808
808
*Apabila telah tersedia naskah draf RUU Hukum Pidana terbaru, Usulan dalam DIM ini tetap dapat
dipergunakan sesuai dengan konteks norma yang diusulkan untuk diperbaiki redaksionalnya, dihapus,
ditambah substansi baru, atau dipindahkan ke bab lain yang lebih sesuai.
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Pada Juni 2022, pembahasan mengenai Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP) kembali dilakukan antara
Pemerintah dan DPR RI. Seiring dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang begitu cepat dan tuntutan akan keadilan yang semakin kuat,
rumusan hukum pidana yang dimuat di dalam KUHP yang merupakan peninggalan kolonial Belanda tidak lagi mampu dijadikan dasar hukum
mengatasi permasalahan kejahatan dan tuntutan keadilan. Kehadiran RUU KUHP sebagai pembaharuan hukum pidana diharapkan dapat
memampukan negara untuk lebih melindungi dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pada 2019 RUU KUHP telah disepakati bersama antara
pemerintah dan DPR RI dalam Pembahasan Tingkat I untuk dibahas dalam Pembahasan Tingkat II, yakni pengambilan keputusan di Rapat
Paripurna. Namun, menyikapi tuntutan dari masyarakat sipil, Pemerintah Menunda Pembahasan RUU KUHP pada Pembahasan Tingkat II.
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sebagai Lembaga Nasional Hak Asasi Manusia dalam salah satu
mandatnya adalah memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif, yudikatif serta organisasi-organisasi masyarakat
guna mendorong penyusunan dan perubahan hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan, serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan. Mandat ini tertuang dalam
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 j.o Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan. Dalam melaksanakan mandat tersebut, Komnas Perempuan bersinergi dengan jaringan masyarakat sipil mendorong rangkaian
kebijakan yang mengakomodasi hak-hak warga negara khususnya perempuan korban kekerasan, di antaranya dengan memantau pembahasan
rancangan peraturan perundang-undangan, termasuk RUU KUHP, dan mendorong terintegrasinya hak asasi perempuan di dalamnya.
RUU KUHP menjadi perhatian Komnas Perempuan karena mengatur sejumlah delik pidana yang berkaitan dengan isu kekerasan berbasis gender,
hak perempuan korban, dan akses keadilan bagi semua. Rekomendasi Komnas Perempuan didasarkan pada pemahaman mengenai hak-hak
Konstitusional dan prinsip-prinsip tanggung jawab negara dalam pemenuhan hak perempuan sebagaimana dijabarkan dalam Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination against
Women/CEDAW) yang telah diratifikasi Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi CEDAW. Dalam Rekomendasi Umum Komite
CEDAW No. 35 Tahun 2017 tentang Kekerasan Berbasis Gender terhadap Perempuan (General Recommendation No. 35 on Gender-based
Violence Against Women) disebutkan bahwa negara wajib membangun sistem hukum yang memberi ruang dan perlindungan kepada korban
kekerasan berbasis gender. Kemudian Rekomendasi Umum Komite CEDAW No. 33 Tahun 2015 tentang Akses Perempuan terhadap Keadilan
iii
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
(General Recommendation No. 33 on Women’s Access to Justice) menekankan bahwa negara wajib membuka akses seluas-luasnya bagi
perempuan korban dalam memperoleh akses keadilan, melindungi hak mereka sebagai korban, dan menyiapkan berbagai upaya hukum yang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perempuan korban yang beragam. Sementara itu, secara jelas pada Rekomendasi dalam Kesimpulan
Pengamatan (Concluding Observation) Komite CEDAW pada Oktober 2021 disebutkan bahwa Pemerintah RI perlu melakukan peninjauan ulang
terhadap RUU KUHP sebagai bagian dari klaster isu kekerasan terhadap perempuan.
Perjalanan pembahasan revisi KUHP telah berjalan lebih tiga dekade dan RKUHP pertama kali diajukan ke DPR pada tahun 2012. Pada tahun
2015, RUU KUHP ditindaklanjuti pembahasannya secara intensif selama 4 (empat) tahun. Pada September 2019, Pemerintah dan DPR RI telah
menyepakati RUU KUHP dalam Pembahasan Tingkat I untuk dibahas dalam Pembahasan Tingkat II, yakni pengambilan keputusan di Rapat
Paripurna. Pengambilan keputusan untuk pengesahan ditunda sebagai respon atas penolakan masyarakat sipil. Rapat paripurna DPR RI pada 17
Desember 2019 memutuskan RUU KUHP terdaftar sebagai Prolegnas Jangka Menengah (2020-2024) dengan Pemerintah sebagai pihak inisiator.
RUU KUHP ditetapkan sebagai carry over oleh Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, dan dengan demikian, pembahasannya akan dilanjutkan oleh
Komisi III DPR sesuai perkembangan pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) pada periode sebelumnya. Pada 2021, Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) telah menyelenggarakan sosialisasi draf RUU KUHP per September 2019 ke beberapa wilayah. RUU
KUHP direncanakan akan diselesaikan pada Masa Sidang ke-V DPR RI Tahun 2022 yakni bulan Juli.
Pada Juni 2021, Komnas Perempuan telah menyusun dan menyampaikan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) terpilah terhadap draf RUU KUHP
per 18 September 2019. Dalam DIM tersebut Komnas Perempuan memberikan masukan dan usulan perubahan terhadap beberapa bab yang
berkaitan dengan isu hak asasi manusia dan kekerasan terhadap perempuan. Dengan perkembangan terbaru yakni lahirnya UU No. 12 Tahun 2022
tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), maka Komnas Perempuan memandang penting untuk memberikan masukan kembali dalam
rangka harmonisasi kebijakan—sebagaimana semangat dari RUU KUHP ini.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) mengatur 9 delik tindak pidana kekerasan seksual
yang unsur-unsurnya diuraikan jelas dalam UU ini (Pasal 4 ayat 1), 10 delik tindak pidana kekerasan seksual yang telah diatur dalam undang-
undang lain (Pasal 4 ayat 2 huruf a hingga j), serta membuka peluang bagi pengaturan delik tindak pidana kekerasan seksual lain yang akan diatur
kemudian setelah UU ini diterbitkan (Pasal 4 ayat 2 huruf k). Dengan pengaturan pada Pasal 4 ini, artinya UU TPKS ini beririsan dengan UU lain
yang mengatur tentang kekerasan seksual dalam hal hukum acara dan hak-hak korbannya sebagaimana disebutkan pada Pasal 20 UU TPKS.
Kehadiran Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 20 UU TPKS kemudian dikenal sebagai pasal jembatan (bridging article) agar hukum acara khusus dan hak-
hak korban yang diatur dalam UU TPKS dapat diakses oleh korban tindak pidana kekerasan seksual yang pengaturan deliknya diatur dalam UU
lain.
iv
Kata Pengantar
Komnas Perempuan kemudian memperbaharui DIM dengan memetakan rangkaian ketentuan pasal dalam RUU KUHP tertanggal 18 September
2019 ataupun yang berpeluang diatur dalam RUU KUHP yang terkait dengan UU TPKS. Pembaharuan DIM ini juga telah didiskusikan dengan
masyarakat sipil. Secara ringkas, substansi kunci dalam pembaharuan DIM ini adalah a) menegaskan delik pidana yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana kekerasan seksual ditegaskan sebagai tindak pidana kekerasan seksual, b) memastikan tindak pidana kekerasan seksual yang diatur
di dalam RUU KUHP harmonis dan tidak bertumpang tindih, apalagi berkontradiksi, dengan tindak pidana kekerasan seksual yang diatur dalam UU
TPKS, c) menambahkan pengaturan baru mengenai pemaksaan aborsi dan pemaksaan pelacuran, serta menegaskannya sebagai tindak pidana
kekerasan seksual; d) memperluas ketentuan mengenai pengecualian tindak pidana aborsi bagi perempuan korban tindak pidana kekerasan seksual
lainnya, selain untuk perempuan korban perkosaan dan dengan indikasi medis, e) memindahkan sejumlah pasal terkait kekerasan seksual ke bab
tindak pidana terhadap tubuh atau tindak pidana khusus; f) menambahkan ketentuan tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dalam Bab XXXIV
tentang Tindak Pidana Khusus pada bagian keenam sebagai upaya untuk menjembatani hukum acara khusus dalam UU TPKS dengan delik tindak
pidana kekerasan seksual atau yang memiliki indikasi keterhubungan dengan kekerasan seksual yang diatur dalam RUU KUHP; dan g)
memasukkan daftar tindak pidana yang merupakan tindak pidana kekerasan seksual dalam Ketentuan Peralihan. Terkait butir b, perhatian diberikan
pada pengaturan tentang perkosaan, pencabulan dan persetubuhan, tindak pidana terhadap perkawinan, dan melarikan anak dan perempuan untuk
tujuan perkawinan, serta pemaksaan aborsi. Di dalam DIM ini, Komnas Perempuan juga menegaskan komitmen untuk menentang hukuman mati.
Catatan lengkap tanggapan Komnas Perempuan terkait rangkaian hal tersebut dituangkan lebih lanjut dalam DIM ini. Selain memberikan
rekomendasi tunggal pada setiap pasal, Komnas Perempuan juga memberikan lebih dari satu rekomendasi yang dapat ditimbang oleh perumus
kebijakan sebagai alternatif. Pada setiap rekomendasi yang diberikan, Komnas Perempuan melengkapinya dengan argumentasi akademis, rujukan
peraturan perundang-undangan, instrumen hak asasi internasional, hasil pemantauan, serta contoh-contoh kasus di lapangan. Hal ini tidak lain
sebagai upaya untuk memastikan pemenuhan hak perempuan korban dan akses keadilan dapat terwujud.
Berbasis DIM yang telah diperbaharui ini, Komnas Perempuan akan mendialogkannya dengan pihak Pemerintah dan DPR RI, serta pihak-pihak
relevan lainnya. Mengenali rumusan rekomendasi DIM yang diajukan, Komnas Perempuan juga berpendapat bahwa meski merupakan RUU carry
over, pembahasan yang lebih menyeluruh pada RUU KUHP dalam harmonisasi dengan UU TPKS sangat dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan upaya optimal penanganan kasus kekerasan seksual. Komnas Perempuan juga mendukung tuntutan masyarakat sipil agar proses
pembahasan antara pemerintah dan DPR RI juga membuka ruang partisipasi publik yang lebih luas.
v
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
Akhir kata, terima kasih atas kerja keras seluruh komisioner dan badan pekerja lintas unit kerja sehingga dokumen DIM ini dapat diselesaikan
bersama, melalui pengawalan oleh subkomisi Reformasi Hukum dan Kebijakan (RHK). Sukomisi RHK diketuai oleh komisioner Siti Aminah Tardi,
dengan anggota komisioner Maria Ulfah Anshor dan komisioner Tiasri Wiandani, dan didukung oleh Badan Pekerja, yaitu Hayati Setia Inten, Annisa
Irianti Ridwan dan Andi Misbahul Pratiwi.
Semoga rumusan DIM ini menjadi pertimbangan oleh semua pihak terkait guna mewujudkan Indonesia yang bebas dari kekerasan, adil dan
sejahtera bagi semua warga, tanpa kecuali.
Andy Yentriyani
Ketua
vi
Daftar Inventarisasi Masalah
(DIM) Terpilah Usulan
terhadap Buku Kesatu
RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
2
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
1
Dalam Pasal 14 dan Pasal 15 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan , Perda Provinsi dan Kabupaten/Kota memuat ketentuan tindak pidana dan
sanksi pidana.
2
Bunyi Pasal 4 ayat (1) Perda Kota Tangerang Nomor 8 tahun 2005: ”Setiap orang yang sikap atau perilakunya mencurigakan, sehingga menimbulkan suatu anggapan bahwa ia/mereka pelacur
dilarang berada di jalan-jalan umum, di lapangan-lapangan, di rumah penginapan, losmen, hotel, asrama, rumah penduduk/kontrakan, warung-warung kopi, tempat hiburan, gedung tempat
tontonan, di sudut-sudut jalan atau di lorong-lorong jalan atau tempat-tempat lain di Daerah.”
