-91.
Wientarsih, I., Harlina, E., Purwono, R. N., dan Utami, I. H. 2014. Aktivitas
EtanolDaun Alpukat Terhadap Zat NefrotoksikGinjal Tikus. Jurnal
Veteriner. 15(2): 246-251.
Widyastiti, N. S. 2005. Perbedaan Nilai Klirens Cockroft-Gault Berdasar Hasil
Pemeriksaan Kreatinin Metode Jaffe Uncompesated, Rate-Blanked
Compensated dengan Enzimatik. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Yaswir, R. Dan Maiyesi, A. 2012. Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C Untuk Uji
Fungsi Ginjal. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(1): 10-15.
Yunardi, M, N. dan Suryandari, D.A. 2009. Pengaruh Penyuntikan Dosis Minimal
Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Terhadap Berat Badan dan
Kimia Darah Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley. Jurnal Makara.13(2):
189.
Yuwono , S. S. 1990. Keadaan Nilai Normal Baku Mencit Strain CBR Swiss Derived
Di Pusat Penyakit Menular. Pusat Penelitian Penyakit Menular Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian


A. Dokumentasi Alat

Bak Bedah Disssecting set


`

Mikroskop Mikrotom

Timbangan digital

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

B. Dokumentasi Bahan

DMPA Mencit

Pare Spuit 1 CC

C. Dokumentasi Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

D. Dokumentasi Morfologi Ginjal (Warna Ginjal)


Kelompok
Waktu Perlakuan
Kontrol Perlakuan

0 Minggu

4 Minggu

8 Minggu

12 Minggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

16 Minggu

E. Dokumentasi Gambaran Histologi Ginjal


Kelompok
Waktu Perlakuan
Kontrol Perlakuan

0 Minggu

4 Minggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

8 Minggu

12 Minggu

16 Minggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

LAMPIRAN 2. Data dan Analisis Statistik Morfologi dan Histologi Ginjal Mencit
Jantan (Mus musculus L.)

A. Berat Badan

Waktu Rata-rata standar deviasi


Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
0 Minggu 36,4 33,2 2,40 1,92
4 Minggu 38,4 37,2 3,20 3,27
8 Minggu 35 39,6 1,58 7,76
12 Minggu 36,75 34,25 1,5 1,25
16 Minggu 45,4 41 4,39 5,87

Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Berat Badan K0 5 7.30 36.50
P0 5 3.70 18.50
Total 10

Test Statisticsa
Berat Badan
Mann-Whitney U 3.500
Wilcoxon W 18.500
Z -1.886
Asymp. Sig. (2-tailed) .059
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Berat Badan K1 5 6.00 30.00
P1 5 5.00 25.00
Total 10

Test Statisticsa
Berat Badan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.524
Asymp. Sig. (2-tailed) .600
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


Berat Badan K2 5 4.40 22.00
P2 5 6.60 33.00
Total 10

Test Statisticsa
Berat Badan
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.156
Asymp. Sig. (2-tailed) .248
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Berat Badan K3 4 6.13 24.50
P3 4 2.88 11.50
Total 8

Test Statisticsa
Berat Badan
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 11.500
Z -1.911
Asymp. Sig. (2-tailed) .056
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .057b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Berat Badan K4 5 6.60 33.00
P4 5 4.40 22.00
Total 10

Test Statisticsa
Berat Badan
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.152
Asymp. Sig. (2-tailed) .249
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

B. Berat Ginjal

Waktu Rata-rata Standar Deviasi


Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
0 Minggu 0,38 0,339 0,058 0,028
4 Minggu 0,356 0,34 0,013 0,017
8 Minggu 0,358 0,351 0,025 0,032
12 Minggu 0,383 0,369 0,015 0,030
16 Minggu 0,391 0,344 0,019 0,052

T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berat Ginjal K0 5 .3800 .05874 .02627
P0 5 .3390 .02837 .01269

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Sig. (2- Differenc Differenc Difference
F Sig. t df tailed) e e Lower Upper
Berat Equal
Ginja variances 1.316 .284 1.405 8 .198 .04100 .02917 -.02627 .10827
l assumed
Equal
variances not 1.405 5.770 .211 .04100 .02917 -.03108 .11308
assumed

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berat Ginjal K1 5 .3560 .01387 .00620
P1 5 .3400 .01768 .00791

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Sig. (2- Differenc Differenc Difference
F Sig. t df tailed) e e Lower Upper
Berat Equal
Ginjal variances .380 .555 1.592 8 .150 .01600 .01005 -.00718 .03918
assumed
Equal
variances not 1.592 7.572 .152 .01600 .01005 -.00740 .03940
assumed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berat Ginjal K2 5 .3580 .02515 .01125
P2 5 .3510 .03248 .01453

