Anda di halaman 1dari 2

Perbandingan antara RUU PKS dan RUU MINOL

RUU PKS dan juga RUU Minol sama-sama masi belum di sahkan akan tetapi RUU PKS nasib masih
menggantung dan belum kembali dibahas sedangkan RUU Minol saat ini masi menjadi perbincangan
pemerintah

RUU Penghapusan kekerasan seksual (PKS)

Nasib RUU penghapusan kekerasan seksual (PKS) saat ini menggantung, Kekerasan seksual terhadap
perempuan dan anak masih saja terus terjadi. Meski terdapat ancaman pemidaan bagi pelakunya
dengan menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), nampaknya tak juga
menimbulkan efek jera. Perlunya pengaturan khusus  terhadap penghapusan kekerasan seksual
melalui UU yang bersifat khusus. 

RUU PKS merupakan satu dari 16 RUU yang dikeluarkan dari Prolegnas Prioritas 2020. Sebelumnya,
pada Januari, pemerintah dan DPR menyepakati ada 50 RUU dalam daftar prioritas tahun ini.
Marwan Dasopang, Wakil Ketua Komisi VIII DPR yang menaungi pembahasan bidang pemberdayaan
perempuan dan anak, mengusulkan penarikan RUU PKS dari Prolegnas prioritas tahun 2020
karena pembahasannya sulit.

Sedangkan itu komnas perempuan mengamati kekerasan yang dialami aktivis perempuan yang
terjadi sebelum dan sesudah masa pandemi COVID-19. Komnas perempuan mendorong agar RUU
penghapusan kekerasan seksual (PKS) segera masuk prolegnas 2021. Adapun kekerasan terhadap
perempuan disebutkan terjadi diruang sosial maupun dimedia sosial (kejahatan siber), Kekerasan
yang dialami berupa ancaman/intimidasi yang tak jarang mengarah pada tubuh dan seksualitas
mereka serta kriminalisasi. Dampak kekerasan tersebut menjadi lebih dalam akibat pandemi ini.
Oleh karena itu, komnas perempuan berupaya dan berusaha terus menerus membangun dukungan
bagi pengakuan dan perlindungan pembela HAM khususnya PPHAM (perempuan pembela HAM).

Kekerasan seksual dari tahun ketahun semakin meningkat ,data kasus kekerasan terhadap
perempuan Dalam kurun waktu 12 tahun terakhir, Komnas Perempuan mencatat kekerasan
terhadap perempuan meningkat sebanyak 792 persen. Artinya, selama 12 tahun kekerasan terhadap
perempuan di Indonesia melonjak hampir 8 kali lipat , dan kasus yang terjadi di sepanjang tahun
2019 sebanyak 431,471 kasus , jumlah ini meningkat 6 persen dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 406.178.
Sedangkan dilain sisi juga RUU minuman beralkohol masih belum juga disahkan dan saat ini kembali
menjadi perbincangan

kini Rancangan Undang-undang (RUU) Larangan Minuman Beralkohol (Minol) yang tengah dibahas
Badan Legislasi DPR RI. RUU Minol tersebut mengatur sanksi pidana terhadap produsen hingga
penjual minuman beralkohol. Hal itu dikutip dalam Bab IV Ketentuan Pidana. Pada Bab III tentang
Larangan, Pasal 5 menyebutkan setiap orang dilarang memproduksi minuman beralkohol golongan
A, golongan B, golongan C, minuman beralkohol tradisional, dan minuman beralkohol campuran
atau racikan.

Pada pasal 18, orang atau pihak yang memproduksi minuman keras mendapatkan hukuman
kurungan penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp1 miliar. Jika sampai mengakibatkan
hilangnya nyawa orang lain, maka dipidana dengan pidana pokok ditambah 1/3. pengaturan tentang
penggunaan alkohol yang membahayakan sudah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan, misalnya dalam Pasal 492, Pasal 300 KUHP. Dalam RKUHP pun ketentuan pasal ini juga
masih dimuat, seluruh tindak pidana dalam RUU Larangan Minol harusnya diharmonisasikan pada
pembahasan RKUHP yang sedang dibahas di DPR, tidak perlu dengan RUU sendiri, yang bahkan
dengan pendekatan yang usang.

Pembahasan RUU tersebut tengah menjadi perbincangan warganet dan berbagai pihak, termasuk
Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI mengatakan bahwa mereka mendukung RUU Minol yang
sekarang tengah dibahas di Badan Legislasi DPR RI itu. Minuman beralkohol atau minol tidak baik
menurut agama maupun ilmu kesehatan dan tugas pemerintah yaitu melindungi rakyatnya, kita
mengimbau ke pemerintah dan DPR untuk tidak membuat aturan yang justru membuat rakyat
terkena penyakit dan melanggar ajaran agamanya,dan mengingatkan bahwa miras mampu menjadi
pintu masuk penyakit HIV/AIDS.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, satu dari 20 kasus kematian di dunia
disebabkan oleh alkohol. mengonsumsi alkohol dianggap mendatangkan beragam penyakit. Lebih
dari 200 penyakit dan kecelakaan disebabkan karena mengonsumsi alkohol.Hasil survei
menyebutkan, kematian akibat kecelakaan setelah mengonsumsi alkohol mencapai 28 persen.

Anda mungkin juga menyukai