3
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
3
http://www.liputan6.com/news/read/118650/lilis-saya-bukan pelacur?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2F
4
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
5
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
6
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
6. (2) Hukum yang hidup dalam Alternatif 1: Konkordan dengan argumentasi DIM
masyarakat sebagaimana Dihapus Nomor 4.
dimaksud pada ayat (1) berlaku
dalam tempat hukum itu hidup
dan sepanjang tidak diatur dalam
Undang-Undang ini dan sesuai
dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,
hak asasi manusia, dan asas-
asas hukum umum yang diakui
masyarakat beradab.
4
Prof. Dr. Markus Priyo Gunarto, S.H, M.Hum dalam Seminar Nasional Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana “Mewujudkan Pembaharuan Hukum Pidana Melalui R-KUHP yang
Berkeadilan, Demokratis, dan Responsif pada Perkembangan Tindak Pidana” 15-16 Maret 2018. Diakses dari http://www.koalisiperempuan.or.id/2018/03/15/r-kuhp-berbahaya-dan-merugikan-
perempuan/.
7
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
8
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
8. Substansi Baru (3) Ketentuan yang berkaitan 1. Pengaturan tentang cakupan dan
dengan cakupan hukum batasan hukum pidana adat harus
pidana adat diatur lebih lanjut diatur lebih lanjut dalam Undang-
dalam Undang-Undang. Undang. Mengingat jika
dituangkan dalam Perda, maka
perlu memenuhi batasan unsur-
unsur perbuatan dalam syarat
perumusan sebuah tindak pidana
jika akan diberlakukan dalam
hukum positif: lex certa (tertulis),
lex scripta (unsur-unsur harus
jelas dan tidak bisa multitafsir),
lex praevia (tidak boleh berlaku
surut).
2. Perlu adanya ketentuan yang
lebih tinggi dan mendetail tentang
batasan aturan pidana yang akan
diatur di perda, dalam sebuah
9
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
Undang-Undang. Undang-
Undang tersebut akan
memberikan batasan dan
pedoman agar hukum pidana
adat sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, hak asasi manusia,
asas-asas hukum umum yang
diakui masyarakat beradab,
prinsip non diskriminatif, dan
keadilan gender.
3. Usulan ini dimaksudkan untuk
memberikan jaminan kepastian
hukum bahwa pelaksanaan
hukum adat tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,
hak asasi manusia, asas-asas
hukum umum yang diakui
masyarakat beradab, prinsip non
diskriminatif, dan keadilan
gender.
10
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
9. BAB II Tetap
TINDAK PIDANA DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA
13. (2) Untuk dinyatakan sebagai Perubahan (2) Untuk dinyatakan sebagai Frasa “atau bertentangan dengan
Tindak Pidana, suatu perbuatan Redaksional Tindak Pidana, suatu perbuatan hukum yang hidup dalam masyarakat”
yang diancam sanksi pidana yang diancam sanksi pidana konkordan dengan argumentasi Pasal
dan/atau tindakan oleh peraturan dan/atau tindakan oleh peraturan 2 ayat (1) dan (2).
perundang-undangan harus perundang-undangan harus
bersifat melawan hukum atau bersifat melawan hukum. Sifat melawan hukum materiil menjadi
bertentangan dengan hukum pertimbangan Hakim dalam memutus
yang hidup dalam masyarakat. sebuah tindak pidana.
11
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
17. (2) Dalam hal Orang Tua atau wali Perubahan (2) Dalam hal Orang Tua atau wali Ketika terjadi tindak pidana yang
sebagaimana dimaksud pada Redaksional sebagaimana dimaksud pada dilakukan oleh orang tua sendiri atau
ayat (1) tidak ada atau Orang ayat (1) tidak ada atau Orang wali, maka dibutuhkan Pendamping
Tua atau wali itu sendiri yang Tua atau wali itu sendiri yang untuk melakukan pengaduan agar
harus diadukan, pengaduan harus diadukan, pengaduan Anak dapat terhindar dari tekanan
dilakukan oleh keluarga sedarah dilakukan oleh keluarga sedarah keluarga besar yang mungkin justru
dalam garis lurus. dalam garis lurus, dan/atau melindungi pelaku, dan termasuk
Pendamping. tekanan atau ancaman dari pelaku.
18. (3) Dalam hal keluarga sedarah Perubahan (3) Dalam hal keluarga sedarah Ketika terjadi tindak pidana yang
dalam garis lurus sebagaimana Redaksional dalam garis lurus sebagaimana dilakukan oleh orang tua sendiri atau
dimaksud pada ayat (2) tidak dimaksud pada ayat (2) tidak wali, maka dibutuhkan Pendamping
ada, pengaduan dilakukan oleh ada, pengaduan dilakukan oleh untuk melakukan pengaduan agar
12
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
keluarga sedarah dalam garis keluarga sedarah dalam garis Anak dapat terhindar dari tekanan
menyamping sampai derajat menyamping sampai derajat keluarga besar yang mungkin justru
ketiga. ketiga, dan/atau Pendamping. melindungi pelaku, dan termasuk
tekanan atau ancaman dari pelaku.
21. (2) Dalam hal pengampu Perubahan (2) Dalam hal pengampu Ketika terjadi tindak pidana yang
sebagaimana dimaksud pada Redaksional sebagaimana dimaksud pada dilakukan oleh pengampu itu sendiri,
ayat (1) tidak ada atau ayat (1) tidak ada atau maka dibutuhkan Pendamping untuk
pengampu itu sendiri yang harus pengampu itu sendiri yang harus melakukan pengaduan agar orang
13
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
diadukan, pengaduan dilakukan diadukan, pengaduan dilakukan yang berada di bawah pengampuan
oleh suami atau istri korban atau oleh suami atau istri korban atau tersebut dapat terhindar dari tekanan
keluarga sedarah dalam garis keluarga sedarah dalam garis pihak lain yang mungkin justru
lurus. lurus, dan/atau Pendamping. melindungi pelaku, dan termasuk
tekanan atau ancaman dari pelaku.
22. (3) Dalam hal suami atau istri Perubahan (3) Dalam hal suami atau istri Ketika terjadi tindak pidana yang
korban atau keluarga sedarah Redaksional korban atau keluarga sedarah dilakukan oleh pengampu itu sendiri,
dalam garis lurus sebagaimana dalam garis lurus sebagaimana maka dibutuhkan Pendamping untuk
dimaksud pada ayat (2) tidak dimaksud pada ayat (2) tidak melakukan pengaduan agar orang
ada, pengaduan dilakukan oleh ada, pengaduan dilakukan oleh yang berada di bawah pengampuan
keluarga sedarah dalam garis keluarga sedarah dalam garis tersebut dapat terhindar dari tekanan
menyamping sampai derajat menyamping sampai derajat pihak lain yang mungkin justru
ketiga. ketiga, dan/atau Pendamping. melindungi pelaku, dan termasuk
tekanan atau ancaman dari pelaku.
14
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
15
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
33. c. kerugian dan penderitaan Tetap Dengan catatan perlu ada penjelasan
korban tidak terlalu besar; mengenai “kerugian dan penderitaan
korban tidak terlalu besar”, agar tidak
merugikan perempuan korban yang
misalnya mengalami kekerasan
psikis, sejauh mana kerugian dan
penderitaan materiil dan immateriil
korban itu dapat diukur.
34. d. terdakwa telah membayar Dihapus Ketentuan ini harus dihapus karena
ganti rugi kepada korban; akan membuka ruang intervensi dari
pelaku atau keluarganya terhadap
korban untuk tidak menindaklanjuti
pelaporan tindak pidana yang sudah
diproses. Selain itu ketentuan ini juga
akan menghilangkan efek jera
terhadap pelaku dan melanggengkan
impunitas pelaku.
16
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
36. f. tindak pidana terjadi karena Tetap Dengan catatan perlu diperjelas dari
hasutan yang sangat kuat aspek pembuktian bahwa tindak
dari orang lain; pidana yang dilakukan didasarkan
atas hasutan yang sangat kuat dari
orang lain.
17
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
18
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
19
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
20
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
49. (2) Pidana mati sebagaimana Dihapus Konkordan dengan Pasal 98.
dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan di muka umum.
50. (3) Pidana mati dilaksanakan Dihapus Konkordan dengan Pasal 98.
dengan menembak terpidana
sampai mati oleh regu tembak
atau dengan cara lain yang
ditentukan dalam Undang-
Undang.
51. (4) Pelaksanaan pidana mati Dihapus Konkordan dengan Pasal 98.
terhadap wanita hamil, wanita
yang sedang menyusui bayinya,
atau orang yang sakit jiwa
ditunda sampai wanita tersebut
melahirkan, wanita tersebut tidak
lagi menyusui bayinya, atau
orang yang sakit jiwa tersebut
sembuh.
21
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
56. (2) Pidana mati dengan masa Dihapus Konkordan dengan Pasal 98.
percobaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus
dicantumkan dalam putusan
pengadilan.
57. (3) Tenggang waktu masa Dihapus Konkordan dengan Pasal 98.
percobaan 10 (sepuluh) tahun
dimulai 1 (satu) Hari setelah
putusan pengadilan memperoleh
kekuatan hukum yang tetap.
58. (4) Jika terpidana selama masa Dihapus Konkordan dengan Pasal 98.
percobaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
menunjukkan sikap dan
22
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
59. (5) Jika terpidana selama masa Dihapus Konkordan dengan Pasal 98.
percobaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak
menunjukkan sikap dan perbuatan
yang terpuji serta tidak ada
harapan untuk diperbaiki, pidana
mati dapat dilaksanakan atas
perintah Jaksa Agung.
23
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
65. Pasal 242 Perubahan Pasal 242 Pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 2016
Setiap Orang yang di muka umum Redaksional Setiap Orang yang di muka umum tentang Penyandang Disabilitas
menyatakan perasaan permusuhan, menyatakan perasaan permusuhan, menegaskan bahwa disabilitas tidak
kebencian, atau penghinaan kebencian, atau penghinaan hanya meliputi disabilitas fisik dan
terhadap satu atau beberapa terhadap satu atau beberapa disabilitas mental, melainkan juga
golongan atau kelompok penduduk golongan atau kelompok penduduk disabilitas intelektual dan disabilitas
Indonesia berdasarkan ras, Indonesia berdasarkan ras, sensorik.
kebangsaan, etnis, warna kulit, kebangsaan, etnis, warna kulit,
agama, jenis kelamin, disabilitas agama, jenis kelamin, disabilitas Apabila RUU Hukum Pidana hanya
mental, atau disabilitas fisik dipidana atau alasan-alasan pembedaan menyebutkan 2 (dua) jenis disabilitas
24
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
dengan pidana penjara paling lama 3 sosial lainnya dipidana dengan dari beragam disabilitas yang ada,
(tiga) tahun atau pidana denda paling pidana penjara paling lama 3 (tiga) maka RUU Hukum Pidana tidak
banyak kategori IV. tahun atau pidana denda paling memberikan perlindungan kepada
banyak kategori IV. penyandang disabilitas selain disabilitas
mental dan disabilitas fisik dari suatu
tindakan berupa penghinaan yang diatur
dalam pasal ini.
Penambahan alasan-alasan
pembedaan lainnya juga
dimaksudkan untuk melingkupi alasan
lain penyerangan, seperti perbedaan
cara pandang/ideologi politik, afiliasi
politik, komunitas tertentu (misalnya
pengungsi), dll.
66. Pasal 243 Perubahan Pasal 243 Konkordan dengan Pasal 242.
(1) Setiap Orang yang menyiarkan, Redaksional (1) Setiap Orang yang menyiarkan,
mempertunjukkan, atau mempertunjukkan, atau
menempelkan tulisan atau gambar menempelkan tulisan atau gambar
sehingga terlihat oleh umum atau sehingga terlihat oleh umum atau
memperdengarkan rekaman memperdengarkan rekaman
sehingga terdengar oleh umum sehingga terdengar oleh umum
atau menyebarluaskan dengan atau menyebarluaskan dengan
sarana teknologi informasi, yang sarana teknologi informasi, yang
berisi pernyataan perasaan berisi pernyataan perasaan
permusuhan dengan maksud agar permusuhan dengan maksud agar
isinya diketahui atau lebih diketahui isinya diketahui atau lebih diketahui
25
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
oleh umum, terhadap satu atau oleh umum, terhadap satu atau
beberapa golongan atau kelompok beberapa golongan atau kelompok
penduduk Indonesia berdasarkan penduduk Indonesia berdasarkan
ras, kebangsaan, etnis, warna kulit, ras, kebangsaan, etnis, warna kulit,
agama, jenis kelamin, disabilitas agama, jenis kelamin, disabilitas
mental, atau disabilitas fisik yang atau alasan pembeda sosial
berakibat timbulnya Kekerasan lainnya yang berakibat timbulnya
terhadap orang atau barang Kekerasan terhadap orang atau
dipidana dengan pidana penjara barang dipidana dengan pidana
paling lama 4 (empat) tahun atau penjara paling lama 4 (empat)
pidana denda paling banyak tahun atau pidana denda paling
kategori IV. banyak kategori IV.