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Sig. (2- Differenc Differenc Difference
F Sig. t df tailed) e e Lower Upper
Berat Equal variances
.079 .785 .381 8 .713 .00700 .01837 -.03536 .04936
Ginjal assumed
Equal variances
not assumed .381 7.528 .714 .00700 .01837 -.03583 .04983

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berat Ginjal K3 5 .3830 .01525 .00682
P3 5 .3690 .03029 .01355

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Sig. (2- Differenc Differenc Difference
F Sig. t df tailed) e e Lower Upper
Berat Equal variances
1.889 .207 .923 8 .383 .01400 .01517 -.02097 .04897
Ginjal assumed
Equal variances
.923 5.905 .392 .01400 .01517 -.02325 .05125
not assumed
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berat Ginjal K4 5 .3910 .01981 .00886
P4 5 .3440 .05284 .02363

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Sig. (2- Differenc Differenc Difference
F Sig. t df tailed) e e Lower Upper
Berat Equal
Ginjal variances 1.888 .207 1.862 8 .100 .04700 .02524 -.01120 .10520
assumed
Equal
variances not 1.862 5.103 .120 .04700 .02524 -.01749 .11149
assumed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

C. Kadar Kreatinin
Waktu Rata-rata Standar Deviasi
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
0 Minggu 0.36 0.31 0.12 0.05
4 Minggu 0.33 0.36 0.25 0.05
8 Minggu 0.27 0.3 0.03 0.07
12 Minggu 0.23 0.22 0.35 0.07
16 Minggu 0.2 0.23 0.01 0.10

Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
K0 5 5.80 29.00
P0 5 5.20 26.00
Kreatinin
Total
10

Test Statisticsa
Kreatinin
Mann-Whitney U 11.000
Wilcoxon W 26.000
Z -.313
Asymp. Sig. (2-tailed) .754
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b
a. Grouping Variable: Perlakuan
b. Not corrected for ties.

Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
K1 3 3.00 9.00
P1 3 4.00 12.00
Kreatinin
Total
6

Test Statisticsa
Kreatinin
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 9.000
Z -.655
Asymp. Sig. (2-tailed) .513
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700b a. Grouping
Variable: Perlakuan
b. Not corrected for ties.

Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Kreatinin K2 4 4.00 16.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

P2 4 5.00 20.00
Total 8

Test Statisticsa
Kreatinin
Mann-Whitney U Wilcoxon 6.000
W 16.000
Z -.581
Asymp. Sig. (2-tailed) .561
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .686b
a. Grouping Variable: Perlakuan
b. Not corrected for ties.

Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
K3 5 6.70 33.50
P3 5 4.30 21.50
Kreatinin
Total
10

Test Statisticsa
Kreatinin
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 21.500
Z -1.257
Asymp. Sig. (2-tailed) .209
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b
a. Grouping Variable: Perlakuan
b. Not corrected for ties.

Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
K4 5 4.00 20.00
P4 5 7.00 35.00
Kreatinin
Total
10

Test Statisticsa
Kreatinin
Mann-Whitney U Wilcoxon 5.000
W 20.000
Z -1.567
Asymp. Sig. (2-tailed) .117
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b
a. Grouping Variable: Perlakuan
b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

D. Luas Glomerulus
Waktu Rata-rata Standar Deviasi
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
0 Minggu 131,1 116,48 15,29 12,69
4 Minggu 123,58 112,45 8,12 6,96
8 Minggu 119,4 114,13 8,8 13,2
12 Minggu 120,51 109,95 9,87 7,27
16 Minggu 111,39 111,94 10,35 13,5

Mann-Whitney Test

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Luas Glomerulus K0 4 5.75 23.00
P0 4 3.25 13.00
Total 8

Test Statisticsa
Luas Glomerulus
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 13.000
Z -1.443
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Luas Glomerulus K1 4 6.00 24.00
P1 4 3.00 12.00
Total 8

Test Statisticsa
Luas Glomerulus
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 12.000
Z -1.732
Asymp. Sig. (2-tailed) .083
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .114b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Luas Glomerulus K2 5 6.40 32.00
P2 5 4.60 23.00
Total 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Test Statisticsa
Luas Glomerulus
Mann-Whitney U 8.000
Wilcoxon W 23.000
Z -.940
Asymp. Sig. (2-tailed) .347
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Luas Glomerulus K3 4 5.75 23.00
P3 4 3.25 13.00
Total 8

Test Statisticsa
Luas Glomerulus
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 13.000
Z -1.443
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Luas Glomerulus K4 5 5.40 27.00
P4 5 5.60 28.00
Total 10

Test Statisticsa
Luas Glomerulus
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 27.000
Z -.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .917
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