26
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
68. Pasal 245 Penambahan Pasal 245 Diskriminasi yang dilakukan karena
Setiap Orang yang melakukan Redaksional Setiap Orang yang melakukan jenis kelamin, identitas gender, atau
perampasan nyawa orang, perampasan nyawa orang, ekspresi ketubuhan juga termasuk
penganiayaan, perkosaan, penganiayaan, perkosaan, perbuatan kategori hate crime.
perbuatan cabul, pencurian dengan cabul, pencurian dengan Kekerasan,
Kekerasan, atau perampasan atau perampasan kemerdekaan
kemerdekaan berdasarkan berdasarkan diskriminasi ras dan etnis,
diskriminasi ras dan etnis, pidana jenis kelamin, identitas gender, atau
ditambah dengan 1/3 (satu pertiga) ekspresi ketubuhan, atau identitas
dari ancaman pidananya. sosial lainnya pidana ditambah dengan
1/3 (satu pertiga) dari ancaman
pidananya.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan ekspresi
ketubuhan adalah termasuk pakaian.
27
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
71. Pasal 246 Perubahan Pasal 246 Konkordan dengan DIM nomor 69.
Dipidana dengan pidana penjara Redaksional Dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun atau paling lama 4 (empat) tahun atau
pidana denda paling banyak Kategori pidana denda paling banyak Kategori
V, Setiap Orang yang di muka umum V, Setiap Orang yang di muka umum
dengan lisan atau tulisan: dengan lisan atau tulisan menghasut
a. menghasut orang untuk orang untuk melakukan Tindak
melakukan Tindak Pidana; atau Pidana.
72. b. menghasut orang untuk Dihapus Konkordan dengan DIM nomor 69.
melawan penguasa umum
dengan Kekerasan.
73. Pasal 247 Perubahan Pasal 247 Frasa “atau melawan penguasa
Setiap Orang yang menyiarkan, Redaksional Setiap Orang yang menyiarkan, umum” dihapus karena ketidakjelasan
mempertunjukkan, atau mempertunjukkan, atau makna dari frasa “penguasa umum”.
menempelkan tulisan atau gambar menempelkan tulisan atau gambar
sehingga terlihat oleh umum, atau sehingga terlihat oleh umum, atau
memperdengarkan rekaman memperdengarkan rekaman
sehingga terdengar oleh umum, atau sehingga terdengar oleh umum, atau
menyebarluaskan dengan sarana menyebarluaskan dengan sarana
teknologi informasi yang berisi teknologi informasi yang berisi
hasutan agar melakukan tindak hasutan agar melakukan tindak
pidana atau melawan penguasa pidana dengan kekerasan, dengan
28
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
29
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
30
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
80. Pasal 264 Perubahan Pasal 264 Ini tergolong tindak pidana yang bisa
Dipidana dengan pidana denda Redaksional Dipidana dengan pidana denda diselesaikan di peraturan perundang-
paling banyak Kategori II, Setiap paling banyak Kategori II, Setiap undangan tingkat daerah atau unit
Orang yang mengganggu Orang yang mengganggu administrasi pemerintahan seperti
ketenteraman lingkungan dengan: ketenteraman lingkungan dengan kelurahan, desa, hingga RT. Peradilan
a. membuat hingar-bingar atau membuat seruan atau tanda bahaya pidana tidak perlu menangani tindak
berisik tetangga pada malam palsu. pidana ini.
hari; atau Huruf a dihapus karena hal tersebut
seharusnya tidak diselesaikan melalui
81. b. membuat seruan atau tanda Dihapus jalur pidana melainkan melalui dialog
tanda bahaya palsu. dan musyawarah antar tetangga.
Selain itu juga terdapat ketidakjelasan
sampai radius mana seorang tetangga
dapat mengatakan terganggu.
31
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
82. Pasal 265 Perubahan Pasal 265 Usul frasa “umum yang sah” dihapus,
Setiap Orang yang membuat Redaksional Setiap Orang yang membuat agar pasal ini memberikan
kekacauan sehingga mengganggu kekacauan sehingga mengganggu perlindungan terhadap hak berserikat
rapat umum yang sah dipidana rapat dipidana dengan pidana denda dan berkumpul yang seringkali
dengan pidana denda paling banyak paling banyak Kategori II. dilanggar oleh sekelompok orang
Kategori II. tertentu atas alasan suatu rapat terkait
dengan ideologi, pandangan politik,
orientasi seksual tertentu, dll.
83. Pasal 266 Perubahan Pasal 266 Usul frasa “umum yang sah” dihapus,
Setiap Orang yang dengan Redaksional Setiap Orang yang dengan agar pasal ini memberikan
kekerasan atau ancaman kekerasan kekerasan atau ancaman kekerasan perlindungan terhadap hak berserikat
merintangi atau membubarkan rapat merintangi atau membubarkan rapat dan berkumpul yang seringkali
umum yang sah dipidana dengan dipidana dengan pidana penjara dilanggar oleh sekelompok orang
pidana penjara paling lama 1 (satu) paling lama 1 (satu) tahun atau tertentu atas alasan suatu rapat terkait
tahun atau pidana denda paling pidana denda paling banyak Kategori dengan ideologi, pandangan politik,
banyak Kategori II. II. orientasi seksual tertentu, dll.
32
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
84. BAB VII Tetap BAB VII Perubahan menjadi “TINDAK PIDANA
TINDAK PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA TERHADAP TERHADAP PEMELUK AGAMA
AGAMA DAN KEHIDUPAN PEMELUK AGAMA ATAU ATAU KEPERCAYAAN” karena:
BERAGAMA KEPERCAYAAN DAN KEHIDUPAN 1. Subjek hukum yang dilindungi
BERAGAMA ATAU dalam Bab ini adalah pemeluk
BERKEPERCAYAAN agama atau kepercayaan.
2. pengertian agama atau
kepercayaan adalah abstrak dan
multitafsir, dapat menjadi alat
untuk melakukan diskriminasi
terhadap yang minoritas.
3. Agama bukan subjek hukum dan
tidak mewakilkan dirinya pada
sistem peradilan pidana.
33
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
atau pidana denda paling banyak dengan tujuan melakukan telah di uji sebanyak 4 kali dan
kategori V. tindak kekerasan dan/atau direkomendasikan oleh MK dalam
diskriminasi terhadap setiap putusannya agar DPR
Penjelasan dalam RUU Hukum pemeluk agama atau mengubah atau merevisi UU
Pidana 19 September 2019: kepercayaan yang dianut di Penodaan Agama.
Penghinaan dalam ketentuan ini Indonesia dipidana dengan 3. Perbedaan pandangan agama
adalah merendahkan kesucian pidana denda paling banyak adalah keragaman yang perlu
agama. kategori V. dibangun dialog yang bukan
(2) Tindak pidana ini merupakan menjadi ranah pidana, kecuali
Penjelasan yang disampaikan pada delik aduan. dalam unsur terdapat ujaran
diskusi publik Ditjen Kumham 14 Juni (3) Pihak yang berhak mengadu kebencian, dan penghasutan
2021: adalah pemeluk agama atau untuk melakukan tindakan
Yang dimaksud penodaan agama kepercayaan dalam peristiwa kekerasan.
misalnya menghina keAgungan Tuhan, pidana tersebut. 4. Usulan reformulasi ini tidak hanya
sifat-sifatNya, kitab suci, atau (4) Tindak pidana sebagaimana melindungi setiap orang yang
merendahkan nabi/rasul, yang dapat dimaksud ayat (1) tidak menganut enam agama resmi
menimbulkan keresahan di lingkungan dilakukan penuntutan kecuali yang diakui di Indonesia, tetapi
umat beragama yang bersangkutan. telah ada langkah dan upaya juga melindungi setiap penganut
pencegahan serta agama dan aliran/ penghayat
Dalam ketentuan ini, bukan tindak musyawarah yang dilakukan kepercayaan.
pidana jika terkait dengan uraian oleh pelapor dengan orang 5. Perlu perlindungan terhadap
tertulis maupun lisan yang dilakukan atau organisasi tersebut yang kelompok minoritas agama atau
secara objektif dan ilmiah mengenai dimediasi oleh lembaga kepercayaan yang selama ini
suatu agama yang disertai dengan pemerintah atau lembaga menjadi korban kekerasan atau
usaha untuk menghindari adanya nasional hak asasi manusia. diskriminasi.
kata atau frasa yang bersifat
permusuhan atau penodaan.
34
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
35
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
36
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
37
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
38
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
39
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
91. Pasal 307 Perubahan Pasal 307 Cukup denda, tidak perlu penjara.
(1) Setiap orang yang dengan Substansi (1) Setiap orang yang dengan
Kekerasan atau Ancaman Kekerasan atau Ancaman
Kekerasan mengganggu, Kekerasan mengganggu,
merintangi, atau membubarkan merintangi, atau membubarkan
pertemuan keagamaan dipidana pertemuan keagamaan atau
dengan pidana penjara paling kepercayaan dipidana dengan
lama 2 (dua) tahun atau pidana pidana denda paling banyak
denda paling banyak kategori III. kategori III.
(2) Setiap Orang yang dengan (2) Setiap Orang yang dengan
Kekerasan atau Ancaman Kekerasan atau Ancaman
Kekerasan mengganggu, Kekerasan mengganggu,
merintangi, atau membubarkan merintangi, atau membubarkan
orang yang sedang orang yang sedang melaksanakan
melaksanakan ibadah atau ibadah atau upacara keagamaan
upacara keagamaan dipidana dipidana dengan pidana denda
dengan pidana penjara paling paling banyak kategori III.
lama 5 (lima) tahun atau pidana (3) Setiap Orang yang (dengan
denda paling banyak kategori V. sengaja) membuat keributan
(3) Setiap Orang yang membuat (gaduh) di dekat bangunan atau
gaduh di dekat bangunan tempat tempat untuk menjalankan ibadah
untuk menjalankan ibadah pada dengan tujuan mengganggu
waktu ibadah sedang ibadah yang sedang berlangsung
berlangsung dipidana dengan dipidana dengan pidana denda
pidana denda paling banyak paling banyak kategori I.
kategori I.
40
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
41
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
tersebut patut dipidana karena dilakukan penuntutan kecuali kekerasan. Penyelesaian dapat
melanggar asas hidup bermasyarakat. telah ada langkah dan upaya dilakukan dengan dialogis untuk
pencegahan serta musyawarah membangun toleransi
antara pelapor dengan terlapor keagamaan.
tersebut yang dimediasi oleh 3. Tidak ada definisi siapa yang
lembaga pemerintah atau dimaksud dengan petugas agama
lembaga nasional hak asasi di Indonesia.
manusia. 4. Tidak ada kejelasan tentang
definisi ibadah.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan ibadah
adalah rangkaian ritual, tradisi
atau upacara keagamaan atau
kepercayaan.
42
Usulan terhadap Buku Kesatu RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
95. Pasal 309 Alternatif 1: Pasal 309 Kata menodai dihapus karena tidak
Setiap Orang yang menodai atau Perubahan Setiap Orang yang merusak dan ada batasan dan penjelasan detail
secara melawan hukum merusak Redaksional atau membakar dan atau menutup tentang perbuatan yang termasuk
atau membakar bangunan tempat paksa bangunan tempat beribadah penodaan.
beribadah atau benda yang dipakai atau benda yang dipakai untuk
untuk beribadah dipidana dengan beribadah dipidana dengan pidana
pidana penjara paling lama 5 (lima) penjara paling lama 5 (lima) tahun
tahun atau pidana denda paling atau pidana denda paling banyak
banyak kategori V. kategori V.
43
Daftar Inventarisasi Masalah
(DIM) Terpilah Usulan
terhadap Buku Kedua
RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
99. Pasal 408 Perubahan Pasal 408 Ketentuan ini menegaskan bahwa
(1) Dipidana dengan pidana penjara Redaksional (1) Dipidana dengan pidana penjara setiap orang dilarang melakukan
paling lama 4 (empat) tahun 6 paling lama 4 (empat) tahun 6 perkawinan lebih dari seorang dalam
(enam) bulan atau pidana denda bulan atau pidana denda paling waktu yang sama karena ini
paling banyak Kategori IV, banyak Kategori IV, setiap orang merupakan salah satu diskriminasi
Setiap Orang yang: yang melangsungkan berdasarkan gender.
a. melangsungkan perkawinan, padahal diketahui
perkawinan, padahal bahwa perkawinan atau Pengaturan larangan ini dilekatkan pada
diketahui bahwa perkawinan‑ perkawinannya pihak yang telah bersuami/beristri,
perkawinan atau yang ada menjadi penghalang sementara pihak lain yang dinikahi
perkawinan perkawinannya yang sah untuk melangsungkan bukanlah target dari ketentuan pasal ini.
yang ada menjadi perkawinan tersebut. Sehingga pasal ini tidak menjadi dasar
penghalang yang sah untuk kriminalisasi terutama pada perempuan
melangsungkan perkawinan yang dinikahi laki-laki yang telah
tersebut; atau beristri/terikat perkawinan sebelumnya.
45
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
101. (2) Jika Setiap Orang sebagaimana Perubahan (2) Jika Setiap Orang sebagaimana Hukuman kepada pelaku diperberat
dimaksud pada ayat (1) huruf a Redaksional dimaksud pada ayat (1) dengan membayar ganti rugi kepada
menyembunyikan kepada pihak menyembunyikan kepada pihak korban karena menyembunyikan
yang lain bahwa perkawinan yang lain bahwa perkawinan perkawinan sebelumnya telah
atau perkawinan perkawinannya atau perkawinan‑perkawinannya menimbulkan kerugian bagi korban.
yang ada menjadi penghalang yang ada menjadi penghalang
yang sah untuk melangsungkan yang sah untuk melangsungkan
perkawinan tersebut dipidana perkawinan tersebut, maka
dengan pidana penjara paling dipidana dengan pidana penjara
lama 6 (enam) tahun atau paling lama 6 (enam) tahun
pidana denda paling banyak dan/atau pidana denda paling
Kategori IV. banyak Kategori IV dan ganti
rugi kepada pihak yang lain yang
kepadanya disembunyikan
perkawinannya yang ada.
46
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
102. Substansi Baru (3) Apabila seseorang Ketentuan Pasal 408 ayat (1) huruf b
melangsungkan perkawinan, rentan mengkriminalkan perempuan
tanpa mengetahui bahwa yang menjadi istri kedua dan seterusnya
perkawinan atau dari seorang suami yang berpoligami,
perkawinan‑perkawinan dari padahal seorang istri yang dipoligami
pihak lain menjadi penghalang bisa saja bersedia dipoligami karena
yang sah untuk tidak punya pilihan selain harus
melangsungkan perkawinan melangsungkan perkawinan dengan
tersebut, tidak dipidana. laki-laki tersebut karena mengalami
kekerasan/ancaman kekerasan baik
fisik, seksual, tipu daya, menggunakan
iming-iming janji kawin.
103. Substansi Baru (4) Dalam hal perkawinan Hambatan selama ini kejahatan
sebagaimana dimaksud pada perkawinan tidak diproses secara
ayat (1) huruf a tidak dicatatkan, hukum karena perkawinan yang
maka tidak menghentikan dilakukan tidak dicatatkan atau secara
penuntutan atas tindak pidana di bawah tangan. Sementara
kejahatan perkawinan. perbuatan yang dilakukan jelas
47
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
104. Substansi Baru (5) Korban tindak pidana ini atau Agar konsep turut serta jelas dalam
orang yang mengetahui tidak perkawinan.
dapat dipidana.
48
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
107. Substansi Baru (2) Dipidana dengan pidana Perkawinan anak harus dihapuskan
penjara paling lama 7 (tujuh) karena perkawinan anak adalah
tahun dan pidana denda paling kekerasan seksual terhadap anak
banyak Kategori IV, setiap yang bersembunyi di balik institusi
Pejabat yang memberikan izin perkawinan. Sehingga, apabila Pejabat
dilangsungkannya perkawinan, memungkinkan dilangsungkannya
padahal diketahui bahwa laki- perkawinan anak, maka harus diatur
laki atau perempuan yang akan pemidanaan terhadap Pejabat tersebut.
melangsungkan perkawinan
berusia di bawah 19 (delapan Dalam praktik masyarakat di
belas) tahun. Indonesia, perkawinan adalah institusi
49
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
50
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
Perubahan UU Perkawinan
mengizinkan usia perkawinan baik
untuk laki-laki maupun perempuan
adalah 19 tahun.
51
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
109. Substansi Baru (2) Tidak dipidana korban tindak Agar konsep turut serta jelas dalam
pidana ini atau orang yang perkawinan.
mengetahui perkawinan.
110. Pasal 410 Perubahan Pasal 410 Pasal 467 ini harus diubah mengingat
Setiap Orang yang tidak memenuhi Redaksional Setiap pejabat yang tidak untuk memperoleh akta lahir, akta
kewajiban sesuai dengan ketentuan memenuhi kewajiban sesuai dengan perkawinan, akta perceraian dan akta
peraturan perundang-undangan ketentuan peraturan perundang- kematian adalah hak. Dengan
yang berlaku untuk melaporkan undangan yang berlaku untuk demikian tidaklah tepat apabila hak
kepada pejabat yang berwenang mencatatkan Peristiwa kelahiran, yang bisa dilakukan atau pemilik hak
tentang kelahiran, perkawinan, perkawinan, perceraian, atau tersebut dikenakan sanksi pidana.
perceraian, atau kematian dipidana kematian dipidana dengan pidana Justru seharusnya yang dipidana
dengan pidana denda paling banyak denda paling banyak Kategori I. adalah Pejabat yang menolak,
Kategori II. menghalang-halangi atau
menghambat untuk mencatatkan
setelah adanya laporan dari penduduk
tentang kelahiran, perkawinan,
perceraian, atau kematian.
52
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
Berpotensi mengkriminalisasi:
a. Perempuan korban perkosaan
yang hamil dan melahirkan
b. Perempuan yang ditinggal pacar
yang ingkar terhadap janji kawin
c. Perempuan di masyarakat adat
d. Perempuan miskin/minim akses
e. Perempuan yang kawin siri
53
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
54
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
mengimpor, mengekspor,
menawarkan,
memperjualbelikan,
menyewakan, atau
menyediakan pornografi
dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau pidana denda paling
banyak Kategori VI.
55
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
120. Pasal 416 Alternatif 1: Alternatif 2: Perubahan Substansi Frasa “petugas yang berwenang”
(1) Perbuatan sebagaimana Dihapus dihapus agar tidak mempersulit kerja-
dimaksud dalam Pasal 414 tidak Jika Pasal 414 dan 415 tidak kerja inisiatif partisipasi publik
Alternatif 2:
dipidana jika dilakukan oleh dihapus, maka rekomendasi sekaligus melindungi relawan yang
Perubahan
petugas yang berwenang dalam Komnas Perempuan ialah mendukung program pemerintah
Substansi
rangka pelaksanaan keluarga perubahan substansi pasal 416 untuk membangun sumber daya
berencana, pencegahan penyakit sebagai berikut. manusia yang berkualitas dan
infeksi menular seksual, atau sejahtera. Hal ini tentu dalam ranah
untuk kepentingan pendidikan pelaksanaan keluarga berencana,
dan penyuluhan kesehatan. pencegahan penyakit infeksi menular
56
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
121. (2) Perbuatan sebagaimana Alternatif 1: Alternatif 2: Perubahan Substansi Perlu ada perlindungan bagi para
dimaksud dalam Pasal 415 tidak Dihapus pihak yang mensosialisasikan tentang
dipidana jika dilakukan untuk (2) Perbuatan sebagaimana adanya layanan aborsi aman,
Alternatif 2:
kepentingan ilmu dimaksud dalam Pasal 415 tidak bermutu, dan bertanggung jawab
Perubahan
pengetahuan/pendidikan. dipidana jika dilakukan untuk sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun
Substansi
kepentingan ilmu pengetahuan, 2009 tentang Kesehatan. Pasal 73 UU
pendidikan, dan penyuluhan Kesehatan.
kesehatan.
Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan sarana informasi dan
sarana pelayanan kesehatan
reproduksi yang aman, bermutu, dan
terjangkau masyarakat, termasuk
keluarga berencana.
57
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
122. (3) Petugas yang berwenang Dihapus Agar tidak mempersulit kerja-kerja
sebagaimana dimaksud pada inisiatif partisipasi publik sekaligus
ayat (1) termasuk relawan yang melindungi relawan yang mendukung
kompeten yang ditugaskan oleh program pemerintah untuk
pejabat yang berwenang. membangun sumber daya manusia
yang berkualitas dan sejahtera. Hal ini
tentu dalam ranah pelaksanaan
keluarga berencana, pencegahan
penyakit infeksi menular seksual, atau
untuk kepentingan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan.
58
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
124. Pasal 417 Perubahan Pasal 417 Berdasarkan pada ancaman pidana
(1) Setiap Orang yang melakukan Substansi (1) Setiap Orang yang melakukan yang ada pada KUHP saat ini,
persetubuhan dengan orang persetubuhan dengan orang ancaman pidana zina adalah 9 bulan
yang bukan suami atau isterinya yang bukan suami atau isterinya penjara. Berdasarkan hasil penelitian
dipidana karena perzinaan dipidana karena perzinaan ICJR, rata-rata putusan hakim dalam
dengan pidana penjara paling dengan pidana penjara paling perkara zina, hakim memberikan
lama 1 (satu) tahun atau denda lama 9 (sembilan) bulan atau putusan selama 3,6 bulan saja, artinya
kategori II. denda kategori II. tidak ada kebutuhan untuk
meningkatkan ancaman hukuman
sampai 1 tahun.
125. (2) Tindak Pidana sebagaimana Perubahan (2) Tindak Pidana sebagaimana Perzinaan merupakan delik aduan
dimaksud pada ayat (1) tidak Redaksional dimaksud pada ayat (1) tidak absolut, dimana hanya suami/istri
dilakukan penuntutan kecuali dilakukan penuntutan kecuali yang berhak untuk menjadikannya
atas pengaduan suami, istri, atas pengaduan suami atau istri. sebagai tindak pidana.
Orang Tua, atau anaknya.
5
https://nasional.kompas.com/read/2018/02/04/16325151/siapa-yang-bisa-dipidana-dalam-pasal-soal-alat-kontrasepsi-di-rkuhp.
59
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
126. (3) Terhadap pengaduan Perubahan (3) Terhadap pengaduan Pasal 26 mengenai pengampu
sebagaimana dimaksud pada Redaksional sebagaimana dimaksud pada dihapus karena pengampu tidak
ayat (2) tidak berlaku ketentuan ayat (2) tidak berlaku ketentuan menjadi pihak yang berhak
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam mengadukan karena tidak termasuk
Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal Pasal 25, dan Pasal 30. sebagai pihak yang mengadukan
30. seperti yang diatur pada ayat (2).
128. Substansi Baru (5) Ketentuan sebagaimana Sebagaimana Penjelasan Pasal 418
dimaksud ayat (1) tidak ayat (1) dalam RUU HP Per 15
berlaku dalam hal perempuan September 2019: Ketentuan
merupakan korban janji kawin perlindungan korban tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam janji kawin ini dimaksudkan untuk
Pasal 418. melindungi perempuan yang setuju
melakukan persetubuhan dengan laki-
laki yang menjanjikan akan
mengawininya tetapi laki-laki tersebut
mengingkari janjinya atau karena tipu
muslihat lain tidak mengawininya.
60
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
129. Pada draf RUU HP per 18 Penambahan Pasal 418 1. Sepakat dengan Penjelasan
September, pasal janji kawin ini Substansi (1) Laki-laki yang bersetubuh Pasal 418 ayat (1) RUU HP Per
dihapus. (Pengembalian dengan seorang perempuan 15 September 2019: Ketentuan
Pasal Janji Kawin yang bukan isterinya dengan ini dimaksudkan untuk melindungi
pada RUU persetujuan perempuan perempuan yang setuju
Hukum Pidana) tersebut karena janji akan melakukan persetubuhan dengan
dikawini, kemudian laki-laki yang menjanjikan akan
mengingkari janji tersebut mengawininya tetapi laki-laki
dipidana penjara paling lama 4 tersebut mengingkari janjinya
(empat) tahun atau denda atau karena tipu muslihat lain
paling banyak kategori III. tidak mengawininya.
2. Ketentuan ini juga menguatkan
pasal tentang eksploitasi seksual
dalam UU No. 12 Tahun 2022
61
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
62
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
63
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
64
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
130. Pada draf RUU HP per 18 Penambahan (2) Dalam hal Tindak Pidana Sepakat dengan Penjelasan Pasal
September, pasal janji kawin ini Substansi sebagaimana dimaksud pada 418 RUU HP Per 15 September 2019:
dihapus. ayat (1) mengakibatkan
Ayat (2)
kehamilan dipidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau Ketentuan ini dimaksudkan untuk
denda paling banyak Kategori mencegah seorang laki-laki yang tidak
IV. beristri melakukan persetubuhan
dengan seorang perempuan yang tidak
bersuami yang mengakibatkan hamilnya
perempuan tersebut. Laki-laki yang
menghamili perempuan tersebut
dipidana jika tidak bersedia
mengawininya atau walaupun bersedia
mengawininya perkawinan tersebut
tidak dapat dilangsungkan karena
terdapat halangan menurut hukum
perkawinan yang diketahuinya.
65
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
131. Pada draf RUU HP per 18 Penambahan (3) Dalam hal Tindak Pidana Perempuan dengan disabilitas
September, pasal janji kawin ini Substansi sebagaimana dimaksud pada merupakan kelompok yang paling
dihapus. ayat (1) dilakukan terhadap rentan mengalami penipuan seksual
perempuan penyandang karena keterbatasan komunikasi dan
disabilitas maka pidana keterbatasan akses informasi.
ditambah 1/3 dari ancaman
pidana.
132. Pada draf RUU HP per 18 Penambahan (4) Tindak Pidana sebagaimana
September, pasal janji kawin ini Substansi dimaksud pada ayat (1) dan
dihapus. ayat (2) tidak dilakukan
penuntutan kecuali atas
pengaduan perempuan yang
dijanjikan akan dikawini.
133. Pada draf RUU HP per 18 Penambahan (5) Pengaduan dapat ditarik
September, pasal janji kawin ini Substansi kembali selama pemeriksaan
dihapus. di sidang pengadilan belum
dimulai.
66
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
135. (2) Tindak pidana sebagaimana Dihapus Konkordan dengan Pasal 418.
dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan penuntutan kecuali Kemudian, jika memasukkan
atas pengaduan suami, istri, pengaduan oleh suami atau oleh istri,
Orang Tua atau anaknya. maka salah satu pihak yang melakukan
hidup bersama terikat dengan
perkawinan yang telah dilarang
berdasarkan Pasal 417 tentang zina.
137. (4) Pengaduan dapat ditarik Dihapus Konkordan dengan Pasal 418.
kembali selama pemeriksaan di
sidang pengadilan belum
dimulai.
67
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
140. Paragraf 1
Percabulan
68
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
144. c. yang dipublikasikan sebagai Pemindahan c. Setiap orang yang melakukan 1. Tidak ada kejelasan tentang siapa
muatan pornografi dipidana Substansi dan perbuatan cabul terhadap pihak yang dilindungi dari delik ini,
dengan pidana penjara Perubahan orang lain kemudian dan siapa pihak yang patut dijerat.
paling lama 9 (sembilan) Redaksional mempublikasikan sebagai Karenanya, mengingat bahwa
tahun atau pidana denda muatan pornografi dipidana ada pihak-pihak yang bertujuan
paling banyak Kategori III. dengan pidana penjara paling untuk balas dendam, mengambil
lama 9 (sembilan) tahun atau keuntungan, menghancurkan
pidana denda paling banyak martabat dan nama baik korban,
Kategori III. dan cara-cara eksploitasi lainnya
dengan cara mempublikasikan
sebagai muatan pornografi.
69
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
70
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
71
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
orang yang diketahui atau patut Pasal ini dipindahkan ke Bab Tindak
diduga Anak, untuk melakukan Pidana terhadap Tubuh dengan
perbuatan cabul atau membiarkan penambahan ayat yang menegaskan
terhadap dirinya dilakukan perbuatan bahwa tindak pidana tersebut adalah
cabul dipidana dengan pidana tindak pidana kekerasan seksual.
penjara paling lama 9 (sembilan)
tahun. Alternatif 3:
Disebutkan dalam ketentuan
peralihan sebagai tindak pidana
kekerasan seksual.
Alternatif 3:
Disebutkan dalam ketentuan
peralihan sebagai tindak pidana
kekerasan seksual.
72
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
151. (2) Dipidana dengan pidana penjara Pemindahan Konkordan dengan Pasal 421.
paling lama 12 (dua belas) Substansi
tahun:
73
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
154. Paragraf 2
Memudahkan Percabulan dan
Persetubuhan
74
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
rangkaian kebohongan,
identitas/ martabat palsu, atau
penyalahgunaan
kepercayaan, melacurkan
seseorang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri
dan orang lain dipidana
dengan pemaksaan
pelacuran.
(2) Pemaksaan pelacuran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi juga
perbuatan membeli atau
membayar dengan sengaja
kepada seseorang yang
melacurkan orang lain secara
paksa, padahal patut diduga
atau diketahui adanya
pemaksaan pelacuran.
(3) Korban pemaksaan pelacuran
tidak dapat dipidana.
(4) Setiap orang yang melakukan
pemaksaan pelacuran
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama
75
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
76
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
Pasal …..
(1) Setiap Orang yang
menghubungkan atau
memudahkan orang lain
berbuat cabul atau
bersetubuh dengan orang
yang diketahui atau patut
77
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
156. (2) Jika Tindak Pidana Pemindahan Konkordan dengan Pasal 421.
sebagaimana dimaksud pada Substansi
ayat (1) dilakukan terhadap anak
kandung, anak tiri, anak angkat,
atau Anak di bawah
pengawasannya yang
dipercayakan padanya untuk
diasuh, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 9 (sembilan)
tahun.
78
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
157. Pasal 426 Pemindahan Alternatif 1: Konkordan dengan DIM nomor 146.
Setiap orang yang menghubungkan Substansi Pasal ini dipindahkan ke Bagian
atau memudahkan orang lain Keenam Bab XXXIV Tindak Pidana
melakukan perbuatan cabul dipidana Khusus.
dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun.
Alternatif 2:
Pasal ini dipindahkan ke Bab Tindak
Pidana terhadap Tubuh dengan
penambahan ayat yang menegaskan
bahwa tindak pidana tersebut adalah
tindak pidana kekerasan seksual.
Alternatif 3:
Disebutkan dalam ketentuan
peralihan sebagai tindak pidana
kekerasan seksual.
79
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
Alternatif 3:
Disebutkan dalam ketentuan
peralihan sebagai tindak pidana
kekerasan seksual.
80
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
Alternatif 3:
Disebutkan dalam ketentuan
peralihan sebagai tindak pidana
kekerasan seksual.
160. (2) Jika Tindak Pidana Pemindahan Perubahan Substansi sebagai Konkordan dengan Pasal 421.
sebagaimana dimaksud pada Substansi dan berikut:
ayat (1) dilakukan dengan Perubahan
(2) Jika Tindak Pidana sebagaimana
menjanjikan Anak memperoleh Substansi
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pekerjaan atau janji lainnya
dengan menjanjikan Anak dan
dipidana dengan pidana penjara
perempuan memperoleh
paling singkat 2 (dua) tahun dan
pekerjaan atau janji lainnya
paling lama 10 (sepuluh) tahun.
dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun.
161. Penambahan (3) Dalam hal tindak pidana Konkordan dengan Pasal 421.
Substansi Ayat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) dilakukan oleh
orang tua atau wali atau
keluarga, ancaman pidana
ditambah pidana tambahan
pencabutan hak asuh anak atau
pengampuan dan tindakan
berupa rehabilitasi khusus.
81
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
82
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
(2) Setiap orang yang dengan hanya itu, Pelaku juga memaksa
sengaja melakukan Korban untuk mengonsumsi
pembayaran atau menjanjikan narkoba. Keberadaan Korban di
pembayaran kepada orang rumah Pelaku diketahui dari
lain atau memanfaatkan laporan masyarakat, hingga
korban tindak pidana akhirnya pada tanggal 24
pemaksaan pelacuran dengan November 2018, orang tua Korban
cara melakukan persetubuhan didampingi kepolisian dari
atau perbuatan cabul lainnya, Polrestabes Makassar dan Polda
atau mempekerjakan korban Sulawesi Selatan melakukan
tindak pidana pemaksaan penggerebekan rumah Pelaku. Pada
pelacuran untuk meneruskan saat itu Korban didapati dalam
praktik eksploitasi, atau kondisi tak berdaya dengan luka
mengambil keuntungan dari bekas aniaya di kening dan paha.
tindak pidana pemaksaan Kondisi psikisnya juga tampak
pelacuran, dipidana dengan terguncang. Korban langsung
pidana yang sama mendapat perawatan intensif dan
sebagaimana yang dimaksud pemulihan di RS. Bhayangkara
pada ayat (1). Polda Sulawesi Selatan. Atas
(3) Dalam hal tindak pidana perbuatannya, Pelaku diancam
pemaksaan pelacuran disertai Pasal 333 dan Pasal 359 KUHP
dengan perbuatan merekam, tentang penyekapan dan
mentransmisikan dan/atau penganiayaan dengan ancaman
mendistribusikan perbuatan hukuman 8 tahun penjara. Akibat
sebagaimana dimaksud pada tindakan Pelaku, Korban
ayat (1), ancaman pidana mengalami kekerasan fisik berupa
ditambah 1/3. penyekapan dan penganiayaan
berakibat luka di kening dan paha
83
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
84
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
166. Pasal 435 Perubahan Pasal 435 Catatan: Usia 7 tahun belum
(1) Setiap Orang yang Redaksional (1) Setiap Orang yang dengan mengakomodasi kondisi usia mental
meninggalkan anak yang belum sengaja meninggalkan anak anak. Karena usia mental tidak sama
berumur 7 (tujuh) tahun dengan yang belum berumur 7 (tujuh) dengan usia biologis.
maksud untuk melepaskan tahun tanpa penggantian
tanggung jawab atas anak pengasuhan dengan maksud Kesengajaan harus menjadi unsur
tersebut dipidana dengan untuk melepaskan tanggung dalam pasal ini karena terdapat
pidana penjara paling lama 5 jawab atas anak tersebut kondisi khusus bagi perempuan yang
(lima) tahun atau pidana denda dipidana dengan pidana penjara mengakibatkan mereka tidak mampu
paling banyak Kategori IV. paling lama 5 (lima) tahun atau mengurus anaknya, misal
pidana denda paling banyak kemiskinan, korban ditinggalkan
Kategori IV. suami, atau korban kekerasan.
85
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
169. Substansi Baru (3) Setiap orang yang dengan Banyak kasus putusan pengadilan
sengaja meninggalkan mengenai nafkah anak tidak
kewajibannya untuk dijalankan dan tidak bisa dieksekusi
membiayai penghidupan sehingga dapat menjadi penyebab
seorang anak termasuk perempuan meninggalkan anaknya
kewajiban yang timbul dari untuk diurus orang lain atau
86
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
170. (3) Dalam hal Tindak Pidana Tetap Menjadi ayat (4).
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
oleh Ayah atau ibu dari anak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pidana ditambah 1/3
(satu per tiga).
171. Pasal 436 Perubahan Pasal 436 Penurunan sanksi pidana menjadi
Seorang ibu yang membuang atau Redaksional (1) Seorang ibu yang membuang satu per tiga karena ibu tersebut
meninggalkan anaknya tidak lama atau meninggalkan anaknya mengharapkan ada orang lain yang
setelah dilahirkan karena takut tidak lama setelah dilahirkan merawat atau mengambil alih
kelahiran anak tersebut diketahui karena takut kelahiran anak tanggung jawab untuk pengasuhan.
oleh orang lain, dengan maksud agar tersebut diketahui oleh orang
anak tersebut ditemukan orang lain lain, dengan maksud agar anak
atau dengan maksud melepas tersebut ditemukan orang lain
tanggung jawabnya atas anak yang atau dengan maksud melepas
dilahirkan, dipidana 1/2 (satu per tanggung jawabnya atas anak
dua) dari pidana sebagaimana yang dilahirkan, dipidana 1/3
87
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
dimaksud dalam Pasal 436 ayat (1) (satu per tiga) dari pidana
dan ayat (2). sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 453 ayat (1) dan ayat (2).
172. Substansi Baru (2) Dalam hal perempuan Tidak semua kehamilan diinginkan
sebagaimana dimaksud pada perempuan. Terdapat situasi dan
ayat (1) diduga sebagai kondisi yang menyebabkan
korban perkosaan, eksploitasi perempuan membuang anak yang
seksual, perbudakan seksual, baru dilahirkan yang
pelacuran secara paksa, menempatkannya tidak punya pilihan
pemaksaan kehamilan, atau lain. Misalnya, korban perkosaan,
bentuk-bentuk kekerasan eksploitasi seksual, atau bentuk-
seksual lain yang setara, bentuk kekerasan seksual lainnya
kondisi ini menjadi yang mengalami kehamilan yang tidak
pertimbangan yang dikehendaki, trauma berkepanjangan
meringankan dalam akibat kekerasan seksual yang tidak
menjatuhkan hukuman ditangani secara tepat.
sebagaimana ketentuan
dimaksud ayat (1). Pada 2016, BL seorang pekerja
rumah tangga di Jakarta, dituntut 8,5
tahun penjara setelah membuang
janin hasil perkosaan yang dilakukan
oleh seorang laki-laki yang dikenalnya
dari media sosial Facebook.
88
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
176. Pasal 460 Perubahan Pasal 460 Menghapus frasa “baik di dalam
(1) Setiap Orang yang membawa Redaksional (1) Setiap Orang yang membawa maupun di luar perkawinan” agar
pergi Anak di luar kemauan pergi Anak di luar kemauan tindak pidana ini tidak dikaitkan
Orang Tua atau walinya, tetapi Orang Tua atau walinya, tetapi dengan status perkawinan Orang Tua
dengan persetujuan Anak itu dengan persetujuan Anak itu Anak tersebut.
sendiri, dengan maksud untuk sendiri, dengan maksud untuk
memastikan penguasaan memastikan penguasaan Ini dapat dikaitkan dalam konteks
terhadap Anak tersebut, baik di terhadap Anak tersebut, penguasaan hak asuh. ada anak yang
dalam maupun di luar dipidana karena melarikan Anak dibawa lari oleh orang tua yang tidak
perkawinan dipidana karena dengan pidana penjara paling punya hak asuh.
melarikan Anak dengan pidana lama 7 (tujuh) tahun atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) denda paling banyak Kategori V. Ini untuk melindungi orang tua yang
tahun. anaknya dibawa lari.
89
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
177. (2) Setiap Orang yang membawa Perubahan (2) Setiap Orang yang membawa
pergi perempuan dengan tipu Redaksional pergi perempuan dengan tipu
muslihat, Kekerasan atau muslihat, memanfaatkan
Ancaman Kekerasan, dengan kerentanan, Kekerasan atau
maksud untuk memastikan Ancaman Kekerasan, dengan
penguasaan terhadap maksud untuk memastikan
perempuan tersebut, baik di penguasaan terhadap
dalam maupun di luar perempuan atau anak
perkawinan dipidana karena perempuan tersebut, baik di
melarikan perempuan dengan dalam maupun di luar
pidana penjara paling lama 9 perkawinan dipidana karena
(sembilan) tahun. melarikan perempuan dengan
pidana penjara paling lama 9
(sembilan) tahun.
178. Substansi Baru (3) Tindak pidana sebagaimana Penambahan Ayat ini memungkinkan
ayat (2) dengan maksud untuk menjembatani akses korban pada UU
memastikan penguasaan TPKS.
terhadap perempuan atau
anak perempuan di dalam
perkawinan merupakan
Tindak Pidana Kekerasan
Seksual.
Kemudian, disebutkan dalam
ketentuan peralihan sebagai
tindak pidana kekerasan seksual.
90
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
91
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
185. (3) Pembunuhan yang diikuti, Perubahan (3) Pembunuhan yang diikuti, Penambahan frasa “melampiaskan
disertai, atau didahului oleh Redaksional disertai, atau didahului oleh kebencian atas dasar diskriminasi”
suatu Tindak Pidana yang suatu Tindak Pidana yang untuk mengakomodasi kompleksnya
dilakukan dengan maksud untuk dilakukan dengan maksud untuk pembunuhan yang dilakukan karena
mempersiapkan atau mempersiapkan atau kebencian (hate crime) atas dasar
mempermudah mempermudah diskriminasi jenis kelamin, ras, etnis,
pelaksanaannya, atau untuk pelaksanaannya, atau untuk agama dan seksualitas.
melepaskan diri sendiri atau melepaskan diri sendiri atau
peserta lainnya dari pidana peserta lainnya dari pidana Komnas Perempuan melakukan
dalam hal tertangkap tangan, dalam hal tertangkap tangan, pemantauan terjadinya femicide yang
atau untuk memastikan atau untuk memastikan diawali dengan kekerasan berbasis
penguasaan barang yang penguasaan barang yang gender terlebih dahulu, termasuk
diperolehnya secara melawan diperolehnya secara melawan pembunuhan khas terhadap
hukum dipidana dengan pidana hukum atau melampiaskan perempuan yaitu diperkosa dan
penjara seumur hidup atau kebencian atas dasar ditelanjangi mayatnya.
paling lama 20 (dua puluh) diskriminasi dipidana dengan
tahun. pidana penjara seumur hidup Frasa ini juga untuk melingkupi
atau paling lama 20 (dua puluh) pembunuhan karena kondisi
tahun. disabilitas seseorang.
92
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
186. Pasal 465 Perubahan Pasal 465 Ancaman pidana mati dihapus,
Setiap orang yang dengan rencana Redaksional Setiap orang yang dengan rencana Konkordan dengan Pasal 98.
terlebih dahulu merampas nyawa terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain dipidana karena orang lain dipidana karena
pembunuhan berencana dengan pembunuhan berencana dengan
pidana mati atau pidana penjara pidana penjara seumur hidup atau
seumur hidup atau pidana penjara pidana penjara paling lama 20 (dua
paling lama 20 (dua puluh) tahun. puluh) tahun.
187. Pasal 466 Perubahan Pasal 466 1. Ketentuan pasal ini dapat
(1) Seorang ibu yang merampas Redaksional (1) Seorang ibu yang merampas mengkriminalkan perempuan
nyawa anaknya pada saat atau nyawa anaknya pada saat atau korban kekerasan seksual yang
tidak lama setelah dilahirkan, tidak lama setelah dilahirkan, mengalami kehamilan tidak
karena takut kelahiran anak karena takut kelahiran anak diinginkan kemudian menghadapi
tersebut diketahui orang lain tersebut diketahui orang lain beratnya tekanan psikologis
dipidana karena pembunuhan atau kondisi disabilitas sehingga terpaksa dengan
anak sendiri dengan pidana anaknya dipidana karena sengaja atau tidak sengaja
penjara paling lama 7 (tujuh) pembunuhan anak sendiri membunuh bayi yang baru
tahun. dengan pidana penjara paling dilahirkannya.
lama 5 (lima) tahun. 2. Pembunuhan terhadap anak
dapat dilatarbelakangi oleh
kondisi kerentanan dan tekanan
psikologis yang dialami korban,
yang sekalipun ini tindakan tidak
manusiawi.
3. Sebagai pencegahan, negara
penting menyediakan tempat
93
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
94
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
188. (2) Dalam hal perbuatan Dihapus Ayat (2) dihapus, kecuali jika negara
sebagaimana dimaksud pada telah menyediakan dukungan bagi
ayat (1) dilakukan dengan perempuan yang melahirkan anak
rencana terlebih dahulu yang tidak diinginkan dengan
dipidana dengan pidana penjara menyediakan tempat penampungan
paling lama 9 (sembilan) tahun. yang siap merawat dan membesarkan
anak tersebut sampai dewasa.
95
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
190. Substansi Baru (4) Dalam hal perempuan Usulan rumusan ayat baru ini agar
sebagaimana dimaksud pada diakomodasi dalam Pasal ini karena
ayat (1) diduga sebagai korban jika ada korban perkosaan atau
tindak pidana kekerasan kekerasan seksual lainnya dia adalah
seksual, kondisi ini menjadi korban yang seharusnya dilindungi
pertimbangan yang dan diberikan kesempatan untuk tidak
meringankan dalam melanjutkan kehamilan yang tidak
menjatuhkan pidana diinginkannya. Ketika kesempatan
sebagaimana ketentuan ayat untuk tidak melanjutkan kehamilan
(1). yang tidak diinginkannya hilang,
beban perempuan korban untuk terus
melanjutkan kehamilan tanpa
kejelasan dari negara siapa yang
akan bertanggung jawab atas
kehamilan dan anak yang akan
dilahirkan tidak semestinya
dikembalikan kepada korban dalam
bentuk pemidanaan.
96
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
97
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
6
http://reformasikuhp.org/isu-kesehatan-dalam-rkuhp-diabaikan-program-pemerintah-dan-komitmen-presiden-joko-widodo-terancam-gagal-direalisasikan/
98
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
195. (4) Ketentuan sebagaimana Perubahan (4) Ketentuan sebagaimana 1. Sepakat dengan penegasan
dimaksud ayat (1) tidak berlaku Substansi dimaksud ayat (1) tidak berlaku pengecualian pemidanaan bagi
dalam hal perempuan yang dalam hal perempuan yang perempuan sebagaimana UU
menggugurkan janinnya menggugurkan janinnya memiliki Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
memiliki indikasi kedaruratan indikasi kedaruratan medis atau dan PP Kesehatan Reproduksi
medis atau merupakan korban merupakan korban tindak Nomor 61 Tahun 2014.
perkosaan yang usia pidana perkosaan, korban 2. Namun, ruang lingkup korban
kehamilannya tidak melebihi 12 tindak pidana kekerasan tindak pidana yang dapat
(dua belas) minggu. (Catatan: seksual yang usia kehamilannya mengakses tidak hanya korban
klausul ini merujuk pada Draf tidak melebihi 12 (dua belas) tindak pidana perkosaan, tetapi
RKUHP Per 2021 versi Tim minggu. tindak pidana kekerasan seksual
Pemerintah)
yang juga dapat mengalami
kehamilan akibat perbuatan
99
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
100
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
101
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
102
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
103
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
Penambahan pengecualian
pemidanaan kepada tenaga
kesehatan yang mencakup bidan,
paramedis, konselor, atau apoteker
juga dilakukan untuk menyesuaikan
dengan UU Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, dimana tidak
hanya dokter yang terlibat dalam
proses penghentian kehamilan
seorang perempuan.
104
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
199. (2) Dokter, bidan, paramedis, atau Tetap Konkordan dengan Pasal 472.
apoteker yang melakukan tindak
pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa
pencabutan hak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 huruf
a dan huruf f.
200. (3) Dokter yang melakukan Perubahan (3) Tidak dipidana, dokter yang Konkordan dengan Pasal 472.
pengguguran kandungan Substansi melakukan pengguguran
karena indikasi kedaruratan kandungan karena indikasi Hal ini dimaksudkan agar ada
medis atau terhadap korban kedaruratan medis atau perlindungan terhadap dokter dalam
perkosaan sesuai dengan terhadap korban kekerasan menjalankan tugas untuk
ketentuan peraturan perundang- seksual sesuai dengan menyelamatkan perempuan korban
undangan, tidak dipidana. ketentuan peraturan perundang- kekerasan seksual.
undangan.
105
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
106
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
di bagian Pengguguran
Kandungan RKUHP.
7. Kualifisir untuk pekerja kesehatan
informal (dukun, dll) akan dibahas
rapat selanjutnya dengan
bahasan penambahan sanksi
kustodial ⅓ penjara.
204. Pasal 479 Pemindahan Bab Alternatif 1: Perlu diperhatikan juga penjelasan
(1) Setiap orang yang dengan dan Perubahan Pasal Perkosaan dipindahkan ke 497 RKUHP, yang menyempitkan
kekerasan atau ancaman Substansi Bab XXXIV tentang Tindak Pidana bahwa perkosaan dilakukan laki-laki
kekerasan memaksa seseorang Khusus bagian keenam tentang terhadap perempuan, yang dilakukan
bersetubuh dengannya dipidana Tindak Pidana Kekerasan Seksual. di luar perkawinan.
karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling Alternatif 2: Dalam bagian Penjelasan Pasal 479
lama 12 (dua belas) tahun. Komnas Perempuan mengusulkan ayat (1) ini ditambahkan penjelasan
perubahan sebagaimana dituliskan sebagai berikut:
dalam DIM ini, dengan catatan APH
tetap merujuk ketentuan Hukum Yang dimaksud dengan
Acara Pidana pada UU TPKS dalam Menyalahgunakan Kekuasaan ialah:
penanganan kasus KS.
107
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
108
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
109
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
205. (2) Termasuk Tindak Pidana Pemindahan Alternatif 1: Bahwa ayat (2) ini tidak dibatasi ayat
perkosaan dan dipidana Substansi Pasal ini dipindahkan ke Bagian (1). Agar frasa “sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada Keenam Bab XXXIV Tindak Pidana dimaksud dalam ayat (1)” tidak
ayat (1) meliputi perbuatan: Khusus. membatasi tindak pidana perkosaan
di ayat (2).
Alternatif 2:
Komnas Perempuan mengusulkan
perubahan sebagaimana dituliskan
dalam DIM ini, dengan catatan APH
tetap merujuk ketentuan Hukum
Acara Pidana pada UU TPKS dalam
penanganan kasus KS.
Alternatif 3:
Disebutkan dalam ketentuan
peralihan sebagai tindak pidana
kekerasan seksual.
110
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
207. b. persetubuhan dengan Pemindahan Konkordan dengan DIM atas. Konkordan dengan Pasal 421.
Anak; atau Substansi
208. c. persetubuhan dengan Pemindahan Konkordan dengan DIM atas. Konkordan dengan Pasal 421.
seseorang, padahal Substansi
diketahui bahwa orang lain
tersebut dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya.
209. (3) Dianggap juga melakukan Pemindahan (3) Dianggap juga melakukan Konkordan dengan Pasal 421.
Tindak Pidana perkosaan, jika Substansi dan Tindak Pidana perkosaan, jika
dalam keadaan sebagaimana Perubahan dalam keadaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat Redaksional dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilakukan perbuatan cabul (2) dilakukan perbuatan cabul
berupa: berupa:
111
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
210. a. memasukkan alat kelamin Alternatif 1: Alternatif 1: Konkordan dengan Pasal 421.
ke dalam anus atau mulut Tetap Tetap
orang lain; Unsur ini perlu dipertahankan karena
Alternatif 2:
Alternatif 2: kasus-kasus sebagai berikut:
Perubahan
a. memasukkan alat kelamin ke 1. Pada Juli 2020, AM (45) dari
Redaksional
dalam anus atau mulut atau Indragiri Hilir, Kabupaten
sela payudara atau sela paha Pelalawan Riau menjadi tersangka
orang lain; kasus pembantaian Junjung
Siregar (23) hingga tewas. Modus
kasus ini karena korban menolak
untuk berhubungan badan
sesama jenis. Kemudian, pelaku
membantai korban dengan
tusukan di dada dan bekas
hantaman benda tumpul di bagian
leher hingga tewas. Kemudian
korban disodomi. Kasus ini
ditangani oleh Polda Riau.7
2. Pada Januari 2020, seorang
perempuan berasal dari Lumajang
Jawa Timur, AS menjadi korban
perkosaan dengan cara disodomi
oleh pelaku I Ketut Suparta (42)
seorang laki-laki asal Klungkung
7
http://riaupotenza.com/berita/25505/duda-bunuh-teman-kerja-lalu-disodomi
112
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
8
https://jateng.tribunnews.com/2020/01/30/sudah-lewat-dua-bulan-wanita-lumajang-korban-pemerkosaan-baru-lapor-polisi-pelaku-warga-bali
113
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
ke dalam alat kelamin atau Perubahan suatu benda ke dalam alat Unsur ini perlu dipertahankan karena
anus orang lain. Redaksional kelamin atau mulut atau anus kasus-kasus sebagai berikut:
orang lain; atau 1. Pada Juli 2020, AR (40) seorang
dukun cabul memasukkan telur
ke kemaluan seorang perempuan
dari Kelurahan Kademangan
Bondowoso, Jawa Timur. Motif
tindakan tersebut adalah proses
pengobatan penyakit asam
lambung yang diderita korban.
Pelaku tidak hanya memasukkan
telur ke kemaluan korban, tetapi
juga pelaku memperkosa korban
tersebut. Kejadian tersebut terjadi
di sebuah hotel kawasan Pantai
Pasir Putih. Saat ini kepolisian
belum menentukan pasal yang
akan dijeratkan kepada pelaku.9
2. Pada Agustus 2015, seorang
pelaku perkosaan GM melakukan
kekerasan seksual terhadap AS
yang berstatus sebagai pacar
korban. Pelaku menggunakan tali
tampar untuk mengikat korban,
mengkonsumsi obat kuat, dan
mobil yang digunakan menculik
9
https://news.detik.com/berita/d-5115088/dukun-cabul-masukkan-telur-ke-kemaluan-pasien-komnas-perempuan-ini-perkosaan
114
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
213. (4) Dalam hal korban sebagaimana Tetap Konkordan dengan DIM atas. Konkordan dengan DIM atas.
dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(3) adalah Anak dipidana
dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun.
214. (5) Dalam hal korban sebagaimana Tetap Konkordan dengan DIM atas. Konkordan dengan DIM atas.
dimaksud pada ayat (1) adalah
Anak dan dipaksa untuk
melakukan persetubuhan
dengan orang lain dipidana
dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun.
10
https://www.merdeka.com/peristiwa/pelaku-pemerkosaan-di-malang-diduga-mengidap-kelainan-seksual.html
115
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
215. (6) Jika salah satu tindak pidana Tetap Konkordan dengan DIM atas. Konkordan dengan DIM atas.
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3)
mengakibatkan Luka Berat
dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun.
216. Substansi Baru/ (7) Jika salah satu tindak pidana 1. Kehamilan yang tidak
Penambahan sebagaimana dimaksud pada dikehendaki akibat perkosaan
Ayat ayat (1) sampai dengan ayat memperburuk kondisi fisik, psikis,
(3) mengakibatkan kehamilan sosial, dan ekonomi korban.
pidana ditambah ⅓ (satu per 2. Perempuan korban akan
tiga) dari ancaman pidana mendapatkan beban bertambah
sebagaimana dimaksud pada terutama dalam masa
ayat (6). kehamilannya dan pengasuhan
anak setelah lahir.
3. Apabila perempuan korban
perkosaan memutuskan untuk
mengakhiri kehamilannya, maka
perlu dijamin aborsi aman oleh
negara sebagaimana yang diatur
dalam PP No. 61 Tahun 2014 dan
usulan Komnas Perempuan
dalam DIM ini.
116
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
217. (8) Jika salah satu tindak pidana Tetap Konkordan dengan DIM atas. Konkordan dengan DIM atas.
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3)
mengakibatkan matinya orang
pidana ditambah ⅓ (satu per
tiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada
ayat (6).
218. (9) Jika korban sebagaimana Tetap Konkordan dengan DIM atas. Konkordan dengan DIM atas.
dimaksud pada ayat (4) adalah
Anak kandung, Anak tiri, atau
Anak dibawah perwaliannya
pidana ditambah ⅓ (satu per
tiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada
ayat (6).
117
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
223. Pasal 597 Perubahan Pasal 597 Bahwa untuk membatasi pengertian
(1) Setiap Orang, yang melakukan Redaksional Setiap Orang, yang melakukan hukum yang hidup di masyarakat
perbuatan yang menurut hukum perbuatan yang menurut hukum perlu dicantumkan kesesuaian hukum
yang hidup dalam masyarakat pidana adat dinyatakan sebagai yang hidup dengan nilai Pancasila,
dinyatakan sebagai perbuatan perbuatan yang dilarang dan HAM, UUD 1945 sebagaimana diatur
yang dilarang, diancam dengan bertentangan dengan nilai-nilai yang dalam pasal 2 ayat 2 RKUHP.
pidana. terkandung dalam Pancasila, UUD
1945, hak asasi manusia, prinsip Hukum yang hidup di masyarakat
keadilan gender, keadilan restoratif perlu diatur tersendiri dalam Undang-
dan prinsip non diskriminasi, Undang.
diancam dengan pidana.
118
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
224. (2) Pidana sebagaimana dimaksud Tetap Konkordan dengan Pasal 97.
pada ayat (1) berupa
pemenuhan kewajiban adat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (1) huruf f.
119
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
e. adanya lembaga-lembaga
pendukung penegakan hukum
yang bersifat khusus dengan
kewenangan khusus;
f. didukung oleh konvensi
internasional;
g. merupakan perbuatan yang
sangat jahat dan tercela dan
sangat dikutuk oleh masyarakat;
h. masih bersifat dinamis, tidak
stabil, dan berubah-ubah
(mengikuti perkembangan atau
dinamika hukum/masyarakat);
dan
i. berkaitan dengan
pertanggungjawaban korporasi
dalam hukum pidana.
Tindak pidana tersebut meliputi:
1. Tindak Pidana Berat Terhadap
Hak Asasi Manusia
2. Tindak Pidana Terorisme
3. Tindak Pidana Korupsi
4. Tindak Pidana Pencucian Uang
5. Tindak Pidana Narkotika
120
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
229. Pasal 612 Perubahan Pasal 612 Double Opzet harus menjadi basis
(1) Setiap Orang yang tanpa hak Redaksional (1) Setiap Orang yang tanpa hak dalam menentukan tindak pidana.
memproduksi, mengimpor, dan dengan sengaja
mengekspor, atau menyalurkan: memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan:
121
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
234. a. Narkotika Golongan I dalam Perubahan a. Narkotika Golongan I dalam Ancaman pidana mati dihapus.
bentuk tanaman yang Redaksional dan bentuk tanaman yang beratnya
beratnya melebihi 1 (satu) Substansi melebihi 1 (satu) kilogram atau Konkordan dengan Pasal 98.
kilogram atau melebihi 5 melebihi 5 (lima) batang pohon,
(lima) batang pohon, atau atau Narkotika Golongan I
Narkotika Golongan I bukan bukan tanaman yang beratnya
tanaman yang beratnya melebihi 5 (lima) gram dipidana
melebihi 5 (lima) gram dengan pidana penjara
dipidana dengan pidana mati, seumur hidup, atau pidana
pidana penjara seumur hidup, penjara paling singkat 5 (lima)
atau pidana penjara paling tahun dan paling lama 20 (dua
singkat 5 (lima) tahun dan puluh) tahun dan pidana
paling lama 20 (dua puluh) denda paling sedikit kategori
tahun dan pidana denda paling
122
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
235. b. Narkotika Golongan II yang Perubahan b. Narkotika Golongan II yang Ancaman pidana mati dihapus.
beratnya melebihi 5 (lima) Redaksional dan beratnya melebihi 5 (lima) gram
gram dipidana dengan Substansi dipidana dengan pidana Konkordan dengan Pasal 98.
pidana mati, pidana penjara penjara seumur hidup, atau
seumur hidup, atau pidana pidana penjara paling singkat
penjara paling singkat 5 5 (lima) tahun dan paling lama
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
pidana denda paling sedikit kategori V dan paling banyak
kategori V dan paling banyak kategori VI; dan
kategori VI; dan
123
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
237. Substansi Baru (3) dalam hal pelaku pada ayat (1) Penambahan Ayat (3)
dipaksa dengan ancaman dilatarbelakangi oleh kasus-kasus
atau diancam atau di bawah narkotika, dimana agar ada pembeda
kekuasaan atau tekanan yang jelas antara pedagang, pemilik,
orang lain, dibujuk atau ditipu pengguna narkotika dan sebagai
daya, atau dibohongi oleh pertimbangan yang jelas atas
orang lain, pelaku tidak sirkumstansi pelaku sebagai
dipidana pertimbangan APH dalam menangani
kasus dimana pelaku adalah korban
dari sirkumstansinya.
124
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
125
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
243. a. Narkotika Golongan I dalam Perubahan a. Narkotika Golongan I dalam Ancaman pidana mati dihapus.
bentuk tanaman yang Redaksional bentuk tanaman yang beratnya
beratnya melebihi 1 (satu) melebihi 1 (satu) kilogram atau Konkordan dengan Pasal 98.
kilogram atau melebihi 5 (lima) melebihi 5 (lima) batang pohon
batang pohon atau dalam atau dalam bentuk bukan
bentuk bukan tanaman yang tanaman yang beratnya 5 (lima)
beratnya 5 (lima) gram gram dipidana dengan pidana
dipidana dengan pidana mati, penjara seumur hidup atau
pidana penjara seumur hidup, pidana penjara paling singkat 5
atau pidana penjara paling (lima) tahun dan paling lama 20
singkat 5 (lima) tahun dan 150 (dua puluh) tahun dan
paling lama 20 150 (dua pidana denda paling sedikit
puluh) tahun dan pidana kategori V dan paling banyak
denda paling sedikit kategori V kategori VI;
dan paling banyak kategori VI;
126
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
246. Substansi Baru (3) Dalam hal pelaku pada ayat (1) Penambahan Ayat (3)
dipaksa dengan ancaman dilatarbelakangi oleh kasus-kasus
atau diancam atau di bawah narkotika, dimana agar ada pembeda
kekuasaan atau tekanan orang yang jelas antara pedagang, pemilik,
lain, dibujuk atau ditipu daya, pengguna narkotika dan sebagai
atau dibohongi oleh orang lain, pertimbangan yang jelas atas
pelaku tidak dipidana. sirkumstansi pelaku sebagai
pertimbangan APH dalam menangani
kasus dimana pelaku adalah korban
dari sirkumstansinya.
127
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
247. Pasal 614 Perubahan Pasal 614 Double Opzet harus menjadi basis
(1) Setiap Orang yang tanpa hak Redaksional (1) Setiap Orang yang tanpa hak dalam menentukan tindak pidana.
membawa, mengirim, dan dengan sengaja mengirim,
mengangkut, atau mentransito: mengangkut, atau mentransito: Menghapus unsur membawa.
128
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
129
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
255. Substansi Baru (3) Dalam hal pelaku pada ayat (1) Penambahan Ayat (3)
dipaksa dengan ancaman dilatarbelakangi oleh kasus-kasus
atau diancam atau di bawah narkotika, dimana agar ada pembeda
kekuasaan atau tekanan yang jelas antara pedagang, pemilik,
orang lain, dibujuk atau ditipu pengguna narkotika dan sebagai
daya, atau dibohongi oleh pertimbangan yang jelas atas
orang lain, pelaku tidak sirkumstansi pelaku sebagai
dipidana. pertimbangan APH dalam menangani
kasus dimana pelaku adalah korban
dari sirkumstansinya.
130
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
131
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
261. a. Narkotika Golongan I Perubahan a. Narkotika Golongan I Ancaman pidana mati dihapus.
mengakibatkan matinya Substansi mengakibatkan matinya orang Konkordan dengan Pasal 98.
orang atau Luka Berat atau Luka Berat dipidana
dipidana dengan pidana mati, dengan pidana penjara seumur
pidana penjara seumur hidup, hidup atau pidana penjara
atau pidana penjara paling paling singkat 5 (lima) tahun
singkat 5 (lima) tahun dan dan paling lama 20 (dua
paling lama 20 (dua puluh) puluh) tahun dan pidana
tahun dan pidana denda denda paling sedikit kategori
paling sedikit kategori V dan V dan paling banyak kategori
paling banyak kategori VI; VI;
262. b. Narkotika Golongan II Perubahan b. Narkotika Golongan II Ancaman pidana mati dihapus.
mengakibatkan matinya Substansi mengakibatkan matinya orang Konkordan dengan Pasal 98.
orang atau Luka Berat atau Luka Berat dipidana
dipidana dengan pidana dengan pidana penjara
mati pidana penjara seumur seumur hidup, atau pidana
132
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
264. Substansi Baru (3) dalam hal pelaku pada ayat (1) Penambahan Ayat (3)
dipaksa dengan ancaman dilatarbelakangi oleh kasus-kasus
atau diancam atau di bawah narkotika, dimana agar ada pembeda
kekuasaan atau tekanan yang jelas antara pedagang, pemilik,
orang lain, dibujuk atau ditipu pengguna narkotika dan sebagai
daya, atau dibohongi oleh pertimbangan yang jelas atas
orang lain, pelaku tidak sirkumstansi pelaku sebagai
dipidana. pertimbangan APH dalam menangani
133
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
267. Substansi Baru (2) Tindak pidana sebagaimana Sumber: Pasal 4 ayat (1) dan (2) UU
dimaksud pada ayat (1) terdiri TPKS
atas:
134
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
a. pelecehan seksual
nonfisik;
b. pelecehan seksual fisik;
c. pemaksaan kontrasepsi;
d. pemaksaan sterilisasi;
e. pemaksaan perkawinan;
f. penyiksaan seksual;
g. eksploitasi seksual;
h. perbudakan seksual;
i. kekerasan seksual
berbasis elektronik.
j. perkosaan;
k. perbuatan cabul;
l. persetubuhan terhadap
Anak, perbuatan cabul
terhadap Anak, dan/atau
eksploitasi seksual
terhadap Anak;
m. perbuatan melanggar
kesusilaan yang
bertentangan dengan
kehendak Korban;
n. pornografi yang
melibatkan Anak atau
pornografi yang secara
eksplisit memuat
135
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
136
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
269. Pasal 616 Perubahan Pasal 616 Konkordan dengan perubahan DIM
Ketentuan mengenai permufakatan Redaksional Ketentuan mengenai permufakatan 256-258.
jahat, persiapan, percobaan, dan jahat, persiapan, percobaan, dan
pembantuan yang diatur dalam pembantuan yang diatur dalam
Undang-Undang mengenai Tindak Undang-Undang mengenai Tindak
Pidana berat terhadap hak asasi Pidana berat terhadap hak asasi
manusia, Tindak Pidana terorisme, manusia, Tindak Pidana terorisme,
Tindak Pidana korupsi, Tindak Tindak Pidana korupsi, Tindak
Pidana pencucian uang, dan Tindak Pidana pencucian uang, Tindak
Pidana narkotika berlaku sesuai Pidana narkotika, dan Tindak
dengan ketentuan dalam Undang- Pidana kekerasan seksual berlaku
Undang tersebut. sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang tersebut.
137
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
138
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
274. Pasal 624 Perubahan Pasal 624 Kedua opsi usulan perubahan
Pada saat Undang-Undang ini mulai Redaksi Alternatif 1: merupakan rumusan yang mengatur
berlaku, ketentuan dalam Bab Pada saat Undang-Undang ini mulai hukum acara pidana yang merupakan
tentang Tindak Pidana Khusus berlaku, ketentuan penyidikan, ketentuan pidana formil, yang secara
dalam Undang-Undang ini penuntutan, dan pemeriksaan di asas hukum pidana tidak tepat
dilaksanakan oleh lembaga penegak sidang pengadilan terhadap Bab dimasukkan ke KUHP yang
hukum berdasarkan tugas dan tentang Tindak Pidana Khusus merupakan hukum pidana materiil
kewenangan yang diatur dalam dalam Undang-Undang ini yang mengatur mengenai tindak
Undang-Undang masing-masing. dilaksanakan berdasarkan hukum pidana dan ketentuan pemidanaan.
acara tindak pidana khusus.
Alternatif 2:
Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku, ketentuan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan terhadap Bab
tentang Tindak Pidana Khusus
dalam Undang-Undang ini diatur
dalam Undang-Undang masing-
masing.
139
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
140
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
141
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 173 merupakan Pejabat
sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang ini.
280. Pasal 619 Perubahan (1) Pada saat Undang-Undang ini Tidak perlu membedakan perubahan
(1) Pada saat Undang-Undang ini Redaksional mulai berlaku, semua sanksi sanksi kurungan menjadi denda,
mulai berlaku, pidana kurungan pidana kurungan sebagaimana antara kurungan kurang dari 6 bulan
dalam Undang-Undang lain di dimaksud dalam peraturan dan kurungan 6 bulan atau lebih.
luar Undang-Undang ini dan perundang-undangan diganti Berdasarkan pasal 18 (1) KUHP,
Peraturan Daerah diganti menjadi sanksi pidana denda kurungan maksimal hanya untuk 1
menjadi pidana denda dengan Kategori I. tahun.
ketentuan:
Sedangkan denda kategori I dan II
memiliki besaran jumlah denda yang
cukup jauh. Kategori maksimal 1 juta,
sedangkan kategori II maksimal 10 juta.
142
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
143
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
285. Naskah per 2018: Perubahan Pasal 725 Tidak perlu membedakan perubahan
Redaksional (1) Pada saat Undang-Undang ini sanksi kurungan menjadi denda,
Pasal 725
mulai berlaku, semua sanksi antara kurungan kurang dari 6 bulan
(1) Pada saat Undang-Undang ini
pidana kurungan sebagaimana dan kurungan 6 bulan atau lebih.
mulai berlaku, semua sanksi
dimaksud dalam peraturan Berdasarkan pasal 18 (1) KUHP,
pidana kurungan sebagaimana
perundang-undangan diganti kurungan maksimal hanya untuk 1
dimaksud dalam peraturan
menjadi sanksi pidana denda tahun.
perundang-undangan diganti
Kategori I.
menjadi sanksi pidana denda
Sedangkan denda kategori I dan II
sebagai berikut:
memiliki besaran jumlah denda yang
cukup jauh. Kategori maksimal 1 juta,
sedangkan kategori II maksimal 10
juta.
144
Usulan terhadap Buku Kedua RUU Hukum Pidana
Disampaikan oleh Komnas Perempuan Per 7 Juni 2022
288. b. Undang-Undang di luar Perubahan b. Undang-Undang di luar Undang- Usulan perubahan ini disinkronisasi
Undang-Undang ini dan Redaksional Undang ini dan Peraturan sesuai dengan pasal 15 (2) UU Nomor
Peraturan Daerah yang Daerah yang menetapkan 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
menetapkan sanksi pidana sanksi pidana denda sebagai Peraturan Perundang-Undangan,
denda sebagai alternatif alternatif pidana kurungan yang yakni bahwa terdapat pembatasan
pidana kurungan yang melebihi Kategori II ancaman pidana dalam Ketentuan
melebihi Kategori II diberlakukan sesuai dengan Pidana dalam Perda Provinsi dan
diberlakukan Kategori Undang-Undang atau sanksi Perda Kabupaten/Kota, yakni
sanksi pidana denda yang pidana denda Kategori III maksimal kurungan 6 bulan atau
sesuai dengan Undang- untuk Peraturan Daerah. denda paling banyak 50.000.000
Undang atau Peraturan rupiah.
Daerah yang bersangkutan.
290. (2) Dalam hal sanksi pidana denda Perubahan (2) Dalam hal sanksi pidana denda Perubahan ini disinkronisasi sesuai
yang diancamkan secara Redaksional yang diancamkan secara dengan UU Nomor 12 Tahun 2011
alternatif dengan pidana alternatif dengan pidana tentang Pembentukan Peraturan
kurungan sebagaimana kurungan sebagaimana Perundang-Undangan.
dimaksud pada ayat (1) melebihi dimaksud pada ayat (1) melebihi
kelipatan dua dari denda kelipatan dua dari denda
145
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Terpilah
Tanggapan Komnas Perempuan terhadap Draf RUU Hukum Pidana 18 September 2019
146