E. Diameter Tubulus Proksimal

Waktu Rata-rata standar deviasi


Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
0 Minggu 4,31 4,22 0,29 0,22
4 Minggu 4,98 4,67 0,41 0,54
8 Minggu 5,05 5,18 0,64 0,37
12 Minggu 4,82 4,36 0,54 0,37
16 Minggu 4,49 4,64 0,59 0,36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Tubulus K0 5 6.60 33.00
P0 5 4.40 22.00
Total 10

Test Statisticsa
Diameter Tubulus
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.152
Asymp. Sig. (2-tailed) .249
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Tubulus K1 5 6.40 32.00
P1 5 4.60 23.00
Total 10

Test Statisticsa
Diameter Tubulus
Mann-Whitney U 8.000
Wilcoxon W 23.000
Z -.940
Asymp. Sig. (2-tailed) .347
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Tubulus K2 5 4.30 21.50
P2 5 6.70 33.50
Total 10

Test Statisticsa
Diameter Tubulus
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 21.500
Z -1.257
Asymp. Sig. (2-tailed) .209
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Tubulus K3 4 5.75 23.00
P3 4 3.25 13.00
Total 8

Test Statisticsa
Diameter Tubulus
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 13.000
Z -1.443
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Tubulus K4 5 5.10 25.50
P4 5 5.90 29.50
Total 10

Test Statisticsa
Diameter Tubulus
Mann-Whitney U 10.500
Wilcoxon W 25.500
Z -.419
Asymp. Sig. (2-tailed) .675
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Tubulus K3 4 5.75 23.00
P3 4 3.25 13.00
Total 8

Test Statisticsa
Diameter Tubulus
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 13.000
Z -1.443
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

F. Persentase Kerusakan Ruang Bowman

Waktu Rata-rata standar deviasi


Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
0 Minggu 3,6 3,3 0,22 0,57
4 Minggu 3 3,3 0,35 0,27
8 Minggu 2,6 3,5 0,41 0,86
12 Minggu 3 3,5 0,35 0,79
16 Minggu 2,7 3,2 0,57 0,67

T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Persentase K0 5 3.6000 .22361 .10000
Kerusakan P0
Bowman 5 3.3000 .57009 .25495

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Mean Error Interval of the
Sig. (2- Differ Differ Difference
F Sig. t df tailed) ence ence Lower Upper
Persent Equal
ase variances 3.881 .084 1.095 8 .305 .30000 .27386 -.33153 .93153
Kerusa assumed
kan Equal
Bowma variances
n 1.095 5.202 .321 .30000 .27386 -.39583 .99583
not
assumed

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Persentase K1 5 3.0000 .35355 .15811
Kerusakan P1
Bowman 5 3.3000 .27386 .12247

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. 95% Confidence
(2- Mean Error Interval of the
taile Differen Differ Difference
F Sig. t df d) ce ence Lower Upper

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Persentase Equal
Kerusakan variances .103 .757 -1.500 8 .172 -.30000 .20000 -.76120 .16120
Bowman assumed
Equal
variances 7.5
-1.500 .174 -.30000 .20000 -.76627 .16627
not 29
assumed

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Persentase K2 5 2.6000 .41833 .18708
Kerusakan P2
Bowman 5 3.5000 .86603 .38730

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. 95% Confidence
(2- Mean Error Interval of the
tailed Differen Differ Difference
F Sig. t df ) ce ence Lower Upper
Persenta Equal
se variances 1.130 .319 -2.092 8 .070 -.90000 .43012 -1.89185 .09185
Kerusak assumed
an Equal
Bowma variances
n -2.092 5.770 .083 -.90000 .43012 -1.96270 .16270
not
assumed

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Persentase K3 5 3.0000 .35355 .15811
Kerusakan P3
Bowman 5 3.5000 .79057 .35355

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. 95% Confidence
(2- Mean Error Interval of the
tailed Differen Differ Difference
F Sig. t df ) ce ence Lower Upper
Persent Equal
ase variances 3.200 .111 -1.291 8 .233 -.50000 .38730 -1.39311 .39311
Kerusak assumed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

an Equal
Bowma variances
-1.291 5.538 .248 -.50000 .38730 -1.46716 .46716
n not
assumed

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Persentase K4 5 2.7000 .57009 .25495
Kerusakan P4
Bowman 5 3.2000 .67082 .30000

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. 95% Confidence
(2- Mean Error Interval of the
taile Differen Differe Difference
F Sig. t df d) ce nce Lower Upper
Persen Equal
tase variances .511 .495 -1.270 8 .240 -.50000 .39370 -1.40787 .40787
Kerus assumed
akan Equal
Bowm variances
an -1.270 7.797 .241 -.50000 .39370 -1.41200 .41200
not
assumed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

LAMPIRAN 3. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

LAMPIRAN 4. Hasil Identifikasi Tumbuhan Pare di Herbarium Medanense

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai